Cva Ivh
Cva Ivh
OLEH:
2016-49-023
A. DEFINISI
Stroke atau CVA merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak
dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).
Perdarahan intraventrikel atau IVH adalah perdarahan yang terdapat
pada sistem ventrikel otak, dimana cairan serebrospinal di produksi dan
disirkulasikan ke ruang subarachnoid. Perdarahan ini dapat disebabkan karena
adanya trauma ataupun juga perdarahan pada stroke.
B. ETIOLOGI
Etiologi IVH bervariasi dan pada beberapa pasien tidak diketahui. Tetapi
menurut penelitian didapatkan:
1. Hipertensi, IVH tersering berasal dari perdarahan hipertensi pada arteri
parenkim yang sangat kecil dari jaringan yang sangat dekat dengan sistem
ventrikuler.
2. Merokok dan Alkoholisme Kandungan (zat) yang terkandung dalam rokok,
terutama nikotin dapat menyebabkan penurunan elastisitas dinding
vaskuler. Konsumsi alkohol akan berefek pada sistem kardiovasluler yang
dapat menyebabkan penyempitan vaskuler.
3. Etiologi lain Pada orang dewasa, PIVH disebabkan karena penyebaran
perdarahan akibat hipertensiprimer dari struktur periventrikel.
C. PATOFISIOLOGI
Beberapa faktor penyebab stroke antara lain: hipertensi, penyakit
kardiovaskularembolisme serebral berasal dari jantung, kolestrol tinggi,
obesitas, peningkatan hematokrit, diabetes mellitus, kontrasepsi oral
(khususnya dengan hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi), merokok,
penyalahgunaan obat (khususnya kokain), dan konsumsi alcohol (Arif
muttaqin, 2008)
Aterosklerosis merupakan faktor penyebab infark pada otak terjadi
thrombosis serebral, thrombosis terjadi pada pembuluh darah yang mengalami
oklusi sehingga menyebabkan iskemik jaringan otak yang dapat menimbulkan
odema dan kongesti disekitarnya.
Pecahnya pembuluh darah menyebabkan perembesan darah ke dalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan jaringan otak yang
berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
terjadi infark otak, edema dan mungkin herniasi otak (Arif Muttaqin,2008 ;
bruner & suddarth, 2002). Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti
infark miocard, menyebabkan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara yang merusak sirkulasi serebral (Bruner & suddarth,
2002).
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan pefusi darah pada otak
akan terjadi hipoksia. Hipoksia yang berlangsung dapat menyebabkan
iskemik otak. iskemik yang dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati
permanen dan mengakibatkan infark pada otak sehingga terdinya perubahan
perfusi jaringan serebral.
IVH primer terbatas pada sistem ventrikel, yang timbul dari sumber
intraventrikular atau bersebelahan lesi ke ventrikel. Contohnya termasuk
trauma intraventrikular.. Faktor risiko untuk ivh termasuk usia yang lebih tua,
lebih tinggi volume yang dasar ICH, nilai mean tekanan arteri lebih besar dari
120 mmHg, dan lokasi ICH utama.
D. GEJALA
Pada dasarnya gejala dari IVH sama dengan gejala pada perdarahan intraserebral
lainnya, seperti:
1. Sakit kepala mendadak
2. Kaku kuduk
3. Muntah
4. Letargi.
5. Penurunan Kesadaran.
6. Gangguan atau penurunan fisiologis pada bagian tubuh tertentu misal pada
anggota gerak.
E. KOMPLIKASI
1. Hidrosefalus,hal ini merupakan komplikasi yang sering dan kemungkinan
disebabkan karena obstruksi cairan sirkulasi serebrospinal atau
berkurangnya absorpsi meningeal. Hidrosefalus dapat berkembang pada
50% pasien dan berhubungan dengan keluaran yang buruk.
2. Perdarahan ulang (rebleeding) dapat terjadi setelah serangan hipertensi.
3. Vasospasme,beberapa laporan telah menyimpulkan hubungan antara
intraventricular hemorrhage (IVH) dengan kejadian dari vasospasme
selebri.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis klinis dari PIVH sangat sulit dan jarang dicurigai sebelum CT
scan meskipun gejala klinis menunjukkan diagnosis mengarah ke IVH, namun CT
Scan kepala diperlukan untuk konfirmasi. CT sangat sensitif dalam mengidentifikasi
perdarahan akut dan dipertimbangkan sebagai baku emas. Rekomendasi AHA
Guideline 2010 untuk pencitraan pada kasus stroke adalah:
1. Computed Tomography-Scanning (CT- scan).
CT Scan merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk PIS (perdarahan intra
serebral/ICH) dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. CT-scan dapat
diulang dalam 24 jam untuk menilai stabilitas. Bedah emergensi dengan
mengeluarkan massa darah diindikasikan pada pasien sadar yang mengalami
peningkatan volume perdarahan.
2. Magnetic resonance imaging (MRI).
MRI dapat menunjukkan perdarahan intraserebral dalam beberapa jam pertama
setelah perdarahan. Perubahan gambaran MRI tergantung stadium disolusi
hemoglobin oksihemoglobin – deoksihemoglobin – methemoglobin - ferritin dan
hemosiderin.
3. CT angiografi, CT venografi, contrast-enhanced CT, contrast-enhanced MRI,
magnetic resonance angiography, and magnetic resonance venography dapat
digunakan untuk mengevaluasi lesi struktural yang mendasari, termasuk
malformasi pembuluh darah dan tumor jika terdapat kecurigaan klinis atau
radiologis.
G. PEMERIKSAAN SYARAF KRANIAL
1. Fungsi saraf kranial I (N Olvaktorius)
Pastikan rongga hidung tidak tersumbat oleh apapun dan cukup bersih. Lakukan
pemeriksaan dengan menutup sebelah lubang hidung klien dan dekatkan bau-
bauan seperti kopi dengan mata tertutup klien diminta menebak bau tersebut.
Lakukan untuk lubang hidung yang satunya.
2. Fungsi saraf kranial II (N. Optikus)
Catat kelainan pada mata seperti katarak dan infeksi sebelum pemeriksaan.
Periksa ketajaman dengan membaca, perhatikan jarak baca atau menggunakan
snellenchart untuk jarak jauh.
Periksa lapang pandang: Klien berhadapan dengan pemeriksa 60-100 cm,
minta untuk menutup sebelah mata dan pemeriksa juga menutup sebelah mata
dengan mata yang berlawanan dengan mata klien. Gunakan benda yang berasal
dari arah luar klien dank lien diminta , mengucapkan ya bila pertama melihat
benda tersebut. Ulangi pemeriksaan yang sama dengan mata yang sebelahnya.
Ukur berapa derajat kemampuan klien saat pertama kali melihat objek.
Gunakan opthalmoskop untuk melihat fundus dan optic disk (warna dan
bentuk)
3. Fungsi saraf kranial III, IV, VI (N. Okulomotoris, Troklear dan Abdusen)
Pada mata diobservasi apakah ada odema palpebra, hiperemi konjungtiva,
dan ptosis kelopak mata
Pada pupil diperiksa reaksi terhadap cahaya, ukuran pupil, dan adanya
perdarahan pupil
Pada gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang (enam posisi
cardinal) yaitu lateral, lateral ke atas, medial atas, medial bawah lateral
bawah. Minta klien mengikuti arah telunjuk pemeriksa dengan bolamatanya
e. Intervensi:
a. Definisi Operasional:
b. Batasan Karakteristik:
a. Definisi operasional:
b. Batasan Karakteristik :
Subyektif ; -
Objektif:
- Penurunan motivasi
- Gangguan muskuluskeletal
- Gangguan persepsi dan kognitif
- Kelemahan
- Nyeri
- Kerusakan neuromuscular
d. Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24
jam, diharapkan kebutuhan mandiri klien terpenuhi, dengan kriteria hasil :
1) Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
kemampuan klien
e. Intervensi :
1) Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
R/ untuk menegtahui kemampuan klien
2) Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
bantu untuk kebersihan
R/ untuk mengetahui kebutuan perawatan diri klien
3) Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan
self-care
R/ Membantu kebutuhan klien
4) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
R/ Melatih kemandirian klien urntuk memenuhi kebutuhan
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
a. Definisi Operasional :
Keterbatasan dalam pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh atau
satu ekstremitas atau lebih.
b. Batasan Karakteristik:
Subyektif: -
Obyektif :
- Keselitan membolakbalikan tubuh
- Melambatnya pergerakan
- Gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi
- Keterbatasan rentang pergerakan sendi
- Dispnea saat beraktivitas
- Keterbatasan melakukan keterampilan motorik halus dan kasar
- Ketidakstabilan postur tubuh
c. Faktor yang berhubungan :
- Perubahan metabolisme sel
- Gangguan kognitif
- Kaku sendi atau kontraktur
- Nyeri
- Gangguan muskuluskeletal
- Gangguan persepsi sensori
- Intoleransi aktivitas
- Kerusakan neurovaskuler
- Penurunan kekuatan , kendali, dan massa otot
- Malnutrisi
c. Fisiologis:
- Penurunan kekuatan
- Masalah pada kaki
- Adanya penyakit akut
- Gangguan penglihatan
- Gangguan keseimbangan
- Hambatan mobilitas fisik
- Gangguan tidur
- Peyakit vaskuler
- Gangguan pada sikap tubuh
d. Kognitif :
- Penurunan status mental
e. Medikasi:
- Konsumsi alkohol
- Diuretik
- Hipnotik
- Narkotik
- Antidepresan
- Antihipertensi
f. Lingkungan :
- Restrain atau pemasungan
- Pencahayaan ruangna yang kurang atau gelap
- Lingkungan yang semprawut
g. Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
tidak terjadi trauma pada pasien dengan kriteria hasil:
1) Klien terbebas atau terhindar dari injury/jatuh
h. Intervensi :
1) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
R/ Untuk mencegah kemungkinan terjadinya bahaya yang tidak di
inginkan
2) Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan
perabotan)
R/ Mencegah terjadinya bahaya
3) Memasang penghalang tempat tidur
R/ Mencegah klien jatuh
4) Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
R/menambah kenyamanan klien
5) Membatasi pengunjung
R/ Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat menyebabkan kenaikan
tingkatan intrakranial
6) Memberikan penerangan yang cukup
R/ Untuk neningkatkan sanitasi dan juga memngurangi resiko bahaya
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007.
Jakarta: Depkes RI
Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal –
Bedah Jilid I, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Bare Brenda G & Smeltzer Suzan C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, Vol. 1, EGC,Jakarta.
Betz, C. L., & Sowden, L. A 2002, Buku saku keperawatan pediatri, RGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall.1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada
Praktik Klinis.Jakarta : EGC
Dahlan, Zul. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 2 edisi 4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Doenges, Marilynn, E. dkk (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arief dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Media
Aesculapius FKUI Jakarta
Nanda. 2011. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa
(Dwiyanti Pra S)
( ) ( )