Anda di halaman 1dari 20

Tugas Kelompok

Makalah

GULMA (Mimosa pigra L.) YANG BERASOSIASI DI


TANAMAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

NAMA : 1) Fahmi Sahaka (G111 16 306)


2) Wahyudi Ma’ruf Z (G111 16 333)
3) Surya Aditya (G111 16 506)
4) Ahmad Fatahillah (G111 16 521)
5) Melki Dende (G111 16 558)
KELAS :D
DOSEN : Dr.
KELOMPOK :7

PROGRAMSTUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan komoditi perkebunan yang
penting di Indonesia sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia saat ini
adalah produsen terbesar minyak kelapa sawit didunia disusul oleh Malaysia,
Thailand, Nigeria, Kolombia, dan negara lainnya. Tumbuhan ini dapat tumbuh
diluar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit memiliki arti
penting bagi pembangunan Nasional, selain mampu menyediakan lapangan kerja,
hasil dari tanaman ini juga merupakan sumber devisi Negara.Kelapa sawit termasuk
tumbuhan pohon yang tingginya dapat mencapai 24 m. Bunga dan buahnya berupa
tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil, apabila masak berwarna merah
kehitaman dan daging buahnya padat (Syahputra et al, 2011). Dalam
mempertahankan dan menaikan produksi tanaman kelapa sawit ditemukan
bermacam–macam masalah.
Salah satu masalah penting dalam upaya menetapkan produksi dan menekan
biaya produksi adalah masalah gulma. Gulma merupakan tumbuhan yang
mengganggu atau merugikan kepentingan manusia sehingga manusia berusaha
untuk mengendalikannya (Sembodo, 2010).
Menurut (Ashton et al, 1991), gulma adalah suatu tumbuhan yang tumbuh
pada lahan tanaman budidaya, tumbuhan yang tumbuh disikitar tanaman pokok atau
semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan sehingga
kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada didekat atau sekitar tanaman
pokok tersebut. Jenis gulma yang tumbuh biasanya sesuai dengan kondisi
perkebunan. Misalnya pada perkebunan yang baru diolah, maka gulma yang
dijumpai kebanyakan adalah gulma semusim, sedang pada perkebunan yang telah
lama ditanami, gulma yang banyak terdapat adalah dari jenis tahunan.
Gulma yang terdapat pada dataran tinggi relatif berbeda dengan yang tumbuh
di daerah dataran rendah. Pada daerah yang tinggi terlihat adanya kecenderungan
bertambahnya keanekaragaman jenis, sedangkan jumlah individu biasanya tidak
begitu besar (Ashton et al, 1991).
1.2 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu agar menjadi penambah
wawasan mengenai asosiasi gulma dengan tanaman perkebunan khususnya pada
tanaman kelapa sawit.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagimana jenis gulma pada tanaman kelapa sawit serta bagaimana klasifikasi,
pertumbuhan dan produksinya?
2. Bagaimana lingkungan pertanaman?
3. Bagaimana efek terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman?
4. Bagaimana tindakan pengendalian gulma secara efektif?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis Gulma


a. Klasifikasi

 Kingdom : Plantae
 Divisi : Trakeophyta
 Kelas : Magnoliopsida
 Ordo : Fabales
 Famili : Fabaceae
 Genus : Mimosa
 Spesies : Mimosa pigra L. black mimosa, amourette, bashful
plant, catclaw mimosa, dormilona, giant mimosa, thorny sensitive
plant.
b. Pertumbuhan
Mimosa pigra L. adalah tanaman semak berduri, menyebar, dan batangnya
bercabang yang biasanya tumbuh mencapai tinggi 2 meter, tapi terdakang hingga 6
meter dengan umur hidup maksimal sekitar 5 tahun. Tanaman ini merupakan
tanaman berdaun hijau sepanjang tahun yang memiliki duri dari dua sisi dan sensitif
yang dapat panjangnya hingga 18 cm. Memiliki duri membengkok (panjang 7 mm)
dan berada di bawah tangkai daun (CABI, 2018).
Batangnya hijau pada tanaman muda dan menjadi berkayu seiring
dewasanya tanaman. Daunnya hijau mirip pakis, yang terlipat saat malam atau
ketika disentuh, tersusun dari banyak helaian dan berpasangan disepanjang cabang.
Memiliki duri lebih besar (5-10 mm) yang ditemukan pada batang, dengan duri
yang leih kecil pada cabang di antara daun.
Bunganya berbentuk bulat (diameter 10-20 mm) yang tersusun dari 100
bunga individual yang berwarna pink – ungu muda. Setiap bunga memproduksi 10
dan 20 biji polong berwarna hijau dengan panjang 60-80 mm, yang berubah
menjadi segmen ketika dewasa
Spesiesnya merupakan androdioecious dengan dua jantan dan bunga
hermafrodit, terdapat 8 stamen pendek dan panjang. Bunga ini menunjukkan
polimorfisme polen intraspesifik. Polong datar dari M. pigra berbulu dan panjang
hingga 15 cm dan bergerombol (hingga 7 polong) di ujung batang. Mereka
mengandung 8-24 biji (CABI, 2018).
Setiap biji berukuran sekitar 5x2.4 mm dan berat 0.09 mg. Buahnya matang
pada usia 3 bulan, dan ketika dewasa, fragmen menjadi segmen satu-benih dan tidak
terpisah. Polongnya tertutupi dengan bulu yang membantunya mengambang dan
meningkatkan penyebaran di sepanjang sungai (CABI, 2018).
(Kalender Pertumbuhan tanaman Mimosa pigra L.)

Mimosa dapat berkecambah sepanjang tahun jika tanahnya lembab atau


tidak banjir. Namun, umumnya perkecambahan dimulai dan berakhir pada musim
hujan. Pertumbuhan bijinya sangat cepat, dan pembungaannya berlangsung antara
4-12 bulan setelah perkecambahan. Musim berbunga utama adalah pada Januari-
Maret tapi pembungaan dapat diperpanjang hingga masuk musim kering dengan
kondisi yang tetap lembab. Pembentukan biji berlangsung mencapai 5 minggu
setelah pembungaan dan buah matang setelah sekitar 3 bulan. Kebanyakan benih
berkecambah ketika dibasahi pertama kali meskipun demikian, lapisan keras dan
impermeabel memungkinkan beberapa biji tetap dapat viable di dalam tanah
berpasir selama lebih dari 20 tahun (Australian Government, 2003).

c. Daya Kompetisi
Bagi penduduk asli Mexico, Venezuela Selatan, atau tengah lembah sungai
Amazon, M. pigra telah menjadi masalah yang serius di bidang pertanian,
lingkungan, dan ekonomi serta di berbagai negara yang dengan sengaja ataupun
tidak sengaja terintroduksi guma ini (Marambe, 2014).
Di tempat asalnya, tumbuhan ini jarang menyebabkan masalah dan tumbuh
sebagai tanaman yang tersebar dimana-mana, serta jarang lebih tinggi dari 2 m, atau
seperti semak belukar kecil. Namun, di lingkungan yang terintroduksi, tumbuhan
ini bersifat agresif dan membentuk semak belukar lebat yang menutupi sebagian
besar lahan dan mengancam Biodiversitas alam (Marambe, 2014).
Tumbuhan asing ini pertama kali teridentifikasi menginvasi tanaman di
temukan di Sri Lanka dari tepi Sungai Mahaweli di Provinsi Tengah. Di awal 1996,
Gulma ini ditemukan menduduki sejauh 1 km bentangan sungai dan bersebelahan
dengan daerah-daerah rendah yang terendam secara periodik (Marambe, 2014).
Namun, hasil survey menurut Marambe et al. (2000) mengindikasikan
bahwa gulma ini telah menutupi dengan lebat 20-25 km tepian Sungai Mahaweli
dan juga menyebar menjadi 46 lokasi di 4 daerah dalam 3 provinsi di 4 zona agro-
ekologi. Terlepas dari Sungai Mahaweli, tanaman ini juga ditemukan di sawah yang
ditinggalkan, pinggiran aliran sungai lain, halaman rumah, pinggir jalan, saluran
air, dan tempat konstruksi yang masih baru. Tahun 1980an, gulma ini telah menjadi
masalah lingkungan yang sangat mengancam lahan pertanian, lahan tak terpakai,
dan reservasi alam di Sri Lanka dan menurunkan nilai dan produktivitas (Marambe,
2014).
Sifat morfologi dan fisiologi yang kompleks membuat spesies ini cepat
terkolonialisasi di areal baru. M. pigra sering memproduksi benih sepanjang tahun
di daerah tropis dan sebuah tanaman dewasa mampu memproduksi 42.000 atau
lebih biji setiap tahun. Benih ringan yang tertutupi oleh rambut bengkok dan sangat
sesuai untuk penyebaran melalui angin, air, atau benda bergerak. Sebuah studi dari
M. pigra var. berlandieri (L) B. L. Turner, yang dilakukan di Mexico dan Texas
Selatan menunjukkan bahwa gulma ini termasuk spesies suksesi dan akhirnya
menggantikan areal dimana suksesi dibiarkan berlangsung (White, ____)

2.2 Lingkungan Pertanaman


Mimosa p. adalah tumbuhan tropik yang berasal dari Amerika, dimana
terdapat di Mexico dan pusat dan selatan Amerika. Tumbuhan ini telah masuk di
sejumlah negara tropis sebagai tanaman hias atau penutup tanah, dimana sekarang
menjadi gulma yang membahayakan (Department of Agriculture and Fisheries
Biosecurity Queensland, 2016).
Di Australia, tumbuhan ini diperoleh di ujung atas dari wilayah utara
dimana gulma ini pertama kali di induksi tahun 1980an. Sekarang, M. pigra menjadi
satu dari sekian gulma yang paling buruk dan berpotensi untuk mengkoloni seluruh
tanah basah di Australia Department of Agriculture and Fisheries Biosecurity
Queensland, 2016).
Pada Februari 2001, infestasi yang tercatat di luar daerah Wilayah Utara
antara lain Peter Faust Dam, dekat Proserpine, Queensland. Biosecurity
Queensland, SunWater, Whitsunday Regional Council, Mackay Whitsunday
Natural Resource Management Group Pemerintah Australia bekerja bersama untuk
memberantas wabah dari gulma tersebut. Dua wabah yang juga telah ditemukan di
Barat Australia, satu di dekat Kununurra pada tahun 2009 dan yang kedua di dekat
Danau Argle tahun 2012. Kedua serangan gulma ini telah ditargetkan duntuk
dilakukan eradikasi Department of Agriculture and Fisheries Biosecurity
Queensland, 2016).
Mimosa pigra menyukai iklim tropik basah-kering (lembab), di area dengan
curah hujan di atas 750 mm pertahun dan temperatur yang lebih tinggi, di area
dengan curah hujan lebih rendah dari 750 mm pertahun, dan masih dapat
menunjukkan masalah di tanah basah dan area dekat dam dan aliran air. Mimosa
pigra akan tumbuh pada banyak tipe tanah dan ditemukan di lokasi lembab seperti
aliran sungai atau tanah banjir Department of Agriculture and Fisheries Biosecurity
Queensland, 2016).
Mimosa pigra menyukai daerah yang becek, iklim tropis, dan terbuka dan
kelembaban seperti dataran banjir, daerah pantai, dan penampungan air sungai.
Sebagai contoh, di Mekong Delta, Vietnam, dimana hal ini menjadi gulma tahunan
pada daerah hutan hujan yang cukup serius. Di Australia dan Vietnam, gulma ini
menginvasi. Pada lahan yang dibanjiri setiap musim (Walden et al. 1999; Triet et al
Undated; Global Invasive Species Database, 2015).
Gulma ini cenderung dikolonisasi dan akhirnya dapat menyebabkan
masalah di area terganggu. Hal ini dikarenakan karena kemapuan dari benih
Mimosa untuk tetap tumbuh cepat pada tanah yang terkendala tekanan kompetitif
dari gulma yang lain (Lonsdale and Braithwaite 1988, in Walden et al. 1999, Global
Invasive Species Database, 2015).
Gulma M. pigra umumnya berada di pinggriran bendungan air, kanal, dan
selokan pinggri jalan, serta lahan pertanian yang berlebihan penerapan airnya
(Walden et al. 1999). Di Vietnam gulma ini umumnya ditemukan di sepanjang
penampungan air buatan dan pinggir jalan. Di Australia diketahui bahwa gulma ini
menyebar dengan cepat ddi padang rumput yang terlalu tinggi., di Costa Rica,
biasanya pada daerah yang overgazed (Walden et al. 1999; Boucher et al. 1983, in
Walden et al. 1999, Global Invasive Species Database, 2015).
Mimosa p. tidak nampak tumbuh pada tipe tanah tertentu, tetapi ditemukan
sangat umum di tanah yang berliat gelap hingga liat berpasir dan sungai pasir kasar.
Biji gulma dan masa hidupnya sangat besar pada lahan dengan liat hitam retak
daripada liat berwarna lebih terang dan pasir lempung (Lonsdale 1992, Global
Invasive Species Database, 2015).

2.3 Efek Terhadap Pertumbuhan dan Produksi


Pembangunan perkebunan kelapa sawit bertujuan untuk menghilangkan
kemiskinan, keterbelakangan dan memperhatikan pemerataan khususnya di daerah
pedesaan. Pembangunan pertanian berbasis perkebunan bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat sehingga terjadi suatu perubahan
dalam pola hidup masyarakat (Rianti dkk., 2015).
Menurut hasil penelitian Haryani (2005) tentang kajian potensi dan
pengembangan perkebunan kelapa sawit di kabupaten Rokan Hilir, Kecamatan
Bangko Pusako termasuk dalam kategori sesuai bersyarat untuk kelapa sawit. Hal
ini, karena desa Bangko Kiri sesuai untuk lahan perkebunan kelapa sawit, tetapi
harus ditambahkan syarat lain agar pertumbuhan kelapa sawit optimal seperti
pembuatan drainase, perawatan yang intensif, dan pengendalian gulma. Kondisi
lahan dan keadaan daerah sekitar sungai seperti desa Bangko Kiri membutuhkan
perhatian khusus karena di daerah ini kerapatan vegetasi seperti semak dan belukar
serta tingkat pertumbuhan gulma sangat tinggi (Rianti dkk., 2015).
Moenandir (1993) menyatakan penurunan produksi tandan buah segar
(TBS) oleh gulma dapat mencapai 20- 80% bila gulma tidak dikendalikan. Hal
tersebut disebabkan terjadinya persaingan antara gulma dengan tanaman budidaya
dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya, CO2, serta ruang tumbuh. Oleh karena
itu, perlu dilakukan pengendalian gulma untuk melindungi tanaman budidaya
(Rianti dkk., 2015).
Menurut Tjitroasarsoedirdjo et.al.,(1984) jenis gulma yang sering tumbuh
pada pola jarak tanam segi empat antara lain seperti Imperata cylindrical
(alangalang), Saccharum spontaneum (gelagah), Mimosa pigra, dan Mikania
micrantha (tempuyung) (Rianti dkk., 2015).
Pertumbuhan gulma dapat ditekan dengan penggunaan pola tanam
segitiga karena dengan pola segitiga tajuk tanaman akan saling bertemu,
sehingga gulma tidak akan mendapat insensitas penyinaran yang cukup dan
perkembangannya menjadi terhambat, tetapi pada pola segi empat terdapat ruang
kosong diantara barisan sawit yang memungkinkan gulma masih mendapatkan
penyinaran yang cukup sehingga perkembangannya menjadi lebih cepat (Rianti
dkk., 2015).
Mimosa pigra merupakan gulma dengan batang yang duri-duri tajam,
sehingga menyulitkan pengendalian. Gulma ini memiliki tinggi mencapai 3-
5 m yang dapat menyebabkan persaingan antara gulma tersebut dengan tanaman
kelapa sawit untuk memperoleh sinar matahari. Kanopi gulma Mimosa pigra
yang menjulang tinggi akan menyerap cahaya matahari lebih dahulu daripada
kanopi tanaman kelapa sawit yang berada lebih rendah dibawahnya. Hal ini
akan menyebabkan tanaman kelapa sawit yang ternaungi akan terganggu proses
fotosintesisnya dan pertumbuhannya (Moenandir, 1993; Rianti dkk., 2015).
Oleh karena itu gulma Mimosa pigra harus tetap dikendalikan walaupun
memiliki NJD terendah agar pertumbuhan kelapa sawit menjadi lebih baik.
Pengendalian gulma ini dapat dilakukan dengan cara mekanik seperti dibabat dan
dibongkar hingga ke akarnya (Rianti dkk., 2015).
Meskipun Anwar dan Sivapragasam (1999) menyebutkan bahwa spesies ini
belum menyebabkan kerugian dalam hasil panen (Mimosa infestasi terutama
terbatas pada lahan tanaman yang ditinggalkan dan tidak terawat), mungkin
mempengaruhi perkembangan tanaman yang baru ditanam. Fenomena ini diamati
di salah satu perkebunan, di utara Perak. Dalam hal ini, proyek jalan tol Utara-
Timur yang baru selesai diminta untuk segera membangun bibit Mimosa di
perkebunan kelapa sawit berusia satu tahun yang berdekatan dengan jalan raya.
Kompetisi antar-spesifik kemungkinan akan sangat intens pada tahap pertumbuhan
ini. Meskipun mungkin tidak berdampak merugikan pada pengembangan pohon
kelapa sawit muda dalam jangka waktu yang lama, terlalu banyak ditumbuhi
Populasi Mimosa dapat menimbulkan masalah lain seperti membatasi akses
kepohon-pohon palem selama panen (Mansor dan Micheal, 2011).
2.4 Tindakan Pengendalian
Manajemen gulma yang berhasil membutuhkan banyak investasi besar dalam
jangka waktu yang lama. Secara khusus, pengontrolan dari serangan gulma ini
membuthukan rencana yang hati-hati, tepat sasaran, dan memperhatikan keuangan.
Hasilnya mungkin tidak muncul secepatnya, hal tersebut mungkin membutuhkan
usaha yang berulang-ulang untuk menghasilkan kekurangan, distribusi, dan
kepadatannya (Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan NT Australian, 2013).
Terdapat 3 kelas dari pengendalian gulma Mimosa pigra, antara lain:
a. Kelas A
Melakukan eradikasi di semua area selain areal B
b. Kelas B
Mengontrol pertumbuhan dan penyebaran gulma.
c. Kelas C
Mencegah introduksi

Menurut Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan NT Australian


(2013), dalam melakukan pengendalian gulma, berikut adalah beberapa langkah
langkah eradikasi dan metode control yang digunakan dalam Manajemen Gulma
Mimosa pigra.
A. Umum
Manajemen mimosa yang efektif bergantung pada aplikasi dari pendekatan
manajemen integrasi sumber daya alam. Pengontrolan gulma akan lebih berhasil
dimana pengolah lahan juga menerapkan sistem pengembalaan yang tepat mengatur
hewan liar dan mengendalikan erosi dan membakar beberapa barang-barangnya.
Diakui bahwa, dalam beberapa contoh, hasil pengelolaan gulma yang berhasil
mungkin tidak segera terbukti karena kompleksitas yang terkait dengan pengelolaan
sumber daya alam terpadu dan tingkat kebutuhan investasi. Pencegahan penyebaran
tetap yang paling sukses dan hemat biaya dalam mengelola gulma.
1) Pengelolaan Gulma Terpadu
Kontrol gulma terpadu melibatkan penggunaan kombinasi teknik kontrol
untuk mencapai hasil pengelolaan gulma yang lebih efektif dan berjangka panjang.
Dalam kasus mimosa, pengendalian terpadu mungkin termasuk penggunaan api,
penerapan teknik pengelolaan lahan penggembalaan, kontrol fisik, kontrol kimia
dan pengendalian biologis.
2) Pemetaan dan Perencanaan Manajemen Gulma pada Peralatan
Dianjurkan agar semua pemilik lahan yang telah menyatakan atau gulma
bermasalah di tanah mereka mengembangkan rencana gulma properti, yang
mencakup penilaian rinci semua infestasi pada properti. Penilaian ini akan
memungkinkan pertimbangan distribusi arus gulma, potensi penyebaran (di
sepanjang jalur air, jalur akses/jalan, pergerakan hewan, dll.) Dan dampak potensial
pada penggunaan lahan dan nilai-nilai lain seperti keanekaragaman hayati. Setelah
informasi ini dikumpulkan, area kontrol prioritas dan metode kontrol yang sesuai
dapat diidentifikasi.
Rencana gulma pada properti harus menjelaskan secara terperinci apa yang
perlu dilakukan untuk memenuhi atau melampaui semua persyaratan dari rencana
pengelolaan gulma sesuai undang-undang ini, dan persyaratan manajemen gulma
lainnya yang mungkin berlaku untuk properti tertentu.
3) Penelolaan Gulma melalui Waktu
Pertumbuhan dan siklus reproduksi spesies gulma harus diperhitungkan
ketika mengembangkan rencana gulma untuk properti Anda. Menerapkan langkah-
langkah pengendalian pada waktu yang salah dapat secara signifikan mengurangi
baik keberhasilan tindakan manajemen jangka pendek maupun jangka panjang.
Tabel berikut memberikan gambaran pertumbuhan mimosa dan reproduksi dan
mengidentifikasi waktu pengobatan yang sesuai untuk berbagai opsi kontrol. Perlu
dicatat bahwa pertumbuhan puncak, waktu pembungaan dan pembibitan dapat
bervariasi karena variasi musiman dan sebagai akibat dari aktivitas kontrol
sebelumnya.

(Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan NT Australian, 2013)


B. Pengendalian Kimia
Aplikasi herbisida merupakan alat kontrol mimosa yang efektif, namun
kemungkinan kontrol tindak lanjut, berpotensi selama beberapa tahun, akan
diperlukan. Jenis herbisida dan metode aplikasi yang dipilih akan tergantung pada
lokasi dan ukuran infestasi, faktor lingkungan, sumber daya yang tersedia dan
integrasi metode kontrol lainnya. Herbisida paling efektif bila diterapkan pada
tanaman yang aktif tumbuh. Idealnya aplikasi harus mendahului produksi benih.
Periode pertumbuhan aktif untuk mimosa dapat bervariasi tergantung pada lokasi
dan ketersediaan air, tetapi umumnya selama musim hujan awal hingga awal musim
kemarau.
1) Pelarangan
Produk yang terdaftar hanya boleh digunakan dalam jangka panjang
(penggunaan konsisten) kecuali jika diizinkan oleh perizinan; atau seseorang.
Pengguna produk kimia pertanian (atau hewan) harus selalu memperhatikan label
dan izin sebelum menggunakan produk, dan harus benar-benar mematuhi petunjuk
pada label tersebut dan setiap ketentuan izin apa pun. Pengguna tidak dibolehkan
melanggat kepatuhan terhadap petunjuk pada label atau ketentuan izin dengan
alasan pernyataan apa pun.
2) Penyemprotan Udara
Penyemprotan udara adalah metode yang paling efektif biaya untuk
mengobati infestasi mimosa yang besar dan atau tidak dapat diakses. Untuk
memaksimalkan hasil manajemen dan investasi keuangan, penyemprotan udara
harus dibatasi pada area infestasi yang dapat dipantau dan dikendalikan selama
beberapa tahun setelah perawatan.
3) Aplikasi Herbisida Tanah
Efektivitas herbisida yang diaplikasikan (granulasi) tergantung pada jenis
tanah, kelembaban yang tersedia dan bahan organik tanah. Herbisida ini hanya
harus diterapkan ketika ada kelembaban tanah dan sebelum hujan. Tanah yang
diterapkan herbisida sebaiknya tidak digunakan jika dekat api. Tingkat herbisida
yang lebih tinggi harus diterapkan pada pertumbuhan yang padat atau tanah liat
yang berat.
4) Penyemprotan Daun
Metode aplikasi penyemprotan foliar akan bervariasi tergantung pada
peralatan yang tersedia dan ukuran dan tinggi dari infestasi. Penyemprotan sisir,
menggunakan semprotan booming dari traktor atau kendaraan penggerak 4 roda,
dapat digunakan untuk mengobati pembibitan monokultur yang luas. Infestasi besar
yang memerlukan aplikasi herbisida yang ditargetkan mungkin memerlukan
penggunaan handgun dan pompa dan tangki bergerak yaitu pada sepeda 4 roda atau
traktor. Penyemprotan tempat, menggunakan unit semprotan ransel dan pistol,
secara efektif akan memperlakukan tanaman individu atau infestasi kecil.
Penyemprotan daun paling efektif pada awal musim hujan sebelum banjir
dan awal musim kemarau ketika banjir air surut, untuk memungkinkan akses ke
lahan basah dan bibit mimosa mulai yang digunakan dalam semprotan daun dapat
sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Kelembaban rendah, suhu tinggi dan kondisi
angin yang tinggi akan mengurangi efektivitas herbisida dan meningkatkan
semprotan penyemprotan
5) Aplikasi Pada Dasar Kulit
Pengulitan pohon melibatkan pencampuran herbisida yang larut minyak
dengan solar, maka penyemprotan atau pelukisan batang tanaman atau batang ke
titik jenuh. Seluruh keliling batang atau batang harus disemprot atau dicat dengan
larutan herbisida dari permukaan tanah hingga ketinggian sekitar 30 cm. Penting
untuk melakukan hal ini pada setiap batang yang naik dari tanah.
6) Aplikasi Potong Tunggal
Potong tunggul harus segera ditangani dengan herbisida, karena
potongannya dapat tersegel dengan cepat, mencegah penyerapan herbisida. Larutan
herbisida harus diterapkan langsung ke tunggul yang dipotong dalam waktu 15
detik setelah dipotong. Herbisida dapat diterapkan menggunakan ransel, botol
semprot tangan atau pistol basah. Alternatifnya dapat dicat menggunakan sikat.
Proses ini dapat dilakukan lebih efektif oleh dua pekerja. Pewarna dalam Larutan
herbisida dapat digunakan untuk menandai tunggul yang telah dirawat. Harap
dicatat bahwa mimosa dapat tumbuh kembali dengan penuh semangat dari batang
potong yang tidak diolah. Metode potongan tunggul paling cocok untuk wabah
kecil yang terisolasi dan khususnya tepat di daerah yang peka lingkungan karena
memiliki dampak rendah pada tanah dan tidak ada berdampak pada vegetasi asli di
sekitarnya atau saluran air. Ini paling efektif ketika tanaman itu aktif tumbuh.
C. Pengendalian Fisik
1) Pencabutan fisik
Pencabutan dapat digunakan untuk menghilangkan tanaman mimosa kecil.
Pastikan semua akar dan biji-biji sepenuhnya terangkat dan dihancurkan.
2) Penggarukan tongkat
Penggaruk tongkat yang melekat pada buldoser atau traktor dapat
mengangkat seluruh tunggul dan sistem akar dari tanaman sambil meminimalkan
gangguan dan hilangnya humus. Penanaman kembali segera dengan padang rumput
atau vegetasi asli diperlukan. Membajak setelah pembersihan dapat memberikan
persemaian yang lebih baik untuk membangun kembali padang rumput.
3) Rantai
Perantaian melibatkan pemindahan tanaman dewasa dengan menarik rantai
berat di antara dua buldoser. Perantaian paling cocok untuk infestasi padat di area
besar setelah perawatan dengan herbisida. Opsi ini paling baik diterapkan pada
akhir musim hujan ketika kelembaban tanah cukup untuk memungkinkan
penghapusan akar yang efisien.
4) Pemotong Berputar
Sebuah drum berat yang ditutupi bilah ditarik di belakang traktor. Proses ini
mengetuk ke bawah dan memecah batang mimosa mati setelah kontrol herbisida.
Metode ini kurang mengganggu tanah dari yang lain, mengurangi beban bakar
bahan bakar dan berguna untuk infestasi besar.
5) Mulsa
Traktor dengan instrumen mulsa yang dipasang dapat digunakan untuk
memecah batang mimosa mati menjadi bagian kecil. Proses ini memberikan akses
dan meninggalkan lapisan mulsa. Mulsa cocok untuk infestasi besar, padat dan
menghilangkan kebutuhan untuk pembakaran.
6) Merumput
Ternak yang merumput di samping mimosa infestasi harus dikelola secara
ketat, karena ternak dapat dengan mudah menyebarkan benih dan setiap
penggembalaan berlebihan dapat mengurangi pertumbuhan vegetasi asli yang
kompetitif. Pengurangan tingkat persediaan akan membatasi pembentukan bibit
mimosa.
D. Pengendalian Hayati
Pengendalian biologis (biocontrol) adalah penggunaan organisme hidup
untuk mengendalikan populasi hama. Dalam pengendalian gulma, biokontrol
melibatkan pencarian, pengujian secara komprehensif, lalu pelepasan musuh alami
tanaman yang diperkenalkan, biasanya serangga atau patogen, untuk membantu
mengelolanya. Tujuan dari biokontrol adalah untuk mengembalikan beberapa
keseimbangan alam, sehingga spesies tanaman yang diperkenalkan memiliki
keunggulan yang kurang kompetitif dibandingkan tanaman asli.
Metode biokontrol harus selalu diterapkan bersama dengan kontrol gulma
lainnya dan teknik pengelolaan lahan yang diperbaiki. Pengelola lahan harus
memperhatikan agen kontrol biologis yang telah dirilis oleh pemerintah dan
mendukung pelepasannya, manajemen dan pengawasan jika memungkinkan. Di
Australia Lima belas agen telah dirilis melawan mimosa sejak Program NT
Biocontrol Research dimulai pada tahun 1979. Tiga belas diantaranya adalah
serangga dan dua adalah jamur patogen.
Agen biokontrol pertama yang dilepaskan terhadap mimosa adalah
Acanthoscelides (Acanthoscelides puniceus) pada tahun 1983. Larva kumbang ini
memakan biji dewasa, setiap larva menghancurkan a benih tunggal. Kumbang ini
ditemukan pada kebanyakan infestasi mimosa di NT Australia dan memiliki
membantu secara signifikan mengurangi jumlah benih yang dihasilkan. Neurostrota
(Neurostrota gunniella) adalah ngengat kecil yang diperkenalkan pada NT pada
tahun 1989. Ngengat ini telah terbentuk dan hadir di sebagian besar tanaman
mimosa di NT.
Larva ngengat pada batang mimosa menyebabkan drop daun dan kematian
tip. Larva ngengat, Carmenta mimosa, juga diperkenalkan pada tahun 1989,
terowongan menjadi batang, cabang dan batang tanaman mimosa, menyebabkan
kematian cabang dan mengurangi pertumbuhan tanaman dan produksi benih.
Carmenta telah didirikan pada kebanyakan infestasi mimosa di Top End Australia.
Dua spesies kumbang makan bunga (Coelocephalapion pigrae dan C.aculeatum)
adalah dilepaskan ke tangkapan Sungai Adelaide di awal 1990-an. Hanya satu dari
mereka, C. pigrae, telah bertahan, mungkin karena kemampuannya untuk memberi
makan daun selama musim kemarau kapan ada beberapa bunga. Ini dapat
ditemukan di hampir setiap mimosa infestasi di seluruh NT.
Akar, benih, dan kumbang pemakan daun (Malacorhinus irregularis) juga
tumbuh baik baik didirikan di Top End. Kadang-kadang hadir dalam jumlah besar,
menyebabkan signifikan kerusakan pada mimosa. Kumbang dewasa memakan
daun muda dari bibit, larva hidup di tanah dan memakan biji, nodul, akar dan daun
bibit. Ngengat makan daun, macaria (Macaria pallidata) adalah ngengat berwarna
krem yang memiliki a lebar sayap sekitar 2 cm. Beberapa memiliki dua titik hitam
di sayap mereka. Larva bisa juga coklat atau hijau dan bergerak dalam gerakan
memutar. Larva memakan daun dan dapat menyebabkan defoliasi yang parah.
Macaria banyak terdapat di infestasi mimosa di Top End Australia.
Ngengat daun, leuciris (Leuciris fimbriaria) adalah ngengat putih kecil,
yang ditandai dengan hadiah merayap emas di sayap. Larva, yang memakan daun
mimosa, berwarna hijau dengan garis putih di kedua sisi. Serangga ini saat ini
sedang dibesarkan dan dilepaskan. Kumbang makan akar dan daun, Nesaecrepida
infuscata juga ada di dalam proses dibesarkan dan dirilis. Spesies lain, termasuk
jamur Phloeospora mimosae-pigrae dan Diabole cubensis, kumbang biji hijau
(Chalcodermus serripes), dan bonggol biji hijau muda (Sibinia fastigiata) telah
dibesarkan dan dirilis, tetapi tidak berkembang.
E. Program Pengembangan Pengendalian Penyebaran Gulma
Pencegahan penyebaran adalah cara yang paling efektif dan efektif dalam
mengelola gulma. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, biji mimosa dapat dengan
mudah disebar melalui sejumlah cara alami dan non-alami. Khususnya penyebaran
jarak jauh bisa sangat bermasalah dari perspektif manajemen. Penyebaran benih
yang difasilitasi oleh aliran air (hujan, banjir), hewan liar dan ternak domestik dan
kendaraan dapat menghasilkan distribusi ke lingkungan yang mungkin sangat
cocok untuk perkecambahan dan pembentukan termasuk dataran banjir, garis
sungai dan tepi sungai.
1) Prosedur Higienis
Kendaraan, mesin dan perahu diakui sebagai sumber utama penyebaran
mimosa. Biji dapat diangkut oleh kendaraan dan mesin yang digunakan di daerah
yang terinfeksi mimosa. Tindakan berikut ini direkomendasikan untuk dimasukkan
ke dalam program pencegahan untuk mengurangi penyebaran gulma:
a) Memetakan dan memantau infestasi mimosa;
b) Selalu bekerja dari daerah bersih kembali ke daerah yang terinfestasi;
c) Jadwal kerja kontrol terjadi sebelum benih ditetapkan;
d) Menetapkan area pencucian;
e) Memastikan kontraktor dan operator mesin terbiasa dengan protokol
kebersihan dan identifikasi gulma; dan
f) Memastikan mesin masuk dan meninggalkan properti Anda bersih.
2) Mencuci Fasilitas
Pencucian bersih fasilitas harus ditetapkan pada semua properti yang
terpengaruh. Fasilitas semacam itu mungkin menggunakan pembersihan tekanan
tinggi, ledakan udara terkompresi, menyedot debu dan/atau pemindahan fisik
(misalnya sikat tangan).
Fasilitas pencucian:
a) Harus dipilih untuk meminimalkan risiko penyebaran (di atau di luar
lokasi);
b) Harus secara teratur diperiksa untuk bibit gulma yang mungkin telah
berkecambah benih dicuci kendaraan dll. Any gulma harus segera dikontrol;
dan
c) Harus diletakkan di area terdegradasi untuk meminimalkan risiko
penyebaran gulma yang tidak terdeteksi.
Jika tidak praktis untuk membangun fasilitas pencucian, pertimbangan
harus diberikan kepada mengadopsi opsi dan solusi alternatif untuk mengelola
transfer benih.
3) Pencegaham Transfer Benih
Adalah hal yang legal untuk mengangkut rumput liar yang dinyatakan
gulma. Anda harus membuang semua material gulma di situs. Benih harus dibakar
pada suhu tinggi untuk memastikan mereka hancur. Transfer benih juga dapat
terjadi melalui transportasi dan penjualan produk yang terkontaminasi. Perawatan
harus diambil untuk memastikan bahwa kerikil, pasir, ternak atau produk lain yang
dipindahkan di antara properti bebas dari biji mimosa.
Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan NT Australian (2013),
mengatakan bahwa Rencana Manajemen Gulma untuk Mimosa (Mimosa pigra) di
Australia dilakukan review setiap 3 tahun dan akan dihentikan setelah sepuluh
tahun, kecuali terdapat revisi rencana. Pemerintah WU (Wilayah Utara) Australia
akan memonitor keefektifan dari rencana untuk menentukan kewajiban manajemen
yang paling sesuai di stakeholder untuk perencanaan dan kontrol di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Australian Government. 2003. Mimosa (Mimosa pigra) Weed Management Guide.


Department of the Environment and Heritage and the CRC for Australian
Weed Management, 2003 ISBN 1 9209 3210 0.
CABI. 2018. Invasive Species Compendium: Mimosa pigra (catclaw mimosa).
Diakses melaui website https://www.cabi.org/isc/datasheet/34199 pada
Oktober 2018.
Department of Agriculture and Fisheries Biosecurity Queensland. 2016. Restricted
invasive plant: Mimosa pigra. The State of Queensland, Department of
Agriculture and Fisheries.
Department of Land Resource Management Northern Territory Government
Australia. 2013. Weed Management Plan for Mimosa (Mimosa pigra).
Northern Territory of Australia.
Global Invasive Species Database. 2015. Mimosa pigra. Invasive Species Specialist
Group.
Invasive Species Specialist Group. 2007. Development Of Case Studies On The
Economic Impacts Of Invasive Species In Africa Mimosa pigra. Psi-
Delta. Diakses melalui website ww.issg.org/pdf/publications/GISP/Res
ources/GISP_Case_Studies_Mimosa_pigra.pdf Pada Oktober 2018.
Mansor, Asyraf dan Micheal. 2011. Current Status of Mimosa pigra L. Infestation
in Peninsular Malaysia. Tropical Life Sciences Research, 22(1), 37–49,
2011. Penerbit Universiti Sains Malaysia.
Marambe, Buddhi. 2014. Distribution, biology and management of Mimosa pigra
in Sri Lanka. Diakses melalui website
https://www.researchgate.net/publication/242701381_Distribution_biol
ogy_and_management_of_Mimosa_pigra_in_Sri_Lanka pada Oktober
2018.
Rianti Novarina dkk.. 2015. Pengendalian Gulma Pada Kebun Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq) K2I Dan Kebun Masyarakat Di Desa Bangko Kiri
Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. JOM
Faperta Vol 2 No 1 Februari. Fakultas Pertanian Universitas Riau.
White, Deborah. _____. Center For Aquatic Weeds Mimosa pigra. Florida
Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural
Sciences, University of Florida Diakses melalui website
https://plants.ifas.ufl.edu/plant-directory/mimosa-pigra/ Pada Oktober
2018)

Anda mungkin juga menyukai