Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reliabilitas sebetulnya merupakan sifat yang ada pada data atau skor
yang dihasilkan oleh instrumen, namun untuk memudahkan reliabilitas dapat
dikatakan merupakan sifat dari insrumen juga reliabilitas bukanlah bersifat
dikotomis, tetapi merupakan rentangan yang biasnya dinyatakan dengan bentuk
angka 0 (0) sampai 1 (satu). Dengan demikian kurang tepat kiranya kalau
dipertanyakan apakah suatu instumen itu memiliki reliabilitas atau tidak, akan
tetapi tepatnya adalah suatu instrumen dapat menghasilkan data atau skor yang
memiliki tingkat reliabilitas yang memadai atau tidak. Suatu instrumen memiliki
tingakat reliabilitas yang tinggi, sedang, atau rendah. Hampir sama dengan
pengertian tersebut, bahwa keberadaan reliabilitas tiada semata-mata brupa dua
pilihan, reliabel atau kah tidak reliabel, akan tetapi merupakan rentang yang
berjenjang dari tingkat yang paling tinggi sampai tingkat yang palinng rendah.
Reliabilitas tingkat paling tinggi yang secara statistik ditulis sebagai 1,00 yang
menandakan adanya keajegan mutlak tanpa perbedaan dan penyimpangan
sedikitpun. Karena pentinganya reliabilitas dalam evaluasi maka pemakalah
mencoba akan mengambil judul reliabilitas.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan reliabilitas?
2. Macam-macam reliabilitas?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi reliabilitas?
4. Bagaimana Analisis Reliabilitas dari Tes Hasil Belajar Siswa?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui apa itu reliabilitas.
2. Dapat mengetahui acam-macam reliabilitas.
3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas.
4. Dapat mengtahui analisis reliabilitas dari tes hasil belajar siswa.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Reliabilitas
Kata reliabillitas dalam bahasa Indonesia di ambil dari reliability dalam
bahasa inggris, berasal dari kata, reliable yang artinya dapat di percaya.
“reliabilitas” merupakan kata benda, sedangkan “reliable” merupakan kata
sifat atau keadaan.
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau
temuan. Dalam pandangan positifistik (kuantitatif), suatu data dinyatakan
reliable apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan
data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu berbeda menghasilkan data
yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data
yang tidak berbeda. Kalau peneliti satu menemukan dalam obyek berwarna
merah, maka peneliti yang lain juga demikian. Kalau seorang peneliti dalam
obyek kemarin menemukan data berwarna merah, maka sekarang atau besok
akan tetap berwarna merah. Karena reliabilitas berkenaan dengan derajat
konsistensi, maka bila ada peneliti lain mengulangi atau mereplikasi dalam
penelitian pada obyek yang sama dengan metode yang sama maka akan
menghasilkan data yang sama.
Sehubungan dengan reliabilitas ini, Scarvia B. Anderson dan kawan-
kawan menyatakan bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validasi dan reliabilitas
ini penting. Dalam hal ini, validitas lebih penting dan reliabilitas ini perlu,
karena menyokonh terbentuknya validitas.
A reliable measure in one that provides consistent and stable indication
of the characteristic being investigated.
Reliabilitas berhubungan dengan validitas. Suatu instrumen yang valid
senantiasa reliabel tetapi instrumen yang reliabel belum tentu valid. Sama
halnya dengan validitas, reliabilitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu reliabilitas
test-retest, reliabilitas bentuk ekuivalen, dan reliabilitas belah tengah.
Reliabilitas adalah karakter lain dari hasil evaluasi. Reliabilitas juga
dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen
evaluasi, dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi apabila tes yang
dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.

2
Ini berarti semakin reliabel suatu tes, semakin yakin kita dapat menyatakan
bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama dan bisa dipakai di
suatu tempat sekolah, ketika dilakukan tes tersebut.
Reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan
atau kekonsistenan suatu tes soal. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi
disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Walaupun reliabilitas
mempunyai berbagai arti seperti kepercayaan, keterandalan, keajegan,
kestabilan dan konsistensi, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep
reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya.
Dari beberapa pengertian di atas jadi reliabilitas tes marupakan suatu alat
ukur yang digunakan untuk mengetahui konsistensi pengukuran tes yang
hasilnya menunjukan keajegan. Seorang dikatakan dapat di percaya apabila
orang tersebut berbicara ajeg, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu
ke waktu. Dalam sebuah tes pentingnya diamati keajegan dan kepastian tes
tersebut dilihat dari hasil tes yang didapat.

B. Macam-macam Reliabilitas
Ada beberapa tipe reliabilitas tes sering digunakan dalam kegiatan
evaluasi dan masing-masing realibilitas mempunyai konsistensi yang berbeda-
beda. Adapun macam-macam reliabilitas tes evaluasi adalah :

1. Reliabilitas ulang uji


Teknik ulang uji (Burhan Nurgiyantoro, 2012: 167) adalah teknik
memerkirakan tingkat reliabilitas tes dengan melakukan kegiatan
pengukuran dua kali terhadap tes yang sama kepada peserta didik yang
sama pula. Hasil tes pertama dan kedua kemudian dikorelasikan. Jika
koefisien korelasi (r) yang diperoleh cukup tinggi, hasil pengukuran tes
yang diujicobakan itu dinyatakan reabilitasnya tinggi.
2. Reliabilitas rumus Kuder-Richardson 20 dan 21
Pengujian reliabilitas tes dengan memergunakan rumus kuder-
richardson 20 dan 21(Penilaian pembelajaran bahasa Indonesia berbasisi
kometensi, 2012:169) dilakukan dengan membandingkan skor butir-butir
tes. Jika butir-butir tes itu menunjukkan tingginya tingkat kesesuaian

3
(degree of agreement), kita dapat menyimpulkan bahwa hasil pengukuran
tes itu konsisten
3. Reliabilitas Alpha Cronbach
Reliabilitas Alpha Cronbach, (Burhan Nurgiyantoro, 2012:171)
diterapkan pada tes yang mempunyai nilai skor berskala dan dikhotomis
sekaligus. Artinya, prosedur uji reliabilitas ini diterpakan pada hasil
pengukuran yang berjenjang, misalnya: 1-4, 1-5, 1-6, atau yang lain
bergantung maksud penyusunannya. Namun, jika dikehendaki, prosedur
reliabilitas ini pun dapat diterapkan pada hasil pengukuran tes yang
bersifat dikhotomis sebagimana halnya rumus reliabilitas K-R di atas,
karena pada dasarnya keduanya sama, yaitu merupakan koevisisen
reliabilitas komposit untuk semua butir tes.
4. Reliabilitas Bentuk Paralel
Teknik butir pararel (Burhan Nurgiyantoro, 2012:172) dilakukan
terhadap adanya dua perangkat tes yang bersifat pararel. Kedua
perangkat tes itu dimaksudkan untuk mengukur tujuan atau kompetensi
yang sama, dengan jumlah butir, susunan dan tingkat kesulitan yang
kurang lebih sama. Jadi, dua perangkat tes yang dibuat berdasarkan
spesifikasi yang sama. Untuk menguji reliabilitas hasil pengukuran tes,
kedua perangkat tes tersebut diujicobakan kepada sejumlah subjek yang
sma, kemudian hasilnya dikorelasikan. Tinggi rendahnya koefisien
korelasi akan mencerminkan reliabilitas hasil pengukuran kedua
peangkat tes itu.
5. Reliabilitas dengan tes-retes
Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan
konsistensi hasil sebuah tes dari waktu kewaktu. Tes-rtes menunjukkan
variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes evaluasi yang
dilakukan dua kali atau lebih, sebagai akibat dari kesalahan pengukuran.
Dengan kata lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor siswa
mencapai suatu tes pada waku tertentu adalah sam ahasilnya, ketika
siswa tersebut dites lagai dengan tes yang sama. Dengan melakukan tes-
retes tersebut, seorang guru akan mengetahui seberapa jauh konsistensi
suatu tes mengukur apa yang ingin diukur.

4
Reliabilitas tes-retes ini penting, khususnya ketika digunakan
untuk menentukan prediktor misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan
tidak akan bermanfaat, jika ternyata menunjukkan hasil yang selalu
berubah-ubah secara signifikan saat diberikan kepada responden.
Penentuan pemakaian reliabilitas tes retes, juga tepat ketika bentuk tes
alternatif lainnya tidak ada, dan ketika tampak bahwa orang yang
mengambil tes kedua kalinya tidak ingat atas jawabannya, jika item-item
yang ada banyk mengandung sejarah, dibandingkan bentuk jawaban item
ilmu pengetahuan aljabar misalnya.
Reliabilitas tes-retas dapat dilakukan dengan cara seperti berikut
a) Selenggarakan tes pada suatu kelompok yang tepat sesuai
dengan rencana.
b) Setelah selang waktu tertentu, misalnya 1 minggu atau 2
minggu, lakukan kembali tes yang sama denga kelompok
yang sama tersebut.
c) Kolerasikan hasil kedua tes tersebut Jika hasil koefisien
kolerasi menunjukkan tinggi, berarti reliabilitas tes adalah
bagus. Sebaliknya, jika kolerasi rendah, berarti tes tersebut
mempunyai konsistensi rendah.
Contoh:
Tes Pertama Tes Kedua
Siswa
Skor Ranking Skor Ranking
Emil 15 3 20 3
Ma’ruf 20 1 25 1
Nasir 18 2 23 2
Rozi 12 4 23 2
Rudi 9 5 15 5

Walaupun tampak skornya naik, akan tetapi kenaikannya di


alami oleh semua siswa. Metode ini juga disebut korelasi diri sendiri
karena mengkorelasikan hasil tes yang sama.
Tes-retes juga mempunyai beberapa permasalahan. Di antaranya
permasalahan tersebut, yaitu faktor waktu tenggang yang diambil ketika
dilakukan tes pertama dengan tes kedua. Jika interval waktu terlalu
pendek maka mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengingat jawaban
dalam tes, sehingga tes yang kedua dapat dipastikan lebih baik, karena
faktor resistansi atau sia-sia hafalan yang terjadi pada subjek pelaku. Jika
interval waktu terlalu panjang, kemampuan para pelaku yang mengikuti

5
tes mungkin bertambah, karena dua kemungkinan, yaitu faktor maturasi
atau kedewasaan dan faktor intervensi dari faktor belajar para subyek.
Faktor-faktor tersebut menjadikan konsistensi tes cenderung
artifsial dan rendah. Mengenai interval waktu yang baik antara tes
pertama dengan tes berikutnya diberikan kepada subjek pelaku pilot
study, (Gay, 1983, dalam Sukardi, 2007) memberikan referensi bahwa
satu hari terlalu pendek, sebaliknya satu bulan terlalu panjang. Oleh
karena itu, selisih waktu pemberian tes melalui tes-retes diantara satu
atau dua minggu.
Tes-retes juga mempunyai beberapa permasalahan. Diantaranya
adalaha faktor waktu jeda atau tenggang yang diambil, ketika dilakukan
tes pertama dan tes kedua. Jika interval waktu terlalu pendek, mahasiswa
memiliki kesempatan untuk mengingat jawaban dalam tes sehingga tes
yang kedua dapat dipastikan lebih baik, karena faktor retensi atau sisa-
sisa hafalan yang terjadi pada subjek pelaku. Jika interval waktu terlalu
panjang, kemampuan para pelaku yang mengikuti tes mungkin
bertambah karena dua kemungkinan, yaitu faktor maturasi atau
kedewasaan dan faktor intervensi dari faktor belajar dari para subjek.
Faktor-faktor tersebut menjadikan konsistensi tes cenderung artifisial dan
rendah. Mengenai interval waktu yang baik antara tes pertama dan tes
kedua diberikan kepada subjek pelaku pilot studi, Gay (1983:118)
memberikan reverensi bahwa satu hari terlalu pendek, sebaliknya satu
bulan terlalu panjang. Oleh karena itu, selisi waktu pemberian tes melalui
tes retes diantara 1 atau 2 minggu.
6. Reliabilitas bentuk ekivalensi
Sesuai dengan namanya yaitu ekivalen, maka tes evaluasi yang
hendak diukur reliabilitasnya dibuat identik dengan tes acuan. Setiap
tampilannya, seetiap substansi item yang ada, dapat berbeda. Kedua tes
tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik sama. Karakteristik yang
dimaksud misalnya mengukur variabel yang sama, mempunyai jumlah
item sama, struktur sama, mempunyai tingkat kesulitan dan mempunyia
petunjuk, cara penskoran, dan interpretasi yang sama.
Dari kedua kondisi yang direncanakan secara ekivalen diatas,
idealnya jika suatu kelompok mengambil dua tes tersubut maka rerata
skor maupun variabilitas skor yang dicapai dari kedua tes yang diambil
mestinya sama. Jika dikehendaki sebenarnya, kita dapat memilih,

6
mengambil sampel, dan item yang berbeda dari ranah tingkah laku sama.
Yang perlu diperhatikan mestinya adalah dalam hal apakah pemberian
skor tergantung item pilihan atau pada penampilan atas item-item yang
dapat digeneralisasi pada lainnya. Jika item terpilih baik dan setiap
setnya menggambarkan ranah yang setaraf, maka penggambaran tersebut
mestinya benar.
Reliabilitas ekivalen, pada umumnya juga menggambarkan
bentuk konsistensi alternatif, yang dapat menunjukkan variasi skor yang
terjadi dari bentuk tes lainnya. Akan tetaoi, yang juga yang perlu diingat
ialah bahwa pengambilan tes reliabilitas ekivalen ini akan dapat
mencapai hasil yang tepat, jika pengambilan tes hafal terhadap jawaban
tes yang dibuat dalam sei pertama, sehingga mereka dapat menjawab
kembali tes yang kedua. Ketika dua bentuk alternatif tes tersedia, yang
perlu diketahui dari kedua tes adalah berapa reliabilitas ekivalensi. Hal
ini perlu diyakinan kembali, agar terjadi bahwa skor seseorang tidak akan
dipengaruhin oleh cara mengadministrasi tes tersebut.
Implikasi dari analisis diatasialah, bahwa seringkali terjadi
sebuah tes evaluasi diberikan lebih dari satu kali pada grup yang sama.
Pertama tes diberikan pada grup sebagai pretes dan selang waktu tertentu
diberikan untuk yang kedua kalinya sebagai postes. Hal lain yang juga
perlu diketahui adalah bahwa ada kemungkinan pengaruh kegiatan
intervening, ketika mengukur suatu hal yang esensinya sma dengan
menggunakan tes sama.
Mengenai peryataan bagaimana proses melakukan tes reabilitas
secara ekivalen ? berikut ini akan ditunjukkan beberapa langkah yang
perlu diambil oleh soerang mahasiswa peneliti. Langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut
a) Tentukan subjek sasaran yang hendak dites.
b) Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.
c) Administrasi hasilnya secara baik.
d) Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan yang
kedua kelinya dalam kelompok tersebut.
e) Kolerasikan kedua hasil set skor.

7
Jika hasil koefisien ekivalen tinggi, berarti tes memiliki
reliabilitas ekivalen baik. Sebaliknya, jika ternyata keofisien rendah
maka reliabilitas ekivalen tes adalah rendah. Reliabilitas ekivalem
merupakan salah satu bentuk yang dapat diterima dan umum dipakai
penelitian terutama penelitian pendidikan. Yang perlu diketahui juga bagi
para peneliti adalah bahwa tes ekivelen mempunyai kelemahan yaitu
membuah dua buah tes yag secara esensial ekivalen addalah sulit.
Akibatnya akan selalu terjadi kesalahan pengukuran.
7. Reliabilitas dengan belah dua
Reliabilitas belah dua ini termaksud reliabilitas yang mengukur
konsistensi internal. Yang dimaksud dengan konsistensi internal ialah
salah satu tipe reliabilitas yang didasarkan pada keajegan dalam tiap item
tes evaluasi. Reliabilitas belah dua ini pelaksanaannya hanya memerlikan
waktu satu kali. Ada beberapa kemungkinan dalam cara ini. Termaksud
perbedaan kondisi tes yang terjadi, ketika menggunakan metode tes-retes
dapat dihilangkan. Reliabilitas belah dua juga tepat digunakan, ketika tes
evaluasi yang ada terlalu panjang.
Cara melakukan reliabilitas belah dua pada dasarnya dapat
dilakukan dengan urutan seperti berikut
a) Lakukan pengetesan item-item yang telah dibuat pada
subjek sasaran
b) Bila tes yang ada menjadi dua dasar jumlah item yang
paling umum dengan membagi item dengan nomor ganjil
dan genap pada kelompok tersebut.
c) Hitung skor subjekpada kedua belah kelompok
penerimaitem genap dan item ganjil.
d) Korelasikan kedua skor tersebut, menggunakan formula
kolerasi yang relevan dengan teknik pengukuran.
Jika hasil kofisien kolerasi tinggi maka maka tes mempunyai
perlu diingat bahwa dari analisis belah dua diatas, hasil kolerasi yang
muncul baru separuh. Sebenarnya apa yang kita kerjakan adalah
menciptakan secara artifisial dua macam kelompok ekivalen dan
menghitung bentuk reliabilitas ekivalensi yang direncanakan terjadi
dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, analisis diatas dapat dikatakan

8
sebagai reliabilitas atau konsistensi internal. Dikarenakan reliabilitas
yang digambarkan baru sebagian dari tes sebenarnya, Maka formula
koreksi perludigunakan untuk meningkatkan ketetapanperhitungan
tingkat konsistensi. Formula koreksi yang digunakan adalah kolerasi
Sperman-Brown.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas


Banyak faktor mempengaruhi reliabilitas, beberapa faktor dberkaitan
dengan tes itu sendiri, siswa yang mengikuti ujian, lingkungan dimana ujian
itu diselenggarakan, administrassi tes dan prossedur pensekoran. Faktor-faktor
tersebut akan dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proseddur
pengembangan tes, pemakain tes, dan analisis informasi tes.
Pertimabangan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi realiabilitas tes
ini buakn saja membantu guru dalam menasirkan kofisien reliabilitass tes
standar searalebih baik,melainkan juga membantu kita didalam
merumuskan tes yang lebih reliable.
Beberapa faktor yang dimaksud secara ringkas dijelaskan sebagai
berikut:
1. Panjang Tes (length of test)
Kemunginan cara paling rasional untuk meningkatkan reliabilitas
adalah menambah jumlah butiran soal.penambahan butiran soal akan
memperbaiki sampel ranah perilaku yang diujikan, perbaikan sampel
ranah perilaku itu akan menghasilkan validitas lebih tinggi dan
mengurangi faktor kebetulan seperti tekanan.
Walaupun sampel perilaku itu banyak dan dapat menjaddikan
butir soal semakn banyak pula,namun perlu diperhatiakan adalah butiran
soal itu jangan terlalau banyak sehinnga waktu yang disediakan untuk
ujian tidak cukup untuk siswa yang mengerjakannya. Pendeknya,
semakin banyak butir soal yang ada pada suatu tes maka semakin baik
sampel perilaku yang diukur didalam tes tersebut.
2. Sebaran skor (spread of scores)
Metode korelasi untuk mmengestimasi reliabilitas memerlukan
sebaran sekor. Jika sebaran sekor itu sempit, maka koefisien reliabilitas

9
akan menjadi randah.begitu pula jika sebaran skor itu luas, maka
koefisien reliabiltas akan menjadi tinggi.
Sebaran skor yang diperoleh siswa pada suatu tes adalah
tergantung pada tingkat kesulitan butir soal yang disajikan dan
kemampuan siswa dalam mengerjakan soal.
3. Keobjektivan skor (score objectivity)
Tes objektif merupakan tes yang mampu mengurangi
subjektivitas penskoran, artinya: setiap orang yang menskor hassil tes
akan menemukan skor yang sama pada siswa yang sama. Untuk
meningkatkan objektivitas, proses pensekoran harus dilakuakan
seobjektif mungkin dan mengurangi pengaruh guru dalam menskor hassil
ujian siswa.
4. Kesulitan Tes
Tes normatif yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa,
cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah. Fenomena tersebut,
akan menghasilkan sebaran skor yang cenderung terbatas pada salah satu
sisi. Untuk tes yang terlalu mudah skor jawaban siswa akan mengumpul
pada posisi atas, misalnya 9 atau 10. Untuk tes yang terlalu sulit, slor
jawaban siswa akan cenderung mengumpul pada ujung sebaliknya, atau
rendah. Dua gejala tersebut mempunyai kesamaan yaitu bahwa
perbedaan diantara individu adalah kecil dan cenderung tidak relevan

D. Analisis Reliabilitas dari Tes Hasil Belajar Siswa


Tujuan utama menghitung reliabilitas skor tes adalah untuk mengetahui
tingkat ketepatan (precision) dan keajegan (consistency) skor tes. Secara rinci
faktor yang mempengaruhi reliabilitas skor tes di antaranya:
1. Semakin banyak jumlah butir soal, semakin ajek suatu tes.
2. Semakin lama waktu tes, semakin ajek.
3. Semakin sempit range kesukaran butir soal, semakin besar keajegan.
4. Soal-soal yang saling berhubungan akan mengurangi keajegan.
5. Semakin objektif pemberian skor, semakin besar keajegan.
6. Ketidaktepatan pemberian skor.
7. Menjawab besar soal dengan cara menebak.
8. Semakin homogen materi semakin besar keajegan.

10
9. Pengalaman peserta ujian.
10. Salah penafsiran terhadap butir soal.
11. Menjawab soal dengan buru-buru/cepat.
12. Kesiapan mental peserta ujian.
13. Adanya gangguan dalam pelaksanaan tes.
14. Jarak antara tes pertama dengan tes kedua.
15. Mencontek dalam mengerjakan tes.
16. Kondisi fisik peserta ujian.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik pada makalh ini adalah sebagai
berikut :
1. Reliabilitas adalah karakter lain dari hasil evaluasi. Reliabilitas juga
dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan. Reliabilitas soal
merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan
suatu tes soal. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut
sebagai pengukuran yang reliabel (reliable).
2. Macam-macam Reliabilitas terdiri dari Reliabilitas dengan tes-retes,
Reliabilitas bentuk ekivalensi, dan Reliabilitas dengan belah dua.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Reliabilitas Panjang Tes (length of
test), Sebaran skor (spread of scores) dan Keobjektivan skor (score
objectivity).
4. Reliabilitas dari Tes Hasil Belajar Siswa dapat dianalisis dengan 2 rumus
yaitu Kuder- Richardson 20 (KR-20) untuk soal bentuk pilihan ganda dan
rumus Cronbach Alpha (CA) untuk soal bentuk uraian (essay).
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan terkait dengan makalah ini adalah
Untuk lebih memahami ulasan tentang Reliabilitas tidaklah cukup hanya dengan
mengandalkan teori yang bersumber dari literatur dan beberapa media lainnya,
namun sangat diperlukan juga suatu penelitian agar manfaat serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari dapat benar-benar diketahui dan dimengerti.

12
DAFTAR PUSTAKA
Triani, Zoe. 2015; Reliabilitas;
http://zoetrianiphysics.blogspot.co.id/2015/06/makalah-reliabilitas.html (Diakses tanggal
16 April 2017)
Najib, M.Yusron; 2015; Reliabilitas;
http://ohmakalah.blogspot.co.id/2015/11/reliabilitas.html (Diakses tanggal 16 April
2017)
Ihwanuddin; 2011; Reliabilitas;
https://mihwanuddin.wordpress.com/2011/01/13/makalah-reliabilitas/ (Diakses tanggal
16 April 2

13
14

Anda mungkin juga menyukai