Disusun Oleh :
DESI ARISANDI
KHISLINDA MAYSARAH UMY
Masalah yang harus diatasi oleh pemerintah adalah masalah publik yaitu
nilai, kebutuhan atau peluang yang tak terwujudkan. Meskipun masalah tersebut
dapat diidentifikasi tapi hanya mungkin dicapai lewat tindakan publik yaitu
melalui kebijakan publik. Karakteristik masalah publik yang harus diatasi selain
bersifat interdependensi (berketergantungan) juga bersifat dinamis, sehingga
pemecahan masalahnya memerlukan pendekatan holistik (holistic approach) yaitu
pendekatan yang memandang masalah sebagai kegiatan dari keseluruhan yang
tidak dapat dipisahkan atau diukur secara terpisah dari yang faktor lainnya. Untuk
itu, diperlukan kebijakan publik sebagai instrumen pencapaian tujuan pemerintah.
Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno (2005:102) mendefinisikan
implementasi kebijakan publik sebagai: ”Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini
mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-
tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka
melanjutkan usah-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil
yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan”.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
pendekatan dalam proses implementasi (top down dan bottom up).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
kebijakan dan evaluasi kebijakan. Implementasi kebijakan mengandung logika
yang top-down, maksudnya menurunkan/menafsirkan alternatif-alternatif yang
masih abstrak atau makro menjadi alternatif yang bersifat konkrit atau mikro.
Sedangkan formulasi kebijakan mengandung logika bottom up, dalam arti proses
ini diawali dengan pemetaan kebutuhan publik atau pengakomodasian tuntutan
lingkungan lalu diikuti dengan pencarian dan pemilihan alternatif cara
pemecahannya, kemudian diusulkan untuk ditetapkan.
4
1. Penyiapan sumber daya, unit dan metode;
5
antiterorisme, berbeda dengan kebijakan yang lebih efektif jika diimplementasikan
secara bottom-up, yang biasanya berkenaan dengan hal-hal yang tidak secara
langsung berkenaan dengan national security, seperti kebijakan alat kontrasepsi,
padi varietas unggul, pengembangan ekonomi nelayan dan sejenisnya.
6
dalam kondisi mendukung atau menolak; c) Apakah intervensi
implementasi kebijakan bersifat baru atau memperbarui implementasi
kebijakan sebelumnya.
4. Apakah lingkungan implementasi sudah tepat? Ada dua lingkungan
yang paling menentukan, yaitu a) lingkungan kebijakan, merupakan
interaksi diantara lembaga perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan
dan lembaga lain yang terkait; b) lingkungan eksternal kebijakan yang
terdiri atas public opinion, yaitu persepsi publik akan kebijakan dan
imlementasi kebijakan, interpretive institutions yang berkenaan dengan
interprestasi dari lembaga-lembaga strategis dalam masyarakat.
5. Tepat proses. Secara umum implementasi kebijakan publik terdiri atas
tiga proses, yaitu: a) policy acceptane, di sini publik memahami
kebijakan sebagai sebuah aturan main yang diperlukan untuk masa
depan, di sisi lain pemerintah memahami kebijakan sebagai tugas yang
harus dilaksanakan; b) policy adoption, publik menerima kebijakan
sebagai sebuah aturan main yang diperlukan untuk masa depan, disisi lain
pemerintah menerima kebijakan sebagai tugas yang harus dilaksanakan;
c) strategic readiness, publik siap melaksanakan atau menjadi bagian dari
kebijakan, di sisi lain birokrat pelaksana siap menjadi pelaksana
kebijakan.
7
2. Resourcess (sumber-sumber) ; sumber-sumber dalam implementasi
kebijakan memegang peranan penting, karena implementasi kebijakan
tidak akan efektif bilamana sumber-sumber pendukungnya tidak tersedia.
Yang termasuk sumber-sumber dimaksud adalah :
a. Staf yang relatif cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian dan
keterampilan untuk melaksanakan kebijakan
b. Informasi yang memadai atau relevan untuk keperluan implementasi
c. Dukungan dari lingkungan untuk mensukseskan implementasi
kebijakan
d. Wewenang yang dimiliki implementor untuk melaksanakan kebijakan.
3. Dispotition or Attitude (sikap) ; berkaitan dengan bagaimana sikap
implementor dalam mendukung suatu implementasi kebijakan. Seringkali
para implementor bersedia untuk mengambil insiatif dalam rangka
mencapai kebijakan, tergantung dengan sejauh mana wewenang yang
dimilikinya
4. Bureaucratic structure (struktur birokrasi) ; suatu kebijakan seringkali
melibatkan beberapa lembaga atau organisasi dalam proses
implementasinya, sehingga diperlukan koordinasi yang efektif antar
lembaga-lembaga terkait dalam mendukung keberhasilan implementasi.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik : Teori dan Proses Edisi Revisi.
10