Anda di halaman 1dari 2

Bantaeng, 15 Juli 2019

KOMBINASI ‘PEACE PAIN THERAPY DAN FORGIVENESS THERAPY ‘ SEBAGAI METODE HIPNOTERAPI
UNTUK KESEMBUHAN DYSPEPSIA

Oleh Mutmainna.S.kep, CHt.CI

Dyspepsia saat ini telah diprediksi akan meningkat setiap tahunnya, dyspepsia sendiri atau orang awam
menyebutnya Maag dapat dirasakan oleh siapa saja. Umumnya dyspepsia dirasakan oleh remaja atau
saat ini lebih dikenal dengan kalangan millennial yang mulai duduk dibangku sekolah menengah hingga
kuliah. Penyakit ini tidak menular, tetapi WHO (World Health Organization) menyatakan pada tahun
2020 hal ini bisa menjadi penyebab morbiditas dan mortilitas di beberapa Negara termasuk Indonesia.

Salah satu factor penyebab kejadian dyspepsia adalah pola makan yang tidak teratur dan tingkat stress,
bagaimana gejalanya? Seseorang akan merasa nyeri dan tidak nyaman pada perut bagian atas atau ulu
hati seperti rasa panas atau terbakar dan terkadang disertai sesak nafas, sehingga mengganggu aktifitas
seseorang bahkan psikologisnya.

Pasien yang dirawat dengan diagnosa dyspepsia di Rumah sakit akan mempunyai riwayat rawat inap
berulang tidak hanya 1-2 kali bahkan puluhan kali dengan control yang ketat. Faktanya juga bahwa
beberapa penelitian sejak tahun 2012 hingga tahun 2018 penderitanya adalah perempuan. Hal ini
menjadi bentuk perhatian saya sebagai perawat yang juga hipnoterapis untuk menerapkan teknik peace
pain therapy dan forgiveness therapy untuk memberikan kesembuhan total pada klien dengan penyakit
ini.

Uniknya bahwa rasa sakit, nyeri dan tidak nyaman pada kondisi ini semakin dilawan maka akan semakin
kuat oleh karena itu Peace pain therapy mengajak klien untuk berdamai dengan rasa sakitnya dan
menerimanya sebagai satu kesatuan dalam dirinya.

Sedangkan forgiveness therapy adalah terapi memaafkan , kaitannya dengan kejadian dyspepsia adalah
bahwa sangat menarik diketahui penyebab stress pada kalangan milenial saat ini menurut American
Psycological Association (2018) yaitu : stress akademik, stress fisik, stress social, masalah keluarga,
peristiwa traumatis, hubungan dengan lawan jenis dan bullying. Saya menganggap inilah factor utama
yang harus dituntaskan terlebih dahulu dalam membantu kesembuhan klien dengan diagnose
dyspepsia/maag. Factor stress lah yang menyebabkan pola makan seseorang menjadi terganggu,
sehingga akan mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh dan timbullah gejala-gejala dari penyakit ini.

Tetapi, patut juga diketahui bahwa penerapan forgiveness therapy ini tidak diperkenankan tanpa
persetujuan klien. Memang menurut pandangan kita bahwa memaafkan orang lain adalah hal yang
mulia bahkan menjadi anjuran bagi agama atau kepercayaan tiap individu, tetapi ternyata tidak mudah
dalam menerapkan atau mengaplikasikannya dalam praktek.
Kedua metode ini sebaiknya sampai pada level deep trance atau memasuki gelombang otak theta
dengan tanda-tanda fisik dan mental yaitu klien mulai focus terhadap kata-kata hipnoterapis, perubahan
pola nafas yang menjadi lambat, perubahan pada mimic wajah, hingga analgesia (kebal terhadap
sentuhan tetapi masih bisa merasakan). Mengapa demikian? karna pada level ini, seseorang menjadi
mudah untuk menyaring informasi berupa keyakinan dan nilai-nilai yang ia anut.

Nah, apakah penyakit ini akan sembuh hanya dengan 1x hipnoterapi? Kenyataannya adalah untuk
mendapatkan hasil yang maksimal mengatasi gejala dari penyakit ini bisa 1x hipnoterapi bahkan juga
bisa membutuhkan 2-3 kali sesi untuk menyembuhkannya, klien dan keluarga tetap bermohon dan
berdoa kepada Allah swt, hipnoterapist secara professional akan menjadi sambung tangan doa
tersebut. Dan pada akhirnya tidak hanya dyspepsia saja yang tertangani, tetapi hampir seluruh
masalahnya bisa teratasi, karna 75% masalah manusia bersumber dari pikirannya, sedangkan sisanya
adalah berupa polusi, virus, kuman atau bakteri. Penyakit ini tidak akan mudah muncul lagi jika sudah
menerapkan pola pikir dan pola makan yang sehat.

Tetapi sesuai dengan kode etik di Profesional Hipnoterapi Indonesia yang telah saya dapatkan sebagai
bahan acuan adalah klien tetap diberi penegasan dan penekanan untuk tetap melanjutkan pengobatan
dan tetap menaati saran-saran dari dokter. Sikap professional yang diemban oleh setiap hipnoterapis
juga merupakan bentuk penajaman dari segi komunikasi persuasive dan sama sekali tidak ada unsure
magis atau mistis di dalamnya.

Perlu juga diketahui bahwa dalam setiap prosesnya harus dilakukan analisa secara mendalam dan
seksama, karna setiap klien memiliki keunikan, termasuk perbedaan dalam situasi dan kondisi.
Hipnoterapi juga tidak sama dengan cara pengobatan lainnya, telah terbukti bahwa setiap bagian-bagian
hipnoterapi adalah mencari akar dari penyebab suatu masalah, dengan demikian apabila penyebabnya
telah dihilangkan, maka akibat yang ditimbulkan pun juga akan hilang.

https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/prepotif/article/download/79/56

https://www.grid.id/read/04934296/7-penyebab-stres-pada-remaja-termasuk-hal-yang-paling-sering-
kamu-alami-nih?page=2

https://pdfs.semanticscholar.org/9451/82e722cacde9296b35dee0892c9217c8e067.pdf

https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/prepotif/article/download/79/56

Anda mungkin juga menyukai