Anda di halaman 1dari 2

BAB 3 PEMBAHASAN

MEDAN, KOMPAS.com — Tepat pada Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), dunia pendidikan Medan
tercoreng peristiwa berdarah. Seorang mahasiswa diduga telah melukai leher dan menebas tangan
dosennya sendiri hingga tewas pada Senin (2/5/2016) petang. Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) yang bernama Dra Hj Nurain
Lubis (63) mengembuskan napas terakhirnya setelah mengalami luka cukup parah di leher dan tangannya
yang nyaris putus. Peristiwa tersebut terjadi di depan kamar mandi Gedung B kampus yang berada di
Jalan Mukhtar Basri, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, itu. Berdasarkan informasi yang didapat
Kompas.com, disebutkan bahwa korban hendak menuju kamar mandi seusai berbicara dengan pelaku yang
berinisial RS. Sebelum itu, keduanya terlibat perbincangan serius yang menurut informasi terkait skripsi
hingga berujung cekcok. Korban lalu meninggalkan pelaku dan menuju kamar mandi. Diduga tersinggung
dengan sikap korban, pelaku menunggu korban hingga keluar dari kamar mandi. Begitu korban keluar,
dengan cepat, pelaku melukai leher dan menebas tangan korban. Korban sempat menjerit sebelum ambruk
di halaman kampus. Pelaku yang ketakutan bersembunyi di dalam kamar mandi. Pelaku bertahan lama di
dalam kamar mandi. Dia tak berani keluar karena ratusan mahasiswa menunggunya di luar dengan
amarah.
Menurut kelompok kami setelah membaca berita berita tersebut, pelaku melakukan perbuatan keji tersebut
dilatarbelakngi oleh:
a. Rasa kesal dan emosi kepada korban karena masalah perkuliahan (skripsi)
b. Kurang nya etika berpendapatan, pemaksaan pendapat kepada korban, .
c. Tidak dapat mengontrol diri (emosi) yang mengakibatkan tidak bisa memikirkan tindakan dan
akibat dari tindakannya.
d. Kurangnya rasa menghormati antara pelaku (mahasiswa) terhadap korban (dosen).

Kasus pembunuhan dosen yang dilakukan oleh mahasiswa ini bertentangan dengan berbagai macam
perilaku yang tidak sesuai norma. Kami akan meninjau dari beberapa norma:
1. Norma Agama
Norma ini berdasarkan aturan perilaku yang berlaku di lingkungan masyarakat yang didasari oleh
perintah dan larangan Tuhan dalam setiap agama, seperti pembunuhan, pencurian, asusila, dll.
Norma agama juga tercermin dalam sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa.Tindakan
yang dilakukan oleh pelaku (mahasiswa) tidak sesuai dengan norma ini karena dalam setiap agama
pembunuhan merupakan sebuah pelanggaran berat, mengambil nyawa manusia merupakan
pelanggaran hukum Taurat (dalam Kristen ; Kel 20:1-20).

2. Norma Kesopanan
Norma ini mengacu terhadap aturan perilaku sesorang dalam kehidupan bermasyarakat, baik
terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Pelaku (mahasiswa) yang diduga awalnya berdebat dengan
korban (dosen) merasa pendapatnya tidak diterima oleh korban (dosen) sehingga emosi dan
melakukan pembunuhan. Tindakan ini menunjukkan bahwa pelaku tidak sopan terhadap dosennya
sendiri yang lebih tua dan berpengalaman sehingga pengendalian emosi yang kurang akibat
kurangnya rasa sopan/segan menyebabkan pembunuhan terhadap korban (dosen), Hukum taurat
Tuhan (Kristen; Kel 20:12)
3. Norma Hukum
Norma Hukum adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembaga tertentu, misalnya
pemerintah, sehingga dengan tegas dapat melarang serta memaksa orang untuk dapat berperilaku
sesuai dengan peraturan itu Norma ini merupakan norma yang hakekatnya lebih tinggi karena
bersifat tertulis dan mengikat. Norma ini juga disertai dengan sanksi yang jelas dan telah diatur.
Norma hukum di Indonesia harus ditaati oleh seluruh warga negara sperti yang tertulis pada Batang
Tubuh UUD 1945 Pasal 27 ayat 1,”Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualiannya.” . Pembunhuan yang dilakukan pelaku (mahasiswa) meupakan tindakan kriminal
dan telah melanggar beberapa aturan hukum, diantaranya:
a. Sila ke-2 Pancasila,”Kemanusiaan yang adil dan beradab.”
b. UUD 1945 Pasal 28I ayat 1, “ Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemer-dekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.”
c. KUHP Pasal 338 mengenai tindakan pidana pembunuhan.

Kasus diatas merupakan proses pembunuhan dengan melakukan pembacokan di leher dan tangan
korban. Terdakwa juga terbukti sengaja melakukan tindak pidana tersebut untuk menghilangkan
nyawa korban (ada maksud untuk membunuh korban). Hakim memutus terdakwa bersalah
berdasarkan Pasal 338 KUHP dan menghukumnya dengan pidana penjara selama 8 (delapan)
tahun.

Kasus ini merupakan hal yang melanggar norma dan etika, tindakan pelaku sangat sadi, tidak beretika, tidak
berperikemanusiaan. Agar perbuatan tersebut tidak terjadi lagi dalam kehidupan sehari-hari sebagai
mahasiswa terkhusus di lingkungan ITDel dilakukan tindakan beriku,:
1. Kesadaran terhadap pelaksanaan ajaran Agama dan takut akan Tuhan.
2. Rasa saling menghargai dan menghormati sesama manusia (mahasiswa dengan mahasiswa,
mahasiswa dengan staf, mahasiswa dengan keasraamaa, dan mahsiswa dengan dosen).
3. Kebijaksanaan dalam melakukan setiap tindakan, memperhitungkan latarbelakng dan dampak dari
setiap tindakan yang dilakukan.
4. Memiliki pengendalian terhadap emosi/amarah, jangan bertindak tanpa sadar, mengikuti rasa
marah tersebut.
5. Sikap terhadap penyampaian pendapat dan saat pendapat tidak disetujui harus sesuai dengan aturan
yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai