PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai sejak satu jam
setelah plasenta lahir sampai dan berakhir minggu ke-6 atau berlangsung selama
42 hari, selama masa nifas ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara
fisik maupun psikologis, sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika
kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang luas, di tinauj
dari aspek kehidupan menjadi salah satu parameter kemajuan bangsa dalam
banyaknya wanita yang meninggal dari suatu akibat kematian terkait dengan
gangguan pada saat kehamilannya dan cara penanganannya yang lambat, sekitar
60% Angka Kematian Ibu terjadi pada periode post partum. (Dewi Maritalia,
2012)
perdarahan (45%), terutama perdarahan post partum. Selain itu adalah keracunan
2012, masalah kesehatan ibu dan anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia hal ini dikarenakan masih tingginya AKI (angka kematian ibu), tercatat
1
359/100.000 kelahiran hidup di Indonesia. Berdasarkan data dinas kesehatan
Data dari dinas kesehatan kota Samarinda pada tahun 2016 terdapat 40
jiwa kematian. Penyebab langsung dari kematian maternal terkait kehamilan dan
partus lama abortus dan lain-lain. (Dinkes kota, 2016). Data ibu bersalin/nifas di
(Dinkes kota, 2016). Data Klinik Kartika Jaya jumlah ibu bersalin/nifas pada
tahun 2017 sebanyak 220 jiwa dan jumlah ibu dengan luka perineum derajat II
sebanyak 43 jiwa. Tidak ada angka kematian ibu. (Data Klinik Kartika Jaya).
persalinan dan setelah persalinan (masa nifas). Penyebab langsungnya antara lain
berdasarkan laporan rutin PWS KIA tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu
adalah karena perdarahan (39%), eklampsia (20%) infeksi (7%) dan lain-lain
1
3
Sebagian besar penyebab langsung kematian ibu 90% terjadi saat persalinan dan setelah
persalinan (masa nifas). Penyebab langsungnya antara lain akibat perdarahan (28%), eklampsia
(24%), dan infeksi (11%). Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS KIA tahun 2007, penyebab
langsung kematian ibu adalah karena perdarahan (39%), eklampsia (20%) infeksi (7%) dan lain-
masih jauh dari sempurna, maka resiko terjadi infeksi nifas masih sangat besar
dan ini tidak boleh dianggap mudah karena dapat menyebabkan kematian pada
ibu.Oleh karena itu sangat penting bagi ibu nifas melakukan perawatan pada luka
2008).
Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genitalia pada waktu
persalinan dan nifas.oleh karena itu peran dan tanggung jawab bidan sangat
diperlukan dalam memberikan asuhan pada masa nifas. Adapun peran dan
tanggung jawab bidan dalam masa nifas yaitu memberikan dukungan secara
berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk
mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas (varney,2008).
Faktor penyebab terjadinya infeksi nifas berasal dari perlukaan pada jalan
lahir yang merupakan sarana baik untuk berkembangnya kuman.Maka dari itu
perlu di lakukan perawatan perineum.Perawatan perineum adalah pemenuhan
kebutuhan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta
sampai dengan kembalinya organ reproduksi seperti sebelum hamil.(Refini,
2011).
4
Perawatan luka jahitan pada perineum sangatlah penting karena luka bekas
jahitan jalan lahir ini dapat menjadi pintu masuk kuman dan menimbulkan infeksi,
Seperti ibu menjadi demam, luka basah dan jahitan terbuka, bahkan ada yang
mengeluarkan bau tidak enak dari vagina. Perawatan luka jalan lahir dapat di
mulai sesegera mungkin 2 jam setelah persalinan normal. Dengan cara melatih ibu
untuk mobilisasi (bergerak duduk dan latihan berjalan). (Refini, 2011).
Pada perawatan luka perineum di perlukan perawatan secara Farmakologi
yaitu dengan memberikan obat Antibiotik oral 500mg dengan dosis 3 kali 1
perhari. (Susilo Damarini, 2013). Selain dengan cara Farmakologi, terdapat juga
perawatan luka secara Non-Farmakologi dengan menggunakan air rebusan daun
sirih yang memiliki sifat kimia yang mengandung minyak atsiri, terdiri dari
hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol, karvakrol. Sepertiga
dari minyak atsiri = fenol,sebagiankavikol memiliki daya pembunuh bakteri lima
kali lipat dari fenol biasa. (Moeljanto 2003 dalam Celly, 2010).
Menurut penelitian yang dilakukan Ari Kurniawan, Anik Kurniawati pada
tahun 2015 menunjukan bahwa kesembuhan luka perineum pada responden yang
menggunakan air rebusan daun sirih cenderung lebih cepat dibandingkan
responden yang tidak menggunakan daun sirih, hal ini dikarenakan kandungan
kimia dari daun sirih yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Daun
sirih mengandung saponin yang memacu pembentukan kolagen, yaitu protein
struktur yang berperan dalam proses penyembuhan luka. (Moeljanto 2003 dalam
Celly, 2010).
Menurut penelitian yang dilakukan Tri Puspa Kusumaningsih dkk pada
tahun 2016 menunjukan bahwa daun sirih merupakan obat tradisional yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan antara lain mengandung 4,2% minyak esensial yang
sebagian besar terdiri dari kavikol, estragol. Pada seluruh bagian
tanamanmengandung arecoline, daunnya mengandung eugenol yang mampu
membasmi jamur Candila albicans, dan bersifat analgetik sehingga dapat
meredakan rasa nyeri pada luka.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan studi kasus ini adalah:
Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Normal dengan luka perineum
derajat II di Klinik Kartika Jaya?
2. Tujuan Khusus
a) Mampu menganalisa data kasus luka perineum pada ibu nifas di Klinik
Kartika Jaya
b) Mampu melakukan penatalaksanaan pada kasus luka perineum pada ibu
nifas
c) Mampu membahas faktor penyebab pada kasus luka perineum pada ibu
nifas di Klinik Kartika Jaya
d) Mampu melakukan identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera pada ibu nifas
e) Mampu melakukan perencanaan asuhan yang menyeluruh pada ibu nifas
f) Mampu melakukan rencana yang telah dibuat pada ibu nifas
g) Mampu melakukan evaluasi pada ibu nifas
D. Manfaat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Studi kasus ini untuk digunakan sebagai masukan dan pengetahuan tentang
ibu nifas
6
luka perineum derajat II dengan menggunakan daun sirih di Klinik Kartika Jaya.
Adapun bahan pertimbangan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Nama Judul Metode Analisis Hasil
Asuhan
Observasi Kelompok
Ari Keefektifan Bereksperimen
Quasi dengan
Kurniarumdan dengan
Penyembuhan
esperiment perlakuan
Anik mengelompokan
Luka daun sirih
Kurniawati Anggota.
Perineum lebih cepat
2015 Kelompok
pada ibu nifas kering di
dengan
dengan daun bandingkan
perlakuan daun
sirih dengan
sirih dan
kelompok
kelompok
dengan
dengan kontrol
perlakuan
bethadine
kontrol
bethadine
9
10
5. Tanda dan Gejala Infeksi yang bisa dialami ibu pada masa nifas apabila tidak
melakukan perawatan luka perineum dengan baik (Dewi, 2011).
1). Uterus
2). Lokhea
Lokhea adalah ekskreasi cairan rahim selama masa nifas.Lokhea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang lepas dari dalam
uterus.Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang
berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi (Sulistyawati, 2009).
Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu
keluarnya menurut Varney (2008) :
a). Lokhea rubra
Lokhea rubra adalah lokhea berwarna merah karena
mengandung darah. Ini adalah lokhea pertama yang mulai keluar
segera setelah kelahiran dan terus berlanjut selama 2-3 hari pertama
post partum. Lokhea rubra banyak mengandung darah dan jaringan
desidua.
Lokhea ini mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat dari
lokhea rubra, serosa, dan merah muda. Lokhea ini berhenti sekitar 7
hingga 8 hari, kemudian dengan berwarna merah muda, kuning atau
putih hingga menjadi transisi menjdai lokhea alba. Lokhea serosa
banyak mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit,eritrosit.
c). Lokhea alba
Lokhea ini mulai terjadi pada hari kesepuluh post partum dan
hilang sekitar periode dua hingga empat minggu. Pada beberapa
wanita, lokhea ini tetap ada pada saat pemeriksaan post partum. Warna
lokhea alba putih krem dan banyak mengandung leukosit dan sel
desidua.
Lokhea mempunyai karakteristik bau menstruasi.Bau lokhea ini
paling kuat saat keluarnya lokhea serosa. Bau tersebut akan lebih kuat
16
lagi apabila bercampur dengan keringat. Dan harus lebih cermat lagi
dibedakan dengan bau tidak sedap yang mengindikasikan adanya
infeksi.
3). Perubahan pada serviks
Perubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks terbuka,
segera setelah bayi lahir.Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi seolah-olah pada
perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.
Serviks berwarna merah kehitaman karena penuh dengan pembuluh
darah (Sulistyawati, 2009).Konsistensinya lunak.Setelah bayi lahir, tangan
dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam post partum, hanya
dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post partum, serviks sudah
menutup kembali (Sulistyawati, 2009).
5). Perineum
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit
(37,5 ºC-38 ºC) sebagai akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan,
kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu
badan akan menjadi ke keadaan semula. Biasanya pada hari ke 3 suhu
badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI.Payudara menjadi
bengkak dan berwarna merah karena banyaknya ASI.Bila suhu tidak
turun, kemungkinan adanya infeksi (mastitis, tractus genetalis, atau
sistem lainnya) (Sulistyawati, 2009).
b) Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali
normak setelah beberapa jam pertama pascapartum.Nadi diatas 100
selama puerperium menunjukan keabnormalan masa nifas (Varney,
2008).
c) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan
darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat
menandakan terjadinya pre eklampsia post partum (Sulistyawati,
2009).
d) Pernapasan
Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama
jam pertama post partum. Napas pendek, cepat, atau perubahan lain
memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan,
eksaserbasi asma, dan embolus paru (Varney, 2008). Keadaan
20
Eliminasi : BAK :
Frekuensi : ………. x/hari, warna : ……..
Konsistensi : ……….
BAB :
Frekuensi : ………. x/hari, warna : ……..
Konsistensi : ……….
Nutrisi : ASI/PASI/Lainnya : ……….
B. Data Obyektif
1. pemeriksaan Umum
Tanda Vital
Suhu : 36,5-37,0OC
Dalam 1 hari (24jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5-
38oC) sebagai akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan
cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan akan
menjadi ke keadaan semula. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik
lagi karena adanya pembentukan ASI.Bila suhu tidak turun,
kemungkinan adanya infeksi (mastitis, tractus genetalis, atau sistem
lainnya) (Sulistyawati, 2009).
Antropometri :
Tinggi badan :
LILA : ≥ 23,5 cm
2. Pemeriksaan fisik
Abdomen : tidak terdapat bekas luka, terdapat linea, striae atau tidak.
Menurut Sulistyawati (2009) :
31
Genetalia : Tidak teraba massa dan tidak terdapat tanda REEDA (red,
ekimosis, edema, discharge, aproxiamately), lokhea
dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu
keluarnya menurut Varney (2008).
1. Pemeriksaan penunjang
Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi.Pada langkah ini juga dituntut untuk erumuskan tindakan antisipasi agar
diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.
33
4. Intervensi
NIFAS
Membasuh luka
Perawatan luka dengan rebusan air
perineum derajat daun sirih
II
Luka perineum
derajat II
Faktor yang
memengaruhi
Makanan dan
penyembuhan
luka Kebersihan
luka perineum
Peningkatan
pengetahuan
tentang perawatan
luka perineum
Melakukan
penyuluhan
tentang perawatan
luka perineum
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
D. Jenis Data
Studi kasus ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan cara pemeriksaan fisik, Wawancara, dan observasi secara langsung
sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumen rekam medis dan studi kepustakaan.
35
36
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti.
auskultasi yang dilakukan untuk memperoleh data sesuai dengan asuhan yang
dilakukan.
d. Proses pemberian asuhan kebidanan tentang pijat bayi pada bayi baru lahir.
Data sekunder adalah data tidak langsung memberikan data pada peneliti,
misalnya studi kasus harus melalui orang lain atau mencari dokumen. Pengumpulan
pendokumentasian soap.
Alat dan metode yang digunakan dalam teknik pengumpulan data antara lain :
3). Sampiran
4). Tensimeter
5). Timbangan
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek
penelitian baik individu maupun organisasi. Data primer dapat diperoleh dari :
38
Pemeriksaan Fisik
a). Inspeksi
b). Palpasi
c). Wawancara
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data studi kasus ini adalah
d). Observasi
pemeriksaan fisik, serta mengamati intake dan output. Hasil observasi dicatat
b. Data Sekunder
1). Dokumentasi
2). Kepustakaan
Studi kepustakaan dengan Pijat Bayi Pada Bayi Baru Lahir mengambil dari
F. Analisa Data
Prosedur analisi dilakukan dengan tiga fase, digambarkan oleh Miles and
Tahap ini merupakan proses pemilihan dan data kasar dan masih mentah yang
Pada tahap ini data yang telah dipilah – pilah diorganisasikan dalam kategori
tertentu dalam bentuk matriks (display data) agar memperoleh gambaran secara utuh.
Penyajian data dilakukan dengan cara penyampaian informasi berdasarkan data yang
dimiliki serta disusun secara runtut dan baik dalam bentuk naratif, sehingga mudah
dipahami. Adapun dalam tahap ini peneliti membuat rangkuman secara deskriptif dan
sistematis sehingga tema sentral yaitu ibu nifas dengan luka perineum dapat diketahui
40
dengan mudah.
Kesimpulan yang diambil akan ditangani secara longgar dan tetap terbuka
sehingga kesimpulan yang semula belum jelas, kemudian akan meningkat menjadi
1. Melakukan studi pustaka dan penyusunan proposal terkait masalah yang akan diteliti
oleh peneliti.
4. Melakukan pelaksanaan studi kasus; Mengurus ijin penelitian pada januari sampai
dengan februari 2018, mengumpulkan data dengan mengkaji data subyektif dan
obyektif.
5. Melakukan asuhan pada ibu nifas dengan luka perineum derajat II, memantau intake
dan output.
6. Melakukan analisa data dengan metode SOAP yang telah diperoleh dan melakukan
7. Melakukan penyusunan data yang telah diperoleh dengan cara data yang mentah diolah
dan diurutkan secara sistematis dan diringkas untuk menarik kesimpulan berdasarkan
kasus.
9. Setelah melakukan bimbingan dan telah sesuai maka dilakukan ujian hasil penelitian.
10. Setelah ujian penelitian selesai dilakukan, maka melakukan pengumpulan hasil
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari pihak Klinik
Kartika Jaya Samarinda. Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyerahkan surat izin
kepada Kepala Bagian Klinik. Setelah mendapat izin peneliti melakukan penelitian
menjadi responden nkarena menjadi setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang
sama untuk menentukan dirinya sendiri. Sebelum meminta persetujuan, peneliti harus
Pada penelitian ini peneliti bertindak adil, yaitu dengan cara mengambil semua
responden yang sesuai dengan kriteria tanpa membeda – bedakan agama, suku,
4. Confidentiality (Kerahasiaan)
Pemberian informasi oleh responden dan semua data yang terkumpul akan
menjadi data pribadi tidak akan disebarluaskan kepada orang lain tanpa izin
responden.
43
. DAFTAR PUSTAKA
Elisabeth, Th. Endang. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : PT. Pustaka Baru;
2015.
Kurniawan Ari, Anik. 2015. Keefektifan Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas
Menggunakan Daun sirih. J. Terpadu Ilmu Kesehatan Volume 4 nomor 2 November 2015.
Maritalia Dewi. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Pelajar; 2012.
Maritalia, Dewi. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Gosyen Publishing; 2017.