Genetika Lanjutan
Oleh:
Fahmi Sahaka
G111 16 306
Mutasi dapat terjadi pada tingkat basa, tingkat ruas DNA, atau bahkan pada
tingkat kromosom. Besar kecilnya jumlah nukleotida DNA yang berubah maka
mutasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu mutasi gen dan mutasi kromosom.
Organisme baru hasil mutasi disebut mutan, sedangkan genotipe sebelum terjadi
proses mutasi diberi istilah genotipe liar.
Mutasi tingkat gen secara umum tidak menyebabkan terbentuknya spesies baru.
Pembentukan spesies baru akan terjadi apabila mutasi menyentuh sistem reproduksi
yang menyebabkan munculnya penghalang biologis untuk terbentuknya hibrid
antara spesies asal dengan mutan. Akumulasi dari berbagai mutasi gen mungkin
saja dapat memunculkan penghalang biologis tersebut, tetapi terjadi dalam kurun
waktu lama dan terjadi isolasi geografi biasa disebut spesia elopatri.
Pembentukan spesies baru umumnya terjadi akibat mutasi tingkat kromosom.
Mutasi kromosom adalah proses perubahan struktur kromosom pada tingkat ruas
DNA atau tingkat kromosom. Mutasi kromosom secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua, yaitu mutasi struktur dan mutasi jumlah. Keragaman genetik
antarspesies dapat dilihat dari keragaman struktur atau keragaman jumlah
kromosom. Perubahan stuktur dan jumlah kromsom dapat dilihat menggunakan
mikroskop yaitu melaluli analisis kariotipe.
Perubahan struktur kromosom dan perubahan jumlah kromosom dapat
menyebabkan kegagalan pada meiosis hibrid antarspesies awal dengan mutannya.
Sel hibrid tidak dapat berpasangan dengan sempurna dan tidak dapat terbagi dengan
sempurna pula saat migrasi kromosom pada meiosis. Kelainan metabolisme dan
cacat pada sel gamet yang tersebut berakibat sterilisasi hibrid dapat terjadi.
Perubahan struktur kromosom dapat terjadi melalui empat cara, yaitu delesi atau
defisiensi dimana segmen kromosom dapat hilang atau berkurang, inversi dimana
urutan segmen kromosom berubah, duplikasi dimana segmen kromosom
bertambah, dan translokasi dimana penambahan segmen dari kromosom bukan
pasangan homolog akan dibahas lebih jelas pada makalah ini.
Berbeda dengan pewarisan inti, pewarisan di luar inti atau disebut juga
dengan pewarisan sitoplasmik terjadi apabila faktor yang menentukan zuriat (benih
atau keturunan) terdapat di luar inti. Pemindahan faktor tersebut hanya berlangsung
melalui sitoplasma dan bertahan selama beberapa generasi. Organel di luar nukelus
yang berpotensi sebagai pembawa faktor pewarisan sitoplasmik pada tanaman
adalah plastida dan mitokondria. Terdapat 3 kategori pewarisan ekstrakromosomal,
yaitu pewarisan menular, pewarisan sitoplasmik (pewarisan maternal), dan efek
maternal. Pada tanaman umumnya hanya dikenal dua tipe, yaitu pewarisan
sitoplasmik dan efek maternal (Syukur dan Sarsidi, 2013).
2.2 Tanaman Gymnospermae
Gymnospermae merupakan kelompok tanaman yang menarik, yang masih
belum begitu banyak yang diketahui dari kelompok tersebut. Kebanyakan orang
dapat mengetahui sebuah pinus, dengan mengenal bentuk buah pinus, tapi tidak
banyak tahu bahwa pinus dan pohon konifer lainnya merupakan gymnospermae.
Terdapat empat kelompok dari gymnospermae, yaitu konifer (conifer), cycads,
ginkgo, dan gnetales (Conway, _____).
Ciri khas dari keempat kelompok tersebut adalah bijinya yang tidak
terlindungi untuk fertilisasi. Sebagai perbandingan, pada angiospermae terdapat
ovule yang diproteksi oleh lapisan jaringan yang disebut karpel. Kata gymnos
sendiri berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “biji telanjang”. Keadaan telanjang
dari ovule ini adalah sebuah sifat yang menyatukan gymnospermae (ada juga
beberapa yang memberikan sifat vegetatif seperti anatomi kayu), tapi seringkali
ovule ini tidak terlihat oleh mata telanjang. Hal ini yang membuat gymnospermae
menjadi sangat menarik (Conway, _____).
Delesi terminal, satu pematahan dekat ujung suatu kromos yang mengaibatkan
hilangnya bagian ujung tersebut.
Sumber:nafiun.com
2.4 Duplikasi
Duplikasi adalah perubahan menjadi akibat penambahan ruas kromosom
merupakan kebalikan dari delesi. Duplikasi merupakan perubahan kromosom yang
sangat penting dari segi evolusi karena duplikasi dapat menyumbang tambahan
bahan genetic yang potensial yang dapt menimbulkan fungsi-fungsi baru. Duplikasi
mungkin terjadi akibat sintesis DNA yang berlebihan saat replikasi. Pada
eukariotik, suatu penyimpangan dari rekombinasi homolog dapat dianggap sebagai
sumber terjadinya duplikasi. Jaringan yang sedang giat membelah membelah, ujung
kromatid kembar yang patah dapat melakukan fusi dan bereplikasi, kemudian
memasuki pembelahan mitosis. Berfungsinya ujung patahan kromosom, maka
terciptalah jembatan pada anafase, kemudian patah dan fusi lagi. Berbagai ruas
berulang pada kromosom eukariot memungkinkan terjadinya perpasangan homolog
yang tidak simetris (Sobir dan Syukur, 2015).
Segmen kromosom yang berduplikasi dapat mengandung sebagian kecil dari
gen atau dapat mengandung beberapa gen. Segmen yang telah mengalami duplikasi
bisa dalam urutan tandem (a b cd cd f), bukan tandem (a cd b cd f) atau dalam urutan
terbalik (a b cd dc f). segmen ini juga bisa terletak pada lengan kromosom yang
sama atau pada lengan kromosom yang berbeda, atau kromosom bukan
homolognya. Bukti sitologi adanya duplikasi dapat diamati dengan adanya
lengkungan kromosom seperti kromosom delesi pada waktu kromosom
berpasangan mitosis. Daerah duplikasi yang melengkung (Gambar 2). Duplikasi
memberikan kesempatan untuk mempelajari fenotipe sebagai akibat penambahan
dosis gen (Sobir dan Syukur, 2015).