Anda di halaman 1dari 182

REPRESENTASI SOSIAL TENTANG KONSEP SEHAT DAN SAKIT

PADA ORANG JAWA YANG TINGGAL DI YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Oleh :
Irene Kusuma Palmarani
NIM : 059114032

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
iii
Aku takut akan kegagalan...
Sampai aku menyadari bahwa aku hanya akan gagal saat aku tidak mencoba...

Aku takut akan nasib...


Sampai aku menyadari bahwa aku mempunyai kekuatan untuk mengubah hidupku...

Aku takut menjadi tua...


Sampai aku menyadari bahwa dengan bertambahnya hari, aku semakin bijaksana...

Aku takut akan masa depan...


Sampai aku menyadari bahwa tujuan hidup adalah mencari hal-hal yang lebih baik...

Aku takut akan masa lalu...


Sampai aku menyadari bahwa hal tersebut, tidak akan lagi menyakitiku...

Aku takut akan perubahan...


Sampai aku melihat saat kupu-kupu yang cantik harus mengalami metamorfosa
sebelum ia dapat terbang...

Bobbete Bryan

iv
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yang Maha Esa,
kedua orangtuaku tersayang,
kakakku tersayang,
dan sahabat-sahabatku terkasih.

v
vi
ABSTRAK

REPRESENTASI SOSIAL
TENTANG KONSEP SEHAT DAN SAKIT
PADA ORANG JAWA YANG TINGGAL DI YOGYAKARTA
Oleh : Irene Kusuma Palmarani

Indonesia mengenal dua cara pengobatan yang masih eksis, yaitu pengobatan
tradisional dan pengobatan modern. Pengobatan modern memperoleh banyak keluhan
terkait dengan pelayanan yang kurang baik, sementara pengobatan tradisional,
meskipun masih banyak ditempuh, hampir selalu dilekatkan dengan ciri negatif.
Bahkan ada masyarakat yang menempuh kedua cara pengobatan tersebut dalam
waktu bersamaan. Di sisi lain, masyarakat juga memiliki akses yang minim untuk
memperoleh kesehatan. Kondisi tersebut memunculkan pertanyaan bagaimana
sebenarnya konsep sehat dan sakit pada masyarakat sehingga pelaku kesehatan dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang tepat.
Representasi sosial, dengan anchoring dan objectification, memungkinkan
untuk melihat konsep sehat dan sakit pada masyarakat. Teori ini memperlihatkan
bagaimana praktek hidup sehari-hari, sikap, gagasan, nilai, kebudayaan, atau bahkan
mitologi mempengaruhi pembentukan makna sosial (Moscovici, 2001). Representasi
tidak diperoleh secara replika, tetapi diciptakan oleh ruang sosial.
Pengambilan data dilakukan pada 30 responden yang berdomisili di
Yogyakarta, bekerja dan atau sudah menikah, serta bersuku-kebangsaan Jawa. Data
diambil dengan cara memberikan angket terbuka dan dilanjutkan dengan wawancara
semi-terstruktur.
Representasi sehat, berarti tercapainya harmonisasi antara fisik dan mental
sehingga semangat dalam beraktivitas. Representasi sakit, berarti kondisi fisik
dan/atau mental terganggu sehingga timbul rasa malas untuk beraktivitas. Kondisi
fisik yang terganggu dapat mempengaruhi kondisi mental, begitu pula sebaliknya.
Orang Jawa di Yogyakarta akan menjaga kesehatan dengan menjaga
keteraturan pola hidup sehari-hari (makan, minum, istirahat, olahraga) dan
mengkonsumsi suplemen ketika badan terasa tidak enak. Sementara jika sakit,
mereka akan mengkonsumsi obat pasar atau mengobati dengan caranya sendiri.
Pengetahuan tentang cara pengobatan tersebut diperoleh melalui kemasan obat,
pengalaman orang lain, cocok-cocokan, dan turun-temurun.

Kata kunci : sehat, sakit, representasi sosial

vii
ABSTRACTION

SOCIAL REPRESENTATION
ABOUT THE CONCEPT OF HEALTHY AND SICK
AMONG JAVANESE PEOPLE WHO LIVE IN YOGYAKARTA
Irene Kusuma Palmarani

Indonesia knows two ways for curing diseases that still exist, namely
traditional therapies and modern medicine. Modern medicine has many criticisms
about the un-satisfaction health services, while traditional therapies, though still
popular on curing diseases, almost always correlated with negative characteristics. On
the other hand, people also have minimal access for gaining health. A question
appeared of how exactly the concept of healthy and sick among people so that health
actors can provide appropriate health services.
Social representation, with its anchoring and objectification, enables us to see
the concept of healthy and sick among people. The theory shows how everyday life
practices, attitudes, ideas, values, culture, or even mythologies influence the forming
of social meaning ( Moscovici, 2001). Representation is not hereditary but it is
created by social space.
The data was retrieved from 30 Javanese who are living in Yogyakarta,
worked and or getting married. The data is taken by giving open questionnaires and
followed with semi-structured interview.
Healthy representations, mean the achievement of harmonization between the
physical and mentally conditions, so activities have to be done with
spirits. Representations of sick, mean the physical and/or mentally conditions were
disturbed, so appearing lazy feeling to do the activities. Disturbed physical conditions
can affect the mentally conditions, as well as reverse.
The Javanese people in Yogyakarta will care the health by keeping the order
patterns of daily living (eating, drinking, rest, exercise) and take supplements when
the body feels uncomfortable. If getting sick, they will take the drug market or
treating in their own way. Knowledge about how to obtain this medication through
the drug packaging, the experience of others, fit-skewer, and down through the
generations.

Keywords : healthy, sick, social representation

viii
ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya yang telah dikaruniakan kepada penulis, terutama selama penelitian

dan penulisan skripsi. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai Konsep Sehat

dan Sakit Pada Masyarakat Yogyakarta. Melalui representasi sosial, masyarakat

Yogyakarta memaknai konsep sehat dan sakit menurut gagasan, pengetahuan,

pengalaman, dan sikap yang saling dikomunikasikan dalam masyarakat.

Terselesaikannya penelitian ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan

kritik yang membangun dari orang-orang disekitar penulis. Maka pada kesempatan

ini pula, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi.

2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan waktu, dukungan, dan perhatian selama proses penyelesaian skripsi

ini.

3. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Bapak V. Didik Suryo H., S.Psi., M.Si., selaku

dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan lebih baik.

4. Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan dukungan dan nasehat-nasehat yang berharga selama proses

perkuliahan di Fakultas Psikologi ini.

x
5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi, terima kasih telah membantu penulis dalam

memperluas pengetahuan.

6. Karyawan Fakultas Psikologi : Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Mbak Nanik,

dan Pak Giek, atas segala bantuan fasilitas selama proses perkuliahan.

7. Dr. Risa Permanadelli, terima kasih untuk pengetahuan tentang representasi

sosialnya.

8. Bapak, ibu, serta kakak atas dukungan doa dan spiritnya.

9. Mas Angga, untuk setiap rasa sayang dan pengertiannya.

10. Keluarga cemara : Tiwi, Shinta, Arya, Lilo, Mbak Bella, Wida, Lucky, Suster,

Githa, Iin, Wira, dan Mbak Nana, untuk setiap canda-tawa, keluh-kesah, jatuh-

bangun yang telah kita alami bersama.

11. Citra, Ray, dan Lina, terima kasih untuk bantuan dan dukungannya.

12. Teman-teman kuliah, KKN, Masdha FM, AZ crew, P2TKP, Mudika, Eldiva Net,

Karang Taruna, terima kasih atas segala bantuan dan pengertiannya.

13. Terima kasih pula bagi semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian

dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam skripsi

ini. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima segala kritik dan saran

demi hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi yang

membacanya.

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN MOTTO iv

HALAMAN PERSEMBAHAN v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ix

KATA PENGANTAR x

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR GAMBAR xviii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 8

xii
D. Manfaat Penelitian 9

BAB II LANDASAN TEORI 10

A. Konsep Sehat dan Sakit Modern 10

1. Konsep Dualisme 10

2. Pengertian Kesehatan WHO 13

3. Pengertian Kesehatan Dalam Ilmu Psikologi 14

B. Konsep Sehat dan Sakit di Indonesia 16

1. Sejarah Kedokteran di Indonesia Sebagai Awal Pelayanan Kesehatan

Modern 16

2. Pengertian Kesehatan di Indonesia 21

C. Konsep Sehat dan Sakit Orang Jawa 22

1. Nilai-Nilai Lokal Masyarakat Jawa Tentang Kesehatan 22

2. Pengertian dan Konsep Pengobatan Tradisional 26

D. Representasi Sosial Tentang Konsep Sehat dan Sakit 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 34

A. Jenis Penelitian 34

B. Batasan Istilah 35

C. Responden Penelitian 36

D. Metode Pengumpulan Data 36

1. Penelitian Pendahuluan 36

2. Pengambilan Data Penelitian 38

E. Metode Analisis Data 41

xiii
F. Pemeriksaan Keabsahan Data 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 45

A. Hasil Penelitian 45

1. Pelaksanaan Penelitian 45

2. Responden Penelitian 45

3. Analisis Data 51

a. Konsep Sehat 52

i. Data Konsep Sehat Menurut Asosiasi Kata 52

ii. Data Konsep Sehat Menurut Hasil Wawancara 56

iii. Data Konsep Sehat Menurut Makna Kata Dalam Asosiasi Kata

dan Hasil Wawancara 59

iv. Konsep Sehat Menurut Responden Percaya dan Tidak Percaya

Dokter 64

b. Konsep Sakit 72

i. Data Konsep Sakit Menurut Asosiasi Kata 72

ii. Data Konsep Sakit Menurut Hasil Wawancara 76

iii. Data Konsep Sakit Menurut Makna Kata Dalam Asosiasi Kata

dan Hasil Wawancara 81

iv. Konsep Sakit Menurut Responden Percaya dan Tidak Percaya

Dokter 85

B. Pembahasan Representasi Sosial Konsep Sehat dan Sakit 95

1. Representasi Sosial Konsep Sehat 95

xiv
2. Representasi Sosial Konsep Sakit 98

3. Representasi Sosial Konsep Sehat dan Sakit Pada Responden Percaya

Dokter 101

a. Representasi Sosial Konsep Sehat 101

b. Representasi Sosial Konsep Sakit 103

4. Representasi Sosial Konsep Sehat dan Sakit Pada Responden Tidak

Percaya Dokter 105

a. Representasi Sosial Konsep Sehat 105

b. Representasi Sosial Konsep Sakit 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 111

A. Kesimpulan 111

B. Saran 113

DAFTAR PUSTAKA 115

LAMPIRAN 120

xv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Contoh Kasus Pengobatan Modern 4

Tabel 2 : Demografi Responden Penelitian 46

Tabel 3 : Deskripsi Kelompok Responden Percaya dan Tidak Percaya Dokter 48

Tabel 4 : Demografi Kelompok Responden Percaya dan Tidak Percaya Dokter 49

Tabel 5 : Asosiasi Kata Sehat 53

Tabel 6 : Prioritas Kata Sehat 55

Tabel 7 : Definisi Sehat 57

Tabel 8 : Menjaga Kesehatan 58

Tabel 9 : Makna Asosiasi Kata Sehat 59

Tabel 10 : Makna Definisi Sehat 61

Tabel 11 : Makna Menjaga Kesehatan 62

Tabel 12 : Perbedaan Asosiasi Kata Sehat Pada Responden Percaya dan Tidak

Percaya Dokter 65

Tabel 13 : Prioritas Kata Sehat Pada Responden Percaya Dokter 66

Tabel 14 : Prioritas Kata Sehat Pada Responden Tidak Percaya Dokter 67

Tabel 15 : Perbedaan Definisi Sehat Pada Responden Percaya dan Tidak Percaya

Dokter 69

Tabel 16 : Perbedaan Menjaga Kesehatan Pada Responden Percaya dan Tidak

Percaya Dokter 70

xvi
Tabel 17 : Asosiasi Kata Sakit 73

Tabel 18 : Prioritas Kata Sakit 75

Tabel 19 : Definisi Sakit 77

Tabel 20 : Apa yang Dilakukan Ketika Sakit 78

Tabel 21 : Sumber Informasi Pengobatan 79

Tabel 22 : Makna Asosiasi Kata Sakit 82

Tabel 23 : Makna Definisi Sakit 84

Tabel 24 : Perbedaan Asosiasi Kata Sakit Pada Responden Percaya dan

Tidak Percaya Dokter 86

Tabel 25 : Prioritas Kata Sakit Pada Responden Percaya Dokter 87

Tabel 26 : Prioritas Kata Sakit Pada Responden Tidak Percaya Dokter 88

Tabel 27 : Perbedaan Definisi Sakit Pada Responden Percaya dan Tidak Percaya

Dokter 91

Tabel 28 : Perbedaan Apa yang Dilakukan Ketika Sakit Pada Responden Percaya

dan Tidak Percaya Dokter 92

Tabel 29 : Perbedaan Sumber Informasi Pengobatan Pada Responden Percaya dan

Tidak Percaya Dokter 94

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Skema konsep sehat dan sakit versi Barat (modern), Indonesia, dan Jawa 33

Gambar 2.

Skema representasi sosial konsep sehat dan sakit pada orang Jawa yang tinggal

di DIY 110

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Panduan Umum Wawancara Penelitian Pendahuluan 120

Lampiran 2 : Contoh Angket Terbuka 121

Lampiran 3 : Deskripsi Demigrafi Responden 123

Lampiran 4 : Tabulasi Asosiasi Kata Sehat 125

Lampiran 5 : Tabulasi Prioritas Kata Sehat 131

Lampiran 6 : Tabulasi Asosiasi Kata Sakit 141

Lampiran 7 : Tabulasi Prioritas Kata Sakit 147

Lampiran 8 : Tabulasi Hasil Wawancara Tentang Konsep Sehat 157

Lampiran 9 : Tabulasi Hasil Wawancara Tentang Menjaga Kesehatan 158

Lampiran 10 : Tabulasi Hasil Wawancara Tentang Konsep Sakit 159

Lampiran 11 : Tabulasi Hasil Wawancara Apa yang Akan Dilakukan Ketika Sakit 160

Lampiran 12 : Tabulasi Hasil Wawancara Sumber Informasi Pengobatan 161

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia mengenal dua cara pengobatan yang masih eksis, yaitu

pengobatan tradisional dan pengobatan modern. Kebudayaan Jawa, pada

khususnya, telah memiliki sistem pengetahuan pengobatan yang sudah ratusan

tahun digunakan oleh masyarakat Jawa, jauh sebelum masuknya teknik-teknik

kedokteran modern (Sudardi, 2002). Sistem pengobatan tersebut disebut sebagai

sistem pengobatan tradisional. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia (Permenkes RI) nomor 246/Menkes/Per/V/1990, yang dimaksud

dengan obat tradisional adalah setiap bahan atau ramuan bahan berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, yang secara tradisional telah digunakan

untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Dewasa ini, sistem pengobatan tradisional banyak mendapat perhatian

karena sistem ini masih hidup dalam masyarakat dan berdampingan dengan

sistem pengobatan modern. Beberapa contoh pengobatan tradisional yang masih

digunakan antara lain: orangtua selalu menyarankan, jika kita masuk angin

(gejala flu), maka kita harus kerokan (salah satu metode memperlebar

pembuluh darah tepi yang menutup) (“Kerokan Bikin”, 2009), remaja putri

dianjurkan untuk minum galian putri (salah satu minuman herbal) dan kunir

asem (salah satu minuman herbal) untuk menyehatkan badan, menghilangkan

bau badan, menjaga kelangsingan tubuh, dan memperlancar menstruasi (“Jamu,

1
2

Obat”, 2006). Pengobatan tradisional ini bersifat non-medis yang kemudian

dikenal sebagai pengobatan alternatif.

Salah satu fenomena ekstrim mengenai kepercayaan terhadap

pengobatan non-medis yang dilakukan oleh masyarakat adalah fenomena Ponari

(”Dukun Cilik”, 2009).

Muhammad Ponari (10) mendapatkan batu ajaib seusai disambar petir. Ponari
menjelma menjadi juru sembuh. Puluhan ribu orang berjejal di rumahnya di
Kecamatan Megaluh, Jombang, Jawa Timur. Mereka berdatangan dari berbagai kota
di Jawa Timur, bahkan hingga Jawa Tengah. Banyak orang berharap batu ajaib di
tangan Ponari bisa menyembuhkan segala macam penyakit.

Fenomena Ponari menuai banyak kontroversi. Banyak penilaian, opini-opini

yang muncul terkait dengan fenomena Ponari ini. Salah satu contohnya, antara

lain :

Eka Lestari SKM, seorang Staf Pengajar STIKes Muhammadiyah Banjarmasin (2009)
: “Zaman yang makin canggih, ternyata tidak membuat masyarakat kita berpikir lebih
modern dan bertindak lebih rasional dalam menghadapi setiap masalah. Tidak peduli
masuk akal atau tidak, yang penting sakitnya sembuh dengan meminum air yang
dicelupi ‘batu ajaib’.”

Opini yang ada pada masyarakat menunjukkan bahwa fenomena Ponari

dikaitkan dengan ciri-ciri negatif. Masyarakat yang masih menempuh

pengobatan non-medis dinilai tidak rasional dan tidak masuk akal.

Sekalipun demikian, fenomena Ponari tersebut dinilai sebagai potret

masyarakat yang masih memegang teguh pemikiran tradisional (Ridjal dalam

Ilmie, 2009). Masyarakat menghidupkan kembali mitos lama yang telah lama

punah. Golongan masyarakat ini disebut penganut romantisme mistis (Ridjal

dalam Ilmie, 2009). Mitos lama tersebut adalah Legenda Ki Ageng Selo dan

kembali dihidupkan di tengah masyarakat dengan menampilkan sosok Ponari.

Dalam tinjauan sosiologi dan kebudayaan, kedua sosok ini sama-sama


3

memiliki power (kekuatan) yang digambarkan oleh masyarakat sebagai bentuk

kesaktian (Ridjal dalam Ilmie, 2009). Oleh karena itu, masyarakat beranggapan

bahwa Ponari juga memiliki kesaktian.

Fenomena-fenomena tersebut menunjukkan bahwa pengobatan

tradisional masih ditempuh oleh masyarakat meskipun semakin dipandang

negatif. Hal ini juga menggambarkan masyarakat yang masih memiliki

kepercayaan bahwa pengobatan tradisional (non-medis) dapat menyembuhkan

penyakit. Kepercayaan ini terkait pula dengan hal-hal mistis, misalnya

memunculkan sosok dari mitos lama.

Kepercayaan mistis ini merupakan konsep personalistik pada pengobatan

tradisional (Sudardi, 2002). Personalistik beranggapan bahwa kesehatan

dipengaruhi oleh agen-agen aktif di luar diri manusia (jin, roh, makhluk halus)

sehingga pengobatan yang ditempuh adalah dukun, kyai, atau tukang sihir

(Sudardi, 2002). Akan tetapi, pengobatan tradisional juga menganut konsep

naturalistik, dimana sakit diakibatkan oleh cuaca, kebiasaan hidup, makanan,

dan penyakit bawaan. Oleh karena itu, untuk pengobatan dapat digunakan ramu-

ramuan, pijat, pantangan makan, obat-obatan, dan tenaga kesehatan.

Masyarakat tidak hanya mengenal pengobatan tradisional tetapi juga

pengobatan modern. Akan tetapi, pengobatan modern hanya mengobati sakit

secara naturalistik. Selain itu, pengobatan modern dinilai tidak memberikan

pelayanan kesehatan yang baik pada masyarakat. Respon yang diterima oleh

masyarakat menimbulkan ketidakpuasan terhadap pelayanan rumah sakit dan

dokter. Beberapa contoh bentuk ketidakpuasan masyarakat dimuat dalam sebuah

rubrik suara konsumen di antaranya adalah :


4

Tabel 1
Contoh Kasus Pengobatan Modern

No Kota Konsumen Kasus Keterangan


(tahun)
1. Bogor Y Kata-kata Dokter terang-terangan
(2007) (Perempuan) dokter sulit menyatakan langsung di
diterima pasien depan pasien bahwa ia
menderita kanker
2. Banyumas YT Kurang Respon perawat untuk
(2007) (Pria) responsif dan melakukan pengecekan infus
ada biaya lama padahal tangan sudah
konsultasi membengkak dan ada biaya
dengan dokter administrasi membayar
konsultasi dengan dokter
3. Tangerang F Malpraktek Dokter memberikan suntikan
(2007) (Pria) bersumber babi dan menolak
melakukan pemeriksaan rutin
Sumber : Pelayanan kelas 1 RS Hermina Bekasi mengecewakan. (2007). Dipungut 27 September,
2008, dari http://www.mediakonsumen.com/Artikel1648.html;Pelayanan dokter di RSUD
Cibinong – Bogor. (2007). Dipungut 27 September, 2008, dari
http://www.mediakonsumen.com/Artikel2291.html; Malpraktek oleh dokter Tedjasukmana
di RS. Mitra Int’l Jatinegara. (2007). Dipungut 27 September, 2008, dari
http://www.mediakonsumen.com/Artikel1032.html.

Fenomena-fenomena tersebut menunjukkan bahwa masyarakat tidak puas

dengan pelayanan kesehatan dari dokter, perawat, dan rumah sakit. Pelayanan

kesehatan modern memang mengobati penyakit, tapi pasien masih mengeluh

sakit walaupun dokter sudah menyatakan sehat berdasarkan hasil laboratorium.

Hal ini menggambarkan bahwa pengobatan modern dapat mengobati penyakit,

namun tidak memberikan kepuasan kepada masyarakat.

Pada kenyataannya, masyarakat yang menderita sakit, baik secara

personalistik maupun naturalistitik, tetap ada yang meminta pengobatan ke

dukun atau kyai. Ada pula masyarakat yang menempuh pengobatan tradisional

dan pengobatan modern secara bersamaan untuk mengobati penyakit. Ketika

berada dalam kondisi sakit, masyarakat dihadapkan pada pilihan cara-cara

pengobatan yang ada. Pengobatan tradisional dinilai tidak rasional namun masih
5

ditempuh dan dipercaya dapat menyembuhkan penyakit, sementara pengobatan

modern memang mengobati sakit namun pelayanannya tidak memuaskan.

Keberagaman cara pengobatan yang dilakukan memunculkan pertanyaan

bagaimana sebenarnya konsep sakit pada masyarakat.

Di sisi lain, masyarakat juga memiliki banyak akses untuk bergaya hidup

tidak sehat. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kejadian yang ada

belakangan ini. Indonesia berada dalam urutan tertinggi ke-lima di antara

negara-negara di dunia dalam hal konsumsi rokok, sementara rokok terjual

bebas di pasaran (Rachmawati, 2004). Konsumsi Narkoba juga kian marak,

bahkan pemakai Narkoba di DIY telah mencapai 68.980 orang (Prasetyo, 2009).

Sementara itu produsen makanan justru banyak menawarkan produk makanan

instan dan ternyata digemari oleh masyarakat (Damayanti, 2009). Padahal

terlalu sering mengkonsumsi makanan instan dapat mengakibatkan gangguan

pencernaan hingga penyakit diabetes. Selain itu, pedagang bakso menggunakan

formalin dan boraks untuk mengawetkan makanan (“Pedagang Bakso”, 2006).

Formalin dan boraks adalah pengawet jenazah dan bila dikonsumsi dapat

mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia hingga kematian (Handayani,

2006). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki akses yang minim

untuk memperoleh kondisi sehat.

Setiap individu, pasti mengalami sehat dan mengalami sakit secara

bergantian dan terus-menerus (Notosoedirdjo & Latipun, 2001). Oleh karena itu,

sehat dan sakit merupakan dua hal yang tidak terpisah. Ketika berada dalam

kondisi sakit, individu akan melakukan hal-hal yang sekiranya dapat mengubah

kondisi sakit menjadi sehat, misalnya melalui pengobatan. Sementara ketika


6

sehat, individu akan berupaya untuk menjaga kondisinya supaya tetap sehat.

Dengan demikian, penting untuk mengungkap bagaimana konsep sehat

sekaligus sakit pada masyarakat sehingga para pelaku atau pelayan kesehatan

dapat mengkonstruksi model pelayanan kesehatan tertentu yang sesuai dengan

konsep sehat dan sakit pada masyarakat.

Konsep sehat dan sakit ini juga penting untuk diungkap karena

penelitian-penelitian mengenai kesehatan di Indonesia, lebih banyak kepada

penelitian yang melihat bagaimana pelayanan kesehatan yang diterima oleh

masyarakat. Seperti penelitian Adhinata (2008) yang mengungkap tentang

kualitas pelayanan Ruang Isolasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Penelitian

yang lain adalah mengenai bagaimana kepuasan pasien terhadap resep di

Apotek Kopkar Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta (Harianto, Khasanah, &

Supardi, 2005). Rustiano (2007), seorang pengamat Manajemen Rumah Sakit,

menyebutkan apa saja keluhan ketidakpuasan masyarakat terhadap rumah sakit.

Sejauh ini, penelitian kesehatan lebih ditujukan untuk pelaku kesehatan. Oleh

karena itu, penting pula untuk melihat kesehatan dari sisi masyarakat itu sendiri,

dalam hal ini konsep sehat dan sakit.

Pengertian sehat dan sakit berdimensi subjektif dan kulturalistik

sehingga setiap masyarakat mempunyai pengertian sendiri tentang sehat dan

sakit sesuai dengan pengalaman dan kebudayaannya (Notosoedirdjo & Latipun,

2001). Setiap kelompok masyarakat akan memiliki perbedaan dalam memahami

kondisi sehat atau sakit, penyebab sakit, memberi kewenangan orang yang dapat

menetapkan kondisi sehat atau sakit, merespon terhadap kesakitan, dan

menetapkan klasifikasi kesakitan. Konsep sehat dan sakit dapat diungkap


7

melalui pemahaman, gagasan, sikap, perilaku individu-individu dalam

masyarakat terkait dengan konsep tersebut.

Pemahaman, gagasan, sikap, dan perilaku individu-individu dalam

masyarakat mengenai konsep sehat dan sakit merupakan representasi sosial

masyarakat mengenai konsep tersebut. Moscovici (2001), mendefinisikan

representasi sosial sebagai sistem nilai, ide, sikap, perilaku, dan praktik-praktik

yang membangun sebuah pemaknaan sosial. Dalam hal ini, pemaknaan sosial

tersebut berkaitan dengan konsep sehat dan sakit. Dengan demikian,

representasi konsep sehat dan sakit merupakan pemaknaan dan penilaian

masyarakat atas nilai, ide, sikap, perilaku, dan praktik-praktik terkait dengan

kesehatan yang merupakan produk sosial (Moscovici, 2001).

Masyarakat saling berdialog tentang sesuatu yang tampil dalam ruang

sosial, lalu ruang sosial menangkap sebagai wacana tentang sehat dan sakit dari

masyarakat dan kembali dikonsumsi oleh masyarakat, begitu seterusnya (lihat

Ardiningtiyas, 2004). Wacana tentang sehat dan sakit yang ada dan beredar di

masyarakat adalah suatu proses respresentasi sosial yang berjalan membentuk

wacana dalam alam kognisi individu. Dari individu-individu tersebut, wacana

tentang konsep sehat dan sakit kembali dikomunikasikan dalam masyarakat dan

muncul menjadi representasi sosial, begitu seterusnya (lihat Ardiningtiyas,

2004).

Secara khusus penelitian ini akan dilakukan di Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta. Di satu sisi, Yogyakarta memiliki budaya tradisional Jawa yang

tercermin pada praktik-praktik menjaga kesehatan dan pengobatan tradisional,

seperti kerokan, pijat, pergi ke ahli spiritual, jamu, dan lain-lain (Woodward
8

dalam Boomgard, Sciortino, & Smyth, 1996). Namun di sisi lain, data dari

Badan Pusat Statistik DIY menunjukkan bahwa pada tahun 2007 sarana

kesehatan yang ada sudah sebanyak 44 unit rumah sakit, 22 unit rumah bersalin,

35 unit balai pengobatan, dan 118 unit puskesmas induk. Hal ini menunjukkan

bahwa Yogyakarta masih menggunakan cara tradisional dalam menjaga

kesehatan dan menangani sakit, namun cara modern juga semakin banyak.

Dengan demikian, Yogyakarta menjadi salah satu tempat yang tepat untuk

mengungkap representasi sosial dari sehat dan sakit di tengah-tengah

perkembangan pengobatan tradisional dan modern yang sama-sama

berkembang.

Responden penelitian adalah orang dewasa yang sudah bekerja dan/atau

berkeluarga. Hal ini dimaksudkan bahwa mereka telah memiliki tanggungjawab

untuk mengambil keputusan dan kemandirian secara ekonomi. Oleh karena itu,

peneliti mengambil judul ”Representasi Sosial Tentang Konsep Sehat dan Sakit

Pada Orang Jawa yang Tinggal Di Daerah Istimewa Yogyakarta”.

B. RUMUSAN MASALAH

Apa representasi sosial orang Jawa yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta

tentang konsep sehat dan sakit ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui nilai, ide, pengetahuan, sikap, dan praktik-praktik yang

berhubungan dengan konsep sehat dan sakit pada orang Jawa, yang tinggal di
9

Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai representasi sosial tentang konsep sehat

dan sakit.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan gambaran tentang konsep sehat dan sakit orang Jawa

untuk teori-teori kesehatan.

b. Referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

Melihat konsep sehat dan sakit secara lebih kontekstual pada orang

Jawa sehingga para pelaku atau pelayan kesehatan dapat mengkonstruksi

model pelayanan kesehatan tertentu yang sesuai dengan konsep sehat dan

sakit pada masyarakat Jawa.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. KONSEP SEHAT DAN SAKIT MODERN

1. Konsep Dualisme

Dualisme adalah konsep filsafat yang menyatakan ada dua substansi,

yaitu jiwa dan raga. Dalam pandangan tentang hubungan antara jiwa dan

raga, dualisme mengklaim bahwa fenomena mental adalah entitas non-

fisik. Gagasan tentang dualisme jiwa dan raga mulai muncul sejak jaman

Plato dan Aristoteles dan berhubungan dengan spekulasi tentang eksistensi

jiwa yang terkait dengan kecerdasan dan kebijakan (dalam Wozniak,

1995). Plato dan Aristoteles (dalam Wozniak, 1995) berpendapat, dengan

alasan berbeda, bahwa "kecerdasan" seseorang (bagian dari pikiran atau

jiwa) tidak bisa diidentifikasi atau dijelaskan dengan fisik.

Plato menyebutkan bahwa jiwa berusaha keluar dari tubuh. Mungkin

diperlukan waktu beberapa reinkarnasi sebelum ini tercapai. Salah satu

masalah dari dualisme Plato adalah walaupun dia berbicara tentang jiwa

yang dipenjarakan dalam tubuh, ia tidak menjelaskan apa yang mengikat

jiwa tersebut di dalam tubuh. Oleh karena itu, perbedaan ini dinilai bersifat

misteri (“Dualism”, 2007).

Aristoteles tidak sependapat dengan Plato. Aristoteles lebih

memungkinkan untuk menjelaskan kesatuan tubuh dan jiwa. Ia

mengatakan bahwa jiwa adalah bentuk tubuh. Ini berarti jiwa seseorang

10
11

tidak lebih dari sifatnya sebagai manusia karena jiwa tampak menjadi

milik tubuh. Jiwa memberikan banyak interpretasi, baik kuno dan

modern. Hal ini ia tafsirkan sebagai teori materialistis. Interpretasi dari

filosofi Aristoteles ini terus dipercaya hingga kematiannya. Namun

demikian, Aristoteles percaya bahwa kecerdasan, meskipun bagian dari

jiwa, berbeda dari bagian lain yang tidak memiliki organ tubuh

(“Dualism”, 2007).

Versi dari dualisme yang dikenal secara umum diperkenalkan oleh

Descartes (dalam Wozniak, 1995). Ia adalah seorang ahli matematika

Perancis, filsuf, fisiologis, dan orang pertama yang secara sistematis

memunculkan tentang hubungan mind dan body. Mind dan body,

merupakan entitas yang terpisah. Bila kita dalam keadaan sadar, sensasi

kesadaran kita diwakilkan oleh pancaindera (Eliasmith, 2006). Hal ini

berarti body mempengaruhi mind. Sebaliknya, dalam tindakan tidak sadar,

mind akan mempengaruhi body. Dengan demikian, mind and body

memang entitas yang berbeda, akan tetapi saling mempengaruhi (dalam

Wozniak, 1995).

Pada abad ke-17, berkembang aliran Cartesian yang berorientasi

pada kesehatan fisik-organik (dalam Wozniak, 1995). Sehat diartikan tidak

ditemukan disfungsi alat tubuh, sedangkan mental dan roh bukan urusan

dokter. Pandangan dualisme Cartesian ini mendorong profesi kedokteran

terbagi menjadi dua kelompok yang hampir tidak berkomunikasi satu

dengan yang lainnya (Joesoef & Sutanto, 1990). Di satu sisi, dokter

menangani pelayanan medis terhadap badan, di sisi lain psikiater dan


12

psikolog menangani gangguan jiwa. Hal ini mencegah peneliti-peneliti

kedokteran mempelajari peranan stress dan keadaan emosional dalam

perkembangan penyakit. Oleh karena itu, kaitan antara keadaan emosional

dan penyakit, walaupun sudah diketahui sejak dulu, mendapat perhatian

yang sedikit sekali dari profesi kedokteran (Joesoef & Sutanto, 1990).

Konsep tentang pemisahan antara mind dan body ini terus

berkembang hingga abad ke-19. Banyak ilmuwan-ilmuwan memunculkan

gagasan dan reaksi mereka terhadap perumusan Descartes. Sampai pada

akhir abad ke-19, konsepsi pemisahan antara pikiran dan tubuh kembali

diperbincangkan. William James (1842-1010), seorang filsuf-psikolog

Amerika, memunculkan istilah ‘perasaan’ yang menjadi penghubung

antara tubuh dan pikiran sehingga keduanya memiliki hubungan kausal

(dalam Wozniak, 1995).

Mengenai agama, William James mengungkapkan bahwa agama

terletak di dalam pengalaman masing-masing orang. Seseorang bisa

melakukan transformasi pengalaman mistis ke luar sehingga muncul baik

sementara maupun pasif. Ketika hasil transformasi agama ini muncul,

kepribadian telah diubah secara permanen. Akan tetapi, adekuasi dari

pengalaman ini, hanya dapat diuji dalam istilah buah-buah dari kehidupan

mereka (dalam Wozniak, 1995).

Konsepsi William James ini disambut hangat oleh masyarakat. Sejak

saat itu, dualisme mulai hangat diperbincangkan kembali di Amerika.

Dualisme mulai merambah masuk, tidak hanya dalam ilmu meta-fisika,


13

akan tetapi juga masuk ke dalam disiplin ilmu lainnya, terutama psikologi

(dalam Wozniak, 1995).

Konsep dualisme yang diperkenalkan oleh Barat menyebutkan

bahwa antara tubuh dan pikiran memang terpisah. Akan tetapi, tubuh dan

pikiran dihubungkan oleh ‘perasaan’. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh

dan pikiran memang terpisah tetapi keduanya memiliki hubungan kausal

yang diakibatkan oleh ‘perasaan’.

2. Pengertian Kesehatan WHO

Dunia, memiliki konsep kesehatan yang dirumuskan oleh WHO

(World Health Organization). Menurut WHO (1950), ”Health is a state of

complete physical, mental and social well being not merely the absence of

disease or infirmity”. Pengertian kesehatan ini, menunjukkan bahwa sakit

mengandung dimensi biopsikososial, yaitu disease, illness, dan sickness

(Calhoun dalam Notosoedirdjo dan Latipun, 2001).

Disease merupakan dimensi biologis, dimana gejala diketahui

melalui diagnosis medis. Illness merupakan dimensi psikologis, dimana

pengalaman subjektif seseorang tentang kondisi sakit (ketidaknyamanan)

ada pada dimensi ini. Sickness merupakan dimensi sosiologis,

menggambarkan bagaimana penerimaan sosial terhadap seseorang sebagai

orang yang sakit. Dengan demikian, muncul dua istilah untuk

menggambarkan sakit, yaitu gangguan dan deviasi. Gangguan merupakan

konsep medis dan psikologis yang secara klinis dijumpai ada penyakit atau

ketidaknormalan atau terganggunya fungsi tertentu. Sementara deviasi


14

merupakan penyimpangan dari norma sosial (Notosoedirdjo & Latipun,

2001).

Dengan demikian, konsep kesehatan yang diberikan oleh WHO

menggambarkan sehat sebagai kondisi sejahtera baik dari fisik, mental,

maupun sosialnya.

3. Pengertian Kesehatan dalam Ilmu Psikologi

Pengertian kesehatan WHO juga diterapkan dalam ilmu Psikologi.

Psikologi Abnormal, misalnya, memberikan batasan perilaku abnormal.

Secara klinis, orang sakit disebut abnormal. Perilaku abnormal ini disebut

juga psikopatologi (menurut Kamus Psikologi). Batasan perilaku abnormal

menurut Wakefield (1992, dalam Wilson et al., 1996) antara lain sebagai

pelanggaran norma sosial, gangguan yang ditangani oleh profesional,

penyimpangan statistik, kemunduran biologis, distress atau

ketidakmampuan yang tidak diharapkan, dan disfungsi yang

membahayakan. Oleh Nevid, Rathnus, dan Greene (2005), batasan

perilaku abnormal ini ditambahkan dua poin, yaitu mengandung persepsi

atau interpretasi yang salah terhadap realita dan merupakan perilaku yang

maladaptif atau ’self defeating’.

Di samping Psikologi Abnormal, terdapat pula Psikologi Kesehatan

yang ditujukan untuk memahami pengaruh psikologis pada bagaimana

individu tetap sehat, mengapa mereka sakit, dan bagaimana tanggapan

mereka ketika sakit (Taylor, 2003). Psikologi Kesehatan fokus pada

promosi dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan penanganan


15

penyakit, identifikasi penyebab sehat, penyakit, dan disfungsi, serta

meningkatkan sistem pemeliharaan kesehatan dan perumusan kebijakan

kesehatan (Matarazzo dalam Taylor, 2003).

Oleh karena psikologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari

jiwa, maka kesehatan dalam ilmu psikologi lebih banyak berbicara tentang

kesehatan mental. Secara umum, kesehatan mental ditandai dengan

keefektifan dalam menyesuaikan diri, yaitu menjalankan tuntutan hidup

sehari-hari, sehingga menimbulkan perasaan puas dan bahagia

(Supratiknya, 2005). Kesehatan mental memiliki hubungan dengan

beberapa ilmu lain (Notosoedirdjo & Latipun, 2001). Kesehatan mental

memberikan sumbangan dalam dunia kedokteran, terutama kedokteran

jiwa. Dalam ilmu psikologi, Kesehatan Mental membantu melihat proses

psikis yang berpengaruh pada perilaku sehat dan tidak sehat. Sementara

dalam ilmu Sosio-Antropologi, intervensi Kesehatan Mental akan berhasil

jika mempertimbangkan dimensi sosial dan budayanya.

Sekalipun demikian, kesehatan secara psikologis ini tidak hanya

semata-mata kondisi mental yang dilihat secara klinis, akan tetapi juga

penilaian dari kondisi lingkungan individu (ruang sosial). Hal ini

menunjukkan bahwa sehat dan sakit di dalam ilmu Psikologi masih

menggunakan konsep kesehatan WHO yang menyangkut dimensi bio-

psiko-sosial.

Melihat konsep dualisme dari Barat, konsep sehat dan sakit

digambarkan melalui kondisi tubuh dan kondisi pikiran. Untuk kondisi tubuh,
16

sehat berarti tubuh tidak mengidap penyakit, sementara sakit berarti ada

penyakit di dalam tubuh. Akan tetapi, kondisi tubuh dan pikiran ini saling

mempengaruhi. Sakit atau sehat yang dialami oleh tubuh bisa jadi merupakan

akibat dari kondisi pikiran. Sebaliknya, jika tubuh dalam keadaan sehat atau

sakit juga bisa mengakibatkan kondisi pikiran tertentu. Misalnya : karena

terlalu banyak hal yang dipikirkan maka kepala merasa pusing, atau karena

sakit tubuh yang diderita maka pikiran menjadi stres.

WHO (World Health Organization) memberikan definisi kesehatan

yang diberlakukan di seluruh dunia. Definisi kesehatan dari WHO ini diadopsi

oleh ilmu-ilmu dan bidang-bidang pengetahuan, tak terkecuali psikologi.

Konsep kesehatan dari WHO memiliki dimensi bio-psiko-sosial. Sehat

dikatakan sebagai kondisi sejahtera dari bio-psiko-sosial, sementara sakit

dikatakan sebagai kondisi adanya gangguan dan/atau deviasi.

B. KONSEP SEHAT DAN SAKIT DI INDONESIA

1. Sejarah Kedokteran di Indonesia Sebagai Awal Pelayanan Kesehatan

Modern

Pendidikan kedokteran di Indonesia dimulai sejak tahun 1851

(Khumaidi, 2008; Almazini, 2007). Pendirian sekolah keahlian di bidang

kedokteran berawal dari terjadinya epidemi penyakit menular yang

menyerang tenaga kerja pribumi di perkebunan-perkebunan Belanda.

Pemerintah kolonial mengkhawatirkan terjadinya kerugian akibat epidemi

tersebut. Oleh karena itu, pemerintah kolonial Belanda mendirikan

Sekolah Dokter Djawa pada tanggal 1 Januari 1851, guna mencetak kaum
17

pribumi sebagai tenaga kesehatan yang murah dan siap pakai (Almazini,

2007). Penyakit-penyakit menular tersebut antara lain cacar di Ternate

(1558), cacar di Ambon (1564), kolera muncul pertama kali di Jawa

(1821), cacar di Bali (1828), dan tipus merebak di Jawa (1826).

Bulan Juni 1853, dengan Surat Keputusan Gubernemen tanggal 5

Juni 1853 no. 10, ditetapkan bahwa lulusan Sekolah Dokter Djawa diberi

gelar Dokter Djawa, tetapi di pekerjakan sebagai Mantri Cacar. Pada tahun

1875, lama pendidikan diperpanjang menjadi 7 tahun dan pada tahun 1902

menjadi 9 tahun, terdiri atas 3 tahun bagian persiapan dan 6 tahun bagian

kedokteran. Pada saat itu, nama sekolah diganti menjadi “School tot

Opleiding van Inlanndsche Artsen”, disingkat STOVIA. STOVIA hanya

menerima calon murid yang lulus Sekolah Dasar Belanda. Akan tetapi,

nama STOVIA tidak bertahan lama (Almazini, 2007).

Pada tahun 1911, didirikanlah sebuah perhimpunan yang bernama

Vereniging van lndische Artsen, dengan tokohnya adalah dr. J.A. Kayadu

yang lama menjabat sebagai ketua dari perkumpulan ini. Perhimpunan ini

merupakan cikal bakal lkatan Dokter Indonesia. Selain itu, tercatat nama-

nama tokoh seperti dr. Wahidin, dr. Soetomo dan dr Tjipto

Mangunkusumo, yang bergerak dalam lapangan sosial dan politik.

Kemudian dikenal pula dr. Mangkoewinoto, dr. Soesilo dan dr. Kodijat

yang berjuang dibidang penyakit menular, juga dr. Kawilarang, dr.

Sitanala, dr. Asikin Widjajakusumah, dan dr. Sardjito. Nama yang terakhir

ini terkenal dengan majalahnya Medische Berichten yang diterbitkan di

Semarang bersama-sama dr. A. Moechtar dan dr. Boentaran.


18

Akhir tahun 1919, didirikanlah Centraal Bugerlijk Ziekenhuis

(CBZ) sekarang disebut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dokter

Ciptomangunkusumo (RSUPNCM) yang dipakai sebagai Rumah Sakit

Pendidikan oleh siswa STOVIA. Rumah sakit ini sekaligus menjadi

rumah sakit pertama di Indonesia. Pada tahun 1926 perkumpulan

Vereniging van lndische Artsen berubah namanya menjadi Vereniging van

lndonesische Geneeskundige (VIG) (Khumaidi, 2008).

Pada tahun 1927, dibuka Geneeskundige Hoogeschool (Sekolah

Tinggi Kedokteran) di Salemba untuk mengganti STOVIA.

Geneeskundige Hoogeschool hanya menerima siswa lulusan Sekolah

Menengah Atas (AMS) atau Sekolah Menengah Belanda (HBS). Setelah

menjalani pendidikan selama 8 tahun, lulusan Geneeskundige

Hoogeschool dianggap setara dengan fakultas-fakultas kedokteran di

Belanda (Almazini, 2007).

Setelah kedatangan tentara pendudukan Jepang pada tahun 1942,

Geneeskundige Hoogeschool diganti nama menjadi Ika Daigaku

(Perguruan Tinggi Kedokteran) (Almazini, 2007). Pada tahun 1943, VIG

dibubarkan dan diganti menjadi Jawa Izi Hooko Kai (Khumaidi,

2008). Pada masa perjuangan merebut kemerdekaan, proses pendidikan di

Ika Daigaku sempat terhenti karena kegiatan mahasiswa terlibat dalam

perjuangan kemerdekaan. Namun, meskipun Jepang kalah pada tahun

1945, pendidikan di Ika Daigaku kembali berlangsung (Almazini, 2007).

Februari 1946, setelah kemerdekaan Republik Indonesia nama

sekolah Ika Daigaku diubah menjadi nama Perguruan Tinggi Kedokteran


19

Republik Indonesia (Khumaidi, 2008). Akan tetapi, di bulan Februari

1947, pada jaman pendudukan Belanda, oleh pemerintah Belanda

diadakan juga kegiatan pendidikan kedokteran dengan nama

Geneeskundige Faculteit, Nood-Universiteit van Indonesie. Namun,

pendidikan kedokteran pada Perguruan Tinggi Kedokteran Republik

Indonesia tetap dilaksanakan (Khumaidi, 2008).

Pada tahun 1948, didirikan Perkumpulan Dokter Indonesia (PDI),

yang dimotori kalangan dokter-dokter muda di bawah pimpinan dr. Darma

Setiawan Notohadmojo. Hampir bersamaan, berkembang pula Persatuan

Thabib Indonesia (Perthabin) cabang Yogya yang dianggap sebagai

kelanjutan VIG masa tersebut. Tidaklah mungkin bahwa Perthabin dan

PDI sekaligus merupakan wadah dokter di Indonesia, maka dicapai

mufakat antara Perthabin dan Dewan Pimpinan PDI untuk mendirikan

suatu perhimpunan dokter baru (Khumaidi, 2008).

Pada tanggal 2 Februari 1950, setelah penyerahan kedaulatan

kepada Pemerintah Republik Indonesia kedua jenis institusi pendidikan

kedokteran tersebut, yaitu Perguruan Tinggi Kedokteran Republik

Indonesia dan Geneeskundige Faculteit, Nood-Universiteit van Indonesie,

digabung dan disatukan dengan memakai nama Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Selain itu, kiprah dokter setelah kemerdekaan

Indonesia mulai merambah ke dunia politik. Banyak dokter menjadi

menteri-menteri dari kabinet presiden Soekarno (Khumaidi, 2008).

Dokter, sebagai pelayan kesehatan modern, memiliki catatan pola-

pola pelayanan yang terus berkembang. Jewson (dalam Laksmono, 2009)


20

menyatakan bahwa semula, pelayanan kesehatan berpola bedside medicine

(Sciortino, 1992), yakni para dokter dan perawat adalah pelayan dari para

bangsawan yang memiliki uang. Pelayanan kemudian bergeser menjadi

hospital medicine di abad ke-19, di mana spesialisasi telah berkembang

dan pengobatan difokuskan pada gejala penyakit. Hal ini didukung oleh

perkembangan teknologi kedokteran, seperti : stetoskop dan alat untuk

mengukur tekanan darah diciptakan serta teknologi pembedahan menjadi

semakin canggih (Joesoef & Sutanto, 1990). Dengan demikian, perhatian

para dokter berangsur-angsur beralih dari pasien ke penyakit. Kini,

pengobatan kontemporer telah masuk pada tahap laboratory medicine

(Sciortino, 1992). Pada tahap yang disebut terakhir, peran dokter dan

khususnya kesempatan pasien untuk menyampaikan pandangan dan

keluhan dikesampingkan. Ruang yang lebih besar telah diberikan kepada

hasil tes laboratorium. Artinya, sedikit-sedikit, pasien harus lari ke

laboratorium dan tidak sekali-dua kali. Prosedur ini tentunya merepotkan

pasien dan mahal. Kini, dokter semakin mengandalkan lembar hasil

laboratorium dan tidak lagi mengandalkan informasi dan simtom pasien.

Dengan demikian, awal mula pelayanan kesehatan modern di

Indonesia diawali dengan mulai dikenalnya dokter. Dokter masuk ke

Indonesia dikarenakan oleh penyakit fisik, yaitu cacar, malaria, dan kolera.

Sementara dokter, sebagai pelayan kesehatan modern, memiliki

perkembangan pelayanan kesehatan yang pada akhirnya semakin

mengabaikan keluhan pasien. Dokter lebih mempercayai hasil-hasil

diagnostik laboratorium dan semakin mengabaikan informasi atau keluhan


21

dari pasien. Hal ini menunjukkan bahwa sakit, menurut pelayanan

kesehatan modern yaitu dokter, merupakan adanya penyakit pada fisik

atau tubuh yang dapat didiagnosa di dalam laboratorium.

2. Pengertian Kesehatan di Indonesia

Sementara di Indonesia, konsep sehat WHO diadopsi ke dalam

Undang-Undang No.23,1992 tentang Kesehatan, yang menyatakan bahwa,

“Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.” Dalam

pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang

utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya

kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.

Definisi sakit, seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita

penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang

menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang

sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak

terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit

(Soejoeti, 2005). Akan tetapi, konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak

terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan

klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Marks, Murray, Evans, dan Billig

(2000) di mana definisi kesehatan dari WHO perlu direvisi karena belum

memasukkan unsur budaya. Masalah sehat dan sakit merupakan proses

yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia


22

beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun

sosio budaya. Misalnya , WHO (1973) memberikan tanda-tanda penderita

gangguan ialah kekurangan wawasan, halusinasi pendengaran, delusi

referensi, dan afeksi yang datar. Sementara Murphy (1982) mengusulkan

budaya dapat mempengaruhi definisi, pengenalan, penerimaan, dan

simtomatologi penderita gangguan. Hal ini juga mempengaruhi perjalanan

gangguan dan respon pada penderita gangguan terhadap pemberian

perlakuan (dalam Berry, Poortinga, Segall, & Dasen, 1999).

Pengertian kesehatan di Indonesia masih menggunakan definisi yang

diberikan oleh WHO. Akan tetapi, definisi kesehatan dari WHO yang diadopsi

di Indonesia belum tentu sesuai dengan konsep sehat dan sakit masyarakat

Indonesia. Hal ini dikarenakan pengertian sehat dan sakit berdimensi subjektif

dan kulturalistik sehingga setiap masyarakat memiliki pengertian sendiri

tentang sehat dan sakit sesuai dengan pengalaman dan kebudayaannya

(Notosoedirdjo & Latipun, 2001). Selain itu, definisi WHO yang memperoleh

banyak masukan juga belum direvisi sampai sekarang.

C. KONSEP SEHAT DAN SAKIT ORANG JAWA

1. Nilai-Nilai Lokal Masyarakat Jawa Tentang Kesehatan

Manusia terdiri atas bagian batiniah dan lahiriah (de Jong, 1976).

Bagian batiniah ialah rohnya, sukma atau pribadinya. Bagian ini

merupakan kenyataan yang sejati karena bagian batiniah berhubungan

dengan sesuatu yang ilahi. Sementara bagian lahiriah dari diri manusia
23

ialah badannya, yang merupakan kerajaan rohnya (de Jong, 1976). Bila

manusia dapat menguasai badannya ini, yakni dirinya sendiri, maka dia

telah menjadi seorang ksatrya pinandita (ibarat seorang raja merangkap

pendeta, seorang pujangga yang maklum akan hal-hal rahasia). Dengan

demikian, dalam dirinya sendiri telah mencapai kesatuan, dimana badan

dibentuk menurut kehendak roh ilahi dan telah dimulai suatu

perkembangan yang harmonis (de Jong, 1976).

Konsep kesatuan dari bagian batiniah dan lahiriah tersebut

menunjukkan bahwa pembagian tubuh dan batin itu masih asing bagi

masyarakat Jawa (Magnis-Suseno, 2001). Alam lahiriah merupakan

makrokosmos (jagad gedhe), sementara alam batiniah merupakan

mikrokosmos (jagad cilik) (Stange, 1998). Akan tetapi, pandangan Barat

menyatakan bahwa istilah makrokosmos digunakan untuk menunjukkan

alam semesta, sementara mikrokosmos merupakan semesta kecil atau

dunia manusia. Dengan demikian, dunia makrokosmos dan mikrokosmos

dalam pandangan Jawa, berada dalam diri manusia (Magnis-Suseno,

2001). Berbeda dengan pandangan Barat yang menyatakan bahwa dunia

makrokosmos adalah dunia di luar diri manusia dan dunia mikrokosmos

adalah dunia di dalam diri manusia.

Perbedaan dengan pandangan Barat juga tampak dalam hal mencari

kebenaran. Kebenaran dalam arti Barat adalah dunia objektif yang

ditemukan dengan pikiran, sedangkan kebenaran dalam arti Jawa adalah

dunia subjektif yang ditemukan melalui ’rasa’ (Magnis-Suseno, 2001).

Stange (1998) menyebutkan bahwa ’rasa’ adalah kemampuan kognitif


24

yang digunakan untuk mengetahui aspek-aspek intuitif terhadap realitas.

’Rasa’ adalah alat yang digunakan untuk menangkap kebenaran-kebenaran

alam batiniah, sedangkan ’pikiran’ (mind) adalah sarana yang digunakan

untuk menerima dan mengolah informasi yang diterima melalui

pancaindera dari alam lahiriah. Batin, di kalangan orang Jawa,

dihubungkan dengan hal-hal yang mistis, roh misalnya. Contoh yang

dilakukan masyarakat Jawa ialah mengunjungi makam dengan membawa

bunga, memberi sesaji, kemenyan, atau bahkan bersemedi untuk

berhubungan dengan nenek moyang untuk meningkatkan status spiritual.

Salah satu nilai Jawa, yang berkaitan dengan kesatuan batiniah dan

lahiriah, adalah kewajiban memelihara badan dan kesehatan jasmani (de

Jong, 1976). Hal ini dikarenakan oleh badan manusia, meskipun tidak

berharga dan hanya merupakan materi, tetapi badan berfungsi sebagai

’kereta’ bagi roh. Beragam cara dilakukan masyarakat dalam menjalankan

kewajiban memelihara badan dan kesehatan jasmani tersebut.

Untuk mencapai kesatuan yang harmonis dari batiniah dan lahiriah,

masyarakat melakukan tapa brata (de Jong, 1976) atau meditasi

(Woodward dalam Boomgaard, Sciortino, & Smyth, 1996). Tapa brata

atau meditasi dilakukan untuk menghubungkan diri dengan para dewa

(roh). Selain itu, kebiasaan rutin slametan yang dilakukan di desa-desa,

juga dimaksudkan untuk merukunkan hubungan dengan alam roh (Stange,

1998). Magnis-Suseno (2001) menyebutkan bahwa bentuk slametan saat

ini adalah suatu perjamuan makan seremonial sederhana, dengan

mengundang tetangga untuk menjalin keselerasan dengan tetangga. Geertz


25

(dalam Pemberton, 2003) juga menyebutkan bahwa slametan

melambangkan kesatuan sosial dan mistis dari mereka yang mengikutinya

supaya terhindar dari celaka atau kekacauan. Hal lain yang dilakukan

adalah pencak silat (ilmu bela diri), ramu-ramuan herbal, doa, mantra,

ataupun ziarah (Woodward dalam Boomgaard et al., 1996). Pencak silat,

selain digunakan sebagai ilmu bela diri juga digunakan sebagai salah satu

cara untuk menjaga kesehatan badan. Badan yang sehat disebut juga

bergas, yang berarti badan tegap dan segar sehingga kuat dan sigap untuk

melakukan akivitas (de Jong, 1976).

Selain tapa brata, slametan, dan pencak silat, menjaga kesehatan

juga dilakukan dengan meminum ramu-ramuan herbal. Bahan yang

digunakan adalah bahan-bahan alam, seperti : karang laut (dihubungkan

dengan kepercayaan terhadap Ratu Pantai Selatan), jamu dari bahan

rempah-rempah dan temulawak, dan lain-lain. Sementara doa diperoleh

melalui pemuka agama, mantra diperoleh dari dukun (ahli supranatural dan

ilmu gaib atau ilmu hitam), dan melakukan ziarah, misalnya dengan

memberikan sesaji atau membawa bunga ke makam.

Menjaga kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa diartikan

menjaga hubungan dengan roh. Hal ini dikarenakan oleh adanya kesatuan

harmonis antara batiniah dan lahiriah sehingga menjaga kesehatan berarti

menjaga harmonisasi batiniah dan lahiriah. Roh menunjukkan bahwa

terdapat hal-hal di luar diri individu, ditangkap oleh alam batiniah

manusia, kemudian akan digerakkan oleh alam lahiriah yang sama-sama

berada dalam diri individu. Hal-hal yang terdapat di luar diri individu
26

tersebut merupakan lingkungan di sekitar manusia. Oleh karena itu, sehat

menurut masyarakat Jawa berarti harmonisasi atau keseimbangan antara

batin (jiwa) dan lahir (raga) yang ditunjukkan dengan keselarasan antara

diri manusia dengan lingkungannya.

2. Pengertian dan Konsep Pengobatan Tradisional

Djojosugito (dalam Sudardi, 2002) memberikan kerangka

pemikiran tentang obat-obat tradisional yang menyangkut dua hal : obat

atau ramuan obat tradisional dan cara pengobatan tradisional. Definisi obat

tradisional adalah obat yang turun-temurun digunakan oleh masyarakat

untuk mengobati beberapa penyakit tertentu dan dapat diperoleh secara

bebas (dalam Sudardi, 2002). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia (Permenkes RI) nomor 246/Menkes/Per/V/1990, yang

dimaksud dengan obat tradisional adalah setiap bahan atau ramuan bahan

berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik

atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah

digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Foster dan Anderson (dalam Sudardi, 2002) menyebutkan bahwa

masyarakat dan pengobatan tradisional menganut dua konsep penyebab

sakit, yaitu: naturalistik dan personalistik. Penyebab naturalistik yaitu

seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah

makan), kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk

sensasi merasakan panas-dingin tubuh seperti masuk angin (gejala flu) dan

penyakit bawaan. Sedangkan konsep personalistik menganggap


27

munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif

yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh

jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung). Selanjutnya,

Foster dan Anderson (dalam Sudardi, 2002) menjelaskan untuk mengobati

sakit yang disebabkan oleh naturalistik, dapat digunakan obat-obatan,

ramuan-ramuan, pijat, kerokan (salah satu metode memperlebar pembuluh

darah tepi yang menutup), pantangan makan, dan bantuan tenaga

kesehatan. Untuk penyebab sakit personalistik harus dimintakan bantuan

dukun, kyai, dan lain-lain.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sciortino (1992) di mana

pengobatan tradisional Jawa pada khususnya, terbagi ke dalam dua

kategori, yaitu ilmu lahir dan ilmu batin. Untuk penyakit secara lahir,

pengobatan yang ditempuh antara lain pengobatan sendiri dengan pijat

atau ramuan herbal, dukun bayi, tukang pijat, dan tukang jamu. Sementara

untuk penyakit secara batin, pengobatan dilakukan kepada mereka yang

memiliki kekuatan spiritual atau magis, seperti : orang tua sebagai orang

yang bijak, dukun prewangan, dukun kebatinan, dan pemuka agama.

Pemahaman tentang penyakit ini mempengaruhi pola pengobatan

dan pemilihan alternatif pengobatan (Yitno dalam Sudardi, 2002). Konsep

pengobatan tradisional Jawa yang memiliki pandangan kosmologis tentang

penyakit, memandang bahwa penyakit tidak saja pada apa yang

menyebabkan sakit, melainkan juga bagaimana dan mengapa seseorang

menjadi sakit. Seperti yang diungkapkan oleh Sciortino (1992) yang

mendefinisikan sakit dalam pengobatan tradisional Jawa sebagai


28

ketidakseimbangan atau ketidakharmonisan antara fisik dan elemen

spiritual, sehingga pengobatan akan mengembalikannya menjadi seimbang

dan harmoni. Hal senada juga diungkapkan oleh Magnis-Suseno (2001),

ketika masyarakat Jawa tidak harmonis dengan lingkungan, maka mereka

akan sakit. Hal ini terkait dengan kepercayaan masyarakat Jawa akan

‘roh’. Roh ini yang akan menimbulkan kecelakaan atau penyakit apabila

roh dibuat marah atau masyarakat yang kurang hati-hati. Roh adalah hal-

hal di luar manusia, yaitu lingkungan sekitar manusia.

Dengan demikian, sakit menurut masyarakat Jawa adalah

ketidakharmonisan diri dengan lingkungannya. Misalnya ada istilah Jawa :

wong ora lumrah, ketika orang atau warga masyarakat yang melakukan

pelanggaran adat-istiadat dan norma-norma yang berlaku (Sagimun &

Abu, 1981). Hal ini menunjukkan bahwa wong ora lumrah tersebut adalah

orang yang tidak sehat. Sakit dikarenakan melanggar aturan di tempat

angker, misal : membuang hajat di pohon keramat.

Sehat dan sakit pada masyarakat Jawa selalu berbicara tentang

harmonisasi diri dengan lingkungannya. Hal ini dikarenakan oleh orang Jawa

mengenal lahir dan batin sebagai sebuah kesatuan yang harmonis di dalam diri

individu. Batin ditangkap oleh ’rasa’ dan dikaitkan dengan hal-hal mistis

(roh). Sementara hal-hal mistis tersebut berada di luar diri manusia

(lingkungan). Dengan demikian, sehat adalah ketika individu menjalin

hubungan yang harmonis dengan lingkungan dan sakit adalah ketika individu

tidak harmonis dengan lingkungan. Selain itu, sehat dan sakit juga disebabkan
29

oleh lingkungan sehingga pelayanan kesehatan tradisional Jawa akan

mengembalikan harmonisasi individu dengan lingkungannya.

D. REPRESENTASI SOSIAL TENTANG KONSEP SEHAT DAN SAKIT

Setiap masyarakat mempunyai pengertian sendiri tentang sehat dan

sakit sesuai dengan pengalaman dan kebudayaannya (Notosoedirdjo &

Latipun, 2001). Perbedaan pengertian sehat dan sakit tiap kelompok

masyarakat terdapat dalam memahami kondisi sehat atau sakit, penyebab

sakit, memberi kewenangan orang yang dapat menetapkan kondisi sehat atau

sakit, merespon terhadap kesakitan, dan menetapkan klasifikasi kesakitan.

Oleh karena itu konsep sehat dan sakit dapat diungkap melalui pemahaman,

gagasan, sikap, perilaku individu-individu dalam kelompok masyarakat terkait

dengan konsep tersebut.

Representasi sosial akan membantu mengkaji konsep sehat dan sakit

ini karena representasi sosial merupakan sistem nilai, ide, dan praktik-praktik

yang membangun sebuah pemaknaan sosial (Moscovici, 2001). Representasi

sosial merupakan sistem nilai, ide, dan praktek-praktek yang membangun

sebuah makna sosial dari fenomena dan memungkinkan terjadinya komunikasi

antar anggota kelompok (Moscovici, 2001; Walmsley, 2004). Paradigma ini

merupakan kerangka berpikir konsep-konsep dan ide-ide psikologis di dalam

ruang sosial untuk mempelajari berbagai fenomena-fenomena sosial (Wagner,

Duveen, Farr and Jovchelovitch, Lorenzi-Cioldi , Marková, & Rose, 1999).

Representasi sosial merupakan produk sosial. Representasi tidak

diperoleh secara replika, tetapi diciptakan oleh ruang sosial. Moscovici (dalam
30

Walmsley, 2004) mengatakan bahwa representasi sosial dirumuskan melalui

tindakan dan komunikasi di masyarakat dan memahami serta

mengkomunikasikan apa yang sudah dipahami dengan cara tertentu.

Tujuannya yakni untuk mempelajari hubungan yang terjadi antara

pengetahuan yang bersifat opini umum dan pengetahuan keilmuan;

menjelaskan proses terjadinya pemikiran sosial; pembiasaan akan hal-hal baru

dan pemahaman kebaruan tersebut berdasarkan pengalaman sosial yang

berfungsi untuk mengarahkan perilaku, berkomunikasi dalam dinamika sosial

(Jodelet, 2006). Dengan kata lain, sistem representasi sosial menunjukkan

adanya relasi antara individu-lingkungan-sistem budaya (Purkhardt, 1993).

Relasi tersebut mempengaruhi kepercayaan, nilai-nilai, interaksi sosial, dan

interaksi masyarakat dengan lingkungan itu sendiri. Oleh karena itu,

representasi sosial dilihat sebagai bagian dari realitas sosial.

Moscovici (2001) mendeskripsikan dua proses besar dalam

pembentukan representasi sosial, yaitu anchoring dan objectivication. Proses

anchoring mengacu pada pemaknaan suatu fenomena (objek, relasi,

pengalaman, praktik, dan lain-lain), yang diintegrasikan dengan makna yang

telah ada (familiar) sebelumnya mengenai objek yang direpresentasikan

tersebut. Sementara proses objectivication akan mengubah sesuatu yang masih

abstrak menjadi lebih konkrit. Dalam hal ini, objek yang akan

direpresentasikan adalah sehat dan sakit. Sehat dan sakit merupakan suatu

objek yang masih abstrak dan tidak familiar. Oleh karena itu, sehat dan sakit

akan direpresentasikan ke dalam suatu penggambaran objek yang lebih

konkrit dan familiar.


31

Teori representasi sosial menekankan pentingnya melihat keberagaman

pengalaman individu dan bagaimana pengalaman diorganisasikan dan

dipahami dalam masyarakat. Dalam hal ini tetang konsep sehat dan sakit.

Segala macam gagasan, pengetahuan, pengalaman, dan sikap tentang sehat

dan sakit akan saling dikomunikasikan dalam masyarakat sehingga

masyarakat memiliki wacana mengenai sehat dan sakit dalam kognisinya.

Wacana ini kembali dikonsumsi dalam masyarakat, begitu seterusnya menjadi

sebuah representasi sosial. Dengan demikian, representasi sosial akan

mengungkap bagaimana konsep sehat dan sakit pada masyarakat.

Secara khusus, penelitian ini akan dilakukan pada orang dewasa,

bersuku-kebangsaan Jawa dan tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris adalah paling

sedikit berusia 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah. Usia ini

dimaksudkan bahwa responden telah memiliki kemandirian untuk mengambil

suatu keputusan. Sementara itu, usia kerja dimaksudkan untuk menunjukkan

bahwa responden memiliki kemandirian ekonomi. Undang- Undang Nomor

20 Tahun 1999 bahwa yang boleh dipekerjakan berusia 18 tahun ke atas. Oleh

karena itu, usia orang dewasa yang menjadi responden dalam penelitian ini

berusia 21 – 58 tahun, dengan catatan bahwa mereka sudah menikah dan atau

bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa usia dewasa-pekerja ini telah memiliki

kemandirian secara ekonomi dan kemandirian dalam mengambil keputusan.

Sementara itu, Daerah Istimewa Yogyakarta masih menempuh

pengobatan tradisional dan pengobatan modern. Di satu sisi, Yogyakarta

memiliki budaya tradisional Jawa yang tercermin pada praktik-praktik


32

pengobatan tradisional, seperti kerokan, pijat, pergi ke ahli spiritual, jamu, dan

lain-lain (Woodward dalam Boomgard et al., 1996). Namun di sisi lain,

Yogyakarta juga mengalami modernisasi dengan semakin banyaknya pusat

perbelanjaan, bioskop, dan teknologi-teknologi yang semakin canggih

terutama digunakan dalam bidang kesehatan. Terkait dengan kesehatan ini,

data dari Badan Pusat Statistik DIY menunjukkan bahwa pada tahun 2007

sarana kesehatan yang ada sebanyak 44 unit rumah sakit, 22 unit rumah

bersalin, 35 unit balai pengobatan, dan 118 unit puskesmas induk. Hal ini

menunjukkan bahwa DIY masih menggunakan pengobatan tradisional, namun

pengobatan modern juga semakin banyak. Dengan demikian, DIY menjadi

salah satu tempat yang tepat untuk mengungkap makna sosial dari sehat dan

sakit pada orang Jawa.


33

Dualisme : Sehat/sakit : kondisi fisik dokter, psikolog


Barat Hubungan kausal dan pikiran dalam keadaan (Joesoef dan Sutanto, 1990)
(Modern) mind dan body baik atau tidak, keduanya saling
(Wozniak, 1995) mempengaruhi (Wozniak, 1995)

WHO (1948)

UU No. 23 / 1999 tentang Kesehatan


Indonesia

Dokter masuk ke Indonesia Sehat/sakit : ada/tidaknya Pendidikan Dokter Djawa


(sejak 1558) (Almazini, 2007) penyakit pada tubuh didirikan oleh Belanda (1851)
misal : cacar, kolera (Khumaidi, 208; Almazini, 2007)

Monisme : jiwa dan raga Sehat : harmonisasi diri slametan, tapa brata, meditasi
adalah satu kesatuan dengan lingkungan (roh) pencak silat, ramuan herbal,
(Magnis-Suseno, 2001; Stange, 1998; (Magnis-Suseno, 2001; kyai, ziarah
Jawa Sciortino, 1992) Stange, 1998)

Konsep pengobatan tradisional : Sakit : ketidakseimbangan dalam ramu-ramuan, pijat, kerok,


Naturalistik dan Personalistik tubuh, disharmoni diri dengan pantang, kyai, dukun, atau
(Sudardi, 2002) lingkungan (roh) tenaga kesehatan

Gambar 1. Skema konsep sehat dan sakit versi Barat (modern), Indonesia, dan Jawa
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deksriptif dengan

menggunakan paradigma representasi sosial. Penelitian kualitatif merupakan

penelitian dengan konteks ilmiah yang lebih berfokus pada variasi

pengalaman subjek penelitian (Danim, 2002).

Suryabrata (2002) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah

penelitian dengan tujuan utama membuat pendeskripsian sistematis, faktual,

dan akurat mengenai kenyataan yang ada atau fakta-fakta dan sifat-sifat

populasi atau daerah tertentu. Pada penelitian deskriptif jenis data yang

dikumpulkan adalah data yang sifatnya deskriptif seperti transkrip wawancara,

catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video, dan sebagainya (Poerwandari,

2005). Peneliti dalam melakukan penelitian menyusun suatu gambaran yang

menyeluruh dan kompleks, menganalisis kata-kata, melaporkan secara detail

pendapat atau pandangan informan dan melaksanakan penelitian tersebut

dalam lingkungan alamiahnya.

Untuk menggambarkan atau melukiskan pendapat atau pandangan

informan ini dapat diungkap dengan menggunakan representasi sosial dimana

masyarakat akan membentuk sebuah pemaknaan sosial dari permasalahan-

permasalahan yang muncul. Pemaknaan sosial ini merupakan perspektif yang

terdiri dari sistem nilai, ide, gagasan, pengetahuan, sikap, dan praktek-praktek

yang saling dikomunikasikan satu sama lain (Moscovici dalam Walmsley,

34
35

2004). Oleh karena itu, representasi sosial akan mengungkap ide, gagasan, dan

praktek-praktek terkait dengan permasalahan tertentu yang ada dalam

masyarakat.

Dengan demikian, pemaknaan sosial masyarakat mengenai sehat dan

sakit dapat diungkap dengan representasi sosial, melalui ide, gagasan,

pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap konsep sehat dan sakit. Namun,

untuk mempermudah membaca data dan menemukan representasi sosial

masyarakat tentang sehat dan sakit, data kualitatif tersebut dianalisis dan

disajikan secara kuantitatif.

B. BATASAN ISTILAH

Representasi sosial tentang konsep sehat dan sakit adalah segala

sesuatu yang dipahami mengenai kondisi sehat dan sakit yang diperoleh

melalui iteraksi sosial. Segala sesuatu yang dipahami ini meliputi : gagasan,

pengetahuan, dan sikap yang saling dikomunikasikan di dalam masyarakat

tentang sehat dan sakit sehingga membangun sebuah makna sosial dari konsep

sehat dan sakit.

Gagasan, pengetahuan, dan sikap masyarakat Yogyakarta terhadap

konsep sehat dan sakit tersebut diungkap melalui pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan dalam angket terbuka dan wawancara. Respon-respon yang

diberikan terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan produk sosial

dari representasi masyarakat tentang konsep sehat dan sakit. Angket

wawancara terbuka dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 120 dan panduan

wawancara dapat dilihat pada halaman 41.


36

C. RESPONDEN PENELITIAN

Penentuan responden penelitian dilakukan dengan tujuan tertentu,

yaitu orang dewasa yang berada dalam usia kerja, menikah ataupun belum

menikah. Hal ini betujuan bahwa responden adalah orang yang telah memiliki

kemandirian dalam mengambil keputusan dan kemandirian secara ekonomi.

Selain itu, responden berdomisili di Daerah Istiwewa Yogyakarta. DIY

menjadi tempat yang sesuai untuk penelitian karena DIY, tidak hanya masih

mengenal pelayanan kesehatan tradisional (Jawa), tetapi juga pelayanan

kesehatan modern berkembang dengan pesat.

Dalam penelitian ini, usia responden berkisar 21 – 58 tahun, telah

menikah dan/atau belum menikah tetapi sudah bekerja. Selain itu, semua

responden bersuku-kebangsaan Jawa dan berdomisili di Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Jumlah responden tidak ditentukan sebelumnya,

melainkan dengan melihat ada/tidaknya variasi respon baru yang muncul pada

saat pengambilan data. Jika penambahan responden tidak memunculkan

respon baru dan hanya mengulang respon yang telah diperoleh sebelumnya,

maka penambahan responden dihentikan.

D. METODE PENGUMPULAN DATA

1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengumpulkan data

sementara yang digunakan sebagai objek kajian penelitian, menentukan

metode, dan responden untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan wawancara semi-terstruktur. Pengambilan


37

data dilakukan pada 8 responden, berusia dewasa (22-90 tahun), dan/atau

memiliki pekerjaan. Mereka adalah orang-orang yang telah lebih dari 15

tahun berdomisili di Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 2 bulan

(Oktober – November 2008). Panduan umum wawancara dapat dilihat

pada Lampiran 1 halaman 119.

Hasil penelitian pendahuluan mengungkapkan bahwa :

a. Metode yang digunakan pada penelitian selanjutnya adalah angket

terbuka dan wawancara semi-terstruktur.

Metode wawancara semi-terstruktur dapat mengungkap

pemahaman responden terkait kondisi sehat. Pada wawancara semi-

terstuktur ini terdapat pula pertanyaan mengenai asosiasi kata.

Responden dapat bercerita dengan bebas terkait dengan pengalaman

dan pemahaman mereka tentang kondisi sehat. Oleh karena itu,

metode ini digunakan pada penelitian selanjutnya. Akan tetapi,

asosiasi kata dibedakan dengan wawancara semi-terstruktur. Teknik

asosiasi kata disajikan dalam berupa angket terbuka, kemudian

dilanjutkan dengan wawancara semi-terstruktur.

b. Kata yang akan dijadikan stimuli pada metode pengambilan data

selanjutnya adalah sehat dan sakit.

Oleh karena tidak ada variasi jawaban responden ketika

memaknai sehat, maka sehat ini dijadikan kata yang akan digunakan

dalam pengambilan data berikutnya. Sehat dan sakit merupakan suatu

kondisi yang kontinum, jadi kata sehat akan digunakan bersamaan

dengan kata sakit pada pengambilan data berikutnya.


38

c. Responden penelitian berusia dewasa namun bukan usia dewasa lanjut

(di atas 60 tahun).

Dalam penelitian pendahuluan ini, terdapat dua responden

berusia lanjut, yaitu usia 70 tahun dan 90 tahun. Informasi dari

responden yang berusia lanjut ini cukup sulit digali. Respon yang

diberikan oleh responden sangat singkat dan sulit diminta untuk

bercerita. Oleh karena itu, dalam penelitian selanjutnya, peneliti tidak

menggunakan responden berusia lanjut.

2. Pengambilan Data Penelitian

Pengambilan data dilakukan dengan dua cara, yaitu angket terbuka

dan wawancara semi-terstruktur.

a) Angket Terbuka

Menurut Arikunto (2002), angket (kuesioner) adalah sebuah

daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur

(responden). Dengan kata lain angket merupakan metode pengumpulan

data untuk mencari informasi menggunakan pertanyaan yang dijawab

oleh orang yang menjadi sasaran angket tersebut.

Berdasarkan bentuknya angket dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu angket terbuka dan angket tertutup (Arikunto, 2002).

Angket terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa

sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya. Angket

tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan


39

jawaban lengkap sehingga pengisiannya tinggal memberi tanda pada

jawaban yang dipilih.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket terbuka

dimana responden tidak diberikan pilihan jawaban melainkan

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada angket secara

bebas. Angket terbuka ini sekaligus menjadi stimulus awal untuk mulai

membicarakan tentang sehat dan sakit.

Pertama-tama, responden diminta untuk memberikan lima buah

kata yang secara spontan terlintas ketika mendengar kata sehat dan

kata sakit. Selanjutnya, responden diminta untuk memberikan makna

dari tiap-tiap kata yang telah diberikan. Terakhir, responden diminta

untuk memprioritaskan dari lima kata yang diberikan, mana yang

paling menggambarkan kata sehat dan kata sakit.

Teknik asosiasi kata digunakan untuk memperoleh reaksi

spontan dan mengajak responden untuk membicarakan sehat dan sakit

dimulai dari area ketidaksadarannya. Ketika responden diminta untuk

memberikan lima kata secara spontan, berarti responden memberikan

apa yang ada di ketidaksadaran mereka (tanpa pikir panjang).

Selanjutnya, ketika responden diminta untuk memberikan makna dan

prioritas, ketidaksadaran yang semula dimunculkan dibawa ke

kedasaran dengan cara berpikir. Sementara pemberian makna

responden terkait dengan kata-kata yang diasosiasikan dengan kata

sehat dan sakit, bertujuan bahwa peneliti akan memiliki pemaknaan

yang sama dengan pemaknaan yang diberikan oleh responden terkait


40

dengan kata-kata tersebut. Contoh angket dapat dilihat pada Lampiran

2 halaman 120.

b) Wawancara Semi-terstruktur

Poerwandari (2005) menyebutkan bahwa wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Tujuan wawancara menurut Guba

dan Lincoln (1981) seperti dikutip Moleong (2002) adalah

mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntunan, kepedulian, dan lain-lain. Wawancara

kualitatif dilakukan dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan

tentang makna-makna subjektif yang dipahami individu berkaitan

dengan topik yang diteliti.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan

perpaduan dari wawancara terstruktur dan tidak terstruktur, atau sering

disebut wawancara semi terstruktur. Wawancara dilakukan dengan

menggunakan suatu panduan umum atau daftar pertanyaan yang akan

diajukan dan dapat digunakan untuk menemukan informasi yang

bukan baku atau informasi tunggal dan berbeda dalam hal waktu

bertanya dan cara memberikan respon, yaitu jauh lebih bebas iramanya

(Moleong, 2002).

Wawancara dilakukan untuk semakin memperjelas kata-kata

dan makna yang telah diberikan pada angket terbuka sekaligus untuk

mengkonfirmasi ulang pemaknaan responden tentang konsep sehat dan

sakit.
41

Berikut adalah panduan umum wawancara :

1. Apa itu sehat ?

2. Bagaimana cara Anda menjaga kesehatan ?

3. Apa itu sakit ?

4. Ke mana atau apa yang akan Anda lakukan ketika sakit ?

5. Dari mana Anda tahu tentang hal tersebut (terkait dengan

pertanyaan nomor 4) ?

6. Siapa ahli yang dipercaya ketika sakit ? Mengapa ?

E. METODE ANALISIS DATA

Data dianalisis dalam dua tahap, yaitu secara kualitatif dan

kuantitatif. Tahap pertama adalah menganalisis data secara kualitatif. Analisis

data yang dilakukan adalah dengan melihat pola-pola pada data-data yang

telah dikumpulkan di awal. Pengumpulan data dihentikan ketika respon yang

diberikan oleh responden tidak memiliki variasi lagi (Adriana, 2009).

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kata-kata dari angket

terbuka serta data-data naratif yang berasal dari transkrip wawancara semi

terstruktur, maka metode analisis data yang digunakan adalah analisis isi atau

analisis konten. Barelson (dalam Zuchdi, 1993) menyatakan bahwa analisis isi

merupakan salah satu teknik penelitian untuk mengasilkan deskripsi yang

objektif dan sistematik mengenai isi yang terungkap dalam komunikasi.

Data berupa kata-kata dari angket terbuka menggunakan metode

clustering, yaitu salah satu metode yang mengelompokkan respon-respon ke

dalam kategori-kategori yang sama. Pengelompokkan kategori respon-respon


42

didasarkan pada arti yang diberikan dari masing-masing kata tersebut. Metode

ini digunakan untuk melihat respon-respon mana yang paling dominan

merepresentasikan objek kajian.

Analisis isi yang dilakukan untuk data-data naratif hasil wawancara

menggunakan analisis tematik atas transkrip wawancara. Hasil dari analisis ini

berupa tema-tema khusus yang mendeskripsikan pemaknaan sosial atas sehat

dan sakit. Analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Organisasi Data

Data hasil wawancara disusun dalam sebuah transkrip verbatim.

Segala sesuatu yang diucapkan oleh peneliti dan subjek dilaporkan secara

tertulis. Di sini, peneliti mulai merefleksikan makna-makna dari kata-kata

subjek.

2. Koding

Koding adalah pemberian label pada kata-kata subjek yang

mengungkapkan makna tertentu terkait dengan tema yang diteliti. Koding

dimaksudkan untuk dapat mengkategorisasikan dan mensistematisasi data

secara lengkap dan mendetail sehingga dapat memunculkan gambaran

tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 2005).

3. Kategorisasi

Kategorisasi ini adalah tahap mengklasifikasikan kode-kode yang

sama dalam proses koding. Kode yang sama dijadikan menjadi satu

kategori yang selanjutnya kategori-kategori yang ada di susun sebagai

bagian dari aspek yang ingin diteliti.


43

Tahap yang ke-dua, kategori-kategori atau tema-tema dari hasil angket

terbuka dan wawancara yang telah terkumpul, disajikan secara kuantitatif.

Penyajian kuantitatif ini dilakukan dengan memberikan jumlah respon dan

responden pada tiap-tiap tema atau kategori yang ada. Jumlah respon dan

responden pada tiap-tiap tema atau kategori ini selanjutnya diprosentasekan.

Prosentase dilakukan berdasarkan tingkat jumlah respon dan responden yang

ingin dilihat, misalnya perbandingan respon dan responden setiap tema atau

kategori dengan respon dan responden keseluruhan. Jumlah respon yang

memiliki prosentase paling tinggi merupakan respon yang paling diingat oleh

responden, sementara jumlah responden yang memiliki prosentase paling

tinggi menunjukkan bahwa tingkat persebaran respon yang diberikan tinggi

pada responden. Dengan demikian, semakin tinggi prosentase respon dan

responden maka semakin tinggi pula respon tersebut merepresentasikan

responden.

F. PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA

Untuk meningkatkan derajat kepercayaan data maka dalam penelitian

ini dilakukan teknik pemeriksaan data dengan cara triangulasi. Moleong

(2006) memberikan istilah trangulasi untuk pemeriksaan keabsahan data.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. Denzin (dalam Moleong, 2006) membedakan empat macam

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan

sumber, metode, penyidik, dan teori.


44

Dalam hal ini, peneliti menggunakan triangulasi metode, dimana

peneliti menggunakan metode angket terbuka dan wawancara semi-terstruktur.

Menurut Patton (dalam Moleong, 2006), terdapat dua strategi dalam

triangulasi metode, yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil

penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat

kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan selama 4 bulan,

yaitu bulan Februari – Mei 2009. Data di kumpulkan melalui pengisian

angket terbuka dan wawacara oleh peneliti. Pengambilan data dilakukan

pada 30 orang dewasa yang berdomisili di Yogyakarta.

Setiap responden membutuhkan waktu 1 – 1,5 jam untuk mengisi

angket dan wawancara. Setelah responden selesai mengisi angket, peneliti

mengkonfirmasi kembali jawaban pada angket kepada responden. Setelah

itu, dilakukan wawancara.

Lokasi pengambilan data ada yang dilakukan di kediaman

responden, di tempat kerja responden, atau di tempat umum. Hal ini

disesuaikan dengan waktu luang dari masing-masing responden sesuai

dengan waktu dan tempat yang telah disepakati sebelumnya. Kesepakatan

ini berlaku untuk pengambilan data di tempat kerja dan di kediaman

responden. Untuk pengambilan data di tempat umum, responden dipilih

secara acak.

2. Responden Penelitian

Berikut adalah data demografi responden dalam penelitian ini :

45
46

Tabel 2
Demografi Responden Penelitian

Demografi Kriteria Total Prosentase


(N=30)
Usia 21 – 30 tahun 18 60.00
31 – 40 tahun 4 13.33
41 – 50 tahun 4 13.33
51 – 60 tahun 4 13.33
Jenis Laki-Laki 19 63.33
Kelamin Perempuan 11 36.67
Status Menikah 19 63.33
Pernikahan Belum Menikah 11 36.67
Pendidikan SD 1 3.33
Terakhir SMP 4 13.33
SMA/SMK 10 33.33
Diploma 4 13.33
S1 11 36.67
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 4 13.33
Karyawan Swasta 18 60.00
Wiraswasta 3 10.00
Lain-Lain 5 16.67
Pendapatan a. > 500.000 rupiah 10 33.33
Per Bulan b. 500.000 – 1.000.000 6 20.00
rupiah
c. 1.000.000 – 1.500.000 9 30.00
rupiah

d. 1.500.000 - 2.000.000 1 3.33


rupiah
e. < 2.000.000 rupiah 4 13.33
Daerah Kabupaten Sleman 23 76.67
Tempat Kabupaten Bantul 4 13.33
Tinggal Kabupaten Gunung Kidul 1 3.33
Kotamadya Yogyakarta 2 6.67
Agama Kristiani 16 53.33
Muslim 14 46.67

Responden penelitian ini adalah 30 orang bersuku-bangsa Jawa

yang berdomisili di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Responden

dominan tinggal di Kabupaten Sleman (76.67% responden). Selain

Kabupaten Sleman, 13.33% responden tinggal di Kabupaten Bantul,


47

6.67% responden di Kotamadya Yogyakarta dan hanya 3.33% yang

bertempat tinggal di Kabupaten Gunung Kidul. Responden lebih

didominasi oleh laki-laki (63.33% responden) daripada perempuan

(36.67% responden). Usia responden memiliki rentang 21-58 tahun. Jika

dibagi ke dalam 4 dekade, 60% responden berusia 21-30 tahun. Sementara

responden yang berusia 31-40 tahun, 41-50 tahun, dan 51-60 tahun,

masing-masing terdapat 13.33% responden. Selain itu, 63.33% responden

sudah menikah, sementara 36.67% responden lainnya belum menikah.

Masalah perbedaan keyakinan, hanya ada dua keyakinan yang dianut oleh

respoden, yaitu 53.33% responden beragama Kristiani dan 46.67%

beragama Muslim.

Sebanyak 36.67% responden merupakan lulusan Strata 1 (S1)

dan 33.33% responden merupakan lulusan SMA/SMK. Responden untuk

lulusan SMP dan Diploma, masing-masing 13.33% responden, dan hanya

ada 3.33% responden lulusan SD. Selain itu, 60% responden merupakan

karyawan swasta, 13.33% responden adalah Ibu Rumah Tangga, 10%

responden wiraswasta, dan 16.67% responden memiliki pekerjaan lain.

Pendapatan yang diperoleh responden setiap bulannya, sebesar kurang dari

Rp. 500.000,00 ada 33.33% responden. Sebanyak 30% responden

memiliki pendapatan Rp. 1.000.000,00 – Rp. 1.500.000,00 per bulan, 20%

responden berpendapatan Rp. 500.000,00 – Rp.1.000.000,00 setiap bulan,

13.33% responden memiliki pendapatan di atas Rp. 2.000.000,00 setiap

bulan, dan hanya ada 3.33% responden yang berpendapatan Rp.

1.500.000,00 – Rp. 2.000.000,00 per bulan.


48

Dalam analisis data, responden akan dibagi pula ke dalam dua

kelompok. Pembagian kelompok ini berdasarkan atas jawaban responden

untuk pertanyaan pada wawancara. Pertanyaan tersebut adalah, “ Ada

tidak ahli yang dipercaya ketika sedang sakit? Jika ada, sebutkan!

Mengapa ?”. Berikut adalah deskripsi spesifik dari responden-responden

yang tergabung dalam kelompok responden percaya dokter dan kelompok

responden tidak percaya dokter.

Tabel 3
Deskripsi Kelompok Responden Percaya dan Tidak Percaya Dokter

No Deskripsi Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter


Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah
1. Responden R1, R2, R3, R4, R5, R6,
R10, R12, R13, 14 R7, R8, R9, 16
R14, R15, R18, (46.67%) R11, R16, R17, (53.33%)
R19, R20, R23, R21, R22, R24,
R27, R30 R25, R26, R28,
R29
2. Alasan Dokter ahli
yang 11 Tidak ada 5
mempelajari (78.57%) tanpa alasan (31.25%)
Ada hal atau 5
2 orang lain yang (31.25%)
Tanpa alasan (14.29%) dipercaya
Obat tidak sib, 2
biaya mahal, (12.50%)
Ada di 1 tidak minta
puskesmas (7.14%) sakit
Ke dokter 2
kalau (12.50%)
penyakitnya
gak sembuh
atau peyakit
dalam
Kalau ada niat 1
baru ke dokter (6.25%)
Masih belum 1
menemukan (6.25%)
49

Responden yang masuk ke dalam kelompok percaya dokter

sebesar 46.67% responden. Selebihnya, yaitu 53.33% responden masuk ke

dalam kelompok tidak percaya dokter. Responden- responden dominan

beralasan percaya dokter karena dokter adalah ahli yang memang

mempelajari tentang sakit (78.57% responden). Semetara itu, responden-

responden yang tidak percaya pada dokter tidak memberikan alasan atau

memiliki hal lain yang dipercaya (masing-masing 31.25% respon). Hal

lain yang dipercaya ini misalnya Tuhan.

Berikut ini adalah deskripsi demografi dari responden-responden

pada kelompok percaya dokter dan kelompok tidak percaya dokter.

Tabel 4
Demografi Responden Kelompok Percaya dan Tidak Percaya Dokter

Demografi Kriteria Percaya Dokter Tidak Percaya


Dokter
N % N %
(N=14) (N=16)
Usia 21 – 30 tahun 9 64.29 9 56.25
31 – 40 tahun 0 0.00 4 25.00
41 – 50 tahun 3 21.43 1 6.25
51 – 60 tahun 2 14.29 2 12.50
Jenis Laki-Laki 8 57.14 11 68.75
Kelamin Perempuan 6 42.86 5 31.25
Status Menikah 7 50.00 12 75.00
Pernikahan Belum Menikah 7 50.00 4 25.00
SD 0 0.00 1 6.25
Pendidikan SMP 1 7.14 3 18.75
Terakhir SMA/SMK 5 35.71 5 31.25
Diploma 2 14.29 2 12.50
S1 6 42.86 5 31.25
Ibu Rumah Tangga 2 14.29 2 12.50
Pekerjaan Karyawan Swasta 9 64.29 9 56.25
Wiraswasta 1 7.14 2 12.50
Lain-Lain 2 14.29 3 18.75
50

Demografi Kriteria Percaya Dokter Tidak Percaya


Dokter
N % N %
(N=14) (N=16)
Pendapatan a. > 500.000 rupiah 3 21.43 7 43.75
Per Bulan b. 500.000 –
1.000.000 rupiah 2 14.29 4 25.00
c. 1.000.000 –
1.500.000 rupiah 7 50.00 2 12.50
d. 1.500.000 -
2.000.000 rupiah 0 0.00 1 6.25
e. < 2.000.000
rupiah 2 14.29 2 12.50
Daerah Kabupaten Sleman 11 78.57 12 75.00
Tempat Kabupaten Bantul 1 7.14 3 18.75
Tinggal Kabupaten Gunung
Kidul 0 0.00 1 6.25
Kotamadya
Yogyakarta 2 14.29 0 0.00
Agama Kristiani 8 57.14 8 50.00
Muslim 6 42.86 8 50.00
Catatan. N = jumlah responden tiap demografi per kelompok; % =
prosentase jumlah responden tiap demografi per kelompok

Kelompok responden yang percaya pada dokter didominasi oleh

responden dengan kelompok usia 21-30 tahun (64.29%), laki-laki

(57.14%), berpendidikan terakhir S1 (42.86%) dan SMA/SMK (35.71%),

memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta (64.29%), pendapatan per

bulan Rp. 1.000.000,00 – Rp. 1.500.00,00 (50%), berdomisili di

Kabupaten Sleman (78.57%), dan beragama Kristiani (57.14%). Baik

responden yang sudah menikah maupun belum, memiliki jumlah yang

sama yaitu masing-masing 50% responden.

Kelompok responden yang tidak percaya dokter didominasi oleh

responden dengan kelompok usia 21-30 tahun (56.25%), laki-laki

(68.75%), sudah menikah (75%), berpendidikan terakhir S1 dan


51

SMA/SMK (masing-masing 31.25%), memiliki pekerjaan sebagai

karyawan swasta (56.25%), berpendapatan kurang dari Rp. 500.000,00

setiap bulannya (43.75%), dan bertempat tinggal di Kabupaten Sleman

(75%). Sementara untuk masalah keyakinan, baik agama Kristiani maupun

Muslim memperoleh porsi yang sama, yaitu masing-masing 50%

responden.

Perbedaan yang mencolok dari ke-dua kelompok responden

terletak pada pendapatan yang diperoleh setiap bulannya. Kelompok

responden yang percaya pada dokter memiliki rata-rata pendapatan yang

lebih tinggi daripada kelompok responden yang tidak percaya dokter. Hal

ini menunjukkan bahwa ada permasalahan secara ekonomi terkait dengan

percaya/tidaknya responden kepada dokter. Selain itu, responden sudah

menikah lebih tidak percaya pada dokter daripada yang belum menikah.

Sementara itu, responden yang berdomisili di Kotamadya Yogyakarta,

semuanya percaya dokter.

3. Analisis Data

Data diambil dengan dua cara, yaitu angket terbuka dan

wawancara. Angket terbuka menghasilkan asosiasi kata, sementara

wawancara memberikan deskripsi. Masing-masing data disajikan ke dalam

tabel-tabel dengan memberikan prosentase untuk mengetahui derajat

banyak/tidaknya data tersebut jika dibandingkan dengan data yang lain.

Analisis data dilakukan dengan melihat frekuensi respon dan

responden (Putra, Wardhani, & Muwardani, 2009). Respon merupakan


52

kata-kata yang diberikan oleh responden. Semakin sering atau banyak

kata-kata yang sama diucapkan berarti semakin mendalam (ingat)

pemahaman responden tentang kata tersebut. Sementara responden adalah

banyak orang yang mengucapkan kata tertentu. Semakin banyak orang

yang mengucapkan kata yang sama berarti semakin tinggi tingkat

penyebaran kata tersebut (Wagner et al., 1999).

Analisis data dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu : sehat,

sakit, dan representasi sehat dan sakit. Bagian sehat dan sakit, masing-

masing menunjukkan penjabaran data dari angket terbuka dan hasil

wawancara terkait dengan sehat atau sakit. Bagian terakhir, representasi

sehat dan sakit, merupakan rangkuman hasil dari bagian sehat dan sakit.

a. Konsep Sehat

Analisis data untuk representasi sehat ini dibagi ke dalam empat

bagian, yaitu : asosiasi kata, hasil wawancara, makna, dan konsep sehat

pada responden percaya dan tidak percaya dokter. Asosiasi kata terdiri dari

kata-kata yang diasosiasikan dengan kata sehat dalam angket terbuka.

Hasil wawancara merupakan kategori-kategori respon yang telah diberikan

oleh responden. Pada bagian makna, dapat dilihat makna dari asosiasi kata

dan hasil wawancara. Bagian terakhir merupakan perbandingan respon

antara responden percaya dokter dan tidak percaya dokter.

i. Data Konsep Sehat Menurut Asosiasi Kata

Responden diberikan angket terbuka yang terdiri dari 6 buah

pertanyaan. Pada tugas yang pertama, responden diminta menuliskan 5


53

buah kata yang segera terlintas di pikiran, ketika mendengar kata sehat.

Tugas pertama ini dimaksudkan supaya responden dapat memberikan

responnya secara spontan. Berikut adalah hasil dari kata-kata dari

responden yang diasosiasikan dengan kata sehat.

Tabel 5
Kata – Kata Diasosiasikan dengan Kata Sehat

No Tema Kata Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase


Respon Respon Responden Responden
(N=139) (N=30)
1 Hal-hal senang, ceria, bahagia,
menyenangkan gembira, tersenyum, 36 25.90 22 73.33
berseri-seri, banyak
senyum, tidak murung,
panjang umur, awet muda,
tenang, baik, sejahtera
2 Semangat dalam segar, seger, bugar, cantik,
Beraktivitas nyaman, percaya diri, indah, 30 21.58 20 66.67
sexy, semangat, tidak loyo
aktif, dapat beraktivitas,
lincah, cekatan, bekerja,
aktivitas lancar, produktif
3 Berpikir positif berpikir jernih, berpikir sehat,
cemerlang, berpikir positif, 23 16.55 12 40.00
pikiran jernih, akal sehat,
pikiran, responsif, jiwa, bicara,
perilaku, syukur, sehat rohani,
rohani, mudah sosialisasi
4 Jauh dari sakit kuat, badan kuat, tenaga
dan badan kuat tambah, energik, jasmani, 17 12.23 13 43.33
tubuh, badan, jauh dari sakit,
tidak sakit-sakitan, cacat
mental
5 Upaya olahraga, makan, teratur,
memperoleh jalan-jalan, senam, air putih, 33 23.74 15 50.00
vitamin C, alami, enak,
kesehatan proporsional, makanan,
banyak makan, menjaga
stamina, menjaga, gemuk,
Menjaga pola makan, steril,
mahal, rumah sakit, dokter,
hemat, bersih
Kata sehat paling banyak diasosiasikan dengan kata-kata yang

menggambarkan hal-hal menyenangkan, seperti : senang, bahagia,

gembira, tersenyum, dan lain-lain (25,90%). Kata sehat juga diasosiakan

dengan kata-kata yang berhubungan dengan upaya memperoleh

kesehatan, seperti : olahraga, makan teratur, bersih, dan lain-lain


54

(23,74%). Selain itu, kata-kata yang menunjukkan semangat beraktivitas,

seperti : segar, semangat, tidak loyo, dan lain-lain juga digunakan untuk

menggambarkan kata sehat (21,58%).

Melihat dari banyaknya responden yang memberikan jawaban,

responden paling banyak memberikan respon pada kata-kata yang

menggambarkan hal-hal menyenangkan, seperti : senang, bahagia,

gembira, dan lain-lain (73,33%). Responden juga banyak memberikan

respon pada kata-kata semangat dalam beraktivitas, seperti : aktif,

semangat, tidak loyo, dan lain-lain (66,67%) untuk menggambarkan kata

sehat. Selain itu, respon yang berkaitan dengan upaya memperoleh

kesehatan, seperti : olahraga, senam, makan teratur, dan lain-lain juga

diberikan oleh banyak responden (50%).

Dengan demikian, kata sehat diasosiasikan dengan kata-kata

yang berkaitan dengan hal-hal menyenangkan, seperti : senang, gembira,

senyum, dan lain-lain ; semangat dalam beraktivitas, seperti : semangat,

segar, aktif, dan lain-lain ; dan upaya memperoleh kesehata, seperti :

olahraga, senam, makan teratur, dan lain-lain.

Setelah memberikan 5 buah kata yang diasosiasikan dengan kata

sehat, pada tugas yang ke-tiga, responden diminta untuk mengurutkan

atau memberikan prioritas. Prioritas pertama sampai ke-lima dimulai

dari kata mana yang paling menggambarkan kata sehat dari kata-kata

yang diberikan responden tersebut. Tugas ke-tiga ini mengajak

responden untuk berpikir kembali tentang kata-kata yang telah


55

disebutkan secara spontan pada tugas pertama. Berikut adalah hasil dari

prioritas-prioritas kata-kata yang diberikan responden untuk

menggambarkan kata sehat.

Tabel 6
Prioritas Kata Sehat

No Tema P1 P2 P3 P4 P5
N = 30 N=29 N=28 N=26 N=26
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 Menyenangkan 6 20.00 9 31.03 6 21.43 8 30.77 7 26.92
2 Semangat dalam
beraktivitas 4 13.33 5 17.24 7 25 7 26.92 8 30.77
3 Berpikir positif 8 26.67 5 17.24 8 28.57 4 15.38 2 7.69
4 Jauh dari sakit dan
badan kuat 3 10.00 4 13.79 3 10.71 1 3.85 3 11.54
5 Upaya
memperoleh
kesehatan 9 30.00 6 20.69 5 17.86 6 23.08 6 23.08
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; P1 = Prioritas pertama; P2 =
Prioritas ke-dua; P3 = Prioritas ke-tiga; P4 = Prioritas ke-empat; P5 = Prioritas ke-lima; N
= Jumlah respon/responden total tiap prioritas; Jml = Jumlah respon/responden yang
diberikan tiap tema respon; % = Prosentase respon/responden yang diberikan tiap tema
respon

Kata-kata yang menggambarkan upaya memperoleh kesehatan

menjadi kata-kata yang pertama diutamakan responden dalam

menggambarkan kata sehat (30%). Kata-kata yang berkaitan dengan

hal-hal menyenangkan di tempatkan pada prioritas ke-dua (31,03%)

dan ke-empat (30,77%). Prioritas ke-tiga kata-kata yang

menggambarkan kata sehat adalah kata-kata yang berhubungan dengan

berpikir positif (28,57%). Sementara itu, kata-kata yang

menggambarkan semangat dalam beraktivitas ditempatkan pada

prioritas ke-lima (30,77%).

Dengan demikian, kata-kata yang paling sering diutamakan

untuk menggambarkan kata sehat adalah kata-kata yang berkaitan


56

dengan hal-hal menyenangkan. Sementara kata-kata lain yang

diutamakan adalah kata-kata yang berhubungan dengna upaya

memperoleh kesehatan, berpikir positif, dan semangat dalam

beraktivitas.

Kata sehat diasosiasikan dengan kata-kata yang berhubungan

dengan hal-hal yang menyenangkan, upaya memperoleh kesehatan,

dan semangat beraktivitas. Kata-kata tersebut menjadi kata-kata yang

paling diingat dan memiliki tingkat persebaran yang tinggi pada

responden. Selain itu, kata-kata tersebut juga diutamakan untuk

menggambarkan kata sehat. Akan tetapi, muncul kata-kata lain yang

dijadikan prioritas dalam menggambarkan kata sehat. Kata-kata

tersebut adalah kata-kata yang berhubungan dengan berpikir positif.

ii. Data Konsep Sehat Menurut Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan setelah responden menyelesaikan angket

terbuka. Pertanyaan pertama yang diberikan kepada responden adalah

“Apa itu sehat?”. Pertanyaan ini dimaksudkan supaya responden

memberikan definisi dari ‘sehat’ itu sendiri. Definisi yang diberikan

oleh responden merupakan hasil refleksi terhadap pemaknaan sehat itu

sendiri. Berikut adalah hasil dari definisi sehat yang diberikan oleh

responden.
57

Tabel 7
Definisi Sehat

No. Kategori Jumlah Prosentase Prosentase


Jumlah Jumlah
Respon Responden
(N=34) (N=30)
1. Keseimbangan 11 32.35 36.67
2. Bisa beraktivitas 15 44.12 50.00
3. Bebas Penyakit 5 14.71 16.67
4. Menjaga 2 5.88 6.67
5. Syukur 1 2.94 3.33

Berdasarkan hasil wawancara, definisi sehat yang paling

banyak diberikan oleh responden adalah bisa beraktivitas (44,12%

respon dan 50% responden). Selain itu, sehat juga digambarkan

sebagai keseimbangan (32,45% respon dan 36,67% responden).

Dengan demikian, sehat lebih banyak didefinisikan sebagai

kondisi bisa dilakukannya aktivitas dan keadaan yang seimbang.

Definisi sehat tersebut juga memiliki tingkat persebaran respon yang

tinggi pada responden.

Pertanyaan selanjutnya dalam wawancara adalah bagaimana

responden menjaga kesehatannya. Hal ini dimaksudkan supaya peneliti

dapat mengetahui cara-cara yang biasa digunakan oleh responden

untuk menjaga kesehatannya. Berikut adalah hasil cara-cara menjaga

kesehatan yang dilakukan oleh responden.


58

Tabel 8
Menjaga Kesehatan

No. Kategori Jumlah Prosentase Prosentase


Jumlah Jumlah
Respon Responden
(N=31) (N=30)
1. Keteraturan 12 38.71 40.00
2. Keteraturan dan 12 38.71 40.00
suplemen
3. Kecukupan 3 9.68 10.00
4. Kecukupan dan 3 9.68 10.00
suplemen
5. Tidak ada 1 3.23 3.33

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjaga

kesehatan paling dominan dengan menjaga keteraturan saja dan

keteraturan yang diimbangi dengan dikonsumsinya suplemen (masing-

masing 38.71% respon dan 40% responden).

Jumlah respon yang diberikan setiap kategori sama dengan

jumlah responden yang memberikan respon pada kategori yang sama.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin dalam pemahaman atau ingatan

akan kata-kata yang diberikan untuk menggambarkan cara menjaga

kesehatan maka semakin tinggi pula tingkat penyebaran kata-kata

tersebut pada responden. Dengan demikian, menjaga keteraturan

dengan menggunakan suplemen ataupun tidak merupakan kata yang

paling diingat atau dipahami untuk menggambarkan cara menjaga

kesehatan. Selain itu, keteraturan dengan atau tanpa suplemen juga

memiliki tingkat penyebaran yang paling tinggi pada responden dalam

menjaga kesehatan.
59

Sehat digambarkan sebagai suatu keadaan dapat dilakukannya

aktivitas dan kondisi yang seimbang. Sementara untuk menjaga

kesehatan, responden akan menjaga keteraturan atau dan ditambahkan

dengan dikonsumsinya suplemen.

iii. Data Konsep Sehat Menurut Makna Kata Dalam Asosiasi Kata

dan Hasil Wawancara

Setelah responden memberikan 5 buah kata secara spontan,

yang diasosiasikan dengan kata sehat, responden diminta untuk

memberikan pengertian dari masing-masing kata yang telah diberikan.

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pemaknaan responden

mengenai kata-kata yang telah diberikan. Berikut adalah hasil dari

makna-makna kata yang diberikan oleh responden.

Tabel 9
Makna Asosiasi Kata Sehat

No Tema Makna Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase


Respon Respon Responden Responden
1 Hal-hal a. Melakukan segala sesuatu
menyenangkan dengan hati senang 8 22.22 8 36.36
b. Gembira, wajah murah
senyum, senang jika badan
sehat 14 38.89 12 54.55
(36 respon c. Tidak ada sakit 5 13.89 4 18.18
22 responden) d. Positive Thingking 4 11.11 4 18.18
e. Memberi kesenangan kepada
orang lain 3 8.33 3 13.64
f. Kesehatan adalah anugerah 1 2.78 1 4.55
g. Peredaran darah sehat 1 2.78 1 4.55
2
Semangat dalam a. Tidak merasa malas dalam
beraktivitas beraktivitas 12 40.00 11 55.00
b. Penampilan menarik dan
badan terasa nyaman 10 33.33 8 40.00
(30 respon c. Dapat melakukan aktivitas 5 16.67 4 20.00
20 responden) d. Cepat tanggap 2 6.67 2 10.00
e. Aktivitas menggebu 1 3.33 1 5.00
60

No Tema Makna Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase


Respon Respon Responden Responden
3 Berpikir positif a. Pikiran logis, tidak berkhayal
masuk akal, positive thinking 9 39.13 8 66.67
b. Bersyukur karena diberi
kesehatan 4 17.39 4 33.33
(23 respon c. Ingat akan Tuhan 4 17.39 4 33.33
d. Pikiran sehat membuahkan
12 responden) hal-hal positif 4 17.39 4 33.33
e. Berpikir cepat 1 4.35 1 8.33
f. Gaya bicara mencerminkan
pendidikan 1 4.35 1 8.33
4 Jauh dari sakit a. Kuat dan berenergi dalam
dan badan kuat beraktivitas 6 35.29 4 30.77
b. Tidak merasa sakit, badan
sehat 8 47.06 8 61.54
(17 respon c. Makan makanan bergizi 1 5.88 1 7.69
13 responden) d. Tidak sakit fisik atau mental 1 5.88 1 7.69
e. Tidak normal 1 5.88 1 7.69
5 Upaya a. Kegiatan-kegiatan untuk
memperoleh menjaga kesehatan 12 36.36 11 73.33
kesehatan b. Makan makanan bergizi 7 21.21 6 40.00
c. Bebas dari kuman dan kotoran
(33 respon penyebab sakit 6 18.18 6 40.00
d. Fungsi organ tubuh
15 responden) dinormalkan kembali 3 9.09 2 13.33
e. Ada biaya untuk memperoleh
kesehatan 3 9.09 3 20.00
f. Ada tempat dan orang untuk
orang yang sakit 2 6.06 2 13.33

Berdasarkan makna kata-kata yang diasosiasikan dengan kata

sehat, kata-kata yang berhubungan dengan hal-hal menyenangkan

berarti senang, gembira, wajah murah senyum (38,89% respon dan

54,55% responden). Kata-kata yang berhubungan dengan upaya

memperoleh kesehatan berarti terdapat kegiatan-kegiatan yang

dilakukan untuk menjaga kesehatan, seperti : olahraga, makan teratur,

menjaga kebersihan, dan lain-lain (36,36% respon dan 73,33%

responden). Sementara semangat beraktivitas berarti tidak adanya rasa

malas dalam beraktivitas (40% respon dan 55% responden).

Jumlah respon yang tinggi juga menunjukkan jumlah reponden

yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin makna-makna

tersebut diingat untuk menggambarkan kata sakit, semakin tinggi pula


61

tingkat persebaran makna-makna tersebut pada responden. Dengan

demikian, kata sehat digambarkan sebagai wajah yang murah senyum,

senang, melakukan kegiatan-kegiatan untuk menjaga kesehatan, dan

tidak malas dalam melakukan aktivitas.

Sementara untuk definisi sehat yang diberikan oleh responden

dalam wawancara, juga memiliki makna-makna tersendiri. Berikut

adalah hasil dari makna-makna yang diberikan responden untuk

menggambarkan kata sehat.

Tabel 10
Makna Definisi Sehat

No Kategori Makna N %
RSP
Kategori
1 Seimbang a. Keadaan yang tidak lebih dan tidak kurang 2 18.18
untuk memenuhi kebutuhan
(11 respon) b. Kondisi jasmani, rohani, jiwa, pikiran 6 54.54
yang sehat semua
c. Semua kebutuhan terpenuhi (bio-psiko- 1 9.09
sosial dan rohani)
d. Seimbang hidupnya : antara rumah dan 1 9.09
kantor, mengerjakan apa jadi enak
e. Badan dan pikiran sehat, ditambah 1 9.09
terpenuhinya kebutuhan sehari-hari
2 Bisa Beraktivitas a. Semangat dalam melakukan aktivitas 8 57.14
(14 respon) b. Nyaman dalam melakukan aktivitas 3 21.43
c. Bisa melakukan akivitas yang diinginkan 2 14.29
b. Semangat untuk bisa lebih maju 1 7.14
3 Bebas Penyakit a. Kondisi tubuh tanpa penyakit dan pikiran 3 60.00
wajar, positif
(5 respon) b. Kondisi bebas penyakit untuk tubuh dan 2 40.00
rohani
4 Menjaga a. Hidup teratur, bersih, supaya tidak rugi 2 100.00
(2 respon) karena sakit
5 Syukur a. Bisa dilakukan dengan doa atau pujian- 1 100.00
(1 respon) pujian karena diberi kesehatan
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; N = jumlah respon/responden;
% RSP Kategori = prosentase jumlah respon/responden dari jumlah respon/responden
setiap kategori
62

Berdasarkan makna yang diberikan responden dalam

wawancara, sehat yang digambarkan sebagai bisa beraktivitas berarti

terdapat semangat dalam melakukan aktivitas (57,14%). Sementara

keseimbangan berarti keadaan jasmani, rohani, jiwa, dan pikiran sehat

semua (54,54%).

Jumlah respon sama dengan jumlah responden menunjukkan

bahwa semakin respon tersebut diingat maka semakin tinggi pula

tingkat persebarannya pada responden. Dengan demikian, sehat

didefinisikan sebagai dapat dilakukannya aktivitas dengan semangat

dan dengan kondisi jasmani, rohani, jiwa, dan pikiran yang seimbang

sehat semua.

Hasil wawancara yang lain, terkait dengan kesehatan, adalah

menjaga kesehatan. Tiap responden memiliki cara-cara tersendiri

untuk menjaga kesehatannya. Berikut adalah makna dari cara-cara

yang diberikan responden untuk menjaga kesehatan.

Tabel 11
Makna Menjaga Kesehatan

No Kategori Makna N %
1 Keteraturan a. Makan teratur waktunya, istirahat, 5 41.67
olahraga, air putih
(12 respon) b. Olahraga, makan bergizi,istirahat, berdoa 4 33.33
c. Makan, istirahat, olahraga, pikiran santai 3 25.00
2 Keteraturan a. Olahraga, pola makan, air putih, 6 50.00
dan suplemen istirahat, suplemen ketika kondisi badan
kurang baik
(12 respon) b. Olahraga, makan, istirahat, suplemen 3 25.00
dikonsumsi setiap hari
c. Olahraga, makan, suplemen ketika sedang 3 25.00
ingin, punya uang
63

No Kategori Makna N %
3 Kecukupan a. Makan, olahraga, istirahat, air putih, 3 100.00
(3respon) semuanya sesuai porsi dan kebutuhannya
4 Kecukupan dan a. Air putih, olahraga, makan, tidur yang 1 33.33
suplemen cukup, suplemen ketika pekerjaan berat
(3 respon) b. Olahraga, tidur cukup, pulang makan, 1 33.33
suplemen sekali satu hari
c. Pola makan : makan yang sehat, bersih, 1 33.33
nasi di masak, sayur di masak, suplemen
ketika kondisi badan kurang baik
5 Tidak ada a. Belum terpikir bagaimana menjaga 1 100.00
(1 respon) kesehatan, tapi dulu olahraga lewat mata
pelajaran di sekolah
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; N = jumlah
respon/responden; % = prosentase jumlah respon/responden dari jumlah
respon/responden setiap kategori

Responden menjaga kesehatan dengan memperhatikan

keteraturan dari makan, istirahat, air putih, olahraga (41,67%).

Keteraturan mengacu ke penggunaan waktu untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tersebut. Misalnya, makan tepat waktu tiga kali

sehari : pagi, siang, malam dan stirahat dengan tidur 6-8 jam per hari.

Sementara itu, responden menjaga kesehatan tidak hanya dari segi

keteraturan pola-pola makan, istirahat, dan olahraga akan tetapi

diimbangi pula dengan dikonsumsinya suplemen, seperti vitamin.

Menjaga kesehatan dengan cara keteraturan dan suplemen ini dominan

dilakukan dengan memperhatikan keteraturan tersebut ditambah

dengan dikonsumsinya suplemen hanya pada saat kondisi badan

kurang baik, misalnya merasa mau kena flu (50%).

Hal ini menunjukkan bahwa makna yang paling dipahami

responden dalam menjaga kesehatan adalah dengan menjaga

keteraturan makan, minum, istirahat, dan bahkan ada yang

ditambahkan dengan konsumsi vitamin ketika badan dirasa tidak enak.


64

Makna tersebut sekaligus memiliki tingkat penyebaran respon yang

tinggi karena responden paling banyak memberikan respon terkait

dengan makna tersebut.

Berdasarkan makna kata-kata yang diberikan untuk

menggambarkan kata-kata yang diasosiasikan dengan kata sehat, maka

sehat berarti memiliki wajah yang ceria, senyum, senang dan tidak

malas dalam melakukan aktivitas. Oleh karena itu, upaya yang akan

dilakukan untuk menjaga kesehatan adalah dengan melakukan kegiatan-

kegiatan seperti : olahraga, makan teratur, menjaga kebersihan, dan lain-

lain. Hal senada juga diberikan responden dalam mendefinisikan sehat

pada hasil wawancara. Sehat didefinisikan sebagai dilakukannya

aktivitas dengan semangat dan didukung oleh keadaan seimbang antara

tubuh, jiwa, pikiran, dan rohani yang sehat semua. Sementara untuk

menjaga kesehatan, responden akan memperhatikan keteraturan dari

pola makan, istirahat, olahraga, berpikir positif, berdoa, atau juga

ditambah dengan mengkonsumsi suplemen hanya pada saat badan terasa

tidak enak.

iv. Konsep Sehat Menurut Responden Percaya dan Tidak Percaya

Dokter

Pertanyaan terakhir dalam wawancara, mengacu pada ahli yang

dipercaya responden ketika sedang sakit. Respon-respon yang

diberikan oleh responden, dapat dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu

percaya dokter dan tidak percaya dokter. Berikut adalah hasil


65

komparasi atau perbandingan respon-respon yang diberikan oleh

responden dari masing-masing kelompok.

Tabel 12
Perbedaan Asosiasi Kata Sehat Pada Reponden Percaya dan Tidak Percaya
Dokter

No Tema Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter


N % RS N % RP N % RS N % RP
RS (N=67) RP (N=14) RS (N=72) RP (N=16)
1 Hal- hal
menyenangkan 19 28.36 10 71.43 17 23.61 11 68.75
2 Upaya
memperoleh
kesehatan 11 16.42 6 42.86 22 30.56 10 62.50
3 Semangat dalam
beraktivitas 14 20.90 9 64.29 16 22.22 9 56.25
4 Jauh dari sakit
dan badan kuat 9 13.43 6 42.86 7 9.722 7 43.75
5 Berpikir positif 14 20.90 8 57.14 10 13.89 5 31.25
Catatan. N RS = jumlah respon yang diberikan tiap tema; % RS = prosentase respon yang
diberikan tiap tema; N RP = jumlah responden yang memberikan respon pada tiap tema; %
RP = prosentase responden yang memberikan respon pada tiap tema

Responden percaya dokter memberikan respon berupa kata-

kata yang berhubungan dengan hal-hal yang menyenangkan (28,36%

respon dan 71,43% responden) untuk diasosiasikan dengan kata sehat.

Selain itu, kata-kata yang menggambarkan semangat dalam

beraktivitas (20,90% respon dan 64,29% responden) dan berpikir

positif (20,90% respon dan 57,14% responden) juga diasosiasikan

dengan kata sehat.

Sementara responden tidak percaya dokter juga

mengasosiasikan kata sehat dengan kata-kata yang berhubungan

dengan hal-hal yang menyenangkan (23,61% respon dan 68,75%

responden) dan semangat dalam beraktivitas (22,22% respon dan

56,25% responden). Akan tetapi, kata-kata yang berhubungan dengan


66

upaya memperoleh kesehatan lebih banyak diberikan oleh responden

tidak percaya dokter (30,56% respon dan 62,50% responden) untuk

diasosiasikan dengan kata sehat.

Dengan demikian, responden percaya dan tidak percaya dokter

sama-sama mengingat kata-kata yang berhubungan dengan hal-hal

yang menyenangkan dalam menggambarkan kata sehat. Akan tetapi,

selain kata-kata tersebut, responden percaya dokter juga mengingat

kata-kata yang berhubungan dengan semangat dalam beraktivitas

untuk menggambarkan kata sehat. Sementara responden yang tidak

percaya dokter lebih ingat pada kata-kata yang menunjukkan upaya-

upaya untuk memperoleh kesehatan daripada hal-hal menyenangkan

dan semangat dalam beraktivitas. Kata-kata tersebut juga memiliki

tingkat persebaran respon yang tinggi pada reponden.

Tabel 13
Prioritas Asosiasi Kata Sehat Pada Responden Percaya Dokter

No Tema P1 P2 P3 P4 P5
N = 14 N=14 N=13 N=13 N=13
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 Hal-hal
menyenangkan 4 28.57 6 42.86 2 15.38 5 38.46 4 30.77
2 Upaya
memperoleh
kesehatan 3 21.43 0 0.00 1 7.69 3 23.08 3 23.08
3 Semangat
dalam
beraktivitas 1 7.14 3 21.43 5 38.46 2 15.38 3 23.08
Jauh dari sakit
4 dan badan
kuat 1 7.14 2 14.29 1 7.69 0 0.00 3 23.08
5 Berpikir positif 5 35.71 3 21.43 4 30.77 3 23.08 0 0.00
Catatan . Jumlah respon sama dengan jumlah responden; P1 = prioritas pertama; P2 =
prioritas ke-dua; P3 = prioritas ke-tiga; P4 = prioritas ke-empat; P5 = prioritas ke-lima; N
= jumlah respon/responden total tiap prioritas; Jml = jumlah respon/responden yang
diberikan tiap tema respon; % = prosentase respon/responden yang diberikan tiap tema
respon
67

Responden percaya dokter menempatkan berpikir positif

(35,71%) sebagai prioritas pertama. Hal-hal yang menyenangkan

ditempatkan pada pioritas ke-dua (42,86%), ke-empat (38,46%), dan

ke-lima (30,77%). Sementara kata-kata semangat dalam beraktivitas

ditempatkan pada prioritas ke-tiga (38,46%).

Jumlah respon sama dengan jumlah responden menunjukkan

bahwa respon yang paling diingat, memiliki tingkat persebaran respon

yang tinggi pada responden. Dengan demikian, kata-kata yang

berkaitan dengan hal-hal menyenangkan merupakan kata-kata yang

paling sering diingat untuk diutamakan dalam menggambarkan kata

sakit. Selain itu, kata-kata semangat dalam beraktivitas juga diingat

untuk diutamakan dalam menggambarkan kata sakit. Kata-kata yang

lebih diingat tersebut juga memiliki tingkat persebaran respon yang

lebih tinggi pada responden daripada kata-kata yang lain.

Tabel 14
Prioritas Asosiasi Kata Sehat Pada Responden Tidak Percaya Dokter

No Tema P1 P2 P3 P4 P5
N = 14 N=14 N=13 N=13 N=13
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 Hal-hal
menyenangkan 3 18.75 4 26.67 4 26.67 3 23.08 3 23.08
2 Upaya
memperoleh
kesehatan 5 31.25 2 13.33 4 26.67 3 23.08 4 30.77
3 Semangat
dalam
beraktivitas 3 18.75 1 6.67 2 13.33 5 38.46 4 30.77
4 Jauh dari sakit
dan badan kuat 2 12.50 2 13.33 2 13.33 1 7.69 0 0.00
5 Berpikir positif 3 18.75 2 13.33 3 20.00 1 7.69 2 15.38
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; P1 = prioritas pertama; P2 =
prioritas ke-dua; P3 = prioritas ke-tiga; P4 = prioritas ke-empat; P5 = prioritas ke-lima;
N = Jumlah respon/responden total tiap prioritas; Jml = Jumlah respon/responden yang
diberikan tiap tema respon; % = Prosentase respon/responden yang diberikan tiap tema
respon
68

Responden tidak percaya dokter menempatkan kata-kata yang

menggambarkan upaya memperoleh kesehatan pada prioritas pertama

(31,25%), ke-tiga (26,67%), dan ke-lima (30,77%). Kata-kata yang

berkaitan dengan hal-hal menyenangkan ditempatkan pada prioritas

ke-dua (26,67%) dan ke-tiga (26,67%). Sementara kata-kata yang

menunjukkan semangat dalam beraktivitas ditempatkan pada prioritas

ke-empat (38,46%) dan ke-lima (30,77%) untuk menggambarkan kata

sehat.

Dengan demikian, responden tidak percaya dokter lebih sering

mengingat upaya-upaya memperoleh kesehatan untuk diutamakan

dalam menggambarkan kata sehat. Selain itu, kata-kata lain yang juga

diingat untuk diutamakan dalam menggambarkan kata sehat adalah

kata-kata yang berkaitan dengan hal-hal yang menyenangkan dan

semangat dalam beraktivitas. Kata-kata tersebut juga memiliki tingkat

perebaran respon yang tinggi pada responden.

Berdasarkan prioritas kata-kata yang digunakan untuk

menggambarkan kata sehat pada responden percaya dan tidak percaya

dokter, dapat dikatakan bahwa responden percaya dan tidak percaya

dokter memiliki perbedaan. Perbedaan terletak pada upaya

memperoleh kesehatan lebih diingat untuk diutamakan dalam

menggambarkan kata sehat oleh responden tidak percaya dokter.

Sama hal-nya dengan asosiasi kata-kata yang diberikan untuk

menggambarkan kata sehat, responden tidak percaya dokter juga lebih


69

mengingat upaya memperoleh kesehatan daripada hal-hal

menyenangkan dan semangat dalam beraktivitas. Akan tetapi, baik

responden percaya dan tidak percaya dokter, sama-sama mengingat

hal-hal yang menyenangkan dalam menggambarkan kata sehat. Hal-

hal yang menyenangkan ini juga diingat untuk diutamakan dalam

menggambarkan kata sehat. Selain itu, semangat dalam beraktivitas

juga sama-sama diingat untuk diutamakan dalam menggambarkan kata

sehat, hanya saja kata-kata tersebut lebih diingat oleh responden

percaya dokter untuk diasosiasikan dengan kata sehat daripada

responden tidak percaya dokter.

Tabel 15
Definisi Sehat Pada Responden Percaya dan Tidak Percaya Dokter

No Kategori Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter


N % RS % RP N % RS % RP
(N=16) (N=14) (N=18) (N=16)
1 Seimbang 6 37.50 42.86 5 27.78 31.25
2 Bisa
beraktivitas 6 37.50 42.86 10 55.56 50.00
3 Bebas
Penyakit 4 25.00 28.57 0 0.00 0.00
4 Menjaga 0 0.00 0.00 2 11.11 12.50
5 Syukur 0 0.00 0.00 1 5.56 6.25
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden per kategori; N =
jumlah respon yang diberikan tiap tema, jumlah responden; % RS =
prosentase respon yang diberikan tiap tema; % RP = prosentase responden
yang memberikan respon pada tiap tema

Berdasarkan definisi sehat yang diberikan dalam wawancara,

responden percaya dokter mendefinisikan sehat sebagai keadaan

seimbang dan bisa beraktivitas (masing-masing 37,50% respon dan

42,86% responden). Hal senada juga diberikan pada responden tidak

percaya dokter, hanya saja bisa beraktivitas (55,56% respon dan 50%
70

responden) lebih diingat untuk menggambarkan sehat daripada kondisi

seimbang (27,78% respon dan 31,25% responden). Di samping itu,

responden percaya dokter ekstrim mengingat sehat sebagai kondisi

bebas penyakit (25% respon dan 28,575 responden) daripada

responden tidak percaya dokter. Kata-kata yang diingat tersebut juga

merupakan kata-kata yang memiliki tingkat perebaran respon tinggi

pada responden.

Dengan demikian, baik responden percaya maupun tidak

percaya dokter, sama-sama mengingat sehat sebagai kondisi bisa

beraktivitas dan seimbang. Akan tetapi, responden tidak percaya

dokter lebih mengingat kondisi bisa beraktivitas daripada kondisi

seimbang untuk mendefinisikan sehat. Sementara itu, responden

percaya dokter ekstrim mengingat kondisi bebas penyakit untuk

mendefinisikan sehat daripada responden tidak percaya dokter.

Tabel 16
Menjaga Kesehatan Percaya dan Tidak Percaya Dokter

No Kategori Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter


N % RS % RP N % RS % RP
(N=14) (N=14) (N=17) (N=16)
1 Keteraturan 6 42.86 42.86 6 35.29 37.50
2 Keteraturan 5 35.71 35.71 7 41.18 43.75
dan suplemen
3 Kecukupan 2 14.29 14.29 1 5.88 6.25
4 Kecukupan dan 1 7.14 7.14 2 11.76 12.50
suplemen
5 Tidak ada 0 0 0 1 5.88 6.25
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden per kategori; N =
jumlah respon yang diberikan tiap tema, jumlah responden; % RS = prosentase
respon yang diberikan tiap tema; % RP = prosentase responden yang
memberikan respon pada tiap tema
71

Baik kelompok responden yang percaya maupun tidak percaya

dokter, memiliki cara-cara yang sama dalam menjaga kesehatan.

Kelompok responden percaya dokter lebih dominan menjaga

kesehatan dengan keteraturan (42,86% respon dan 42,86%

responden) daripada dengan keteraturan dan suplemen (35,71%

respon dan 35,71% responden). Sementara kelompok responden

yang tidak percaya dokter lebih dominan menjaga kesehatan dengan

keteraturan dan suplemen (41,18% respon dan 43,75% responden)

daripada dengan keteraturan saja (35,29% respon dan 37,50%

responden).

Hal ini menunjukkan bahwa responden yang percaya dokter

paling mengingat bagaimana cara menjaga kesehatan dengan

keteraturan pola hidup sehari-hari (makan, istirahat, dan lain-lain).

Selain itu, penyebaran respon tertinggi juga berada dalam kategori

keteraturan untuk menjaga kesehatan pada responden yang percaya

dokter. Sementara responden yang tidak percaya dokter paling

mengingat bagaimana cara menjaga kesehatan dengan keteraturan

pola hidup sehari-hari ditambah dengan suplemen. Cara menjaga

kesehatan tersebut juga memiliki tingkat penyebaran respon yang

paling tinggi pada responden tidak percaya dokter. Namun, dalam

menjaga kesehatan dengan keteraturan ini, kelompok responden

yang percaya pada dokter tidak hanya menjaga keteraturan makan,

istirahat, olahraga tetapi juga dengan berpikir positif dan berdoa.

Sementara kelompok responden yang tidak percaya pada dokter,


72

dominan hanya menjaga keteraturan makan, istirahat, olahraga, dan

minum.

b. Konsep Sakit

Analisis data untuk representasi sakit ini juga dibagi ke dalam

empat bagian, yaitu : asosiasi kata, hasil wawancara, makna, dan konsep

sehat pada responden percaya dan tidak percaya dokter. Asosiasi kata

terdiri dari kata-kata yang diasosiasikan dengan kata sehat dalam angket

terbuka. Hasil wawancara merupakan kategori-kategori respon yang telah

diberikan oleh responden. Pada bagian makna, dapat dilihat makna dari

asosiasi kata dan hasil wawancara. Bagian terakhir merupakan

perbandingan respon antara responden percaya dokter dan tidak percaya

dokter.

i. Data Konsep Sakit Menurut Asosiasi Kata

Selain diminta untuk memberikan 5 kata yang segera terlintas

dipikiran setelah mendengar kata sehat, responden juga diminta

melakukan hal yang sama untuk kata sakit. Ini merupakan tugas ke-

empat dalam angket terbuka yang diberikan kepada responden. Sama

halnya dengan kata sehat, tugas ini diberikan untuk mengetahui kata-

kata apa saja yang muncul secara spontan pada responden terkait

dengan kata sakit. Berikut adalah hasil dari asosiasi kata-kata yang

diberikan responden ketika mendengar kata sakit.


73

Tabel 17
Kata-Kata Diasosiasikan Dengan Kata Sakit

No Tema Kata Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase


Respon Respon Responden Responden
(N=145) (N=30)
1 Upaya periksakan, sembuhkan, 43 29.66 18 60
penyembuhan diobati, konsultasi ke dokter,
cepat berobat, minum obat,
malpraktek, makan, biaya
istirahat , minum, sembuh,
mahal, nggak punya duit
dokter, obat, rumah sakit
2 Tidak loyo, lemas, tidak bertenaga, 28 19.31 16 53.33
bersemangat lesu, males, lemah,
untuk tidak bersemangat, tidak nafsu
beraktivitas makan, sulit makan
susah, tiduran, tidak bisa
beraktivitas, tidak nyaman,
pekerjaan terlantar, tidak
prosuktif, merepotkan orang
Lain
3 Pikiran negatif pikiran kosong, sakit hati, pikiran 19 13.1 12 40
gusar, stres, hati,
banyak angan-angan, berpikir ke
arah negatif, pikiran,
mental/jiwa, depresi, putus asa
doa, sakit jiwa, rohani, pasrah
4 Badan tidak jasmani, badan, kurus, sakit 22 15.17 11 36.67
enak badan, tidak enak badan,
kecenderungan sakit-sakitan,
tidak enak, badan tidak
enak, pucat, kusut, gak menarik,
murung
5 Perasaan sedih, trauma, menderita, takut, 18 12.41 14 46.67
tidak kapok, bingung,
menyenangkan cemas, bosan, emosian, rewel,
mudah marah, tidak mau bergaul,
merasa dirinya paling,
cenderung menyendiri, sering
muram dan marah, menangis,
mati, tidak merespon
6 Penyebab sakit darah, penyakit, gangguan, 11 7.59 7 23.33
kecelakaan, virus, kotor,
tidak normal, perilaku

Berdasarkan kata-kata yang diasosiasikan dengan kata sakit,

responden paling ingat pada kata-kata yang terkait dengan upaya

penyembuhan (29,66% respon dan 60% responden), seperti :

periksakan, dokter, obat, dan lain-lain. Selain itu, kata sakit juga

diasosiasikan dengan kata-kata yang menujukkan tidak adanya

semangat untuk beraktivitas (19,31% respon dan 53,33% responden),


74

seperti : loyo, tidak bersemangat, tidak nafsu makan, dan lain-lain.

Kata-kata tersebut juga memiliki jumlah respon yang tinggi, yang

berarti tingkat persebaran responnya tinggi pada responden.

Dengan demikian, kata sakit lebih diingat untuk diasosiasikan

dengan kata-kata yang terkait dengan upaya penyembuhan, seperti :

periksakan, dokter, obat, dan lain-lain ; dan tidak bersemangat untuk

beraktivitas, seperti : loyo, tidak bersemangat, tidak nafsu makan, dan

lain-lain.

Pada tugas ke-enam dari angket terbuka yang diberikan kepada

responden, responden diminta untuk berpikir memberikan prioritas

kata mulai dari yang paling menggambarkan kata sakit berdasarkan

kata-kata yang telah diberikan. Berikut adalah hasil prioritas kata-kata

yang diasosiasikan dengan kata sakit.


75

Tabel 18
Prioritas Kata Sakit

No Tema P1 P2 P3 P4 P5
N = 30 N=30 N=30 N=28 N=28
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 Upaya 8 26.67 7 23.33 11 36.67 9 32.14 9 32.14
penyembuhan
2 Tidak 4 13.33 9 30.00 6 20.00 6 21.43 4 14.29
bersemangat
untuk
beraktivitas
3 Pikiran negatif 3 10.00 5 16.67 3 10.00 5 17.86 3 10.71
4 Perasaan 8 26.67 3 10.00 4 13.33 4 14.29 5 17.86
tidak
menyenankan
dan
emosional
5 Tidak enak 5 16.67 5 16.67 6 20.00 3 10.71 4 14.29
badan
6 Penyebab 1 3.33 3 10.00 3 10.00 1 3.57 3 10.71
sakit
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; P1 = prioritas pertama; P2 = prioritas
ke-dua; P3 = prioritas ke-tiga; P4 = prioritas ke-empat; P5 = prioritas ke-lima; N = jumlah
respon/responden total tiap prioritas; Jml = jumlah respon/responden yang diberikan tiap tema
respon; % = prosentase respon/responden yang diberikan tiap tema respon

Melihat prioritas kata-kata yang diberikan untuk

menggambarkan kata sakit, kata-kata yang terkait dengan upaya

penyembuhan ditempatkan pada prioritas pertama (26,67%), ke-tiga

(36,67%), ke-empat (32,14%), dan ke-lima (32,14%). Sementara kata-

kata yang menggambarkan tidak bersemangat untuk beraktivitas

ditempatkan pada prioritas ke-dua (30%). Kata-kata yang

menunjukkan perasaan tidak menyenangkan dan emosional juga

muncul pada prioritas pertama (26,67%) untuk menggambarkan kata

sakit.

Dengan demikian, responden lebih sering mengingat kata-kata

yang terkait dengan upaya penyembuhan untuk menggambarkan kata


76

sakit. Selain itu, responden juga mengingat kata-kata yang

menunjukkan perasaan tidak menyenangkan dan emosional serta tidak

bersemangat beraktivitas untuk diutamakan dalam menggambarkan

kata sakit.

Kata sakit, lebih banyak diasosiasikan dengan kata-kata yang

terkait dengan upaya penyembuhan, seperti : periksakan, dokter, obat

dan lain-lain. Kata-kata tersebut juga menjadi kata-kata yang paling

sering diingat untuk diutamakan dalam menggambarkan kata sakit.

Sementara itu, kata-kata yang menunjukkan tidak bersemangat dalam

beraktivitas, seperti : loyo, tidak bersemangat, tidak nafsu makan, dan

lain-lain, juga diingat untuk menggambarkan kata sehat. Kata-kata

tersebut juga diingat untuk diutamakan dalam menggambarkan kata

sakit. Di samping itu, muncul kata-kata yang menunjukkan perasaan

tidak menyenangkan dan emosional, yang diingat untuk diutamakan

dalam menggambarkan kata sakit.

ii. Data Konsep Sakit Menurut Hasil Wawancara

Wawancara yang dilakukan setelah responden mengisis angket

terbuka, juga mempertanyakan tentang definisi sakit melalui

pertanyaan, “Apa itu sakit?”. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui

pemaknaan responden terhadap sakit itu sendiri. Definisi yang

diberikan oleh responden merupakan hasil refleksi terhadap


77

pemaknaan sehat itu sendiri. Berikut adalah hasil wawancara mengenai

definisi sakit.

Tabel 19
Definisi Sakit

No. Kategori Jumlah Prosentase Prosentase


Jumlah Respon Jumlah
(N=30) Responden
(N=30)
1. Mengalami gangguan 4 13.33 13.33
2. Tidak semangat 4 13.33 13.33
3. Tidak bisa melakukan
aktivitas 4 13.33 13.33
4. Tidak sehat, punya
penyakit 10 33.33 33.33
5. Badan tidak enak 8 26.67 26.67
6. Karunia 1 3.33 3.33
7. Pacoban dan Laknat 1 3.33 3.33

Responden dominan mendefinisikan sakit sebagai kondisi yang

tidak sehat atau punya penyakit (33,33%). Selain itu, sakit juga

didefinisikan sebagai kondisi badan yang tidak enak (26,67 %).

Jumlah respon yang sama dengan jumlah responden pada setiap

kategori, menunjukkan bahwa semakin dalam pemahaman atau ingatan

akan kata-kata yang diberikan untuk mendefinisikan sakit maka

semakin tinggi pula tingkat penyebaran kata-kata tersebut pada

responden. Dengan demikian, tidak sehat atau punya penyakit

merupakan kata yang paling diingat atau dipahami dalam

mendefinisikan sehat. Selain itu, tidak sehat atau punya penyakit ini

juga memiliki tingkat penyebaran respon yang paling tinggi pada

responden dalam mendefinisikan sakit. Di samping itu, sakit juga

didefinisikan sebagai kondisi badan yang tidak enak.


78

Setelah mendefinisikan sakit, responden diberikan pertanyaan

biasa sakit apa lalu apa yang dilakukan ketika sakit. Hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui cara-cara apa saja yang dilakukan oleh

responden ketika berhadapan dengan sakit. Berikut adalah hasil cara-

cara yang dilakukan responden ketika sakit.

Tabel 20
Yang Dilakukan Ketika Sakit

No. Kategori Jumlah Prosentase Prosentase


Respon Jumlah Jumlah
Respon Responden
(N=31) (N=30)
1. Diobati sendiri, tidak
sembuh obat pasar atau ke
dokter 4 12.90 13.33
2. Minum obat pasar, diobati
sendiri 14 45.16 46.67
3. Diobati sendiri tanpa obat
pasar 6 19.35 20.00
4. Didiamkan, tidak sembuh
diberi obat pasar 6 19.35 20.00
5. Minum obat pasar, tidak
sembuh ke dokter 1 3.23 3.33

Responden dominan akan minum obat pasar dan mengobati

dirinya sendiri (45,16 % respon dan 46,67 % responden). Obat pasar

yang dimaksudkan adalah obat yang secara bebas dijual di pasaran dan

dapat diperoleh tanpa resep dokter. Sementara mengobati diri sendiri

dilakukan dengan mengembalikan pola keteraturan makan, istirahat,

minum, dan lain-lain. Selain itu, responden juga ada yang mengobati

diri sendiri tanpa menggunakan obat pasar dan mendiamkan dulu

ketika sakit menyerang karena bisa sembuh sendiri, namun ketika tidak

sembuh-sembuh maka obat pasar akan dikonsumsi (masing-masing

19,35% respon dan 20% responden).


79

Jumlah respon yang diberikan setiap kategori sama dengan

jumlah responden yang memberikan respon pada kategori yang sama.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin dalam pemahaman atau ingatan

akan kata-kata yang diberikan untuk menggambarkan cara menjaga

kesehatan maka semakin tinggi pula tingkat penyebaran kata-kata

tersebut pada responden. Dengan demikian, apa yang paling diingat

untuk dilakukan ketika sakit adalah minum obat pasar dan melakukan

pengobatan dengan cara tersendiri. Apa yang paling diingat tersebut

juga memiliki tingkat persebaran respon yang paling tinggi. Selain itu,

ada hal yang juga diingat untuk dilakukan ketika sakit adalah

mengobati sendiri tanpa obat pasar atau mendiamkan sakitnya, setelah

dirasa tidak sembuh-sembuh diberi obat pasar.

Bagaimana cara responden dalam menghadapi sakit terkait pula

dengan dari mana responden memperoleh informasi mengenai cara

menghadapi atau mengobati sakit tersebut. Berikut adalah sumber-

sumber informasi yang dipercaya responden untuk mengobati sakit.

Tabel 21
Sumber Informasi Pengobatan

No. Kategori Jumlah Prosentase Prosentase


Respon Jumlah Jumlah
Respon Responden
(N=53) (N=30)
1. Tanpa alasan, kebiasaan 5 9.43 16.67
2. Kemasan, media, iklan 13 24.53 43.33
3. Orang lain 9 16.98 30.00
4. Cocok-cocokan 10 18.87 33.33
5. Turun-temurun 8 15.09 26.67
80

No. Kategori Jumlah Prosentase Prosentase


Respon Jumlah Jumlah
Respon Responden
(N=53) (N=30)
6. Resep dokter 6 11.32 20.00
7. Dipelajari di RS, 2 3.77 6.67
sekolah

Sumber informasi pengobatan dominan diperoleh melalui

kemasan obat pasar, media, dan iklan (24,53% respon dan 43,33%

responden). Namun, tidak cukup hanya melalui kemasan, media, dan

iklan, tetapi juga cocok tidaknya obat yang dikonsumsi atau cara yang

dipakai untuk mengobati (18,87% respon dan 33,33% responden).

Selain itu, sumber informasi lainnya adalah orang lain (16,98% respon

dan 30% responden) dan turun-temurun (15.09% respon dan 26.67%

responden). Orang lain yang dimaksud adalah pengalaman teman,

tetangga, dan lain-lain. Sementara turun-temurun berarti cara

menghadapi sakit yang diberikan telah diperkenalkan dalam keluarga

melalui orang tua dan berhasil sehingga seterusnya cara yang sama

akan dilakukan.

Jumlah respon yang diberikan setiap kategori sama dengan

jumlah responden yang memberikan respon pada kategori yang sama.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin dalam pemahaman atau ingatan

akan kata-kata yang diberikan untuk menggambarkan cara menjaga

kesehatan maka semakin tinggi pula tingkat penyebaran kata-kata

tersebut pada responden. Dengan demikian, sumber informasi yang

paling diingat oleh responden adalah kemasan, media, dan iklan,

sekaligus memiliki tingkat persebaran respon yang paling tinggi. Akan


81

tetapi, tidak hanya cukup dari media, namun cocok-tidak cocoknya

cara pengobatan yang dipakai juga akan diingat oleh responden. Selain

itu, responden juga akan mengingat pengalaman orang lain dan cara-

cara pengobatan yang telah diwariskan turun-temurun dalam keluarga

untuk melakukan pengobatan ketika sakit.

Dengan demikian, sakit didefinisikan sebagai kondisi punya

penyakit dan badan terasa tidak enak. Untuk menangani sakit yang

diderita, responden akan minum obat pasar, diobati sendiri tanpa obat

pasar, atau hanya didiamkan lalu ketika tidak sembuh baru diberi obat

pasar. Informasi mengenai penanganan sakit ini diperoleh dari

kemasan obat, cocok-cocokan terhadap obat atau cara tertentu,

pengalaman orang lain, dan diwariskan dalam keluarga.

iii. Makna Konsep Sakit Menurut Hasil Asosiasi Kata dan Hasil

Wawancara

Sama halnya dengan kata sehat, pada tugas ke-lima angket

terbuka, responden diminta untuk memberikan pengertian dari masing-

masing kata yang telah diberikan pada tugas ke-empat. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui maksud kata-kata pada tugas ke-empat

diberikan sebagai kata-kata yang menggambarkan kata sakit. Berikut

adalah makna-makna kata yang diberikan responden untuk

menggambarkan kata sakit.


82

Tabel 22
Makna Asosiasi Kata Sakit

No Tema Makna Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase


Respon Respon Responden Responden
1 Upaya a. Memeriksakan diri supaya
penyembuhan tahu penyakitnya, misal ke
dokter 9 20.93 6 33.33
b. Obat sebagai penawar
sakit 9 20.93 9 50.00
c. Orang sebagai penolong
(43 respon saat sakit 5 11.63 5 27.78
d. Tidak dapat melakukan
18 responden) kegiatan 5 11.63 5 27.78
e. Perlu biaya untuk sembuh 5 11.63 5 27.78
f. Tempat orang sakit berada 4 9.30 4 22.22
g. Memasukkan sesuatu ke
mulut 2 4.65 2 11.11
h. Tubuh/rohani kembali
seperti awal 1 2.33 1 5.56
i. Mencegah supaya penyakit
tidak menyebar 1 2.33 1 5.56
j. Penggunaan piranti di luar
fungsi anjuran 1 2.33 1 5.56
k. Jadi pikiran lalu jadi pusing 1 2.33 1 5.56

2 Tidak a. Tidak bergairah, malas


bersemangat dalam beraktivitas 9 32.14 7 43.75
dalam b. Tidak dapat melakukan
beraktivitas kegiatan 7 25.00 6 37.50
(28 respon c. Nafsu makan turun 4 14.29 4 25.00
d. Lemah, loyo, tidak
16 responden) bertenaga 4 14.29 3 18.75
e. Berbaring, tergeletak 2 7.14 2 12.50
f. Perlu bantuan orang lain 2 7.14 2 12.50

3 Berpikiran a. Berprasangka buruk, tidak


negatif logis 5 26.32 5 41.67
b.Terkait dengan agama 4 21.05 4 33.33
(19 respon c. Pusing akibat banyak pikiran 3 15.79 2 16.67
12 responden) d. Gila 3 15.79 2 16.67
e. Sakit yang tidak tampak 3 15.79 2 16.67
f. Ada tidaknya biaya masuk
RS 1 5.26 1 8.33

4 Perasaan- a. Merasakan
perasaan tidak sakit/penderitaan 3 13.64 3 27.27
dan b. Perasaan tidak nyaman
menyenangkan karena sakit, misal : cemas,
emosional bingung 7 31.82 5 45.45
c. Mudah tersinggung 3 13.64 3 27.27
(22 respon d. Menyendiri, merasa diri lain 3 13.64 2 18.18
e. Tidak bisa melakukan apa-
11 responden) apa 2 9.09 2 18.18
f. Banyak keinginan 2 9.09 2 18.18
g. Tidak punya uang untuk
berobat 1 4.55 1 9.09
h. Sedih karena keluarga juga
akan merasakan 1 4.55 1 9.09
Tidak enak a. Wajah pucat, murung, tidak
5 badan menarik 5 27.78 5 35.71
83

No Tema Makna Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase


Respon Respon Responden Responden
b. Badan mengidap suatu
penyakit 4 22.22 4 28.57
(18 respon c. Cacat 2 11.11 2 14.29
d. Organ kurang berfungsi
14 responden) dengan baik, kurang gizi 2 11.11 2 14.29
e. Tidak semangat beraktivitas 2 11.11 2 14.29
f. Sakit badan mudah terlihat 1 5.56 1 7.14
g. Merasakan
ketidaknyamanan dalam tubuh 1 5.56 1 7.14
h. Sakit karena karunia 1 5.56 1 7.14
6 Penyebab sakit a. Sesuatu yang kotor 3 27.27 3 42.86
b. Ada rangsangan yang
membuat sakit 3 27.27 2 28.57
c. Kecerobohan, misal
(11 respon kecelakaan 2 18.18 2 28.57
d. Keseimbangan guna dan
7 responden) fungsi organ terganggu 1 9.09 1 14.29
e. Penyebab orang sakit 1 9.09 1 14.29
f. Tindakan tidak normal
dilakukan 1 9.09 1 14.29

Berdasarkan makna kata yang diberikan pada kata-kata yang

diasosiasikan dengan kata sakit, upaya penyembuhan paling diingat

untuk digambarkan dengan obat sebagai penawar sakit (20,93% respon

dan 50% responden). Sementara itu, responden lebih memaknai tidak

bersemangat dalam beraktivitas dengan tidak adanya gairah dan malas

untuk beraktivitas (32,14% respon dan 43,75% responden).

Dengan demikian, responden lebih menggambarkan sakit

dengan mengingat adanya obat sebagai penawar dan tidak adanya

gairah atau malas untuk beraktivitas.

Hasil wawancara mengenai definisi sakit juga memiliki makna

tersendiri. Berikut adalah makna-makna dari setiap kategori respon

yang diberikan oleh responden dalam mendefinisikan sakit.


84

Tabel 23
Makna Definisi Sakit

No Kategori Makna N %

1 Mengalami a. Keadaan tidak seimbang dari kebutuhan- 3 75.00


gangguan kebutuhan, seperti : fisik, rohani, dan lain-lain.
(4 respon) b. Keseimbangan terganggu ditarik ke dimensi 1 25.00
apapun : fungsi, kegunaan.
2 Tidak Semangat a. Tidak bergairah melakukan aktivitas 3 75.00
(4 respon) b. Malas beraktivitas dan terasa sulit 1 25.00
mengerjakan sesuatu
3 Tidak bisa a. Kondisi badan dan batin yang tidak vit 3 75.00
melakukan sehingga tidak bisa melakukan aktivitas
aktivitas
(4 respon) b. Ketidakmampuan dalam segala hal 1 25.00
4 Tidak sehat, a. Kondisi fisik dan rohani/jiwa yang 5 50.00
punya menderita sakit, misal : pusing, stres
penyakit
(10 respon) b. Kondisi fisik dan pikiran yang menderita 4 40.00
sakit, misal : virus, banyak pikiran
c. Malas beraktivitas dan terasa sulit 1 10.00
mengerjakan sesuatu.
5 Badan tidak a. Badan terasa sakit, tidak enak, sehingga 3 37.50
enak mengerjakan sesuatu menjadi malas.
(8 respon) b. Jasmani dan rohani tidak sehat, misal : 2 25.00
nggak enak badan, stress.
c. Merasa badan tidak enak, misal : pegal, 2 25.00
pikira terasa lain.
d. Hal yang paling susah : badan tidak enak, 1 12.50
tidak enak makan. Sakit karena kecapekan.
6 Karunia a. Sakit adalah karunia Tuhan, metabolisme 1 100.00
(1 respon) tubuh terganggu
7 Pacoban dan a. Dikaitkan dengan rohani, orang tidak baik 1 100.00
laknat diberi sehat, orang baik justru diberi sakit
(1 respon)
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; N = jumlah
respon/responden; % = prosentase jumlah respon/responden dari jumlah
respon/responden setiap kategori

Hasil wawancara mengenai definisi sakit, menunjukkan bahwa

sakit paling diingat untuk didefinisikan sebagai kondisi fisik dan

rohani/mental yang menderita sakit, misalnya : pusing, stres (50%).

Selain itu, badan yang tidak enak memiliki makna yang paling diingat

sebagai kondisi badan yang terasa sakit sehingga malas dalam

mengerjakan sesuatu (37,50%).


85

Dengan demikian, sakit didefinisikan sebagai kondisi fisik dan

rohani/mental yang menderita sakit sehingga badan terasa sakit.

Akibatnya, timbul rasa malas untuk mengerjakan aktivitas.

Melihat makna kata yang diberikan pada kata-kata yang

diasosiasikan dengan kata sakit dan makna dari definisi sakit pada

hasil wawancara, sakit sama-sama digambarkan sebagai kondisi malas

dalam beraktivitas. Pada hasil wawancara, kondisi malas ini

diakibatkan oleh badan terasa sakit karena ada penyakit pada fisik dan

rohani/mental. Sementara itu, makna pada asosiasi kata lebih

menggambarkan adanya upaya penyembuhan yang akan dilakukan

untuk menangani sakit, yaitu obat sebagai penawar. Hal senada juga

diungkap dalam hasil wawancara dimana responden lebih banyak

mengkonsumsi obat pasar untuk menangani sakit. Selain minum obat

pasar, responden juga akan melakukan pengobatan dengan caranya

sendiri atau hanya didiamkan saja. Informasi pengobatan diperoleh

dari kemasan obat pasar, media, iklan, cocok-cocokan, pengalaman

orang lain, dan cara atau obat tertentu yang diwariskan dalam keluarga.

iv. Konsep Sakit Menurut Responden Percaya dan Tidak Percaya

Dokter

Konsep sakit yang dimiliki responden juga dilihat melalui

kelompok responden yang percaya dokter dan kelompok responden

yang tidak percaya dokter. Berikut adalah hasil perbandingan antara


86

kelompok percaya dan tidak percaya dokter mengenai asosiasi kata

dan wawancara dalam menggambarkan sakit.

Tabel 24
Perbedaan Asosiasi Kata Sakit Pada Responden Percaya dan Tidak
Percaya Dokter

No Tema Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter


N % RS N % RP N % RS N % RP
RS (N=70) RP (N=14) RS (N=75) RP (N=16)
1 Upaya
penyembuhan 20 28.57 7 50.00 22 29.33 10 62.50
2 Tidak
bersemangat
dalam
beraktivitas 12 17.14 6 42.86 17 22.67 9 56.25
3 Pikiran negatif 7 10.00 5 35.71 12 16.00 6 37.50
4 Badan tidak
enak 17 24.29 9 64.29 8 10.67 6 37.50
5 Perasaan tidak
menyenangkan
dan emosional 8 11.43 6 42.86 10 13.33 8 50.00
Catatan. N RS = Jumlah respon yang diberikan tiap tema; % RS = Prosentase respon yang
diberikan tiap teman; N RP = Jumlah responden yang memberikan respon pada tiap tema; %
RP = Prosentase responden yang memberikan respon pada tiap tema

Responden percaya dokter, lebih mengingat kata-kata yang

menggambarkan badan tidak enak (24,49% respon dan 64,29%

responden) untuk diasosasikan dengan kata sakit. Selain itu, kata-kata

yang berhubungan dengan upaya penyembuhan (28,57% respon dan

50% responden) juga diingat untuk diasosiasikan dengan kata sakit.

Responden tidak percaya dokter lebih mengingat kata-kata

yang terkait dengan upaya penyembuhan (29,33% respon dan 62,50%

responden) dalam menggambarkan kata sakit. Selain itu, responden

tidak percaya dokter juga mengingat kata-kata yang menunjukkan

tidak bersemangat dalam beraktivitas (22,67% respon dan 56,25%

responden).
87

Dengan demikian, baik responden percaya dan tidak percaya

dokter, sama-sama mengingat hal-hal yang terkait dengan upaya

penyembuhan untuk menggambarkan kata sakit. Akan tetapi,

responden percaya dokter lebih menggambarkan kata sakit dengan

kata-kata yang menunjukkan kondisi badan tidak enak daripada upaya

penyembuhan. Sementara itu, responden tidak percaya dokter lebih

menggambarkan kata sakit dengan kata-kata tidak bersemangat dalam

beraktivitas daripada responden yang percaya dokter.

Tabel 25
Prioritas Asosiasi Kata Sakit Pada Responden Percaya Dokter

No Tema P1 P2 P3 P4 P5
N = 14 N=14 N=14 N=14 N=14
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 Upaya
penyembuhan 4 28.57 4 28.57 6 42.86 3 21.43 4 28.57
2 Tidak
bersemangat
untuk
beraktivitas 2 14.29 5 35.71 2 14.29 2 14.29 1 7.14
3 Pikiran negatif 1 7.14 1 7.14 0 0.00 3 21.43 1 7.14
4 Badan tidak
enak 4 28.57 2 14.29 3 21.43 3 21.43 5 35.71
5 Perasaan tidak
menyenangkan
dan emosional 3 21.43 1 7.14 1 7.14 2 14.29 2 14.29
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; P1 = prioritas pertama; P2 =
prioritas ke-dua; P3 = prioritas ke-tiga; P4 = prioritas ke-empat; P5 = prioritas ke-lima; N
= jumlah respon/responden total tiap prioritas; Jml = jumlah respon/responden yang
diberikan tiap tema respon; % = prosentase respon/responden yang diberikan tiap tema
respon

Responden percaya dokter, menempatkan kata-kata yang

berhubungan dengan upaya penyembuhan pada prioritas pertama

(28,57%), ke-tiga (42,86%), dan ke-empat (21,43%). Sementara itu,

kata-kata yang menunjukkan kondisi badan tidak enak ditempatkan


88

pad prioritas pertama (28,57%), ke-empat (21,43%), dan ke-lima

(35,71%). Kata-kata lain yang muncul untuk diutamakan dalam

menggambarkan kata sakit adalah tidak bersemangat untuk

beraktivitas pada prioritas ke-dua (35,71%) dan pikiran negatif pada

prioritas ke-empat (21,43%).

Dengan demikian, responden percaya dokter paling sering

mengingat kata-kata yang berhubungan dengan upaya penyembuhan

dan kondisi badan tidak enak untuk diutamakan dalam

menggambarkan kata sakit. Sementara itu, kata-kata lain yang juga

diingat adalah tidak bersemangat untuk beraktivitas dan berpikir

positif.

Tabel 26
Prioritas Asosiasi Kata Sakit Pada Responden Tidak Percaya Dokter

No Tema P1 P2 P3 P4 P5
N = 14 N=14 N=14 N=14 N=14
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 Upaya
penyembuhan 4 25.00 3 18.75 5 31.25 5 35.71 5 35.71
2 Tidak
bersemangat
untuk
beraktivitas 4 25.00 4 25.00 4 25.00 4 28.57 3 21.43
3 Pikiran negatif 2 12.50 3 18.75 3 18.75 2 14.29 2 14.29
4 Badan tidak
enak 3 18.75 1 6.25 2 12.50 1 7.14 1 7.14
5 Perasaan tidak
menyenangkan
dan emosional 3 18.75 3 18.75 2 12.50 1 7.14 2 14.29
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden; P1 = prioritas pertama; P2 =
prioritas ke-dua; P3 = prioritas ke-tiga; P4 = prioritas ke-empat; P5 = prioritas ke-lima; N
= jumlah respon/responden total tiap prioritas; Jml = jumlah respon/responden yang
diberikan tiap tema respon; % = prosentase respon/responden yang diberikan tiap tema
respon
89

Responden tidak percaya dokter, menempatkan kata-kata yang

berhubungan dengan upaya penyembuhan pada prioritas pertama

(25%), ke-tiga (31,25%), ke-empat (35,71%), dan ke-lima (35,71%).

Selain itu, kata-kata yang menunjukkan tidak bersemangat untuk

beraktivitas ditempatkan pada prioritas pertama (25%) dan ke-dua

(25%).

Dengan demikian, responden tidak percaya dokter lebih sering

mengingat kata-kata yang berhubungan dengan upaya penyembuhan

untuk diutamakan dalam menggambarkan kata sakit. Selain itu, tidak

bersemangat dalam beraktivitas juga akan diingat untuk diutamakan

dalam menggambarkan kata sakit.

Responden percaya dan tidak percaya dokter sama-sama lebih

sering mengingat kata-kata yang terkait dengan upaya penyembuhan

untuk diutamakan dalam menggambarkan kata sakit. Akan tetapi,

responden yang tidak percaya dokter lebih mengingat kata-kata yang

terkait dengan kondisi badan tidak enak untuk diutamakan dalam

menggambarkan kata sakit daripada responden yang tidak percaya

dokter. Sementara responden yang percaya dokter lebih sering

mengingat kata-kata yang menunjukkan tidak bersemangat dalam

beraktivitasuntuk diutamakan dalam menggambarkan kata sakit

daripada responden percaya dokter. Selain itu, responden percaya

dokter juga lebih mengingat adanya pikiran-pikiran negatid untuk

diutamakan dalam menggambarkan kata sakit.


90

Prioritas kata yang diberikan responden senada dengan kata-

kata yang diasosiasikan dalam menggambarkan kata sakit. Responden

percaya dokter lebih mengingat kata-kata yang terkait dengan kondisi

badan tidak enak dan upaya penyembuhan untuk menggambarkan kata

sakit. Hal senada juga tampak pada prioritas kata-kata yang paling

sering diingat responden percaya dokter untuk diutamakan dalam

menggambarkan kata sakit, yaitu : badan tidak enak dan upaya

penyembuhan. Akan tetapi, responden percaya dokter juga mengingat

kata-kata yang berhubungan dengan tidak bersemangat dalam

beraktivitas dan berpikir negatif untuk diutamakan dalam

menggambarkan kata sakit. Di sisi lain, responden tidak percaya

dokter lebih mengingat kata-kata yang berkaitan dengan upaya

penyembuhan dan tidak bersemangat dalam beraktivitas untuk

menggambarkan kata sakit. Hal yang sama juga dijumpai pada

prioritas kata yang diberikan oleh responden tidak percaya dokter

dalam menggambarkan kata sakit, yaitu : upaya penyembuhan dan

tidak bersemangat dalam beraktivitas.


91

Tabel 27
Definisi Sakit Pada Responden Percaya dan Tidak Percaya Dokter

No Kategori Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter


N % RS % RP N % RS % RP
(N=14) (N=14) (N=16) (N=16)
1 Mengalami
gangguan 3 21.43 21.43 1 6.25 6.25
2 Tidak semangat 2 14.29 14.29 2 12.50 12.50
3 Tidak bisa
melakukan 1 7.14 7.14 3 18.75 18.75
aktivitas
4 Tidak sehat,
punya penyakit 5 35.71 35.71 5 31.25 31.25
5 Badan tidak 2 6
sehat 14.29 14.29 37.50 37.50
6 Karunia 1 7.14 7.14 0 0.00 0.00
7 Pacoban dan 0 1 6.25 6.25
laknat 0.00 0.00
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden per kategori; N = jumlah
respon yang diberikan tiap tema, jumlah responden; % RS = prosentase respon
yang diberikan tiap tema; % RP = prosentase responden yang memberikan respon
pada tiap tema

Berdasarkan hasil wawancara mengenai definisi sakit,

kelompok responden percaya dokter dominan mendefinisikan sakit

sebagai keadaan yang tidak sehat atau punya penyakit (35,71%).

Sementara kelompok responden tidak percaya dokter lebih dominan

mendefinisikan sakit sebagai kondisi badan tidak sehat (37,50 %).

Jumlah respon yang sama dengan jumlah responden per

kategori menunjukkan bahwa semakin mendalam respon tersebut

dipahami oleh responden maka semakin tinggi pula tingkat

persebaran respon tersebut dalam kategori termaksud. Kelompok

responden percaya dokter paling memahami sakit sebagai kondisi

yang tidak sehat atau punya penyakit. Kondisi tidak sehat ini

sekaligus memiliki tingkat persebaran respon yang paling tinggi.

Keadaan yang tidak sehat atau punya penyakit berarti kondisi fisik
92

dan rohani/jiwa yang menderita sakit. Sementara kelompok

responden yang tidak percaya dokter paling memahami sakit sebagai

kondisi badan yang tidak sehat, sekaligus memiliki tingkat

persebaran respon yang paling tinggi pada responden yang tidak

percaya dokter. Badan tidak sehat berarti kondisi badan yang tidak

enak sehingga malas untuk beraktivitas.

Tabel 28
Yang Dilakukan Ketika Sakit Pada Responden Percaya dan Tidak
Percaya Dokter

No Kategori Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter


N % RS % RP N % RS % RP
(N=15) (N=14) (N=16) (N=16)
1. Diobati 3 20.00 21.43 4 25.00 25.00
sendiri, tidak
sembuh obat
pasar atau ke
dokter
2. Minum obat 9 60.00 64.29 5 31.25 31.25
pasar, diobati
sendiri
3. Diobati 1 6.67 7.14 5 31.25 31.25
sendiri tanpa
obat pasar
4. Didiamkan, 2 13.33 14.29 2 6.25 6.25
tidak sembuh
diberi obat
warung
5. Minum obat 0 0.00 0.00 1 6.25 6.25
pasar, tidak
sembuh ke
dokter
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden per kategori; N =
jumlah respon yang diberikan tiap tema, jumlah responden; % RS = prosentase
respon yang diberikan tiap tema; % RP = prosentase responden yang
memberikan respon pada tiap tema

Kelompok responden yang percaya pada dokter akan langsung

mengkonsumsi obat pasar ketika mereka sakit, namun pengobatan

oleh diri sendiri juga dilakukan (60% respon dan 64,29%


93

responden). Hal yang sama juga dilakukan oleh kelompok responden

tidak percaya dokter (31,25%). Akan tetapi, selain langsung

mengkonsumsi obat warung dan mengobati diri sendiri, ada pula

responden yang hanya akan mengobati dirinya sendiri tanpa obat

pasar (31,25%).

Jumlah respon yang sama dengan jumlah responden per

kategori menunjukkan bahwa semakin mendalam respon tersebut

dipahami oleh responden maka semakin tinggi pula tingkat

persebaran respon tersebut dalam kategori termaksud. Kelompok

responden percaya dokter lebih ingat untuk mengkonsumsi obat

pasar dan juga melakukan pengobatan sendiri ketika sakit. Kategori

ini juga memiliki tingkat persebaran respon yang paling tinggi.

Sementara kelompok responden yang tidak percaya dokter lebih

ingat, selain mengkonsumsi obat pasar dan melakukan pengobatan

sendiri, juga akan mengobati sendiri tanpa obat pasar. Apa yang

dilakukan responden tidak percaya dokter tersebut juga memiliki

tingkat persebaran respon yang paling tinggi.

Dengan demikian, cara yang ditempuh oleh kelompok

responden percaya dan tidak percaya dokter adalah sama-sama akan

mengkonsumsi obat yang dijual bebas di pasaran dan mengobati

dengan caranya sendiri (makan, istirahat, minum). Di sisi lain,

kelompok responden yang tidak percaya dokter juga memiliki cara

lain yang banyak ditempuh, yaitu dengan tidak menggunakan obat

pasar sama sekali. Jadi, mereka akan mengobati dirinya sendiri,


94

misalnya makan banyak, istirahat banyak, minum air putih yang

banyak. Akan tetapi, baik kelompok responden yang percaya

maupun tidak percaya dokter sama-sama tidak langsung pergi ke

dokter ketika mereka sakit.

Tabel 29
Sumber Informasi Pengobatan Pada Responden Percaya dan Tidak
Percaya Dokter

No Kategori Percaya Dokter Tidak Percaya Dokter


N % RS % RP N % RS % RP
(N=24) (N=14) (N=29) (N=16)
1. Tanpa alasan,
kebiasaan 0 0.00 0.00 5 17.24 31.25
2. Kemasan,
media, iklan 6 25.00 42.86 7 24.14 43.75
3. Orang lain 4 16.67 28.57 5 17.24 31.25
4. Cocok-
cocokan 5 20.83 35.71 5 17.24 31.25
5. Turun-
temurun 4 16.67 28.57 4 13.79 25.00
6. Resep dokter 3 12.50 21.43 3 10.34 18.75
7. Dipelajari di
RS, sekolah 2 8.33 14.29 0 0.00 0.00
Catatan. Jumlah respon sama dengan jumlah responden per kategori; N =
jumlah respon yang diberikan tiap tema, jumlah responden; % RS = prosentase
respon yang diberikan tiap tema; % RP = prosentase responden yang
memberikan respon pada tiap tema

Responden percaya dokter memperoleh informasi lebih banyak

dari kemasan, media, dan iklan (25% respon dan 42,86% responden).

Selain itu, informasi mengenai penanganan sakit juga diperoleh

karena cocok dengan obat atau cara tertentu lalu dijadikan kebiasaan

(20,83% respon dan 35,71% responden). Kata-kata tersebut selain

lebih diingat juga memiliki tingkat persebaran respon yang lebih

tinggi daripada respon yang lain pada responden percaya dokter.


95

Responden tidak percaya dokter juga lebih banyak memperoleh

informasi dari kemasan, media, dan iklan (24,14% respon dan

43,75% responden). Namun, responden tidak percaya dokter juga

memperoleh informasi penanganan sakit dari orang lain, cocok-

cocokan, dan kebiasaan (masing-masing 17,24% respon dan 31,25%

responden). Kata-kata tersebut selain lebih diingat juga memiliki

tingkat persebaran respon yang lebih tinggi daripada respon yang

lain pada responden tidak percaya dokter.

Dengan demikian, responden percaya dan tidak percaya dokter

sama-sama lebih banyak memperoleh informasi dari kemasan, iklan,

atau media. Selain itu, informasi juga sama-sama diperoleh karena

cocok-cocokan terhadap obat atau cara penanganan tertentu. Akan

tetapi, tidak hanya itu, responden tidak percaya dokter juga

memperoleh informasi melalui orang lain dan obat atau cara tertentu

sudah dijadikan kebiasaan untuk menangani sakit.

B. PEMBAHASAN REPRESENTASI SOSIAL KONSEP SEHAT DAN

SAKIT

1. Representasi Sosial Konsep Sehat

Berdasarkan hasil asosiasi kata dan hasil wawancara, maka

sehat sama-sama diartikan sebagai semangat dalam beraktivitas. Hasil

asosiasi kata menunjukkan bahwa sehat berarti memiliki wajah yang

ceria, senyum, senang dan tidak malas dalam melakukan aktivitas.

Oleh karena itu, upaya yang akan dilakukan untuk menjaga kesehatan
96

adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti : olahraga, makan

teratur, menjaga kebersihan, dan lain-lain. Hal senada juga diberikan

responden dalam mendefinisikan sehat pada hasil wawancara. Sehat

didefinisikan sebagai dilakukannya aktivitas dengan semangat dan

didukung oleh keadaan seimbang antara tubuh, jiwa, pikiran, dan

rohani yang sehat semua. Sementara untuk menjaga kesehatan,

responden akan memperhatikan keteraturan dari pola makan, istirahat,

olahraga, berpikir positif, berdoa, atau juga ditambah dengan

mengkonsumsi suplemen hanya pada saat badan terasa tidak enak.

Dengan demikian, sehat direpresentasikan sebagai

menyenangkan, semangat beraktivitas, dan menjaga kesehatan. Sehat

berarti dapat dilakukannya aktivitas dengan semangat yang didukung

oleh kondisi seimbang antara fisik dan non-fisiknya, misalnya : tubuh

dan pikiran sama-sama dalam keadaan baik, tidak menderita sakit.

Konsep sehat ini menunjukkan bahwa responden masih berbicara

tentang harmonisasi antara jiwa dan raga (Magnis-Suseno, 2001; Paul

Stange, 1998; Sciortino, 1992; de Jong, 1976), sebagaimana konsep

sehat tersebut tumbuh di dalam kultur Jawa. Harmonisasi ini

merupakan objek yang familiar dan telah ada di dalam kultur Jawa

untuk merepresentasikan kondisi sehat. Akan tetapi, harmonisasi yang

dicapai bukan lagi harmonisasi antara individu dengan lingkungan atau

roh, melainkan harmonisasi kondisi tubuh dengan non-tubuh lain,

seperti kondisi mental. Sementara penggambaran kondisi tubuh dan

mental ataupun pikiran dalam menggambarkan konsep sehat, justru


97

dibicarakan oleh dualisme modern. Dualisme modern merupakan

pengetahuan yang telah ada sebelumnya di Barat (modern) tentang

kesehatan. Dualisme modern mengenal pemisahan antara jiwa dan

raga (Wozniak, 1995).

Harmonisasi dan dualisme modern merupakan pengetahuan

yang telah ada sebelumnya, terkait dengan sehat. Pengetahuan tentang

sehat pada masyarakat Jawa saat ini merupakan perpaduan antara

harmonisasi Jawa dengan konsep dualisme modern. Inilah yang

dinamakan proses anchoring, di mana sehat digambarkan sebagai

kondisi yang harmonis antara fisik dan non-fisik, yang merupakan

perpaduan antara harmonisasi Jawa dan konsep dualisme modern

sebagai pengetahuan tentang sehat yang telah ada sebelumnya.

Sehat, sebagai konsep yang abstrak, direpresentasikan ke dalam

bentuk yang lebih konkrit sebagai bisa beraktivitas. Dalam menjaga

kesehatan, sehat direpresentasikan sebagai keteraturan makan, minum,

istirahat, olahraga, dan suplemen. Terdapat istilah Jawa yang

menyebutkan bahwa orang sehat adalah orang yang bergas (segar,

tegap, sigap bertindak) (de Jong, 1976). Suplemen, dikonsumsi oleh

responden, merupakan bentuk baru dari jamu (ramuan herbal) yang

telah lama digunakan oleh masyarakat Jawa untuk menjaga kesehatan

(Woodward dalam Boomgaard et al., 1996). Sehat direpresentasikan

ke dalam bentuk yang lebih konkrit, yaitu : bisa beraktivitas,

keteraturan makan, minum, istirahat, olahraga, dan suplemen.


98

Bentuk representasi sehat yang lebih konkrit tersebut

merupakan proses objectivication. Istilah-istilah Jawa yang telah

dikenal sebelumnya, seperti bergas (segar, tegap, sigap bertindak) dan

jamu (ramuan herbal), merupakan gambaran kondisi sehat dari

pengetahuan yang telah ada sebelumnya di dalam kultur Jawa. Oleh

karena itu, bergas (segar, tegap, sigap bertindak) dan jamu (ramuan

herbal) merupakan anchoring dari bentuk konkrit bisa beraktvitas dan

suplemen.

2. Representasi Konsep Sakit

Melihat makna kata yang diberikan pada kata-kata yang

diasosiasikan dengan kata sakit dan makna dari definisi sakit pada

hasil wawancara, sakit sama-sama digambarkan sebagai kondisi malas

dalam beraktivitas. Pada hasil wawancara, kondisi malas ini

diakibatkan oleh badan terasa sakit karena ada penyakit pada fisik dan

rohani/mental. Sementara itu, makna pada asosiasi kata lebih

menggambarkan adanya upaya penyembuhan yang akan dilakukan

untuk menangani sakit, yaitu obat sebagai penawar. Hal senada juga

diungkap dalam hasil wawancara dimana responden lebih banyak

mengkonsumsi obat pasar untuk menangani sakit. Selain minum obat

pasar, responden juga akan melakukan pengobatan dengan caranya

sendiri atau hanya didiamkan saja. Informasi pengobatan diperoleh

dari kemasan obat pasar, media, iklan, cocok-cocokan, pengalaman

orang lain, dan cara atau obat tertentu yang diwariskan dalam keluarga.
99

Dengan demikian, sakit direpresentasikan sebagai kondisi tidak

semangat beraktivitas dan perlu penyembuhan. Sakit berarti kondisi

fisik dan mental yang sakit sehingga timbul rasa malas untuk

berakivitas. Kondisi fisik dan mental yang sakit dapat mempengaruhi

satu sama lain, misalnya : sakit pusing karena terlalu banyak pikiran.

Konsep sakit yang dimiliki oleh responden ini sama dengan konsep

dualisme modern yang diperkenalkan oleh William James (dalam

Wozniak, 1995). Dualisme William James menyebutkan bahwa antara

jiwa dan raga memang terpisah, namun dihubungkan oleh perasaan

sehingga keduanya memiliki hubungan kausal (dalam Wozniak, 1995).

Kondisi sakit ini merupakan kondisi yang memerlukan penyembuhan

atau pemulihan ke kondisi sehat. Oleh karena itu, responden akan

mencari penyembuhan ketika berada dalam kondisi sakit.

Konsep dualisme modern merupakan pegetahuan yang telah

ada sebelumnya, berasal dari Barat (modern), untuk menggambarkan

kondisi kesehatan. Representasi tentang sakit yang dimiliki oleh orang

Jawa merupakan gambaran kondisi dualisme modern, yaitu ada

hubungan kausal antara fisik dan non-fisik. Dengan demikian, konsep

dualisme modern merupakan anchoring dari representasi orang Jawa

tentang sakit.

Sakit, sebagai konsep yang abstrak, direpresentasikan ke dalam

bentuk yang lebih konkrit sebagai tidak bersemangat untuk

beraktivitas. Melihat pemaknaan yang telah ada, sakit berarti tidak

bergas (tidak segar, tidak tegap, tidak sigap bertindak). Selain itu, sakit
100

juga direpresentasikan sebagai penyembuhan. Responden akan

mencari upaya penyembuhan. Kata yang paling banyak diberikan oleh

responden dalam upaya penyembuhan adalah dokter. Hal ini terkait

dengan familiarnya dokter untuk dikaitkan dengan sakit, karena dokter

dikenal sebagai profesi yang mempelajari penyakit.

Sementara itu, ketika sakit responden akan mengkonsumsi obat

pasar, diobati dengan caranya sendiri, seperti : pijat, atau didiamkan.

Responden memperoleh informasi cara menangani sakit tersebut dari

kemasan obat, cocok-cocokan, pengalaman orang lain, dan turun-

temurun digunakan. Sakit direpresentasikan ke dalam bentuk yang

lebih familiar sebagai tidak bersemangat untuk beraktvitas, obat pasar,

dan penyembuhan.

Tidak bersemangat untuk beraktivitas dan penyembuhan

merupakan bentuk konkrit dari konsep sakit. Penyembuhan lebih

dikonkritkan lagi dengan cara mengkonsumsi obat pasar atau diobati

dengan caranya sendiri. Hal ini merupakan proses objectivication.

Sementara itu, ora bergas (tidak segar, tidak tegap, tidak sigap

bertindak), familiarnya dokter sebagai orang yang menyembuhkan

penyakit, serta sumber informasi pengobatan merupakan pengetahuan

yang telah ada sebelumnya pada masyarakat Jawa terkait dengan sakit.

Dengan demikian, pengetahuan yang telah ada sebelumnya pada

masyarakat Jawa tersebut merupakan anchoring dari representasi

konsep sakit.
101

3. Representasi Sosial Konsep Sehat dan Sakit Pada Responden

Percaya Dokter

a. Representasi Sosial Konsep Sehat

Responden percaya dokter, mengingat hal-hal yang

menyenangkan dan semangat beraktivitas dalam menggambarkan

kata sehat. Berdasarkan hasil wawancara, responden percaya

dokter mengingat sehat sebagai kondisi bisa beraktivitas dan

seimbang. Selain itu, responden percaya dokter ekstrim mengingat

kondisi bebas penyakit untuk mendefinisikan sehat daripada

responden tidak percaya dokter. Sementara untuk menjaga

kesehatan, responden yang percaya dokter paling mengingat

bagaimana cara menjaga kesehatan dengan keteraturan pola hidup

sehari-hari (makan, istirahat, dan lain-lain).

Responden percaya dokter ekstrim merepresentasikan sehat

sebagai kondisi bebas penyakit. Kondisi bebas penyakit berarti

fisik dan mental tidak menderita sakit. Hal ini terkait pula dengan

kepercayaan responden terhadap dokter bahwa dokter adalah ahli

yang mempelajari penyakit (ada penyakit). Oleh karena mereka

memperoleh sehat ketika pergi ke dokter maka sehat lebih

direpresentasikan sebagai kondisi bebas penyakit. Dengan

demikian, kondisi bebas penyakit merupakan bentuk konkrit dari

representasi responden percaya dokter tentang sehat

(objectivication). Sementara pengetahuan tentang familiarnya

dokter sebagai ahli yang mempelajari penyakit merupakan


102

pengetahuan yang telah ada pada masyarakat. Oleh karena itu,

familiarnya dokter ini merupakan anchoring dari bentuk

konkritisasi sakit sebagai kondisi bebas penyakit.

Selain itu, rata-rata pendapatan per-bulan responden percaya

dokter lebih tinggi daripada responden tidak percaya dokter

sehingga responden percaya dokter lebih untuk tidak

mengkonsumsi suplemen maupun mengupayakan hal lain untuk

memperoleh kesehatan. Responden percaya dokter tidak

mengalami kendala keuangan untuk pergi ke dokter jika ingin

memperoleh kesehatan.

Sekalipun demikian, responden percaya dokter juga

merepresentasikan sehat sebagai kondisi semangat beraktivitas

karena kondisi yang seimbang dari fisik dan mental. Konsep sehat

ini menunjukkan bahwa responden masih berbicara tentang

harmonisasi antara jiwa dan raga (Magnis-Suseno, 2001; Paul

Stange, 1998; Sciortino, 1992; de Jong, 1976), sebagaimana

konsep sehat tersebut tumbuh di dalam kultur Jawa. Sementara

penggambaran kondisi tubuh dan mental ataupun pikiran dalam

menggambarkan konsep sehat, justru dibicarakan oleh dualisme

modern (Wozniak, 1995). Harmonisasi dan dualisme modern

merupakan pengetahuan yang telah ada sebelumnya, terkait dengan

sehat. Inilah yang dinamakan proses anchoring, di mana sehat

digambarkan sebagai kondisi yang harmonis antara fisik dan non-

fisik, yang merupakan perpaduan antara harmonisasi Jawa dan


103

konsep dualisme modern sebagai pengetahuan tentang sehat yang

telah ada sebelumnya.

b. Representasi Sosial Konsep Sakit

Responden percaya dokter lebih mengingat kata-kata yang

terkait dengan kondisi badan tidak enak dan upaya penyembuhan

untuk menggambarkan kata sakit. Menurut hasil wawancara,

responden percaya dokter paling memahami sakit sebagai kondisi

yang tidak sehat atau punya penyakit. Keadaan yang tidak sehat

atau punya penyakit berarti kondisi fisik dan rohani/jiwa yang

menderita sakit.

Hasil wawancara yang lain menunjukkan bahwa cara yang

ditempuh oleh responden percaya dokter dalam menangani sakit

adalah mengkonsumsi obat yang dijual bebas di pasaran dan

mengobati dengan caranya sendiri (makan, istirahat, minum).

Dikonsumsinya obat pasar untuk menangani sakit didukung oleh

sumber informasi yang paling banyak diperoleh, yaitu melalui

kemasan, iklan, atau media. Selain itu, informasi juga diperoleh

karena cocok-cocokan terhadap obat atau cara penanganan tertentu.

Responden yang percaya dokter, lebih merepresentasikan

sakit sebagai tidak sehat. Sakit berarti fisik dan jiwa sedang

menderita sakit. Hal ini terkait dengan kepercayaan responden

terhadap dokter bahwa dokter adalah ahli yang mempelajari

penyakit (ada penyakit). Oleh karena itu, responden percaya dokter


104

lebih merepresentasikan sakit sebagai kondisi ada penyakit.

Kondisi sakit merupakan kondisi yang memerlukan penyembuhan

atau pemulihan ke kondisi sehat. Sakit direpresentasikan pula

sebagai penyembuhan. Penyembuhan ini diusahakan untuk

mengembalikan kondisi sakit ke kondisi sehat. Upaya

penyembuhan yang ditempuh adalah mengkonsumsi obat pasar.

Informasi ini diperoleh dari kemasan obat dan cocok-cocokan.

Kondisi tidak sehat merupakan bentuk konkrit dari konsep

sakit pada responden yang tidak percaya dokter. Selain itu, konsep

sakit juga diubah menjadi bentuk yang lebih konkrit sebagai

penyembuhan, yaitu mengkonsumsi obat pasar. Hal ini merupakan

proses objectivication dari representasi tentang sakit pada

responden tidak percaya dokter. Familiarnya dokter dapat

menyembuhkan penyakit serta kemasan obat dan pengalaman

cocok/tidaknya obat tertentu dapat mengobati sakit, merupakan

pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya oleh responden

percaya dokter tentang sakit. Pengetahuan tersebut merupakan

anchoring dari representasi responden percaya dokter tentang sakit.

Responden percaya dokter lebih menggambarkan sakit dan

sehat terkait dengan ada/tidaknya penyakit. Hal ini menunjukkan

bahwa dokter hanya mengobati penyakit. Penyakit ini berada pada

area fisik. Oleh karena itu, dokter hanya menangani penyakit fisik.
105

4. Representasi Sosial Konsep Sehat dan Sakit Pada Responden

Tidak Percaya Dokter

a. Representasi Sosial Konsep Sehat

Upaya memperoleh kesehatan lebih diingat untuk diutamakan

dalam menggambarkan kata sehat oleh responden tidak percaya

dokter. Selain itu, responden tidak percaya dokter juga mengingat

hal-hal yang menyenangkan dan semangat untuk berakivitas dalam

menggambarkan kata sehat. Hal-hal yang menyenangkan ini juga

diingat untuk diutamakan dalam menggambarkan kata sehat.

Berdasarkan hasil wawancara, sehat direpresentasikan sebagai

kondisi bisa beraktivitas dan seimbang.

Sementara untuk menjaga kesehatan, responden yang tidak

percaya dokter paling mengingat bagaimana cara menjaga

kesehatan dengan keteraturan pola hidup sehari-hari (makan,

minum, istirahat, olahraga) ditambah dengan suplemen. Suplemen

dikonsumsi hanya ketika badan terasa tidak enak.

Upaya memperoleh kesehatan lebih direpresentasikan oleh

responden tidak percaya dokter. Hal ini dimungkinkan karena

responden tidak percaya dokter tidak memiliki ahli yang dipercaya

atau bahkan memiliki ahli lain untuk dipercaya dalam

mengusahakan kondisi sehat. Oleh karena itu, responden tidak

percaya dokter lebih memperhatikan upaya apa saja yang akan

dilakukan untuk menjaga kesehatan. Selain itu, responden tidak

percaya dokter memilih alternatif lain untuk memperoleh


106

kesehatan karena mereka tidak memiliki cukup beaya jika pergi ke

dokter. Hal ini dapat dilihat dari data demografi responden tidak

percaya dokter, mereka memiliki rata-rata pendapatan per bulan

yang lebih rendah daripada responden percaya dokter. Salah satu

cara menjaga kesehatan yang dilakukan responden tidak percaya

dokter adalah mengkonsumsi suplemen. Suplemen ini merupakan

bentuk yang lebih familiar dari jamu (ramuan herbal) yang telah

lama digunakan oleh masyarakat Jawa untuk menjaga kesehatan

(Woodward dalam Boomgaard et al., 1996). Dengan demikian,

suplemen merupakan bentuk konkrit dari representasi konsep sehat

pada responden tidak percaya dokter (objectivication). Sementara

itu, jamu merupakan anchoring dari bentuk suplemen tersebut.

Sekalipun demikian, responden tidak percaya dokter juga

merepresentasikan sehat sebagai kondisi semangat beraktivitas

karena kondisi yang seimbang dari fisik dan mental. Konsep sehat

ini menunjukkan bahwa responden masih berbicara tentang

harmonisasi antara jiwa dan raga (Magnis-Suseno, 2001; Paul

Stange, 1998; Sciortino, 1992; de Jong, 1976), sebagaimana

konsep sehat tersebut tumbuh di dalam kultur Jawa. Sementara

penggambaran kondisi tubuh dan mental ataupun pikiran dalam

menggambarkan konsep sehat, justru dibicarakan oleh dualisme

modern (Wozniak, 1995). Harmonisasi dan dualisme modern

merupakan pengetahuan yang telah ada sebelumnya, terkait dengan

sehat. Inilah yang dinamakan proses anchoring, di mana sehat


107

digambarkan sebagai kondisi yang harmonis antara fisik dan non-

fisik, yang merupakan perpaduan antara harmonisasi Jawa dan

konsep dualisme modern sebagai pengetahuan tentang sehat yang

telah ada sebelumnya.

b. Representasi Sosial Konsep Sakit

Responden tidak percaya dokter lebih mengingat kata-kata

yang berkaitan dengan upaya penyembuhan dan tidak bersemangat

dalam beraktivitas untuk menggambarkan kata sakit. Menurut hasil

wawancara, responden yang tidak percaya dokter paling

memahami sakit sebagai kondisi badan yang tidak sehat. Badan

tidak sehat berarti kondisi badan yang tidak enak sehingga malas

untuk beraktivitas.

Hasil wawancara yang lain menunjukkan bahwa responden

tidak percaya dokter akan mengkonsumsi obat yang dijual bebas di

pasaran dan mengobati dengan caranya sendiri (makan, istirahat,

minum)dalam menangani sakit. Namun, kelompok responden yang

tidak percaya dokter juga memiliki cara lain yang banyak

ditempuh, yaitu dengan tidak menggunakan obat pasar sama sekali.

Jadi, mereka akan mengobati dirinya sendiri, misalnya makan

banyak, istirahat banyak, minum air putih yang banyak, pijat, dan

lain-lain. Sumber informasi paling banyak diperoleh melalui

kemasan, iklan, atau media. Selain itu, informasi juga diperoleh

karena cocok-cocokan terhadap obat atau cara penanganan tertentu,


108

orang lain, dan obat atau cara tertentu sudah dijadikan kebiasaan

untuk menangani sakit.

Responden tidak percaya dokter lebih merepresentasikan

sakit sebagai tidak semangat untuk beraktivitas. Hal ini

dikarenakan kondisi badan yang tidak enak akibat sakit. Sakit

berarti ora bergas (tidak segar, tidak tegap, tidak sigap bertindak).

Kondisi yang tidak enak (baik karena ada penyakit ataupun tidak)

menimbulkan rasa malas untuk beraktivitas. Hal ini menunjukkan

ada hubungan kausal antara badan dengan mental. Konsep sakit

yang dimiliki oleh responden tidak percaya dokter ini sama dengan

konsep dualisme modern yang diperkenalkan oleh William James

(dalam Wozniak, 1995), menyebutkan bahwa antara jiwa dan raga

memang terpisah, namun dihubungkan oleh perasaan sehingga

keduanya memiliki hubungan kausal (dalam Wozniak, 1995).

Sakit juga direpresentasikan sebagai penyembuhan. Upaya

penyembuhan yang ditempuh oleh responden tidak percaya dokter

adalah mengkonsumsi obat pasar. Namun, selain mengkonsumsi

obat pasar, responden tidak percaya dokter juga mengobati dengan

caranya sendiri, misal : pijat. Informasi yang diperoleh responden

tidak percaya dokter berasal dari kemasan, cocok-cocokan,

pengalaman orang lain dan kebiasaan.

Tidak bersemangat untuk beraktivitas dan penyembuhan

merupakan bentuk konkrit dari konsep sakit pada responden tidak

percaya dokter. Penyembuhan lebih dikonkritkan lagi dengan cara


109

mengkonsumsi obat pasar atau diobati dengan caranya sendiri. Hal

ini merupakan proses objectivication. Sementara itu, ora bergas

(tidak segar, tidak tegap, tidak sigap bertindak), konsep dualisme

modern, serta sumber informasi pengobatan merupakan

pengetahuan yang telah ada sebelumnya pada masyarakat Jawa

terkait dengan sakit. Dengan demikian, pengetahuan yang telah ada

sebelumnya pada masyarakat Jawa tersebut merupakan anchoring

dari representasi konsep sakit.


110

Istilah Jawa : bergas Jawa : menjaga kesehatan


dengan ramuan herbal/jamu

Sehat menyenangkan, bisa beraktivitas dengan semangat menjaga keteraturan pola hidup
semangat beraktvitas karena kondisi seimbang antara sehari-hari (makan, minum, istirahat,
upaya memperoleh kesehatan fisik dan mental olahraga) dan suplemen ketika badan
terasa tidak enak

orang Nilai Jawa : harmonisasi Dualisme modern


Jawa hubungan kausal mind dan body

Sakit penyembuhan kondisi fisik dan mental minum obat pasar,


tidak bersemangat aktivitas sakit sehingga timbul rasa diobati dengan cara sendiri,
malas untuk beraktivitas didiamkan

dokter familiar dikaitkan Istilah Jawa : kemasan obat, pengalaman orang lain,
Keterangan : dengan sakit sebagai penyembuh ora bergas turun-temurun
: konkritisasi (objectivication)
: penjangkaran pada pemaknaan yang telah ada sebelumnya (anchoring)

Gambar 2. Skema representasi sosial konsep sehat dan sakit pada orang Jawa yang tinggal di DIY

110
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Sehat, pada orang Jawa, direpresentasikan sebagai dilakukannya

aktivitas dengan semangat. Semangat untuk beraktivitas dipengaruhi oleh kondisi

fisik dan mental. Ketika terjadi harmonisasi atau keseimbangan fisik dan mental

dalam keadaan sama-sama baik, maka kondisi ini akan menimbulkan semangat

untuk beraktivitas. Untuk menjaga kesehatan, orang Jawa akan memperhatikan

keteraturan pola hidup sehari-hari (makan, minum, istirahat, olahraga) dan

dikonsumsinya suplemen ketika badan tidak enak. Inilah yang disebut bentuk

konkrit representasi sosial tentang konsep sehat (objectivication). Sehat adalah

semangat beraktivitas karena terjadi harmonisasi fisik dan non-fisik, keteraturan

hidup sehari-hari, dan suplemen.

Bentuk konkrit tentang konsep sehat tersebut terkait dengan

pengetahuan-pengetahuan tentang sehat yang ada pada masyarakat Jawa.

Pengetahuan-pengetahuan yang telah ada sebelumnya antara lain : nilai

harmonisasi pada kultur Jawa, konsep dualisme modern dari Barat, istilah Jawa

bergas (segar, tegap, sigap bertindak), dan jamu (ramuan herbal). Pengetahuan-

pengetahuan tersebut merupakan bentuk familiar dari sehat yang sudah ada

sebelumnya di masyarakat (anchoring).

111
112

Sebaliknya, jika fisik dan mental dalam keadaan menderita sakit, maka

akan timbul rasa malas untuk beraktivitas. Sakit juga direpresentasikan sebagai

penyembuhan. Oleh karena itu, orang Jawa akan mengkonsumsi obat pasar atau

mengobati dengan caranya sendiri untuk menyembuhkan sakit. Inilah bentuk

konkrit dari representasi sakit pada orang Jawa (objectivication). Sakit adalah

malas beraktivitas karena menderita sakit, penyembuhan, obat pasar, dan

mengobati diri sendiri.

Bentuk konkrit tentang konsep sakit tersebut terkait dengan

pengetahuan-pengetahuan tentang sehat yang ada pada masyarakat Jawa.

Pengetahuan-pengetahuan yang telah ada sebelumnya antara lain : konsep

dualisme modern dari Barat, istilah Jawa bergas (segar, tegap, sigap bertindak),

familiarnya dokter sebagai ahli penyakit, dan sumber-sumber informasi diperoleh

dari kemasan obat, cocok-cocokan, pengalaman orang lain, dan/atau turun-

temurun. Pengetahuan-pengetahuan tersebut merupakan bentuk familiar dari sehat

yang sudah ada sebelumnya di masyarakat (anchoring).

Orang Jawa tidak percaya dokter lebih merepresentasikan sehat ke

dalam bentuk yang lebih konkrit (objectivication) sebagai upaya untuk

memperoleh kesehatan daripada orang Jawa percaya dokter. Salah satu cara yang

dilakukan adalah mengkonsumsi suplemen. Suplemen merupakan bentuk dari

jamu (ramuan herbal), yang telah lebih familiar digunankan sebelumnya, untuk

menjaga kesehatan. Jamu sebagai anchoring dari suplemen. Sementara sakit,

dikonkritkan sebagai rasa malas untuk beraktivitas karena merasa badan tidak
113

enak. Hal ini terkait dengan harmonisasi Jawa dan konsep dualisme modern

sebagai pengetahuan yang telah dimiliki oleh masyarakat sebelumnya

(anchoring).

Orang Jawa yang percaya dokter lebih merepresentasikan sehat dan sakit

sebagai kondisi ada/tidaknya penyakit pada tubuh ataupun mental

(objectivication). Hal ini berhubungan dengan familiarnya dokter, dikenal sebagai

ahli yang mempelajari penyakit, untuk dikaitkan dengan kondisi sakit

(anchoring).

B. SARAN

Melihat hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada masyarakat Jawa

untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan bahan-bahan kandungan

makanan dan minuman, obat atau bahan yang dipakai, meliputi : porsi, efek

samping, pemakaian, serta penyimpanan. Oleh karena itu, masyarakat Jawa dapat

mengkonsumsi apa saja dengan aman untuk menjaga kesehatannya.

Sementara itu, bagi pemberi layanan kesehatan, peneliti memberikan saran

supaya metode-metode pelayanan kesehatan dikonstruksi sedemikian rupa

sehingga sesuai dengan konsep sehat dan sakit masyarakat Jawa. Misalnya :

ketika berobat, masyarakat diberikan situasi yang nyaman dengan cara

mendengarkan keluhan pasien, ramah karena kondisi pikiran bisa mempengaruhi

kondisi fisik seseorang.


114

Peneliti juga memberikan saran untuk penelitian selanjutnya dengan

menggunakan karakteristik responden yang berbeda (usia, suku-bangsa, status

sosial-ekonomi), dan/atau menggunakan metode pengambilan data yang berbeda

pula. Dengan demikian, pelayanan kesehatan di Indonesia dapat ditingkatkan

karena pelayanan yang diberikan sesuai dengan konsep sehat dan sakit pada

masyarakat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Adhinata, Pujawan, M.Eng. (2008, Februari). Upaya peningkatan kualitas pelayanan


kesehatan terhadap pasien ruang isolasi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
dengan menggunakan integrasi metode servqual dan QFD. Artikel disajikan
dalam Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII, Surabaya.

Adriana, Galuh. (2009). Representasi sosial tentang kerja pada anak jalanan di
Stasiun Kereta Api Bogor dan Terminal Baranang Siang, kota Bogor, Jawa
Barat. Dipungut 21 Agustus, 2009 dari
http://kolokiumkpmipb.wordpress.com/tag/representasi-sosial/.

Almazini, Prima. (2007). Catatan pendidikan kedokteran dalam tinta sejarah.


Dipungut 17 Maret, 2009 dari
http://myhealing.wordpress.com/2007/12/24/catatan-pendidikan-kedokteran-
dalam-tinta-sejarah/.

Ardiningtiyas. (2004). Atribusi masyarakat menghadapi Pemilu 2004. Dipungut 14


Oktober, 2008, dari http://www.e-psikologi.com/epsi/sosial_detail.asp?id=267.

Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian : pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Berry, John W., Poortinga, Ype H., Segall, Marshall H., Dasen, & Pierre R. (1999).
Psikologi lintas-budaya : Riset dan aplikasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.

Boomgaard, P., Sciortino, R., & Smyth, I. (1996). Health care in java. Nederland :
KITLV Press.

Damayanti, Laili. (2009, 26 Agustus). Waspadai konsumsi makanan instan. Dipungut


23 November, 2009, dari
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/08/26/09592019/waspadai.konsum
si.makanan.instan.

Danim, S. (2002). Menjadi peneliti kualitatif. Bandung : CV Pustaka Setia.

de Jong, S. (1976). Salah satu sikap hidup orang Jawa. Yogyakarta : Kanisius.

Dualism. (2007) Dipungut 23 Februari, 2009, dari


http://plato.stanford.edu/entries/dualism/.

115
116

Dukun cilik muhammad ponari. (2009, 10 Februari). Dipungut 22 Mei, 2009, dari
http://regional.kompas.com/read/xml/2009/02/10/1016459/BERITA.FOTO.Du
kun.Cilik.Muhammad.Ponari.

Eliasmith, Chris. (2006). Introduction dualism. Dipungut 23 Februari, 2009, dari


http://philosophy.uwaterloo.ca/MindDict/dualism.html.

Handayani. (2007). Bahaya kandungan formalin pada makanan. Dipungut 23


November, 2009, dari http://www.katamutiara.info/ari.php?id=11.

Harianto, Khasanah, & Supardi. (2005). Kepuasan pasien terhadap pelayanan resep di
Apotek Kopkar Rumah Sakit Budhi Asih Jakarta. Majalah Ilmu Kefarmasian,
II, 12-21.

Ilmie, M. Irfan. (2009, 23 Februari). Fenomena ponari dalam tinjauan medis dan
sosiologi. Dipungut 12 Desember, 2009, dari
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/02/23/18095223/fenomena.ponari.
dalam.tinjauan.medis.dan.sosiologi.

Jamu, obat warisan leluhur. (2006, 1 Maret). Dipungut 15 Juli, 2009, dari
http://www.trulyjogja.com/index.php?action=news.detail&cat_id=7&news_id=
399.

Jodelet, Denise. (2006). Le dictionnaire des sciences humaines [Latar belakang


teoretik teori representasi sosial]. Paris : PUF.

Joesoef, D., & Sutanto, J. (1990). Dua renungan tentang manusia, masyarakat, dan
alam semesta. Jakarta : Centre for Strategic and International Studies (CSIS).

Kerokan bikin nyandu. (2009). Dipungut 15 Juli, 2009, dari


http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/185-apotek-
hidup-tanaman-obat-sehat-cantik.html.

Khumaidi, A. M. (2008). Film dokumenter seabad kiprah dokter Indonesia. Jakarta :


Ikatan Dokter Indonesia.

Laksmono, Bambang S. (2009). Fenomena ponari dan parade kemiskinan. Dipungut


24 Agustus, 2009, dari Universitas Gajah Mada Web site:
http://plod.ugm.ac.id/plodugm/index.php/berita/203-fenomena-ponari-dan-
parade-kemiskinan.

Lestari, Eka. (2009). Mulai dari diri sendiri. Dipungut 25 Agustus, 2009, dari
http://www.banjarmasinpost.co.id/read/artikel/18698/mulai-dari-diri-sendiri.
117

Magnis-Suseno, Franz. (2001). Etika Jawa : Sebuah analisa falsafi tentang


kebijaksanaan (ed. Ke-8). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Malpraktek oleh dokter Tedjasukmana di RS. Mitra Int’l Jatinegara. (2007). Dipungut
27 September, 2008, dari http://www.mediakonsumen.com/Artikel1032.html.

Marks, David F., Murray, M., Evans, B., & Billig, C. (2000). Health psychology :
Theory, research, and practice. London : SAGE Publications.

Moleong, L. J. (2002). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Moleong, L. J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Moscovici, S. (2001). Social representations : Explorations in social psychology.


Washington Square, New York : New York University Press.

Nevid, J.S., Rathus, S.A., % Greene, B. (Terj). (2005). Psikologi abnormal (ed. Ke-
5). Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Notosoedirdjo, M., & Latipun. (2001). Kesehatan mental : Konsep dan penerapan.
Malang : Universitas Muhammadiyah.

Pedagang Bakso Berani Diperiksa. (2006, 20 Januari). Dipungut 23 November, 2009,


dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/20/mur02.htm.

Pelayanan kelas 1 RS Hermina Bekasi mengecewakan. (2007). Dipungut 27


September, 2008, dari http://www.mediakonsumen.com/Artikel1648.html.

Pelayanan dokter di RSUD Cibinong – Bogor. (2007). Dipungut 27 September, 2008,


dari http://www.mediakonsumen.com/Artikel2291.html.

Pemberton, John. (2003). On the subject of “Java” [Jawa]. Yogyakarta : Mata


Bangsa.

Poerwandari, Kristi. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia.


Jakarta : Perfecta LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Prasetyo, E. E. (2009, 1 Oktober). DIY Urutan Kedua Daerah Rawan Konsumsi


Narkoba. Dipungut 23 November, 2009, dari
http://regional.kompas.com/read/xml/2009/10/01/20361011/diy.urutan.kedua.d
aerah.rawan.konsumsi.narkoba.
118

Purkhardt, S. Caroline. (1993). Transforming social representations : A social


psychology of common sense and science. London and New York : Routledge.

Putra, Idhamsyah Eka, Wardhani, Citra, & Muwardani, Resky. (2009). Representasi
sosial tentang pemimpin antara dua kelompok usia dan situasi sosial yang
berbeda di Jakarta dan Palembang. Dipungut 21 Agustus, 2009 dari
http://idhamputra.wordpress.com/2009/01/19/representasi-sosial-tentang-
pemimpin-antara-dua-kelompok-usia-dan-situasi-sosial-yang-berbeda-di-jakarta-
dan-palembang/.

Rachmawati, R. (2004, 31 Mei). Konsumsi Rokok Indonesia Lima Besar Dunia.


Dipungut 23 November, 2009, dari
http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2004/05/31/brk,20040531-
22,id.html.

Sagimun, M. D., Abu, Rivai. (1981). Sistim kesatuan hidup masyarakat setempat
DIY. Departemen Pendidikan & Kebudayaan : Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Sciortino, Rosalia. (1992). Care-takers of cure : An anthtopological study of health


centre nurses in rural Central Java. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

Soejoeti, Sunanti Z., (2005). Konsep sehat, sakit dan penyakit dalam konteks sosial
budaya. Cermin Dunia Kedokteran, 149, 49-52.

Stange, Paul. (1998). Politik perhatian : rasa dalam kebudayaan Jawa. Yogyakarta :
LKiS.

Sudardi, Bani. (2002). Konsep pengobatan tradisional Jawa menurut Primbon Jawa.
Humaniora Volume XIV, 1, 12-19.

Supratiknya, A. (1995). Mengenal perilaku abnormal. Yogyakarta : Kanisius.

Supratiknya, A. (2007). Kiat merujuk sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah.
Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Supratiknya, A. (2008). Tata tulis artikel ilmiah. Yogyakarta : Universitas Sanata


Dharma.

Suryabrata, S. (2002). Metodologi penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


119

Taylor, Shelley E. (2003). Health psychology (ed. Ke-5). New York: McGraw-Hill.

Wagner, W., Duveen, G., Farr and Jovchelovitch, Lorenzi-Cioldi, F., Marková, I., &
Rose, D. (1999). Theory and method of social representations. Asian Journal of
Social Psychology, 2, 95-125.

Walmsley, Christopher James. (2004). Social representation and the study of


professional practice. International Journal Of Qualitative Methods, 3(4),
article 4.

Wilson, G.T., et al. (1996). Abnormal psychology : Integrating perspective. Boston :


Allyn and Bacoon.

Wozniak, Robert H. (1995). Mind and body : Rene Descartes to William James.
Dipungut 23 Februari, 2009, dari
http://serendip.brynmawr.edu/Mind/Table.html.
LAMPIRAN
120

Lampiran 1 : Panduan Umum Wawancara Penelitian Pendahuluan

SEHAT
1. Apa itu “sehat”?
2. Jika mendengar kata ”sehat”, hal apa yang segera terlintas di kepala? Mengapa?
3. Apa saja kriteria orang yang ”sehat” ?
4. Apa saja yang dapat membuat orang menjadi ”sehat”?
5. Bagaimana dengan kesadaran akan kesehatan pada masyarakat saat ini?
6. Punya penyakit khusus? Apa? Sudah berapa lama?
7. Apa saja yang dilakukan untuk menjaga kesehatan?
8. Jika sedang tidak sehat, apa yang dilakukan?

RUMAH SAKIT
1. Apa itu rumah sakit?
2. Jika mendengar kata ”rumah sakit”, hal apa yang segera terlintas di kepala?
Mengapa?
3. Siapa saja yang terlibat dalam rumah sakit? Bagaimana pendapat tentang mereka?
4. Profesi apa yang paling disukai di rumah sakit? Mengapa?
5. Bagaimana dengan rumah-rumah sakit di Yogyakarta saat ini?
6. Jika dihadapkan pada 2 pilihan, ke rumah sakit atau pengobatan alternatif, pilih
yang mana? Mengapa?
7. Memilih obat generik atau obat tradisional? Mengapa?
8. Apa yang diperoleh dari rumah sakit?
9. Apa yang dikeluhkan tentang rumah sakit?
10. Apa pernah dirawat di RS? Berapa lama? Sakit apa? Bagaimana? Jika belum, apa
memiliki pengalaman tertentu di rumah sakit?

PELAYANAN
1. Apa itu pelayanan?
2. Jika mendengar kata ”pelayanan”, hal apa yang segera terlintas di kepala?
Mengapa?
3. Apa saja kriteria pelayanan yang baik?
4. Apa saja yang dapat dilakukan untuk memberikan pelayanan yang baik?
5. Jika memperoleh pelayanan yang kurang baik, apa yang dilakukan?
6. Pengalaman mendapat pelayanan yang baik? Di mana? Siapa? Bagaimana?
7. Pengalaman mendapat pelayanan yang buruk? Di mana? Siapa? Bagaimana?
121
122
123

Lampiran 3 : Deskripsi Demografi Responden

Pendidikan Tempat Status


R Usia JK Pekerjaan Terakhir Pendapatan Tinggal Agama Pernikahan
1 48 w swasta D3 c sleman kristiani menikah
Responden 2 30 w ibu RT SMA a sleman muslim menikah
Percaya 3 55 p swasta D3 c sleman kristiani menikah
Dokter 10 30 p guru SMA S1 c sleman kristiani belum Keterangan :
12 30 p swasta SMK a sleman muslim belum R = Responden
13 27 p swasta SMU b kodya muslim belum JK = Jenis Kelamin
14 29 p swasta SMK c sleman muslim menikah a = > 500.000 rupiah

15 49 w guru S1 e sleman kristiani menikah b = 500.000 – 1.000.000 rupiah

18 51 p wiraswasta S1 e sleman kristiani menikah c = 1.000.000 – 1.500.000 rupiah

19 26 w swasta S1 c sleman kristiani belum d = 1.500.000 - 2.000.000 rupiah

20 47 w ibu RT SMP a sleman kristiani menikah e = < 2.000.000 rupiah

23 23 p swasta S1 c sleman muslim belum


27 30 p swasta S1 c kodya kristiani belum
30 23 w swasta SMK b bantul muslim belum
4 58 P purnakarya SLTA c sleman kristiani menikah
Responden 5 28 P swasta SMK a sleman muslim menikah
Tidak Percaya 6 28 P swasta SMU e bantul muslim menikah
Dokter 7 33 P wiraswasta S1 a sleman kristiani belum
8 30 P karyawan swasta SMP b bantul kristiani menikah
9 37 P Buruh SMP a sleman muslim menikah
11 40 P Wiraswasta S1 b sleman kristiani menikah
16 51 W Ibu RT SMP a sleman kristiani menikah
17 44 P Swasta SLTA b sleman kristiani menikah
21 24 P karyawan swasta D3 c gunung kidul kristiani belum
22 25 W swasta S1 a sleman muslim belum
24 21 W swasta diploma b sleman muslim belum
124

Pendidikan Tempat Status


R Usia JK Pekerjaan Terakhir Pendapatan Tinggal Agama Pernikahan
25 27 W karyawan swasta S1 d sleman muslim menikah
26 31 P TNI SMU e sleman muslim menikah
28 25 P swasta S1 a sleman muslim menikah
29 28 W Ibu RT SD a bantul kristiani menikah
125

Lampiran 4 : Tabulasi Asosiasi Kata Sehat


Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Hal-Hal 1 bahagia 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
menyenangkan 10 senang, hati senang 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1
12 tersenyum 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
13 berseri-seri 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 bangga 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 ceria 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
31 tidak murung 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
44 banyak senyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
58 gembira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
27 berumur panjang 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 awet muda 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38 tenang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
39 baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
40 sejahtera 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Semangat 8 semangat 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
dalam 16 nyaman 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
beraktivitas 18 percaya diri 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 tidak loyo 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 segar, seger 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
37 bugar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
46 indah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
57 sexy 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
70 cantik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 aktif 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0
11 lincah 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 dapat beraktivitas 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 aktivitas lancar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
65 produktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
69 cekatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
71 bekerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
126

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Hal-Hal 1 bahagia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 36 22
menyenangkan 10 senang, hati senang 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 13
12 tersenyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
13 berseri-seri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
20 bangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
21 ceria 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 6
31 tidak murung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
44 banyak senyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
58 gembira 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
27 berumur panjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
28 awet muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
38 tenang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
39 baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
40 sejahtera 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 30 20
dalam 16 nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
beraktivitas 18 percaya diri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
30 tidak loyo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
35 segar, seger 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 5
37 bugar 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 3
46 indah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
57 sexy 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
70 cantik 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
3 aktif 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4
11 lincah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
26 dapat beraktivitas 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
33 aktivitas lancar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
65 produktif 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
69 cekatan 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
71 bekerja 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
127

Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Berpikir 9 pikiran jernih 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
positif 24 berfikir sehat 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
42 selalu berpikiran positif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
50 akal sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
52 responsif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
53 cemerlang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
60 pikiran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
67 jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
66 perilaku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 syukur 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1
23 sehat rohani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
72 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jauh dari 43 mudah sosialisasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
sakit dan 68 bicara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
badan kuat 6 badan kuat 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 tenaga bertambah 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 sehat jasmani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
36 kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 tubuh, badan, jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
73 energik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 tidak sakit-sakitan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 tidak sakit 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
41 jauh dari sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
51 cacat mental 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
128

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Berpikir 9 pikiran jernih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 23 12
positif 24 berfikir sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
42 selalu berpikiran positif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
50 akal sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
52 responsif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
53 cemerlang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
60 pikiran 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 3
67 jiwa 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
66 perilaku 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
4 syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5
23 sehat rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
72 rohani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2
Jauh dari 43 mudah sosialisasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 17 13
sakit dan 68 bicara 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
badan 6 badan kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
kuat 7 tenaga bertambah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
22 sehat jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
36 kuat 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 3
59 tubuh, badan, jasmani 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 4
73 energik 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
25 tidak sakit-sakitan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
29 tidak sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
41 jauh dari sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
51 cacat mental 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
129

Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Upaya 5 menjaga 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
memperoleh 14 banyak makan 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kesehatan 17 enak 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 makanan 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
47 menjaga stamina 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
48 menjaga pola makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
54 gemuk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
55 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
56 senam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
61 teratur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
62 vitamin C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
63 air putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64 alami 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 olahraga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 jalan-jalan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
75 proporsional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 bersih 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
74 steril 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 hemat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
76 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
77 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
45 mahal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Total respon 5 5 5 5 3 3 5 5 1 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5
130

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Upaya 5 menjaga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 33 15
memperoleh 14 banyak makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
kesehatan 17 enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
19 makanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
47 menjaga stamina 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
48 menjaga pola makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
54 gemuk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
55 makan 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
56 senam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
61 teratur 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
62 vitamin C 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
63 air putih 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
64 alami 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
32 olahraga 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 4
34 jalan-jalan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
75 proporsional 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
15 bersih 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 7
74 steril 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
2 hemat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
76 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
77 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
45 mahal 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Total respon 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 139 139

Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
131

Lampiran 5 : Tabulasi Prioritas Kata Sehat

Prioritas 1
Kod R R R R R R R R R R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R2
Tema e Kata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Hal-hal 10 senang, hati senang 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 21 ceria 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Semangat 35 segar, seger 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
beraktivitas 37 bugar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Berpikir 9 pikiran jernih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
positif 42 selalu berpikiran positif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
67 jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 syukur 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
72 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jauh dari 6 badan kuat 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
sakit dan 22 sehat jasmani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
badan kuat 29 tidak sakit 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Upaya 14 banyak makan 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
memperoleh 19 makanan 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kesehatan 32 olahraga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 jalan-jalan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48 menjaga pola makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
55 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
61 teratur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64 alami 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 bersih 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
132

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Hal-hal 10 senang, hati senang 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5 6 6
menyenangkan 21 ceria 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Semangat 35 segar, seger 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 4 4
beraktivitas 37 bugar 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
Berpikir 9 pikiran jernih 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 8 8
positif 42 selalu berpikiran positif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
67 jiwa 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
4 syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
72 rohani 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2
Jauh dari 6 badan kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
sakit dan 22 sehat jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
badan kuat 29 tidak sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Upaya 14 banyak makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 9
memperoleh 19 makanan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
kesehatan 32 olahraga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
34 jalan-jalan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
48 menjaga pola makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
55 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
61 teratur 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
64 alami 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
15 bersih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 30

Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
133

Prioritas 2
Kod R R R R R R R R R R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R2
Tema e Kata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Hal-hal 1 bahagia 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 10 senang, hati senang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 tersenyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
13 berseri-seri 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 ceria 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
58 gembira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
39 baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas 35 segar, seger 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
37 bugar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 aktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Berpikir 4 syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
positif 23 sehat rohani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
43 mudah sosialisasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
60 pikiran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jauh dari 7 tenaga bertambah 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
sakit dan 22 sehat jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
badan kuat 59 tubuh, badan, jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 tidak sakit-sakitan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Upaya 47 menjaga stamina 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
memperoleh 55 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kesehatan 15 bersih 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
74 steril 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
134

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Hal-hal 1 bahagia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 9
menyenangkan 10 senang, hati senang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
12 tersenyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
13 berseri-seri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
21 ceria 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 3
58 gembira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
39 baik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 5
beraktivitas 35 segar, seger 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
37 bugar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
3 aktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Berpikir 4 syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 5
positif 23 sehat rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
43 mudah sosialisasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
60 pikiran 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 2
Jauh dari 7 tenaga bertambah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 4
sakit dan 22 sehat jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
badan kuat 59 tubuh, badan, jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
25 tidak sakit-sakitan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Upaya 47 menjaga stamina 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 6
memperoleh 55 makan 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
kesehatan 15 bersih 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3
74 steril 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 29

Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
135

Prioritas 3
Kod R R R R R R R R R R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R2
Tema e Kata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Hal-hal 10 senang, hati senang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 12 tersenyum 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 bangga 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 tidak murung 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38 tenang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas 46 indah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
57 sexy 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
70 cantik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 dapat beraktivitas 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 aktif 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Berpikir 49 berpikir yang sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
positif 52 responsif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
60 pikiran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
66 perilaku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 sehat rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
72 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jauh dari sakit 36 kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
dan badan kuat 59 tubuh, badan, jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Upaya 17 enak 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
memperoleh 32 olahraga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kesehatan 63 air putih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
75 proporsional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
136

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Hal-hal 10 senang, hati senang 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 5 5
menyenangkan 12 tersenyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
20 bangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
31 tidak murung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
38 tenang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 7
beraktivitas 46 indah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
57 sexy 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
70 cantik 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
26 dapat beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
3 aktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Berpikir 49 berpikir yang sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 6
positif 52 responsif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
60 pikiran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
66 perilaku 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
23 sehat rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
72 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Jauh dari sakit 36 kuat 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 3 3
dan badan kuat 59 tubuh, badan, jasmani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Upaya 17 enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 5
memperoleh 32 olahraga 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 2
kesehatan 63 air putih 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
75 proporsional 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 27

Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
137

Prioritas 4
Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Hal-hal 1 bahagia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
menyenangkan 10 senang, hati senang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
21 ceria 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
44 banyak senyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
27 berumur panjang 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
dalam 16 nyaman 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas 37 bugar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
36 kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 dapat beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
65 produktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
69 cekatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 lincah 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Berpikir 9 pikiran jernih 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
positif 50 akal sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
53 cemerlang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
68 bicara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Upaya 5 menjaga 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
memperoleh 14 banyak makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kesehatan 32 olahraga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
56 senam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
62 vitamin C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
77 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
138

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Hal-hal 1 bahagia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 8 8
menyenangkan 10 senang, hati senang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
21 ceria 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
44 banyak senyum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
27 berumur panjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 8
dalam 16 nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
beraktivitas 37 bugar 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
36 kuat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
26 dapat beraktivitas 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
65 produktif 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
69 cekatan 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
11 lincah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Berpikir 9 pikiran jernih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 4
positif 50 akal sehat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
53 cemerlang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
68 bicara 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
Upaya 5 menjaga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 6
memperoleh 14 banyak makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
kesehatan 32 olahraga 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
56 senam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
62 vitamin C 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
77 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 26

Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
139

Prioritas 5
Kod R R R R R R R R R R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R2
Tema e Kata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Hal-hal 10 senang, hati senang 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 58 gembira 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
27 berumur panjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 awet muda 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
40 sejahtera 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
dalam 16 nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
beraktivitas 18 percaya diri 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 tidak loyo 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
54 gemuk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
3 aktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 aktivitas lancar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
71 bekerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Berpikir positif 4 syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Jauh dari 59 tubuh, badan, jasmani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
sakit dan 41 jauh dari sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
badan kuat 51 cacat mental 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Upaya 15 bersih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
memperoleh 2 hemat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kesehatan 45 mahal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
76 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
140

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Hal-hal 10 senang, hati senang 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 4
menyenangkan 58 gembira 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
27 berumur panjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
28 awet muda 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
40 sejahtera 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Semangat 8 bersemangat, semangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 8
dalam 16 nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
beraktivitas 18 percaya diri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
30 tidak loyo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
54 gemuk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
3 aktif 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
33 aktivitas lancar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
71 bekerja 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
Berpikir positif 4 syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
Jauh dari 59 tubuh, badan, jasmani 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4 4
sakit dan 41 jauh dari sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
badan kuat 51 cacat mental 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Upaya 15 bersih 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 2 6 6
memperoleh 2 hemat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
kesehatan 45 mahal 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
76 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 26

Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
141

Lampiran 6 : Tabulasi Asosiasi Kata Sakit


Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Upaya 2 istirahat 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
penyembuhan 5 biaya 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
9 diobati 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 periksakan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 sembuhkan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
32 minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 cepat berobat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
36 konsultasi dg dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
66 sembuh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
68 mahal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
79 minum obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
80 nggak punya duit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
77 mallpraktek 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 obat 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
6 dokter 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
64 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Badan 7 badan gak enak 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tidak enak 15 kurus 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 sakit badan 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 tidak enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
42 kecenderungan sakit-sakitan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
67 tidak enak badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 gak menarik 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 murung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 pucat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
74 kusut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
142

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Upaya 2 istirahat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 43 18
penyembuhan 5 biaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
9 diobati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
24 periksakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
25 sembuhkan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
31 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
32 minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
35 cepat berobat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
36 konsultasi dg dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
66 sembuh 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
68 mahal 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
79 minum obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
80 nggak punya duit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
77 mallpraktek 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
3 obat 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 8
6 dokter 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 9
64 rumah sakit 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 4
Badan 7 badan gak enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 22 11
tidak enak 15 kurus 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
21 sakit badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
33 tidak enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
42 kecenderungan sakit2an 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
51 jasmani, badan 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 4
67 tidak enak badan 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
18 gak menarik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
27 murung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
59 pucat 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4
74 kusut 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
143

Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Tidak 8 males ngapa-ngapain 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
bersemangat 10 tidak bertenaga/lemah 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
untuk 11 tidak nafsu, sulit makan 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas 17 loyo 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 tidak bersemangat 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
54 lesu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
63 lemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
19 susah 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0
45 merepotkan orang lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
47 pekerjaan terlantar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
57 tidak nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
69 tidak produktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 tiduran 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pikiran 20 pikiran kosong 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
negatif 23 sakit hati 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 pikiran gusar-gelisah 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 banyak angan-angan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 stres 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
43 berpikir ke arah negatif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
49 mental/jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
70 pikiran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
71 putus asa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
76 depresi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
50 hati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
4 doa 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 sakit jiwa 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
52 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
55 pasrah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
144

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Tidak 8 males ngapa-ngapain 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3 28 16
bersemangat 10 tidak bertenaga/lemah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
untuk 11 tidak nafsu, sulit makan 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 4
beraktivitas 17 loyo 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3
26 tidak bersemangat 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 3
54 lesu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
63 lemas 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 3
19 susah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3
45 merepotkan orang lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
47 pekerjaan terlantar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
57 tidak nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
69 tidak produktif 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
16 tiduran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Pikiran 20 pikiran kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 19 12
negatif 23 sakit hati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
28 pikiran gusar-gelisah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
29 banyak angan-angan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
30 stres 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
43 berpikir ke arah negatif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
49 mental/jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
70 pikiran 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 2
71 putus asa 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
76 depresi 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
50 hati 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2
4 doa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
22 sakit jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
52 rohani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
55 pasrah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
145

Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Perasaan 1 sedih 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
tidak 37 bosen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 38 takut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
39 trauma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
40 menderita 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
41 kapok 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
46 bingung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
48 cemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 mudah marah, emosian 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
13 tidak mau bergaul, 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
menyendiri
14 merasa diri "paling" dari yg 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
lain
44 mati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
56 tidak merespon 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
60 menangis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
78 rewel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Penyebab 53 kecelakaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
sakit 58 darah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
61 penyakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
62 gangguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
65 virus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
72 perilaku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
73 kotor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
75 tidak normal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
146

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Perasaan 1 sedih 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 7 18 14
tidak 37 bosen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
menyenangkan 38 takut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
39 trauma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
40 menderita 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
41 kapok 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
46 bingung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
48 cemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
12 mudah marah, emosian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
tidak mau bergaul,
13 menyendiri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
merasa diri "paling" dari
14 yg lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
44 mati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
56 tidak merespon 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
60 menangis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
78 rewel 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
Penyebab 53 kecelakaan 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 11 7
sakit 58 darah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
61 penyakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
62 gangguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
65 virus 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
72 perilaku 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
73 kotor 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 3
75 tidak normal 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
Total respon 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 145 145

Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
147

Lampiran 7 : Tabulasi Prioritas Kata Sakit

Prioritas 1
Kod R R R R R R R R R R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R2
Tema e Kata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Upaya 24 periksakan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyembuhan 36 konsultasi dg dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
79 minum obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 obat 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
6 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tidak bersemangat 10 tidak bertenaga/lemah 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
untuk beraktivitas 11 tidak nafsu, sulit makan 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 susah 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Pikiran 49 mental/jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
negatif 70 pikiran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
52 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Badan 7 badan gak enak 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tidak 21 sakit badan 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
enak 33 tidak enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
59 pucat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Perasaan 1 sedih 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
tidak 37 bosen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 48 cemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
12 mudah marah, emosian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Penyebab sakit 53 kecelakaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
148

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
Upaya 24 periksakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 8
penyembuhan 36 konsultasi dg dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
79 minum obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
3 obat 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
6 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
64 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
Tidak
bersemangat 10 tidak bertenaga/lemah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 5
untuk beraktivitas 11 tidak nafsu, sulit makan 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2
19 susah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Pikiran 49 mental/jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
negatif 70 pikiran 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
52 rohani 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Badan 7 badan gak enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 6
tidak 21 sakit badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
enak 33 tidak enak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
59 pucat 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 2
Perasaan 1 sedih 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4 7 7
tidak 37 bosen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
menyenangkan 48 cemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
12 mudah marah, emosian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Penyebab sakit 53 kecelakaan 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 30

Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
149

Prioritas 2
Kod R R R R R R R R R R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R2
Tema e Kata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
upaya 5 biaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
penyembuhan 24 periksakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
31 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
35 cepat berobat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
6 dokter 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
64 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tidak 8 males ngapa-ngapain 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
bersemangat 11 tidak nafsu, sulit makan 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
untuk 17 loyo 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas 26 tidak bersemangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
19 susah 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
57 tidak nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
pikiran 50 hati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
negatif 70 pikiran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
71 putus asa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 doa 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 sakit jiwa 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
badan tidak 15 kurus 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
enak 67 tidak enak badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 pucat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyebab 62 gangguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
sakit 65 virus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
75 tidak normal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 mudah marah, emosian 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
38 takut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
60 menangis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
150

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
upaya 5 biaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 7
penyembuhan 24 periksakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
31 makan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
35 cepat berobat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
6 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
64 rumah sakit 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
tidak 8 males ngapa-ngapain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 9
bersemangat 11 tidak nafsu, sulit makan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
untuk 17 loyo 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 Keterangan :
beraktivitas 26 tidak bersemangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 JML : jumlah respon
19 susah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 TRS : total respon per tema
34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 TRP : total responden per tema
57 tidak nyaman 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
pikiran 50 hati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 5
negatif 70 pikiran 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
71 putus asa 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
4 doa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
22 sakit jiwa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
badan tidak 15 kurus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
enak 67 tidak enak badan 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
59 pucat 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
penyebab 62 gangguan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 6
sakit 65 virus 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
75 tidak normal 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
12 mudah marah, emosian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
38 takut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
60 menangis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 30
151

Prioritas 3
Kod R R R R R R R R R R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R1 R2
Tema e Kata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
upaya 5 biaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyembuhan 32 minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
77 mallpraktek 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 istirahat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
3 obat 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 dokter 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
64 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tidak bersemangat 8 males ngapa-ngapain 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
untuk 17 loyo 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas 63 lemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
69 tidak produktif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
pikiran 20 pikiran kosong 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
negatif 23 sakit hati 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 banyak angan-angan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
badan tidak 42 kecenderungan sakit2an 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
enak 51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
perasaan tidak 41 kapok 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 46 bingung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
12 mudah marah, emosian 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
56 tidak merespon 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
78 rewel 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyebab 61 penyakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
sakit 72 perilaku 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
152

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
upaya 5 biaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 11 11
penyembuhan 32 minum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
77 mallpraktek 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
2 istirahat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3
3 obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
6 dokter 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3
64 rumah sakit 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
tidak
bersemangat 8 males ngapa-ngapain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6 6
untuk 17 loyo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
beraktivitas 63 lemas 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 2
34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
69 tidak produktif 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
pikiran 20 pikiran kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
negatif 23 sakit hati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
29 banyak angan-angan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
badan tidak 42 kecenderungan sakit2an 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
enak 51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
perasaan tidak 41 kapok 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5 5
menyenangkan 46 bingung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
12 mudah marah, emosian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
56 tidak merespon 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
78 rewel 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
penyebab 61 penyakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2
sakit 72 perilaku 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 30

Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
153

Prioritas 4
Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
upaya 5 biaya 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyembuhan 9 diobati 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 tiduran 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 obat 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tidak 8 males ngapa-ngapain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
bersemangat
untuk 26 tidak bersemangat 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas
63 lemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
45 merepotkan orang lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
pikiran 28 pikiran gusar-gelisah 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
negatif 43 berpikir ke arah negatif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
50 hati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
52 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
55 pasrah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
badan 15 kurus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tidak enak 51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
59 pucat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
perasaan 1 sedih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
tidak 40 menderita 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan
13 tidak mau bergaul, menyendiri 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyebab sakit 73 kotor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
154

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
upaya 5 biaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9 9
penyembuhan 9 diobati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
16 tiduran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
3 obat 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3
6 dokter 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3
tidak bersemangat 8 males ngapa-ngapain 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 5 5
untuk beraktivitas 26 tidak bersemangat 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2
63 lemas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
45 merepotkan orang lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
pikiran 28 pikiran gusar-gelisah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
negatif 43 berpikir ke arah negatif 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
50 hati 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
52 rohani 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
55 pasrah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
badan 15 kurus 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 3 3
tidak enak 51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
59 pucat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
perasaan 1 sedih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 4
tidak
menyenangkan 40 menderita 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
tidak mau bergaul,
13 menyendiri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
penyebab sakit 73 kotor 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 2 2
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 28

Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
155

Prioritas 5
Tema Kode Kata R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
upaya 2 istirahat 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyembuhan 5 biaya 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 sembuhkan 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
66 sembuh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
68 mahal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
80 nggak punya duit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
64 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
tidak
bersemangat 54 lesu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
untuk 34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
beraktivitas 47 pekerjaan terlantar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
pikiran negatif 30 stres 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
76 depresi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
badan tidak enak 51 jasmani, badan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 gak menarik 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 murung 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
74 kusut 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
perasaan 1 sedih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tidak 39 trauma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
menyenangkan 40 menderita 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
13 tidak mau bergaul, menyendiri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
merasa diri : paling" dari yg
14 lain 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
44 mati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
penyebab 53 kecelakaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
sakit 58 darah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
73 kotor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
156

Tema Kode Kata R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML TRS TRP
upaya 2 istirahat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 9 9
penyembuhan 5 biaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
25 sembuhkan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
66 sembuh 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
68 mahal 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
80 nggak punya duit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
3 obat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
64 rumah sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
tidak bersemangat 54 lesu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
untuk beraktivitas 34 tidak bisa beraktivitas 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
47 pekerjaan terlantar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
pikiran negatif 30 stres 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 3
76 depresi 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
badan tidak enak 51 jasmani, badan 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 4 4
18 gak menarik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
27 murung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
74 kusut 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
perasaan tidak 1 sedih 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 6 6
menyenangkan 39 trauma 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
40 menderita 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
13 tidak mau bergaul, menyendiri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
14 merasa diri : paling" dari yg lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
44 mati 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
penyebab 53 kecelakaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3
sakit 58 darah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
73 kotor 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 28
Keterangan :
JML : jumlah respon
TRS : total respon per tema
TRP : total responden per tema
157

Lampiran 8 : Tabulasi Hasil Wawacara Tentang Konsep Sehat

Kode Kategori R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Smb, Jdr Keseimbangan 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 2
Akt, Smg, Nym Bisa beraktivitas 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 1 0
Bpy Bebas penyakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0
Mjg Menjaga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Syk Syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2

Kode Kategori R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML
Smb, Jdr Keseimbangan 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 12
Akt, Smg, Nym Bisa beraktivitas 0 1 1 0 2 0 0 0 0 0 15
Bpy Bebas penyakit 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 5
Mjg Menjaga 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2
Syk Syukur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 35
158

Lampiran 9 : Tabulasi Hasil Wawancara Tentang Menjaga Kesehatan

Kode Kategori R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Ktr Keteraturan 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
Ktr, spl Keteraturan dan suplemen 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1
Kcp Kecukupan 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kcp, spl Kecukupan dan suplemen 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tdk Tidak ada 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kode Kategori R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML
Ktr Keteraturan 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 12
Ktr, spl Keteraturan dan suplemen 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 12
Kcp Kecukupan 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
Kcp, spl Kecukupan dan suplemen 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3
Tdk Tidak ada 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31
159

Lampiran 10 : Tabulasi Hasil Wawancara Tentang Konsep Sakit

Kode Kategori R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Ggg Mengalami gangguan 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0
Tsm Tidak semangat 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
Tkt Tidak bisa melakukan aktivitas 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tsh,Ppy Tidak sehat, punya penyakit 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0
Bte Badan tidak enak 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1
Krn Karunia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
Pdl Pacoban dan laknat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kode Kategori R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML
Ggg Mengalami gangguan 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 4
Tsm Tidak semangat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
Tkt Tidak bisa melakukan aktivitas 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 4
Tsh,Ppy Tidak sehat, punya penyakit 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 10
Bte Badan tidak enak 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 8
Krn Karunia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Pdl Pacoban dan laknat 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Total respon 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 32
160

Lampiran 11 : Tabulasi Hasil Wawancara Apa yang Akan Dilakukan Ketika Sakit

Kode Kategori R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Sod Diobati sendiri, tidak sembuh pakai obat atau ke dokter 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Ops Minum obat pasar dan diobati sendiri 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1
Snd Diobati sendiri tanpa obat pasar 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Dop Didiamkan, tidak sembuh diberi obat pasar 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Opd Minum obat pasar, tidak sembuh ke dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total Respon 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Kode Kategori R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML
Sod Diobati sendiri, tidak sembuh pakai obat atau ke dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4
Ops Minum obat pasar dan diobati sendiri 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 14
Snd Diobati sendiri tanpa obat pasar 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 6
Dop Didiamkan, tidak sembuh diberi obat pasar 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 6
Opd Minum obat pasar, tidak sembuh ke dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Total Respon 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31
161

Lampiran 12 : Tabulasi Hasil Wawancara Sumber Informasi Pengobatan

Kode Kategori R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20
Tak Tanpa alasan, kebiasaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
Kmi Kemasan, media, iklan 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1
Orl Orang lain 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0
Cck Cocok-cocokan 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Trn Turun-temurun 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0
Rsd Resep dokter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0
Psr Dipelajari di sekolah, RS 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total respon 2 4 1 3 2 2 3 2 2 2 2 3 1 1 2 1 1 2 1 1

Kode Kategori R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 JML
Tak Tanpa alasan, kebiasaan 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 5
Kmi Kemasan, media, iklan 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13
Orl Orang lain 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 9
Cck Cocok-cocokan 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 10
Trn Turun-temurun 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 8
Rsd Resep dokter 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 6
Psr Dipelajari di sekolah, RS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Total respon 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 53
162

Anda mungkin juga menyukai