Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM TYPOID
DI RUANG PERAWATAN MARINA
RSUD PROF. DR. H.MUH. ANWAR MAKKATUTU BANTAENG

DESI S.Kep
218NS2035

C1 LAHAN C1 INSTITUSI

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2019
I. KONSEP DASAR MEDIS DEMAM TYPOID
A. DEFINISI DEMAM TYPOID
Demam typoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh salmonella typhi.penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, di
topang oleh bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial an
invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa
kelenjar limfe usus dan peyer’s patch dan apat menular pada orang lain melalui
makanan atau air yang terkontaminasi. (Nurarif & Kusuma, 2015)

B. ETIOLOGI
Salmonella typhi sama dengan salmonella yang lain adalah bakteri Gram-
negatif mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif
anaerob, mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar
antigen(H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen(K) yang terdiri dari
polisakarida. Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang
membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonnella typhi
juga dapat memperoleh plasmid factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap
multiple antibiotic. (Nurarif & Kusuma, 2015)

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala pada anak : inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, stupor, dan koma
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 hari dan bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epiktaksis
10. Lidah yang berselaput
11. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus
12. Gangguan mental berupa somnolen
13. Delirium atau psikosis
14. Dapat timbul gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai penyakit
demam akut dengan disertai syok dan hipotermia
Periode infeksi demam thypoid, gejala dan tanda :

Minggu Keluhan Gejala Patologi

Minggu 1 Panas berlangsung Gangguan saluran Bakteremia


insidious, tipe cerna
panas stepladder
yang mencapai 39-
40º c, menggigil,
nyeri kepala

Minggu 2 Rash, nyeri Rose sport, Vaskulitis,


abdomen, diare splenomegali, hiperplasi pada
atau konstipasi, hepatomegali peyer’s patches,
delirium nodul typhoid pada
limpa dan hati

Minggu 3 Komplikasi : Melena, ilius, Ulserasi pada


perdarahan saluran ketegangan payer’s patches,
cerna, perforasi dan abdomen, koma nodul tifoid pada
syok limpa dan hati

Minggu 4 Keluhan menurun, Tampak sakit berat, Kolelitiasis, carrier


relaps, penurunan kakeksia kronik
berat badan

(Nurarif & Kusuma, 2015)

D. PATOFISIOLOGI
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap diusus halus melalui
pembuluh limfe lalu masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan-organ lain,
terutama hati dan limfa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati
dan limfe sehingga organ-organ tersebut akan membesar (hipertropi) disertai nyeri
pada perabaan, kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakteremia) dan
menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga
menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak
tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan
oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan
pada usus (Susilaningrum, Nursalam, & Utami, 2013)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus
3. Pemeriksaan uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri
salmonella typhi. Uji widal dimaksudkan untuk menentukan adanya agglutinin
dalam serum penderita demam tifoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella
typhi maka penderita membuat antibody (agglutinin)
4. Kultur
Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
Kultur urine : bisa positif pada akhir minggu kedua
Kultur feses : bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella typhi igM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella
typhi, karena antibody igM muncul pada hari ke3 dan 4 terjadinya demam.
(Nurarif & Kusuma, 2015)

F. PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologis
a. Bed rest
b. Diet : diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai
dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat
2. Farmakologis
a. Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberian, oral
atau IV selama 14 hari
b. Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis 200
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian IV saat belum dapat minum
obat, selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi
dalam 3-4 kali, pemberian oral/IV selama 21 hari kotrimoksasol dengan dosis
(tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral selama 14 hari
c. Pada kasus berat, dapat diberi ceftriaxone dengan dosis 50 mg/kgBB/hari dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sekali sehari, intravena, selama
5-7 hari
d. Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotic adalah
meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.

G. KOMPLIKASI
1. Pendarahan usus. Bila sedikit, hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang dapat
disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.

2. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi
pada bagian distal ileum.

3. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi, tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen
tegang, dan nyeri tekan

4. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis, yaitu
meningitis, kolesistisis, ensefalopati, dan lain-lain (Susilaningrum, Nursalam, &
Utami, 2013).

H. PROGNOSIS
Bila penderita diobati secara baik dan benar pada minggu pertama demam tifoid,
prognosis akan baik karena umumnya penyakit ini akan mereda setelah 2 hari
kemudian, dan kondisi penderita membaik dalam 4-5 hari selanjutnya. Bila ada
keterlambatan pengobatan risiko komplikasi akan meningkat dan waktu pemulihan
akan semakin lama. Umumnya, fatality rate demam tifoid yang tidak diobati adalah
10%-20%. Perkiraan angka case fatality rate penderita demam tifoid sekitar 1-4%.
Anak-anak di bawah usia 4 tahun, memiliki fatality rate 4%, sedangkan anak-anak
usia > 4 tahun 10 kali lebih kecil kemungkinan kematiannya dari anak-anak usia
dibawahnya.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I. Pengkajian
Pengumpulan data
a. Identitas pasien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan
diagnosa medik.
b. keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-
turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta
penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke
dalam tubuh.
d. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual
dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak
makan sama sekali.
2. Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena
tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami
gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien
dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat
keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan
kebutuhan cairan tubuh.
3. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total,
agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
4. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan
suhu tubuh.
5. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan
penyakit anaknya.
6. Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan
penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat
suatu waham paad klien.
7. Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di
rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.
8. Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas
II. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 –
410 C, muka kemerahan.
b. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan
gambaran seperti bronchitis.
d. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin
rendah.
e. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak
kusam.
f. Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas),
mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak
enak, peristaltik usus meningkat.
g. Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan
h. Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi
lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut
kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan fluktuasi suhu
lingkungan, proses penyakit.
2. Nyeri akut berhungan dengan proses peradangan
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan peningkatan suhu tubuh.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Ketidakefektifan NOC NIC
Thermoregulation
termoregulasi
1. Monitor suhu
berhubungan dengan criteria hasil:
sesering
Suhu tubuh dalam
fluktuasi suhu mungkin
rentang normal
2. Monitor IWL
lingkungan, proses 36,5-37,5 C
3. Monitor warna
Nadi dan RR dalam
penyakit. dan suhu kulit
rentang normal 16-
4. Monitor
Definisi: peningkatan 20 x/menit
tekanan darah,
Tidak ada perubahan
suhu tubuh di atas nadi dan RR
warna kulit dan
5. Monitor
batas normal tidak ada pusing,
penurunan
merasa nyaman
 klien mengeeluh tingkat
kesadaran
demam
6. Monitor WBC,
 klien mengeluh Hb, dan Hct
7. Monitor intake
lemas
dan output
DO DO : 8. Berikan anti
piretik
 kenaikan suhu
9. Berikan
tubuh diatas pengobatan
untuk
rentang normal
mengatasi
36,5-37,5 C penyebab
demam
 kulit kemerahan
10. Selimuti pasien
dan kering 11. Lakukan tapid
sponge
 pertambahan RR
12. Berikan cairan
Noormal 16-20 intravena
13. Kompres
x/menit
pasien pada
 tatikardi lipat paha dan
aksila
 kulit teraba
14. Tingkatkan
panas sirkulasi udara
15. Berikan
pengobatan
untuk
mencegah
terjadinya
menggigil.
Temperature
regulation

1. Monitor suhu
minimal tiap 2
jam
2. Rencanakan
monitoring
suhu secara
kontinyu
3. Monitor TD,
nadi, dan RR
4. Monitor warna
dan suhu kulit
5. Monitor tanda-
tanda
hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan
intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti pasien
untuk
mencegah
hilangnya
kehangatan
tubuh
8. Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
panas
9. Diskusikan
tentang
pentingnya
pengaturan
suhu dan
kemungkinan
efek negatif
dari kedinginan
10. Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency
yang
diperlukan
11. Ajarkan
indikasi dari
hipotermi dan
penanganan
yang
diperlukan
12. Berikan anti
piretik jika
perlu

Vital sign Monitoring

1. Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS
saat pasien
berbaring,
duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum,
selama, dan
setelah
aktivitas
6. Monitor
kualitas dari
nadi
7. Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
8. Monitor suara
paru
9. Monitor pola
pernapasan
abnormal
10. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban
kulit
11. Monitor
sianosis perifer
12. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign.

2. Nyeri akut NOC NIC


berhubungan dengan  Pain level 1. Lakukan
proses peradangan  Pain control pengkajian nyeri
Definisi :  Comform level secara
pengalaman sensori Kriteria hasil : komprehensif
danemosionalyang  Mampu termasuk lokasi
tidak menyenangkan mengontrol krakteristik,
yang muncul akibat nyeri ( tahu durasi frekuensi,
kerusakan jaringan penyebab nyeri, kualitas dan
yang aktual atau mampu faktor presipitasi
potensial atau menngunakan 2. Observasi reaksi
digambarkan dalam teknik nonverbal
hal kerusakan nonfarmakologi dariketidaknyama
sedemikian rupa untuk nan
mengurangi 3. Gunakan teknik
nyeri, menari komunikasi
bantuan). terapeutik untuk
 Melaporkan mengetahui
bahwa nyeri pengalaman nyeri
berkurang pasien
dengan 4. Kaji kultur yang
menggunakan mempengaruhi
menajemen respon nyeri
nyeri 5. Evaluasi
 Mampu pengalaman
mengenali nyeri nyeri masa
(skala, lampau
intensitas, 6. Evaluasi bersama
frekuensi dan pasien dan tim
tanda nyeri) kesehatan lain
 Menyatakan tentang ketidak
rasa nyaman efektifan kontrol
setelah nyeri nyeri masa
berkurang. lampau
7. Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
8. Kontrol
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan
pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
11. Kaji type dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
13. Berikan analgesik
untuk mengurangi
nyeri
14. Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan
istrahat
16. Kolaborasikan
dengan dokter
jika ada keluhan
dan tindakan
nyeri tidak
berhasil
17. Minitor
penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesik administration
18. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
19. Cek instruksi
tentang jenis obat,
dosis dan
frekuensi
20. Cek riwayat
alergi
21. Pilih analgesik
yang di perlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika pemberian
lebih dari satu
22. tentukan pilihan
analgesik
tergantung type
dan beratnya
nyeri
23. tentukan
analgesik pilihan,
rute pemberian,
osis optimal
24. pilih rute
pemberian secara
IV,IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
25. monitor vital sign
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik pertama
kali
26. berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat
27. evaluasi
efektivitas
analgesik, tanda
dan gejala.
3. Resiko NOC NIC
ketidakseimbangan Nutritional Status : food Nutrition
Management
nutrisi kurang dari and Fluid Intake,
1) Kaji adanya
kebutuhan tubuh nutrient intake alergi makanan
berhubungan dengan Adanya 2) Kolaborasi
peningkatan dengan ahli gizi
intake yang tidak untuk
berat badan
adekuat. sesuai dengan menentukan
tujuan jumlah kalori
Definisi : asupan dan nutrisi
Berat badan
nutrisi tidak cukup ideal sesuai yang
dengan tinggi dibutuhkan
untuk memenuhi pasien.
badan
kebutuhan metabolik. Mampu 3) Anjurkan
mengidentifikasi pasien untuk
Ditandai dengan
kebutuhan meningkatkan
DS :
nutrisi intake Fe
 klien mengeluh Tidak ada
tanda tanda 4) Anjurkan
mengalami pasien untuk
malnutrisi
penurunan nafsu Tidak terjadi meningkatkan
protein dan
makan penurunan berat badan vitamin C
 klien mengeluh yang berarti 5) Berikan
substansi gula
mengalami
6) Yakinkan diet
penurunan berat yang dimakan
badan mengandung
tinggi serat
DO DO: untuk
- BB sebelum sakit : mencegah
konstipasi
.....kg, BB sesudah
7) Berikan
sakit : .....kg makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli
gizi)
8) Ajarkan pasien
bagaimana
membuat
catatan
makanan
harian.
9) Monitor
jumlah nutrisi
dan kandungan
kalori
10) Berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
11) Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1) BB pasien
dalam batas
normal
2) Monitor
adanya
penurunan
berat badan
3) Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas yang
biasa dilakukan
4) Monitor
interaksi anak
atau orangtua
selama makan
5) Monitor
lingkungan
selama makan
6) Jadwalkan
pengobatan
dan tindakan
tidak selama
jam makan
7) Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
8) Monitor turgor
kulit
9) Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah
patah
10) Monitor mual
dan muntah
11) Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb,
dan kadar Ht
12) Monitor
makanan
kesukaan
13) Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
14) Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
15) Monitor kalori
dan intake
nuntrisi
16) Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
17) Catat jika lidah
berwarna
magenta,
scarlet
4. Resiko kekurangan NOC NIC
volume cairan  flud balance Fluid management
berhubungan dengan  hydration 1) timbang popok/
pembalut jika
intake yang tidak  nutritional
diperlukan
adekuat dan status : foo and 2) pertahankan
peningkatan suhu flul intake catatan intake
dan outputyang
tubuh kriteria hasil: akurat
Definisi: resiko - Mempetahan 3) monitor status
mengalami dehidrasi urine output hidrasi (
kelembapan
vaskular, selular dan sesuai dengan membran
intraselular usia dan bb, mukosa, nadi
adekuat,
bjurine normal, tekanan darah
HT normal ortostatik) jika
diperlukan
- Tekanan darah,
4). Monitor vital
nadi suhu tubuh sign
dalam batas 5) monitor
masukan
normal
makanan /
- Tidak ada tanda- cairan dan
hitung intake
tanda dehidrasi,
kalori harian
elastisitas kulit 6) kolaborasikan
baik, membran pemberian
cairan IV
mukosa lembab,
7) monitor status
tidak ada rasa nutrisi
haus berlebihan. 8) berikan cairan
IV pada suhu
ruangan
9) dorong masukan
oral
10) berikan
penggantian
nasogastrik
sesuai output
11) dorong
keluarga untuk
membantu
pasien makan
12) tawarkan snack
( jus buah, buah
segar)
13) kolaborasi
dengan dokter
14) atur
kemungkinan
transfusi
15) persiapan
untuk transfusi
Hypovolemia
management
16) monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
17) pelihara IV line
18) monitor tingkat
hb dan hematokrit
19) monitor tanda
vital
20) monitor respon
pasien terhadap
penambahan
cairan
21) monitor berat
badan
22) dorong pasien
untuk menambah
intake oral
23) pemberian
cairan IV monitor
adanya tanda dan
gejala kelebihan
volume cairan
24) monitor adanya
tanda gagal ginjal
5. Intoleransi NOC NIC
aktivitas  Energy conservation Energy Management
aktivity tolerance 1) Observasi
berhubungan
Self Care : ADLs adanya
dengan Setelah dilakukan tindakan pembatasan
keperawatan klien dalam
kelemahan fisik
selama…………..diharapkan melakukan
Definisi: masalah keperawatan dapat aktivitas
teratasi dengan criteria hasil: 2) Dorong anal
ketidakcukupan
Berpartisipasi dalam untuk
energi psikologis aktivitas fisik tanpa mengungkapkan
disertai peningkatan perasaan
atau fisiologis
tekanan darah, nadi dan terhadap
untuk RR keterbatasan
Mampu melakukan
melanjutkan atau 3) Kaji adanya
aktivitas sehari hari (ADLs) factor yang
menyelesaikan
secara mandiri menyebabkan
aktivitas kelelahan
kehidupan sehari- 4) Monitor nutrisi
hari atau yang dan sumber
energi
harus atau yang tangadekuat
ingin dilakukan. 5) Monitor pasien
akan adanya
DS:
kelelahan fisik
 klien dan emosi
secara
mengatakan
berlebihan
aktivitasnya 6) Monitor respon
dibantu kardivaskuler
terhadap
 klien aktivitas
mengatakan 7) Monitor pola
lemah dan tidur dan
lamanya
cepat lelah tidur/istirahat
 klien pasien
Activity Therapy
mengatakan
1) Kolaborasikan
adanya sesak dengan Tenaga
Rehabilitasi
membuat
Medik
klien tidak dalammerencan
akan progran
nyaman saat
terapi yang
beraktivias tepat.
2) Bantu klien
DO DO: untuk
mengidentifikasi
 BAB dan
aktivitas yang
BAK mampu
dilakukan
diantum
3) Bantu untuk
oleh memilih
keluarga aktivitas
konsisten
dan perawat yangsesuai
 terpasang dengan
kemampuan
infus fisik, psikologi
klien terlihat dan social
lemah 4) Bantu untuk
mengidentifikasi
dan
mendapatkan
sumber yang
diperlukan
untuk aktivitas
yang diinginkan
5) Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan
aktivitas seperti
kursi roda, krek
6) Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang
disukai
7) Bantu klien
untuk membuat
jadwal latihan
diwaktu luang
8) Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
9) Sediakan
penguatan
positif bagi
yang aktif
beraktivitas
10) Bantu pasien
untuk
mengembangka
n motivasi diri
dan penguatan
11) Monitor respon
fisik, emoi,
social dan
spiritual
V. Penyimpangan KDM

Kuman salmonella typhi masuk ke


Mm lolos dari asam lambung
saluran gastrointestinal

Bbak bakteri masuk usus halus

P pembuluh darah limfe inflamasi

Peredaran darah (bakteremia primer) Masuk retikulo endothelial

(RES) terutama hati dan

limfa

Inflamasi pada hati dan limfa Masuk ke aliran darah (


bakteremia sekunder)

endotoksin
hepatomegali Pembesaran limfa

Terjadi Kerusakan sel


Nyeri tekan nyeri akut Splenomegali

Meransang melepas zat


epirogen oleh leukosit
Laseplak peyer Penurunan mobilitas usus

Mempengaruhi pusat
erosi Penurunan peristaltik usus
thermoregulator
dihipotalamus

nyeri Peningkatan asam lambung


Ketidakefektifan
termoregulasi
Intoleransi aktivitas
Anoreksia mual muntah

Resiko kekurangan volume Resiko


cairan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall Carpenito – Moyet. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

NANDA. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2012-2014. Philadelphia :


NANDA International

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagosa
Medis NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Susilaningrum, R., Nursalam, & Utami, S. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai