A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Infark jantung adalah nekrosis sebagian otot jantung akibat
berkurangnya suplai darah kebagian otot tersebut akibat oklusi atau
thrombosis arteri koronaria atau dapat juga akibat keadaan syok atau
anemia akut (Paula,dkk 2016)
Infark miokard adalah suatu proses dimana jaringan miokard
mengalami kerusakan (nekrosis) dalam region jantung yang mengurangi
suplai darah adekuat karena penurunan aliran darah koroner. Infark
miokard dengan gambaran khas pada hasil EKG dimana terjadi elevasi
pada segmen ST disebut sebagai ST Elevation Myocardial Infarction
(STEMI) (Price & Wilson, 2016).
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot
jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh
proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan
ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi
pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah
koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-
benar terhenti, otot jantung yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen
dan mati (Smeltzer & Bare, 2013).
2. Etiologi
Penyebab STEMI dapat karena penyempitan kritis arteri koroner
akibat arterosklerosis atau oklusi arteri komplet akibat embolus atau
trombus. Penurunan aliran darah koroner dapat juga disebabkan oleh
syok dan hemoragi.
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada
lokasi injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti
merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.
a. Penyempitan arteri koroner nonsklerolik.
b. Penyempitan aterorosklerotik.
c. Trombus.
d. Plak aterosklerotik.
e. Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak.
f. Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
g. Penurunan darah koroner melalui yang menyempit.
h. Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur.
i. Spasme otot segmental pada arteri kejang otot.
3. Manifestasi Klinis
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus tidak mereda,
biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini
merupakan gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri
tidak dapat tertahankan lagi.
c. Nyeri ini sangat sakit, seperti ditusuk-tusuk yang dapat menjalar
kebahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari,
dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual serta muntah.
g. Pasien dengan diabetes mellitus tidak akan mengalami nyeri yang
hebat karena neuropati yang menyertai diabetes dapat
mengganggu neuroreseptor (menumpulkan pengalaman nyeri).
4. Patofisiologi
Infark miokard mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung
akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang. Penyebab penurunan suplai darah mungkin akibat
penyempitan kritis arteri koroner karena aterosklerosis atau penyumbatan
total arteri oleh emboli atau trombus. Penurunan aliran darah koroner
juga bisa diakibatkan oleh syok atau perdarahan. Pada setiap kasus
selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
jantung.
Pada STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun
secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak aterosklerosis yang
sudah ada sebelumnya. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi
secara cepat pada lokasi injuri vaskular.
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis
mengalami fisur, rupture, atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik
memicu trombogenesis, sehingga terjadi trombus mural pada lokasi
ruptur yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histologis
menunjukkan plak koroner cenderung mengalami ruptur jika
mempunyai fibrous cap yang tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core). Pada
STEMI, gambaran patologis klasik terdiri dari fibrin rich red thrombus.
Selanjutnya pada lokasi rupture plak, berbagai agonis (kolagen,
ADP, epinefrin, serotonin) memicu aktivasi trombosit, yang selanjutnya
akan memproduksi dan melepaskan tromboksan A2 (vasokonstriktor
lokal yang poten). Selain itu aktivasi trombosit memicu perubahan
konfirmasi reseptor glikoprotein IIb/IIIa. Setelah mengalami konversi
fungsinya, reseptor mempunyai afinitas tinggi terhadap sekuen asam
amino pada protein adhesi yang larut seperti faktor von Willebrand dan
fibrinogen, dimana keduanya adalah molekul multivalent yang dapat
mengikat 2 platelet yang berbeda secara simultan, menghasilkan ikatan
silang platelet dan agregasi. Faktor VII dan X diaktivasi, mengakibatkan
konversi protrombik ke thrombin, yang kemudian mengkonversi
fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat kemudian akan
mengalami oklusi oleh trombus yang terdiri atas agregat trombosit dan
fibrin.
Setelah 30 menit terjadi sumbatan, perdarahan metabolik terjadi
sebagai akibat dari iskemia. Glikosis anaerob berperan dalam
menyediakan energi untuk menghasilkan laktase.Perubahan-perubahan
pada elektro potensial membran, setelah 20 menit terjadi perubahan-
perubahan seluler meliputi ruptur lisotum dan defek struktural sarkolema
yang menjadi ireversibel pada sentral zone infark. Zone iskemia yang ada
di sekitar area infark mungkin tersusun oleh sel-sel normal atau sel-sel
abnormal. Area iskemia ini dapat membalik apabila sirkulasi terpenuhi
secara adekuat. Tujuan terapi adalah memperbaiki area iskemia tersebut
dan mencegah perluasan sentral zone nekrosis.
Miokard infark mengganggu fungsi ventrikuler dan merupakan
predisposisi terhadap perubahan hemodinamik yang meliputi
: Kemunduran kontraksi, penurunan stroke volume, gerakan dinding
abnormal, penurunan fraksi ejeksi peningkatan ventrikuler kiri pada akhir
sistole dan volume akhir diastole, dan peningkatan tekanan akhir diastolik
ventrikuler. Mekanisme kompensasi output cardial dan perfusi yang
mungkin meliputi stimulasi refleks simpatetik untuk meningkatkan
kecepatan jantung, vasokonstriksi, hipertrofi ventrikuler, serta retensi air
tuntutan dengan miokardial. Tapi direncanakan untuk mencukupi
kebutuhan dengan dan menurunkan tuntutan terhadap oksigen.
Proses penyembuhan miokard infark memerlukan waktu beberapa
minggu. Dalam waktu 24 jam terjadi udema seluler dan infiltrasi leukosit.
Enzim-enzim jantung dibebaskan menuju sel. Degradasi jaringan dan
nekrosis terjadi pada hari kedua atau ketiga. Pembentukan jaringan parut
dimulai pada minggu ketiga sebagai jaringan konektif fibrous yang
menggantikan jaringan nekrotik, jaringan parut menetap terbentuk dalam
6 minggu sampai 3 bulan.
Miokard infark paling sering terjadi pada ventrikel kiri dan dapat
dinyatakan sesuai area miokardium yang terkena. Apabila mengenai tiga
sekat dinding miokardium maka disebut infark transmural dan apabila
hanya sebatas bagian dalam miokardium disebut infark sebendokardial.
Miokard infark juga dapat dinyatakan sesuai dengan lokasinya pada
jantung, yang secara umum dapat terjadi pada sisi posterior, anterior,
septal anterior, anterolateral, posteroinferior dan apical. Lokasi dan
luasan lesi menentukan sejauhmana kemunduran fungsi terjadi,
komplikasi dan penyembuhan (Price & Wilson, 2016).
PATHWAY STEMI
Nekrosis
Resiko
penurunan
Metabolism anaerob Seluler hipoksia
curah
jantung
Gangguan
Timbunan asam laktat
pertukaran gas Nyeri
meningkat
Integritas membrane sel berubah
Intoleransi
aktifitas COP turun Kegagalann
pompa jantung
Gangguan perfusi
jaringan
Gagal jantung
c. Tertiery Survey
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) CKMB.
b) cTn.
c) Mioglobin.
d) CK.
e) LDH.
2) Pemeriksaan diagnostic
a) Echocardiogram.
b) Elektrokardiografi.
DAFTAR PUSTAKA
Price, S.A. & Wilson, L.M. (2016). Patofisiologi, vol.1, ed.6. EGC: Jakarta.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku ajar keperawatan medikal-bedah,
vol. 2. EGC: Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN
DISUSUN OLEH :
MUTMAINNA
218NS2049
( ) ( )