sangat penting untuk dilakukan, karena semua organisasi perlu mengevaluasi dan
kinerja. Oleh sebab itu salah satu tugas berat dari seorang pimpinan perusahaan
adalah bagaimana untuk tetap menjaga agar kinerja karyawannya tetap baik atau
yang dilakukan Nupur Chaudhary dan Dr. Bharti Sharma pada tahun 2012,
Salah satu cara yang dilakukan perusahaan agar menjaga kinerja para
karyawan tetap baik adalah dengan cara pemberian insentif, menurut Ruky (2001)
pada teori Maslow. Maslow dalam teori motivasi yang dikenal dengan teori
organisasi.
harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor penghormatan dari luar
Dari teori maslow jelas bahwa setiap orang memiliki kebutuhan yang
semakin meningkat, jika satu kebutuhan sudah terpenuhi maka kebutuhan yang
lain akan muncul. Dengan adanya kebutuhan fisiologis maka setiap orang
karenanya tunduk pada hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Dengan
Indonesia sedangkan sisanya dikuasai oleh publik. Riwayat singkat Telkom dari
tahun ke tahun dapat dilihat pada bagian “Sejarah Panjang Menempa Kami”. PT
Divisi Akses, Divisi Infratel, Divisi Telkom Flexi, Divisi Multimedia, Divisi HCC
dan lain-lain.
perundang-undangan.
SISTEM PENILAIAN KINERJA KARYAWAN PT TELKOM
(SKI).
atasan, bawahan, dan juga rekan kerja. Tingkatan penilaian ini hampir
kurang begitu baik. Hal ini bisa dilihat dari data EES tahun 2012 terkait dengan
penilaian kinerja hanya berkisar 56,24% sedangkan tahun 2013 turun menjadi
49,2%.
Tugas tambahan menjadi salah satu alasan mengapa karyawan mengatakan
bahwa SKI belum menggambarkan hasil kerja. Tugas tambahan yang di berikan
nilai tugas tambahan juga belum terdefinisi dengan baik, sehingga bisa
dalam tugas tambahan sementara karyawan lain tidak di masukan dan mendapat
nilai yang kecil meskipun sama-sama mendapat tugas tambahan. Serta adanya
rasa tidak adil terhadapa nilai yang di berikan terkait dengan tugas tambahan di
mana tugas tambahan bisa mempengaruhi hasil akhir kinerja dari karyawan.Hal
ini menunjukan bahwa ada aspek-aspek yang dalam pelaksanaan nya atau dalam
dalam penetapan insentif, gaji dasar serta juga di dalam kenaikan jabatan serta
golongan. Secara khusus SKI dilakukan pada awal tahun, karyawan dituntut untuk
ditentukan proses ini dilakukan secara negosiasi antara atasan dan juga bawahan.
Jika sudah setujui maka akan disusun secara resmi dan di tandatangani oleh atasan
karyawan.
Evaluasi kinerja berbasis hasil dapat menunjukkan apa saja yang akan
manfaat apa yang didapati. Evaluasi kinerja berbasis hasil digambarkan dengan 5
indikator sebagi alat bantu yaitu: (input, output, outcome, benefit dan impact)
karyawan.
KESIMPULAN
penilaian yang pertama disebut dengan SKI (Satuan Kinerja Karyawan) yang
disingkat dengan (P) atau performance . SKI adalah penilaian dari segi
disertai dengan target waktu dan juga target output . Sementara untuk penilaian
kompeten karyawan dan indikator lain yang ditentukan. Untuk SKI Di dalam
pelaksanaanya ditemui beberapa hal yang kurang begitu baik. Penetapan bobot
program kerja yang belum mempunyai metode dan hanya didasarkan kepada
intuisi karyawan serta adanya kes ulitan untuk memberikan bobot program kerja
di dalam kondisi program kerja yang kompleks. Permasalahan lain yang terjadi
adalah terkait dengan pembe rian nilai untuk tugas tambahan. Di mana pemberian
nilai tugas tambahan belum terdefinisi dengan jelas, dan juga tidak seluruh tugas
tugas tambahan dapat menambah penilaian karyawan pada hasil akhir. Untuk
bobot program kerja nantinya akan menggunakan metode AHP yang akan di
pemberian nilai tugas tambahan dan lebih praktis. Pendefinisian nilai tugas
tambahan secara detail untuk menjelaskan besaran nilai yang di dapat oleh
karyawan. Sehingga karyawan mengetahui dengan jel as nilai yang akan diberikan
untuk tugas tambahan yang akan diberikan. Evaluasi kinerja berbasis hasil
membantu karyawan di dalam mengidetifikasi setiap kebutuhan yang diperlukan
di dalam mencapai target yang telah ditentukan . Evaluasi kinerja berbasis hasil
kerja hasil yang didapat pada existing dan juga usulan di dapati hasil yang
pasca sarjana didapati hasil sebagai berikut: untuk SKI existing 4 program kerja
yang diberikan nilai berdasarkan intuisi karyawan adalah 10%, 5%, 5 %, dan
10%. Sementara untuk SKI usulan 9%, 3%, 2%, dan 16%. Sementara untuk tugas
tambahan perbedaan antara SKI existing dan usulan sebagai berikut: untuk SKI
existing terkait dengan 2 tugas tambahan diberikan nilai 2% dan yang tugas
(untuk tugas tambahan pertama) dan 3% (untuk tugas tambahan kedua). Hal ini
itu merupakan hasil dari para penilai yang begitu keras dalam evaluasinya.
Sering disebut “kikir” dalam menilai. Kedua bentuk bias ini lebih umum