Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan organik, dimana bahan
organik merupkan salah satu senyawa penting penyusun tanah. Bahan organik adalah
sisa-sisa tanaman atau binatang yang telah mengalami pelapukan seperti pupuk
kandang, pupuk hijau, atau organik. Bahan organik tersebut dapat diperoleh dari
lingkungan sekitar ataupun berasal dari limbah rumah tangga dan industri.
Pemanfaatan sumber bahan organik dari hewan dengan memanfaatkan limbah
cair industri perikanan bisa menjadi salah satu alternatif. Pada dasarnya limbah cair
industri perikanan tidak dapat dimanfaatkan langsung sebagai pupuk cair karena
kandungan bahan organiknya berupa lemak dan protein tidak dapat diserap langsung
oleh tanaman. Perlu adanya penguraian kandungan organik dalam limbah cair
tersebut dengan tujuan memecah senyawa komplek menjadi senyawa-senyawa
organik yang lebih sederhana sehingga tanaman lebih mudah menyerap nutrisi yang
terkandung dalam pupuk cair organik tersebut.
Masyarakat pada umumnya mengurangi sampah padat seperti sisa-sisa makanan,
plastik, kertas, botol dan lain - lain dengan cara membakarnya atau membuangnya
langsung ke selokan dan tempat pembuangan sampah sementara. Pembakaran
sampah dinilai kurang baik, sebab asap hasil pembakaran menyebabkan pencemaran
udara dan dapat merusak sistem pernafasan. Oleh sebab itu perlu dilakukannya
metode penanganan sampah yang lebih ramah lingkungan, efektif dan aman bagi
masyarakat sekitarnya. Dewasa ini berbagai teknologi maupun metode telah
dilakukan untuk mengurangi kuantitas sampah organik baik dengan cara membuat
kompos, pakan ternak, dan pupuk cair. Salah satu bahan organik yang dapat dibuat
POC dan memiliki manfaat dalam pertumbuhan tanaman adalah rebung bambu yang
mengandung hormon pertumbuhan dan bakteri yang berguna bagi tanaman.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlunya kita mengetahui pembuatan POC atau
Pupuk Oganik Cair untuk dikembangkan bagi petani lebih lanjut, petani akan mampu
membuatnya sendiri karena mudah dalam pembuatannya serta bahan yang digunakan
sangat mudah didapatkan karena bersumber dari bahan yang hendak dibuang atau
limbah yang tidak bisa dikonsumsi lagi. Disisi yag sama petani juga nantinya akan
membutuhkan pupuk organik cair yang murah dan termasuk pupuk organik sehingga
penggunaan pupuk kimia akan berkurang dan hasil produksi yang diperoleh akan
lebih meningkat.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari praktukum pupuk organik cair (POC) ini adalah untuk mengetahui
definisi dan cara membuat POC.
1.2.2 Kegunaan
Adapun kegunaan pada praktikum pembuatan POC dari rebung ini adalah agar
mahasiswa dapat mengetahui teknik-teknik pembuatan pupuk organik cair yang
nantinya akan diajarkan ke petani atau diaplikasikan di lapangan agar dapat menekan
penggunaan pupuk kimia yang merusak lingkungan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pupuk Organik Cair (POC)


Pupuk Organik Cair merupakan zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-
bahan organik dan berwujud cair. Pupuk cair merupakan salah satu jenis proses
fermentasi. Secara garis besar produk fermentasi dibedakan atas produk pangan,
kesehatan, energi dan lingkungan. Contoh produk makanan adalah keju, tape, kecap,
tempe, oncom dan sebagainya. Produk kesehatan yang paling dominan adalah
produksi antibiotika, vitamin dan alkohol. Dalam bidang energi misalnya produksi
bioetanol, metanol, metana dan sebagainya. Dalam bidang lingkungan misalnya
kompos, biopestisida, dan sebagainya (Susanto, 2012).
Pupuk cair organik yaitu pupuk yang bahan dasarnya berasal dari hewan atau
tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi dan berntuk produknya berupa cairan.
Pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walapun digunakan
sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga
larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh
tanaman. Pupuk Organik Cair (POC) dalam proses pembuatannya memerlukan waktu
yang lebih cepat dari pupuk organik padat, dan penerapannya di pertanian yakni
tinggal di semprotkan ke tanaman (Sarjono dkk,2013).
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat
atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber
bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami,
brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, industri
yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (Djuarni, 2014).
Saat ini ada beberapa jenis pupuk organik sebagai pupuk alam berdasarkan bahan
dasarnya, yaitu pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau, dan pupuk mikroba.
Sedangkan ditinjau dari bentuknya ada pupuk organik cair dan ada pupuk organik
padat. Sebagai contoh pupuk kompos yang merupakan contoh pengaplikasian pupuk
organik padat yang dibuat dari bahan organik padat atau tumbuh-tumbuhan,
sedangkan thilurine adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan organik cair
(urine sapi). Pemanfaat pupuk organik cair merupakan salah satu cara untuk
memperbaiki kualitas lahan, meskipun kandungan hara dari bahan organik umumnya
lebih rendah dibandingkan pupuk kimia. Sebagai contoh unsur hara makro dari sisa
tanaman berkisar antara 0,7-2% nitrogen, 0,007-0,2% fosfordan 0,9-1,9 % kalium,
namun secara keseluruhan bahan organik memiliki potensi yang lengkap untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Rohendi, 2015).
2.2 Macam-Macam POC

Menurut Rohendi (2015), ada 2 macam jenis pupuk organik cair yang melalui
proses pengomposan, yaitu :

1. Pupuk organik cair yang melalui proses pelarutan bahan-bahan organik yang
telah jadi atau setengah jadi ke dalam air.
Jenis pupuk pupuk yang dilarutkan dapat berupa pupuk hijau, pupuk kandang,
pupuk kompos, atau campuran semuanya. Pupuk organik semacam ini mempunyai
karakteristik yang tidak jauh beda dengan pupuk organik padat, hanya saja wujudnya
yang berbeda yaitu berupa cairan.
2. Pupuk organic cair yang dibuat dari bahan-bahan organik yang difermentasikan
secara anaerob dengan bantuan organisme hidup.
Bahan bakunya berupa material organik yang belum terkomposkan. Unsur hara
yang terkandung dalam larutan ini benar-benar berbentuk cair. Jadi larutannya lebih
stabil. Bila dibirkan tidak mengendap. Oleh sebab itu sifat dan karakteristiknya pun
berbeda dengan pupuk organic cair yang terbuat dari bahan padat .
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan POC
Hadisuwito (2012) menjelaskan, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
tingkat keberhasilan dalam pembuatan pupuk cair diantaranya adalah:
a. Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting bagi kehidupan bakteri, bakteri hidup
dalam kondisi suhu yang sangat beragam.Bakteri yang menguntungkan umumnya
hidup pada suhu optimum bagi pertumbuhan makhluk hidup lainnya yakni berkisar
180C - 400C.Suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan denaturasi
atau kerusakan protein dan komponen sel lainnya pada bakteri dekomposer sehingga
dapat mengakibatkan kematian. Sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat
mengakibatkan mobilitas bakteri terhambat, dan jika terjadi kenaikan suhu secara
ekstrim bakteri akan mati.
Bakteri dekomposer populasinya sedikit atau berkurang dapat menghambat
proses dekomposisi bahan, suhu yang terlalu tinggi juga berdampak negatif terhadap
perkembangbiakan bakteri dekomposer. Pada suhu ekstrim bakteri yang dapat
berkembang cenderung bakteri yang bersifat patogenik, jadi jika suhu terlalu tinggi
besar kemungkinannya bahan terkontaminasi oleh bakteri patogenik.
b. Kelembaban
Bakteri dapat berkembangbiak pada kondisi kelembaban yang relatif tinggi yakni
RH mencapai ± 60%, kelembaban tinggi berarti lingkungan cenderung berair, bakteri
sangat menyukai pada kondisi lingkungan yang relatif berair.
c. Intensitas Cahaya
Cahaya matahari merupakan sumber kehidupan bagi mahluk hidup termasuk
bakteri yang notabene merupakan makhluk tingkat rendah. Akan tetapi untuk dapat
berkembang biak dengan optimal media yang berisi fermentasi bahan untuk pupuk
cair sebaiknya diletakkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari secara
langsung. Sinar matahari secara langsung dapat meningkatkan suhu pada media
secara signifikan yang dapat merusak protein dan komponen sel lainnya, sitoplasma
bakteri bocor sehingga bakteri dapat mengalami kematian yang berdampak pada
lambatnya fermentasi bahkan bahan besar kemungkinannya tidak terfermentasi.
d. Ukuran Bahan
Sumber makanan bakteri dekomposer adalah bahan organik, termasuk buah dan
sayuran.Dekomposisi yang berhasil dicirikan dengan bahan yang difermentasikan
hancur yang menunjukan aktivitas bakteri yang tinggi.Sumber makanan yang
dimaksud adalah sayuran dan buah – buahan.
e. Komposisi media
Komposisi media yang digunakan harus seimbang dengan larutan yang
digunakan. Dalam pembuatan pupuk cair digunakan larutan EM4 dan ragi serta air
secukupnya. Komposisi larutan EM4 harus sesuai dengan jumlah bahan yang akan
digunakan. Apabila larutan EM4 kurang atau lebih sedikit, maka kemungkinan besar
pupuk cair akan gagal dan bahan akan cepat membusuk.
f. Waktu Pembuatan
Pembuatan pupuk cair organik sebaiknya dilakukan pada waktu sore hari atau
pagi hari dimana intensitas cahaya matahari relatif rendah dan kelembaban tidak
terlalu tinggi. Misalnya dilakukan pada siang hari diusahakan tempat pembuatan
pupuk dilakukan pada tempat yang terhalang intensitas cahaya matahari secara
langsung. Kontaminasi dengan bakteri patogenik pada awal pembuatan akan sangat
berbahaya, bakteri patogenik cenderung dapat berkembang biak dari suhu yang relatif
tinggi. Bakteri patogenik juga dapat menyebar dari penggunaan bahan yang busuk.
2.4 Kandungan Bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan POC yaitu air cucian beras, air
terasi dan rebung. Menurut Yulianingsih (2017), air cucian beras berpengaruh
terhadap peningkatan jumlah daun dan tinggi tanaman tomat dan terung. Salah satu
kandungan air cucian beras adalah fosfor. Fosfor berperan dalam pembentukan bunga
dan buah, bahan pembentuk inti sel dan dinding sel, mendorong pertumbuhan akar
muda dan pemasakan biji pembentukan klorofil, penting untuk enzim-enzim
pernapasan, pembentukan klorofil, dan berfungsi untuk pengangkutan energi hasil
metabolisme dalam tanaman.
Manfaat pupuk organik cair yang mengandung giberlin dari rebung bambu
antara lain dapat merangsang pertumbuhan tunas baru, memperbaiki sistem jaringan
sel dan memperbaiki sel-sel rusak, merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada
tumbuhan, memperbaiki klorofil pada daun, merangsang pertumbuhan kuncup bunga,
memperkuat tangkai serbuk sari pada bunga, dan memperkuat daya tahan pada
tanaman. Selain itu, pupuk organik cair rebung bambu mengandung bakteri
Azotobacter dan Azosperilium yang dapat berfungsi sebagai biofertilizer bagi
tanaman (Sufianto, 2013).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum pupuk organi cair dilaksanakan di kebun Percobaan (exfarm) Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Jum’at, 16 februari 2018
pukul 16.00 WITA.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan yaitu ember beserta penutupnya, pisau, botol ukuran 1.5 l,
selang, kantong plastik besar, karung ukuran 50 kg, dan gunting.
Bahan yang digunakan yaitu air gula merah, air cucian beras, air terasi, sabun colek,
dan rebung bambu.

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur kerja praktikum pupuk organik cair adalah sebagai berikut:
3.3.1. Proses Pembuatan
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1) Mencacah rebung bambu hingga halus kemudian masukkan ke dalam karung dan
ikat menggunakan tali.
2) Memasukkan air gula merah sebanyak 3l, air cucian beras sebanyak 3l, dan air
terasi sebanyak 3l secara bergiliran ke dalam ember.
3) Memasukkan karung yang telah diisi rebung ke dalam ember.
4) Mengaduk campuran bahan sampai homogen.

5) Melubangi penutup botol dan penutup ember dengan ukuran yang dapat
dimasuki oleh selang. Botol tersebut diberikan air hingga permukaan selang
sedikit tenggelam (menyentuh airnya).
6) Menutup ember dengan memberikan sabun colek pada sekeliling penutup dan
mulut ember, kemudian berikan plaster sebagai perekat.
7) Melakukan pengadukan tiap dua hari sekali hingga MOL dapat dipanen.

3.3.2. Pengadukan Pupuk Organik


1) Membuka tutup ember
2) Mengaduk POC dengan menggunakan tongkat panjang setiap 2 hari sekali
selama 2 minggu
3) Menutup kembali POC dan merekatkan kembali lakban

3.3.3. Pemanenan Pupuk Organik Cair


1) Mencium aroma POC, apabila beraroma busuk maka POC dikatakan gagal
namun jika tercium aroma segar seperti tape maka POC dikatakan berhasil
2) Mengambil POC dengan gayung lalu memasukkannya kedalam botol dengan
corong dan saringan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berikut ini adalah hasil yang didapatkan pada beberapa hari pengamatan dan
pengadukan yaitu sebagai berikut.

Gambar 1.Kondisi MOL pada Pengamatan Pertama Hari Kedua

Gambar 2.Kondisi MOL pada Pengamatan Kedua Hari Keempat

Gambar 3.Kondisi MOL pada Pengamatan Ketiga Hari Keenam


Gambar 4.Kondisi MOL pada Pengamatan Keempat Hari Kedelapan

Gambar 5.Kondisi MOL pada Pengamatan Kelima Hari Kesepuluh

Gambar 6.Kondisi MOL pada Pengamatan Keenam Hari Kedua belas


4.2 Pembahasan
Pupuk organik cair merupakan larutan yang berasal dari bahan organik sisa
tanaman ataupun hewan hasil fermentasi dan mengandung lebih dari satu unsur.
Fermentasi dilakukan agar bahan-bahan organik dapat diurai oleh mikroorganisme
sehingga menjadi bahan yang lebih sederhana dan dapat di serap oleh tanaman.
Dalam pembuatannya, dibutuhkan bahan dasar seperti sumber karbohidrat (baha
organik) dan mikroorganisme pengurai.
Bahan yang dalam proses fermentasi ditempatkan pada lokasi yang terlindung
dari sinar matahari agar suhu tetap stabil dan proses fermentasi berjalan dengan baik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Pratama (2012) bahwa untuk dapat berkembang biak
dengan optimal media yang berisi fermentasi bahan untuk pupuk cair sebaiknya
diletakkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sinar
matahari secara langsung dapat meningkatkan suhu pada media secara signifikan
yang dapat merusak protein dan komponen sel lainnya, sitoplasma bakteri bocor
sehingga bakteri dapat mengalami kematian yang berdampak pada lambatnya
fermentasi bahkan bahan besar kemungkinannya tidak terfermentasi.
Pupuk organik cair dari rebung bambu ini mengandung hormon giberilin dan
bakteri yang bermanfaat bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Sufianto
(2013) bahwa kandungan giberlin dari rebung bambu dapat merangsang pertumbuhan
tunas baru, memperbaiki sistem jaringan sel dan memperbaiki sel-sel rusak,
merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada tumbuhan, memperbaiki klorofil pada
daun, merangsang pertumbuhan kuncup bunga, memperkuat tangkai serbuk sari pada
bunga, dan memperkuat daya tahan pada tanaman. Selain itu, pupuk organik cair
rebung bambu mengandung bakteri Azotobacter dan Azosperilium yang dapat
berfungsi sebagai biofertilizer bagi tanaman.
Pupuk organik cair yang didapatkan dari hasil praktikum ini dinyatakan berhasil
dengan parameter memiliki aroma yang tidak terlalu menyengat dan berbau khas
hasil fermentasi. Hal ini dapat terjadi karena pencacahan bahan yang baik yaitu
ukuran bahan lebih halus sehingga mudah difermentasi oleh mikroorganisme.
Keadaan ini sejalan dengan pendapat Hadisuwito (2012) bahwa dekomposisi yang
berhasil dicirikan dengan bahan yang difermentasikan hancur yang menunjukan
aktivitas bakteri yang tinggi.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum pembuatan pupuk organik cair ini adalah
sebagai berikut:
1. Pupuk organik cair merupakan larutan yang berasal dari fermentasi bahan-bahan
organik yang mengandung lebih dari satu unsur hara.
2. Pembuatan pupuk organik cair dilakukan dengan fermentasi bahan dengan bantuan
mikroorganisme untuk menghasilhan bahan yang lebih sederhana agar dapat
tersedia bagi tanaman.
3. Pupuk organik cair berbahan dasar rebung bambu mengandung hormon giberilin
yang berfungsi memacu pertumbuhan tanaman dan bakteri penyedia unsur hara
bagi tanaman.

5.2 Saran

Dalam pelaksanaan praktikum hendaknya praktikan melakukan pencacahan


bahan dengan baik dan melakukan pengadukan secara rutin karena sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pupuk organik cair. Selain itu, asisten hendaknya
selalu mendampingi dan memantau praktikan agar praktikum berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Djuarni, Nan.Ir, M.Sc., Kristian.,Setiawan,Budi Susilo.2014. Cara Cepat Membuat


Kompos. Jakarta:AgroMedia.Hal 36-38.

Rohendi, E. 2015. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta,


sebuah prosiding. Bogor.

Sarjono, Erickson dkk. 2013. Pembuatan Pupuk Cair Dan Biogas Dari Campuran
Limbah Sayuran. Jurnal Teknik Kimia USU.

Sufianto. 2013.Penapsiran sampah organik yang termanfaatkan dan tidak


termanfaatkan. Makala, Kelompok Kajian. BO. Mhs. Agro.FPP.UMM.

Sutanto, Rachman. 2012. Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif dan


Berkelanjutan. Jakarta:Kanisius.

Yulianingsih, Ratri. 2017. Pengaruh Air Cucian Beras Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Terung Ungu (Solanum Melongena L.). Jurnal PIPER Vol. 13(24).
Laporan Praktikum
Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura

PUPUK ORGANIK CAIR (POC)

NAMA : SYAHRIL. A

NIM : G111 16 341

KELAS : BTPH C

KELOMPOK :9

ASISTEN : ST. SALMIATI

NURJANNAH RUSLAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
LAMPIRAN

Gambar 7.Kondisi MOL pada Pengamatan Pertama Hari Kedua

Gambar 8.Kondisi MOL pada Pengamatan Kedua Hari Keempat

Gambar 9.Kondisi MOL pada Pengamatan Ketiga Hari Keenam


Gambar 10.Kondisi MOL pada Pengamatan Keempat Hari Kedelapan

Gambar 11.Kondisi MOL pada Pengamatan Kelima Hari Kesepuluh

Gambar 12.Kondisi MOL pada Pengamatan Keenam Hari Kedua belas

Anda mungkin juga menyukai