Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik atau interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya, makhluk hidup dengan makhluk hidup
lain, dan lingkungan dengan lingkungan lain.Unit utama ekologi adalah
ekosistem. Ekosistem merupakan bagian dari lingkungan, ekosistem memiliki
komponen-komponen tertentu yang memiliki fungsi. Oleh karena itu, disebut
sebagai suatu sistem (indriyanto, 2006).
Biomassa adalah Jumlah bahan hidup yang terdapat di dalam satu atau
beberapa jenis organisme yang berada di dalam habitat tertentu. Biomasa pada
umumnya dinyatakan dalam berat kering organisme persatuan luas habitat, yang
dinyatakan dalam kg/m2, atau kg/m3. Biomasa adalah salah satu sumberdaya
hayati, merupakan energi matahari yang telah ditransformasi menjadi energi kimia
oleh tumbuhan berhijau daun (Campbel dkk, 2000).
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan
kebutuhan akan sumber daya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi
kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu, atau
dalam artian bahwa kompetisi merupakan interaksi antar individu yang berakibat
pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar
individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau
interspesifik (Naughhton, 1973).
Dekomposer adalah mahkluk hidup yang berfungsi untuk menguraikan
mahkluk hidup yang telah mati, sehingga materi yang diuraikan dapat diserap oleh
tumbuhan yang hidup disekitar daerah tersebut. Jika di bumi ini tidak ada
serangga decomposer, bisa dibayangkan, semua mahkluk hidup yang telah mati
akan menumpuk dan membusuk dikarenakan tidak ada yang mengurai. Beberapa
jenis cacing tanah, antara lain Pheretima, Periony dan Lumbricus (indriyanto,
2006).
Ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, jadi kita tahu bahwa
ada komponen biotik (hidup) dan juga komponen abiotik (tidak hidup) yang

1
terlibat dalam suatu ekosistem ini, kedua komponen ini tentunya saling
mempengaruhi (Armansyah, 2014).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah praktikum ekologi


ini untuk mengetahui bimomassa,dekomposer,dan ekosistem untuk mengetahui
semua itu.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

1.1. 1 Tujuan dan Kegunaan


1.2.1 Tujuan
a. Biomassa
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara-cara pengukuran biomassa dan
mengetahui biomassa tumbuhan bawah per satuan luas per satuan waktu untuk
biomassa keseluruhan jenis atau per jenis, terutama biomassa di atas permukaan
tanah.
b. Dekomposer
Praktikum ini bertujuan mengetahui jenis dan jumlah mikroorganisme yang
terdapat dalam suatu ekosistem yang bekerja membantu menghancurkan bahan
organik.
c. Ekosistem
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui faktor biotik dan abiotik dalam suatu
ekosistem, menggolongkan tanaman ataupun hewan yang ada dalam suatu
ekosistem sebagai faktor biotik ke dalam tingkatan trofik, dan mampu membuat
rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang ada dalam suatu ekosistem.
d. Kompetisi
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan, hewan, atau
mikroorganisme yang ada dan melakukan kompetisi dalam sebuah ekosistem,
dalam hal ini adalah hutan alam dan tegakan pinus.

1.2.2 Kegunaan
Kegunaan dari praktek lapangan ini yaitu sebagai informasi untuk dapat
membedakan biomassa tumbuhan persatuan luas, persatuan waktu, untuk
biomassa keseluruhan jenis atau per jenis tumbuhan baik sebelum dan sesudah

2
dipanaskan.Dapat mengetahui peranan dekomposer terhadap pertumbuhan
pohon.Kegunaan lainnya adalah untuk mempermudah penggolongan jenis dan
diameter tiap jenis pohon, serta menganalisis pengaruh biotik dan abiotik dalam
suatu ekosistem.

3
BAB II
BAHAN DAN METODE

2.1. Waktu dan Tempat


2.1.1 Biomassa
Praktikum biomassa dilakukan pada tanggal 16 Februari sampai 23 Maret
2019, bertempat di Tegakan Jati Fakultas Sastra dan Padang Rumput Sekitar
Masjid Kampus Universitas Hasanuddin, Makassar.
2.1.2 Dekomposer
Praktikum dekomposer dilakukan pada tanggal 29 sampai 31 Maret 2019,
bertempat di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, Maros.
2.1.3 Ekosistem
Praktikum ekosistem dilakukan pada tanggal 29 sampai 31 Maret 2019,
bertempat di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, Maros.
2.1.4 Kompetisi
Praktikum kompetisi dilakukan pada tanggal 23 Februari – 23 Maret 2019,
bertempat di Kampus Unhas.

2.2. Alat Dan Bahan


2.2.1 Biomassa
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Patok, digunakan sebagai batas plot.
2. Timbangan, digunakan untuk mengukur berat basah dan kering dari sampel
yang telah diambil di lapangan.
3. Cangkul, digunakan untuk membersihkan sisa-sisa tumbuhan yang ada di
dalam plot.
4. Roll meter, digunakan untuk mengukur luas plot.
5. Parang, digunakan untuk memotong tumbuhan yang tumbuh di dalam plot.
6. Oven, digunakan untuk mengeringkan sampel.
7. Lux meter, digunakan untuk mengukur intensitas cahaya matahari.
8. ATM (Alat Tulis Menulis), digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.
9. Plastik sampel, digunakan untuk untuk menyimpan sampel yang telah di
ambil.

4
10. Kertas Koran, digunakan untuk membungkus tumbuhan sebelum di masukkan
ke dalam oven.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Tali rapiah, digunakan untuk membuat plot.
2. Tally sheet, digunakan sebagai tabel untuk memasukkan data.
3. Label, digunakan untuk memberi tanda pada sampel yang diamati.
4. Tumbuhan, digunakan sebagai objek yang diamati.
2.2.2 Dekomposer
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Roll meter, digunakan untuk mengukur luas plot.
2. Ember, digunakan sebagai tempat untuk mencampur formalin dengan air.
3. Pinset, digunakan untuk mengambil cacing dari dalam tanah agar tidak putus.
4. Nampan, digunakan sebagai wadah untuk memisahkan antara serangga
dengan serasah.
5. Botol air mineral, digunakan sebagai tempat menyimpan serangga,larva dan
cacing agar tidak tercecer
6. ATM (Alat Tulis Menulis), digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Air, digunakan untuk melarutkan formalin.
2. Formalin 40%, digunakan untuk merangsang cacing untuk keluar dari dalam
tanah, yang sebelumnya di campur dengan air.
3. Alkohol 70%, digunakan untuk mengawetkan sampel pada botol air mineral
agar tidak rusak.
4. Tali rafia, digunakan untuk membuat plot dan sub plot.
5. Tally sheet, digunakan sebagai tabel untuk memasukkan data dekomposer
yang ditemukan pada setiap sub plot.

2.2.3 Ekosistem
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Roll meter, digunakan untuk mengukur luas plot.
2. ATM (Alat Tulis Menulis), digunakan untuk mencatat hasil pengamatan.
3. Plastik sampel, digunakan untuk menyimpan sampel yang telah di ambil.
4. Patok, digunakan untuk batas plot.

5
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Tali rafia, digunakan untuk membuat plot.
2. Vegetasi, digunakan sebagai objek yang di amati.
3. Label, digunakan untuk menandai sampel untuk penanda spesies.
4. Tallysheet, digunakan sebagai tabel untuk memasukkan data ekosistem yang
ditemukan pada plot.
2.2.4 Kompetisi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Polibag atau pot tanaman
2. Mistar
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Biji Mahoni dan Ki Hujan
2. Air

2.3 Prosedur Kerja


2.3.1 Biomassa
1. Buatlah plot dengan ukuran 1 x 1 meter menggunakan rollmeter
2. Batasi plot tersebut dengan tali rafia dan pada setiap sudutnya di beri patok
3. Buang semua tumbuhan dan serasah yang terdapat pada plot ukur tersebut
dengan cara memotong tepat di atas permukaan tanah
4. Ukur intensitas cahaya di masing-masing petak ukur
5. Biarkan petak ukur yang sudah dibersihkan tersebut selama 2 (dua) bulan.
6. Setelah 2 (dua) bulan, identifikasi semua tumbuhan yang tumbuh di dalam
petak dan kemudian semua tumbuhan yang tumbuh tersebut dipotong tepat di
atas permukaan tanah
7. Pisahkan bagian batang,cabang dan daun per jenis tumbuhan.
8. Masukkan ke dalam kantong Koran ukuran 2 kg-an bagian batang, cabang dan
daun per jenis per petak dan berikan label jenis rumput dan lokasi pengukuran
(petak ukurnya).
9. Keringkan dengan oven pada suhu 105±2oC selama 24 jam, kemudian
ditimbang.
2.3.2 Dekomposer
1. Buat plot dengan ukuran 10 x 10 meter, kemudian dibagi lagi menjadi 2
bagian

6
2. Pada tiap bagian petak dibuat subplot dengan ukuran 1 x 1 meter sebanyak 5
subplot, jadi total subplot untuk satu area ada 10 subplot
3. Kumpulkan organisme yang terlihat pada serasah dalam subplot lalu letakkan
pada nampan plastic
4. Kumpulkan organisme sejenis, lalu masukkan kedalam botol koleksi, beri
label pada setiap botol sesuai dengan nomor pada subplot
5. Serasah penutup tanah dibersihkan
6. Siramkan formalin yang telah diencerkan menjadi 0,55% dengan ember pada
petak kuadrat hingga keadaan jenuh. Ditunggu selama 15-20 menit.
7. Kumpulkan jenis-jenis cacing tanah yang muncul kepermukaan. Saat
pengambilan dilakukan dengan hati-hati, digunakan pinset tetapi cacing tidak
boleh putus dibantu dengan lidi untuk mengangkat cacing dari lubang.
8. Kumpulkan juga jenis lainnya bila ada yang muncul dari permukaan tanah.
9. Cacing dimasukkan kedalam gelas aqua yang sebelumnya telah diberi air.
10. Cacing yang ditemukan dicuci dan dikeringkan.
11. Ukur panjang dan beratnya, kemudian masukkan datanya ke dalam table yang
telah disediakan untuk data kelompok.
2.3.3 Ekosistem
1. Membuat plot 2m x 2m sebanyak 4 plot dengan menggunakan tali rapiah
sebagai batas area yang diamati.
2. Memasang batas area dengan batas 1 x 1 m sehingga terdapat 4 sub plot.
3. Mengamati tanaman maupun hewan yang ada dalam kuadran.
4. Memasang pH meter untuk mengamati pH dan kelembaban tanah
5. Mengamati kecepatan angin yang ada di daerah pengamatan.
6. Mencatat pH tanah, kelembaban tanah, kecepatan angin, dan suhu udara.
7. Mengambil beberapa sample tanaman dan hewan yang ada dalam kuadran
untuk diamati.
8. Membuat rantai makan dan jaring-jaring makanan berdasarkan data yang
diperoleh pada kuadran.
2.3.4 Kompetisi
1. Sediakan beberapa pot plastic atau polibag yang telah diisi dengan tanah.
2. Pilih biji kacang hijau dan jagung yang masih baik.

7
3. Tanamlah biji tersebut ke dalam pot/polibag yang sudah disediakan dengan
pengaturan penanaman (perlakuan) sebagai berikut :
2 biji Mahoni dan 2 biji Ki Hujan
4 biji Mahoni sebagai kontrol
4 biji Ki Hujan Sebagi kontrol
4. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 4 minggu.
5. Pengukuran tinggi dilakukan pada waktu tanaman berumur 4 minggu, setelah
itu dipanen dan ditimbang bobot tanaman tanpa akar (berat basah dan berat
kering udara).
6. Bandingkan tinggi dan bobot antara tanaman kontrol dengan yang diberi
perlakuan.
7. Buatlah diagram pertumbuhannya dalam kertas grafik.

2.4 Analisis data

a. Kerapatan c. Biomassa

Jumlah individu tiap jenis


K ¿ B = Berat Basah – Berat Kering
luas plot

b. Diameter

K
D ¿
π

8
2. 5 Denah Plot dan Subplot
1. Biomassa

Gambar 2.1 Ilustrasi Plot pengamatan Biomassa

2. Dekomposer

Gambar 2.2 Ilustrasi Plot pengamatan Dekomposer

Keterangan : Subplot pengambilang data

9
Plot pengambilang data

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Biomassa
Judul Praktikum : Biomassa
Lokasi : Fakultas Ilmu Budaya
Ukuran Petak : 1m x 1m
Tanggal Pengamatan : 16 Februari 2019 dan 23 Maret 2019

Tabel 1. Biomassa Di tegakan jati fakultas ilmu Budaya Kampus Universitas


Hasanuddin
Pekan ke- No Jenis Jumlah Individu Keterangan
1. Sp 1 1
2. Sp 2 2
1.
3. Sp 3 1
4. Sp 4 1
1. Sp 1 2
2. Sp 2 3
2.
3. Sp 3 1
4. Sp 4 1
1. Sp 1 3
2. Sp 2 5
3.
3. Sp 3 2
4. Sp 4 1
1. Sp 1 5
2. Sp 2 6
4.
3. Sp 3 2
4. Sp 4 1
1. Sp 1 7
2. Sp 2 10
5.
3. Sp 3 3
4. Sp 4 1

10
Berdasarkan tabel yang ada diatas dapat diketahui bahwa vegetasi yang
ada pada Mesjid Kampus Unhas lebih bervariasi dibandingkan dengan tegakan jati
pada fakultas ilmu budaya dapat kita lihat pada tabel data ini terdapat 4 spesies,
dimana spesies 2 adalah spesies yang dominan atau lebih banyak dibandingkan
dengan spesies yang lain

Tabel 2. Biomassa Di tegakan jati fakultas ilmu Budaya Kampus Universitas


Hasanuddin
Nama Biomaa
No Bagian BB(gram) BK(gram)
Jenis (gram)
Akar 0,5 0,2 0,3

Batang 0,3 0,1 0,2


1 Spesies 1
Daun 0,3 0,2 0,1

Akar 0,001 0,001 0

2 Spesies 2 Batang 0,001 0,001 0

Daun 0,001 0,001 0

Daun 0,01 0,001 0,009


3 Spesies 3
Batang 0,001 0,001 0

Akar 1,7 0,6 1,1

4 Spesies 4 Batang 0,3 0,01 0,29

Daun 0,5 0,01 0,49

Total 3,614 1,125 2,489

11
0.9

0.8
0.7

0.6

0.5
Berat Basah (BB)
0.4 Berat Kering(BK)
0.3

0.2

0.1

0
Sp 1 SP 2 SP 3 SP 4

Gambar 1. Histogtam Perbandingan Berat Basah Dan Berat Kering Biomassa Di


Mesjid Kampus Universitas Hasanuddin

Berdasarkan tabel yang ada diatas berat basah yang paling besar adalah
pada spesies 4 tepatnya pada bagian akar yaitu 1,7 gram yang setelah dikeringkan
beratnya menjadi 0,6 gram. Sedangkan berat basah terkecil adalah pada semua
bagian dari spesies 2 dan pada batang spesies 3 yaitu 0,001 gram yang ketika
diukur berat keringnya menjadi 0,001 gram . Biomassa terkecil dimiliki oleh
spesies 2 dan bagian batang dari spesies 3 dan biomassa terbesar adalah pada
bagian akar spesies 1 yaitu 0,3 gram.

Judul Praktikum : Biomassa


Lokasi : Mesjid Universitas Hasanuddin
Ukuran Petak : 1m x 1m
Tanggal Pengamatan : 16 Februari 2019 dan 23 Maret 2019

Tabel 3. Biomassa Di Mesjid Kampus Universitas Hasanuddin


Pekan ke- No Jenis Jumlah Individu Keterangan
1. Sp 1 15
2. Sp 2 3
1.
3. Sp 3 11
4. Sp 4 2
2. 1. Sp 1 23
2. Sp 2 5

12
3. Sp 3 16
4. Sp 4 6
5. Sp 5 1
1. Sp 1 38
2. Sp 2 10
3. 3. Sp 3 29
4. Sp 4 11
5. Sp 5 1
1. Sp 1 49
2. Sp 2 13
4. 3. Sp 3 40
4. Sp 4 19
5. Sp 5 3
1. Sp 1 95
2. Sp 2 18
5. 3. Sp 3 63
4. Sp 4 24
5. Sp 5 4

Berdasarkan tabel yang ada diatas dapat diketahui bahwa spesies yang
paling banyak adalah spesies 1 yang pada minggu kelima berjumlah 95 dan
spesies yang paling sedikit adalah spesies 5 yang pada minggu kelima hanya
berjumlah 4.

Tabel 4. Biomassa Di Mesjid Kampus Universitas Hasanuddin


Nama Biomassa
No Bagian BB(gram) BK(gram)
Jenis (gram)
Akar 0,6 0,2 0,4

Batang 1,5 0,2 1,3


1 Spesies 1
Daun 4,9 1,0 3,9
0,4
Akar 1,0 0,6
2 Spesies 2 Batang 0,9
1,5 0,6
dan Daun
Akar 0,6 0,2 0,4

3 Spesies 3 Batang 1,0 0,3 0,7

Daun 7,7 1,9 5,8


4 Spesies 4 Akar 0,5 0,3 0,2

13
0,39
Batang 0,4 0,01

Daun 0,8 0,4 0,4

0,09
Akar 0,1 0,01

5 Spesies 5 Batang 0,2 0,01 0,19

1,29
Daun 1,3 0,01

Total 21,8 5,74 16,36

3.5

2.5

2
Berat Basah (BB)
1.5 Berat Kering(BK)

0.5

0
Sp 1 SP 2 SP 3 SP 4

Gambar 2. Histogtam Perbandingan Berat Basah Dan Berat Kering Biomassa Di


Mesjid Kampus Universitas Hasanuddin

Berdasarkan tabel diatas bahwa berat basah yang paling berat adalah
bagian daun pada spesies 3 yaitu 7,7 gram yang ketika di timbang berat keringnya
menjadi 5,8 dan berat basah yang paling kecil adalah pada bagian akar spesies 5
yaitu 0,1 gram dan ketika di timbang berat keringnya menjadi 0,01 gram.
Biomassa terbesar dimiliki oleh spesies 1 bagian daun yang memiliki biomassa
3,9 gram dengan berat basah 4,9 gram dan berat kering 1,0 gram dan biomassa
terkecil dimiliki oleh spesies 5 bagian akar yang hanya 0,09 gram.

14
3.1.2 Dekomposer
Judul Praktikum : Dekomposer
Lokasi : Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin
Ukuran Petak : 10m x 10m
Tanggal Pengamatan : 30 Maret 2019

Tabel 5. Dekomposer Pada Hutan Alam Sebelum Disiram Formalin


No. Sub Plot No Jenis Jumlah Individu Keterangan
1. Kecoa Tanah 1
1. 2. Semut Hitam 2
3. Sp 1 4
1. Laba-laba 1
2. 2. Ulat 1
3. Sp 3 5
1. Semut Hitam 3
3. 2. Laba-laba 1
3. Kaki seribu 1
4. Kecoa Hitam 1
5. Cacing 1
6. Sp 2 6
1. Kecoa tanah 2
4 2. Semut Hitam 1
3. Sp 1 2
1. Semut Hitam 2
5. 2. Laba-laba 3
3. Sp 1 1
1. Semut Hitam 1
6.
2. Sp 3 3
1. Semut Hitam 2
2. Laba-laba 2
7. 3. Jangkrik 1
4. Sp 1 2
5. Sp 2 1
1. Semut Hitam 2
8. 2. Laba-laba 1
3. Sp 2 3
1. Kecoa tanah 1
9. 2. Semut Hitam 1
3. Sp 1 1
1. Semut Hitam 4
10. 2. Laba-laba 1
3. Sp 3 4

15
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa spesies yang cenderung dominan
pada setiap plot adalah semut, jika dilihat dari data yang disediakan pada setiap
plot dapat dilihat bahwa spesies yang dominan di setiap plot adalah semut, dan
hampir setiap plot memiliki fauna yang sama yaitu semut, jangkrik, lipan, laba-
laba. Dan ditemukan dua spesies baru yang jumlahnya di setiap plot cenderung
sedikit.

Tabel 6. Dekomposer Pada Hutan Alam Sesudah Disiram Formalin


No.
Jumlah
Sub Jenis BB (gr) BK (gr) Keterangan
Individu
Plot
1. Cacing 7 0,4 0,1
2. Cacing 6 0,3 0,1
3. Cacing 13 0,7 0,2
4. Cacing 8 0,5 0,1
5. Cacing 7 0,5 0,1
6. Cacing 14 1,3 0,4
7. Cacing 8 0,4 0,1
8. Cacing 18 0,4 0,1
9. Cacing 15 0,8 0,2
10. Cacing 9 1,2 0,2

Berdasarkan kedua Tabel diatas didapatkan hasil dimana pada saat


sebelum di beri perlakuan dekomposer yang paling mendominasi adalah serangga,
sedangkan setelah di berikan perlakuan yang paling banyak ditemukan yaitu
cacing, bahkan tidak ada satupun organisme lain yang di temukan. Dilihat bahwa
cacing yang paling banyak terdapat pada plot ke-8 yaitu sebanyak 18 cacing dan
plot ke-2 adalah plot yang paling sedikit spesies cacingnya yaitu 6

Judul Praktikum : Dekomposer


Lokasi : Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin
Ukuran Petak : 10m x 10m

16
Tanggal Pengamatan : 30 Maret 2019

Tabel 7. Dekomposer Pada Hutan Pinus Sebelum Disiram Formalin


No. Sub Plot No Jenis Jumlah Individu Keterangan
1. Semut Hitam 4
2. Semut Merah 25
1. 3. Laba – Laba 5
4. Belalang 1
5. Jangkrik 2
1. Semut Hitam 1
2. Laba-laba 1
2.
3. Sp 1 8
4. Lipan 2
3. 1. Semut Merah 1
2. Semut Hitam 6
3. Sp 2 4
3. 4. Jangkrik 1
1. Sp 1 2
2. Semut Hitam 10
4.
3. Semut Merah 1
4. Rayap 8
1. Semut 10
5. 2. Laba-laba 7
3. Sp 1 4
1. Semut Hitam 5
2. Semut Merah 6
6. 3. Laba – Laba 2
4. Belalang 2
5. Jangkrik 1
1. Semut Hitam 12
2. Laba-laba 3
7. 3. Semut Merah 20
4. Belalang 2
5. Rayap 3
8. 1. Semut Hitam 30
2. Laba-laba 1
3. Sp 1 2
4. Belalang 1
8. 5. Rayap 5
1. Semut Merah 14
2. Semut Hitam 7
9. 3. Sp 2 1
4. Jangkrik 2
5. Sp 1 9
10. 1. Semut Hitam 10

17
2. Semut Merah 7
3. Belalang 2
4. Jangkrik 1

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa spesies yang cenderung dominan


pada setiap plot adalah semut, jika dilihat dari data yang disediakan pada setiap
plot dapat dilihat bahwa spesies yang dominan di setiap plot adalah semut, dan
hampir setiap plot memiliki fauna yang sama yaitu semut, jangkrik, belalang,
lipan, laba-laba. Dan ditemukan dua spesies baru yang jumlahnya di setiap plot
cenderung sedikit.

Tabel 8. Dekomposer Pada Hutan Pinus Sesudah Disiram Formalin


No.
Jumlah
Sub Jenis BB (gr) BK (gr) Keterangan
Individu
Plot
1. Cacing 6 0,3 0,1
2. Cacing 4 0,4 0,3
3. Cacing 9 0,9 0,2
4. Cacing 5 0,3 0,1
5. Cacing 5 0,5 0,1
6. Cacing 12 1,2 0,4
7. Cacing 7 0,3 0,1
8. Cacing 4 0,5 0,1
9. Cacing 8 1,4 0,4
10. Cacing 5 0,6 0,2

Berdasarkan kedua Tabel diatas didapatkan hasil dimana pada saat


sebelum di beri perlakuan dekomposer yang paling mendominasi adalah serangga,
sedangkan setelah di berikan perlakuan yang paling banyak ditemukan yaitu
cacing, bahkan tidak ada satupun organisme lain yang di temukan. Dilihat bahwa
cacing yang paling banyak terdapat pada plot ke-6 yaitu sebanyak 12 cacing dan
plot ke-8 adalah plot yang paling sedikit spesies cacingnya yaitu 4

3.1.3 Ekosistem
Judul Praktikum : Ekosistem
Lokasi : Hutan Pendidikan Unhas
Macam Ekosistem : Hutan Pinus
Ukuran Petak :2m ×2m

18
Tanggal Pengamatan : 30 Maret 2019

Tabel 9. Faktor Biotik pada Ekosistem Hutan Pinus

Plot Produen Konsumen Tk. 1 Konsumen Tk.2 Pengurai

1 Tumbuhan Semut Hitam, Rayap, Cacing


Hijau Adiantum Sp,Pinus
Merkusi, Pasanda,
2 Tumbuhan Jangkrik, Semut Laba-laba
Hijau Hitam, Sp 1, Sp
2,Pasanda,
Adiantum Sp,
3 Tumbuhan Semut Hitam, Sp 1, Laba-laba Cacing
Hijau Sp 2,Pasanda,
Pinus Merkusi,
4 Tumbuhan Adiantum Sp, Laba-laba, Rayap, Cacing
Hijau Semut Hitam, Sp Kupu-kupu
1, Sp 2

Gambar 3. Jaring makanan di Hutan Pinus

Semut Hitam
Tumbuhan Hijau (konsumen 1)
(Produsen)

Kupu-kupu
(konsumen 2)
Cacing
(Dekomposer)
Rayap
(Dekomposer)

Berdasarkan tabel dan gambar diatas diketahui bahwa terdapat faktor


biotik pada ekosistem di Hutan Alam yaitu terdiri dari produsen, konsumen
tingkat 1, konsumen tingkat 2 serta pengurai atau dekomposernya. Salah satu

19
rantai makanan yang terjadi pada ekosistem diatas adalah Tumbuhan Hijau
(produsen) – Adiantum Sp, Semut Hitam, Sp 1, Sp 2 (konsumen tk 1) – Laba-
laba, Kupu-kupu (konsumen tk 2) – Rayap, Cacing (pengurai).

Tabel 10. Faktor Abiotik pada Ekosistem Hutan Pinus


No. Faktor Abiotik Nilai
1. Kelembaban 47,5%
2. Suhu 27℃
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kelembaban pada hutan pinus
lebih rendah dibandingkan dengan hutan alam yaitu 47,5% dan suhunya pun lebih
rendah dibandingkan dengan hutan alam yaitu 27℃.

Judul Praktikum : Ekosistem


Lokasi : Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin
Ukuran Petak : 2m x 2m
Tanggal Pengamatan : 30 Maret 2019

Tabel 11. Faktor Biotik pada Ekosistem Hutan Alam


Konsumen Tk. Konsumen Pengurai
Plot Produen
1 Tk.2
1. Tumbuhan Hijau Jangkrik Rayap
2. Tumbuhan Hijau Belalang Laba-laba Cacing
3. Tumbuhan Hijau Belalang Laba-laba Rayap
4. Tumbuhan Hijau Jangkrik Cacing

Gambar 4. Jaring makanan di Hutan Alam

Jangkrik
Tumbuhan Hijau (konsumen 1)
(Produsen)

Laba-laba
(konsumen 2)
Cacing
(Dekomposer)
Rayap
20
(Dekomposer)
Berdasarkan tabel dan gambar diatas diketahui bahwa terdapat faktor
biotik pada ekosistem di Hutan Alam yaitu terdiri dari produsen, konsumen
tingkat 1, konsumen tingkat 2 serta pengurai atau dekomposernya. Salah satu
rantai makanan yang terjadi pada ekosistem diatas adalah Tumbuhan Hijau
(produsen) – Belalang (konsumen tk 1) – Laba-laba (konsumen tk 2) – Cacing
(pengurai).
Tabel 12. Faktor Abiotik pada Ekosistem Hutan Alam
Plot Faktor Abiotik Nilai
1. Kelembaban 47,7%
2. Suhu 28℃

Berdasarkan kedua tabel diatas diketahui bahwa suatu ekosistem


dipengaruhi oleh faktor biotik dan faktor abiotik dalam proses keberlangsungan
hidup suatu organisme yang ada dalam ekosistem itu. Faktor abiotik salah satunya
yaitu kelembaban dan suhu. Dari hasil yang didapatkan rata-rata kelembaban pada
daerah ekosistem yaitu 47,7% sedangkan rata-rata suhunya yaitu 28C.

3.1.3 Kompetisi
Judul Praktikum : Kompetisi
Lokasi : Kampus Universitas Hasanuddin
Tanggal Pengamatan : 23 Februari – 23 Maret 2019
Tabel 13. Kompetisi Tumbuhan

Perlakuan/ulangan ke
Pekan Ke- Ki Hujan Jagung Kacang Hijau
1 (cm) 2 (cm) 1 (cm) 2 (cm) 1(cm) 2(cm)
1 14 14 4 4 0 0
2 15 14,5 5,4 4,3 2 1
3 15,5 14,5 6,1 4,9 3,2 1,5
4 16,2 14,9 7,2 5,4 4,5 2,1
5 18 15,8 7,9 6,5 7 3,6

21
Bedasarkan tabel diatas diketahui bahwa tanaman yang mendapat
perlakuan akan lebih efektif sehingga lebih cepat tumbuh dan bertambah panjang
jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan perlakuan. Dapat kita
lihat bahwa pada minggu kelima tinggi pohon Ki Hujan yang diberikan perlakuan
(1) mencapai 18 cm sedangkan pada pohon Ki Hujan yang tidak diberi perlakuan
(2) tingginya hanya mencapai 15,8 cm. Pada tanaman jagung yang diberi
perlakuan (1) tingginya mencapai 7,9 sedangkan pada tanaman jagung yang tidak
diberi perlakuan (2) tingginya hanya mencapai 6,5. Pada Kacang hijau yang diberi
perlakuan (1) tungginya mencapai 7 cm sedangkan pada kacang hijau yang tidak
diberi perlakuan(2) tingginya hanya mencapai 3,6 cm.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Biomassa
Untuk hasil pengamatan biomassa pada tegakan jati di Fakultas Sastra
Universitas Hasanuddin, pertumbuhan tumbuhan dalam plot sangat kurang, hal ini
mungkin terjadi karena faktor kurangnya cahaya matahari yang didapatkan
tumbuhan sebab pohon-pohon yang ada disekitar plot tinggi, serta kompetisi yang
terjadi pada tumbuhan dimana saling merebut untuk mendapatkan unsur hara dari
dalam tanah dan faktor yang penting juga adalah karena adanya daun kering
pohon jati yang berada pada plot sehingga menghambat pertumbuhan tumbuhan
tersebut oleh sebab itu pertumbuhan dalam plot sangat kurang.
Pada plot yang berda di Mesjid Kampus memiliki pertumbuhan yang baik
dikarenakan berada pada areal yang terbuka sehingga dapat menerima cahaya
matahari langsung sedangkan pada tegakan jati tidak, pada tegakan jati ternaungi
oleh tajuk sehingga tidak menerima cahaya matahari full. Karena perbedaan
cahaya matahari itulah makanya pada lokasi tegakan jati tidak bnyak tumbuhan
yang tumbuh, mengingat kebajakan tanaman tingkat rendah itu adalah tanaman
intoleran sehingga membutuhkan cahaya matahari full. Pohon jati yang berada

22
disekitar plot juga memberikan pengaruh diluar dari tajuknya, yaitu adanya
kandungan zat aleopati yang dimiliki oleh jati yang menghambat pertumbuhan.
3.2.2 Dekomposer

Pada praktikum kali ini yang berjudul populasi dekomposer yang menurut
Indriyanto (2005) populasi dekomposer merupakan banyaknya sebaran jumlah
spesies suatu mikroorganisme pengurai yang mampu menguraikan sisa bahan
organik di alam yang diantaranya serasah. Populasi yang tersebar dilingkungan
berupa materi makroskopis yang dapat terlihat dengan jelas adalah cacing.
Dari hasil percobaan dekomposer yang dilakukan di Hutan Pendidikan
Universitas Hasanuddin pada dua lokasi, yaitu di hutan alam dan hutan pinus
dengan plot berukuran 10 x 10 meter, diketahui bahwa di hutan pinus diperoleh
organisme serasah sebanyak total 65 individu dan organisme di dalam tanah
mendominasi. Sedangkan pada hutan pinus hanya di peroleh data dari 6 plot saja
dengan total individu sebanyak 19. Cacing mendominasi populasi dekomposer di
kedua lokasi baik di hutan pinus maupun hutan alam.
Jumlah organisme dekomposer pada hutan pinus lebih sedikit
dibandingkan dengan yang ada pada di hutan alam karena tumbuhan pinus
merupakan tumbuhan yang mengandung zat allelopathy yang tinggi serta
memiliki serasah yang banyak dan tebal sehigga unsur hara pada hutan pinus lebih
sedikit yang menyebabkan tumbuhan jenis lain sulit untuk berkembang dan
organisme dekomposer juga semakin sedikit. Pada hutan alam memiliki
kandungan unsur hara yang lebih banyak sehingga cocok untuk ditumbuhi oleh
tumbuhan yang lebih beragam dan memiliki organisme dekomposer semakin
banyak.

3.2.3.Ekosistem
Ekosistem tersusun atas makhluk hidup dan makhluk tak hidup.
Selanjutnya diamati tanaman maupun hewan yang ada dalam subplot kemudian
mengambil beberapa sampel tanaman dan hewan yang ada dalam subplot untuk
diamati. Dari pengamatan ini didapatkan beberapa jenis organisme yang
mempunyai interaksi dengan lingkungannya yaitu pada hutan alam, produsen
yang ditemukan yaitu tumbuhan hijau dan konsumen tingkat 1 terdapat Semut
Hitam, Adiantum Sp,Pinus Merkusi, dan Pasanda, Jangkrik, dan Sp 1, Sp.
Terdapat juga konsumen tingkat dua yaitu laba-laba, kupu-kupu dan pengurai

23
yaitu rayap dan cacing. Kelangsungan hidup organisme memerlukan energi, energi
tersebut didapat melalui rantai makanan yaitu peristiwa makan dimakan antar
organisme dalam suatu ekosistem. Hal itu dilakukan untuk dapat bertahan hidup
dengan membutuhkan komponen lain dalam memenuhi kebutuhannya.
3.2.4. Kompetisi
Dari tabel diatas diketahui bahwa kompetisi yang ditemukan di sekitar
hutan alam dan pada hutan alam untuk kompetisi yang ditemukan pada areal
20X50 m adalah komensalisme (Species dengan 1 Anggrek dan Species 2 dengan
Jamur, Species 4 dengan Laba-laba) dan parasitisme (Pohon pinus dengan jamur,
pohon pinus dengan lyena).

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
a. Penyerapan sinar matahari pada tumbuhan akan menyebabkan terjadinya
perbedaan antara biomassa tumbuhan bawah di padang rumput dengan yang
ada di tegakan jati. Biomassa tumbuhan bawah di padang rumput lebih besar
dibandingkan biomassa pada tegakan jati.
b. Jumlah organisme dekomposer pada hutan pinus lebih sedikit dibandingkan
dengan yang ada di hutan alam. Hal ini disebabkan Pinus merkusii merupakan
tumbuhan yang mengandung zat allelopathy tinggi yang merupakan zat kimia
beracun yang dapat menghambat pertumbuhan organisme yang ada di
sekitarnya termasuk organisme dekomposer. Selain itu, unsur hara pada hutan
alam lebih banyak dibandingkan pada hutan pinus.

24
c. Ekosistem yang ada di hutan alam dan hutan pinus khususnya pohon yang
tumbuh mengalami perbedaan baik dari segi jumlah maupun jenis. Hal
tersebut disebabkan karena pada tegakan pinus mengandung zat allelopathy
yang dapat menghambat pertumbuhan pohon yang berada di sekitarnya,dan
juga disebabkan jumlah serasah pada hutan pinus sangat banyak. Sedangkan
pada hutan alam, diameter pohon lebih beragam tergantung cara pohon-pohon
berkompetisi mendapatkan unsur hara.
d. Kompetisi terjadi karena masing-masing makhluk hidup membutuhkan
makanan atau zat hara, sinar matahari, dan lain-lain. Kompetisi antara
tanaman terjadi karena faktor tumbuh yang terbatas. Faktor yang
dikompetisikan antara lain unsur hara, CO2, air, sinar matahari, dan ruang
tumbuh. Pada hutan pinus maupun hutan alam memiliki pola kompetisi yang
relatif sama, yaitu tumbuhan-tumbuhan kecil yang melakukan hubungan
dengan pohon-pohon besar. Dari situlah terjadi simbiosis baik mutualisme,
komensalisme, maupun parasitisme.

4.2 Saran
4.2.1 Saran Untuk Asisten
Tetap menjaga keramahan dan kebaikan dalam membimbing praktikam,
dan juga tetap meberi kritik dan saran yang memebangun guna pengembangan
kemampuan praktikan.
4.2.2 Saran Untuk laboratorium
Tetap jaga kebersihan dan juga semoga kedepannya bisa menyediakan
bahan-bahan kebutuhan praktikum sehingga memperlancar terlaksananya
kegiatan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Armansyah. 2014.( http://softilmu.blogspot. com /2014/ 01/ pengertian- dan-


komponen- ekosistem.html) Diakses pada tanggal 27 April 2015
pukul 20.09 WITA.
Campbel, Neil A, Reece, Jame B, Mitchell, Lawrence G, 2000. Biologi jilid 3
Edisi Kelima. Jakarta : PT. Gelora AksaraPratama, Erlangga.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press.Yogyakarta

26
Lampiran

27
28
29

Anda mungkin juga menyukai