Anda di halaman 1dari 28

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KONSEP BIOMEDIS

2.1.1 Pengertian BBLR

Bayi dengan Berat Badan lahir Rendah (BBLR) adalah bayi

yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa

memandang masa kehamilannya. BBLR sendiri dibagi menjadi 2

(dua) golongan, bayi dengan berat badan lahir sangat rendah

(BBLSR) yaitu dengan berat lahir 1000-1500 gram dan berat badan

amat sangat rendah (BBLASR) yaitu dengan berat lahir kurang 1000

gram. (Atikah dan Cahyo, 2010)

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir

kurang dari 2500 gram yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir

tanpa memandang masa gestasi, dan dikategorikan menjadi; BBLR

kurang bulan, BBLR cukup bulan, dan BBLR lebih bulan (Arief,

2009 (dalam Pantiawati, 2009); Amru Sofian, 2012 (dalam Amin

Huda dan hardhi, 2015); Depkes, 2011 (dalam Jurnal jumantik

Saragih dan Yovsyah Vol.2 no.2, 2017, hlm. 62); dan Sembiring, 2017).

Penulis menyimpulkan dari kedua definisi tersebut bahwa

bayi dengan BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan

kurang dari 2.500 gram saat di ukur massa atau beratnya tanpa

melihat usia kehamilannya karena BBLR sendiri berbeda dengan

7
8

prematur. Bayi BBLR belum tentu prematur jika bayi tersebut lahir

diatas usia kehamilan 37 minggu dengan berat kurang dari 2500

gram.

2.1.2 Klasifikasi

Menurut Pantiawati (2010); Atikah dan Cahyo (2010) , bayi

dengan berat badan lahir rendah menurut masa gestasinya dapat

dibagi menjadi 2 golongan:

2.1.2.1 Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan

kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai

dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut

neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.

2.1.2.2 Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan

kurang dari berat badan seharusnya untuk masa

kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil pada

kurva pertumbuhan intra uterin, biasanya disebut dengan

bayi kecil untuk masa kehamilan.

Menurut harapan hidupnya BBLR dibagi menjadi 3 golongan:

2.1.2.1 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan

berat badan lahir antara 2500 - 1500 gram.

2.1.2.2 Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi

dengan berat lahir antara 1500 - 1000 gram.


9

2.1.2.3 Bayi Berat Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR)

adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.

2.1.3 Etiologi

Menurut Atikah dan Cahyo (2010) Penyebab terjadinya BBLR

secara umum bersifat multifaktoral, sehingga terkadang sulit uuntuk

melakukan tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak

terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan bayi BBLR secara umum, yaitu :

2.1.3.1 Faktor Ibu

a. Penyakit

1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti: anemia

sel berat, perdarahan ante partum, hipertensi,

preeklamsia berat, eklamsia, infeksi selama

kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal).

2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular

seksual, HIV/AIDS, TORCH.

b. Ibu

1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah

kehamilan pada usia <20 tahun atau lebih dari 35

tahun.

2) Kehamilan ganda (multi gravida).


10

3) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek

(kurang dari satu tahun).

4) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

c. Keadaan Sosial Ekonomi

1) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial

ekonomi rendah.

2) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa

istirahat.

3) Keadan gizi yang kurang baik.

4) Pengawasan antenatal yang kurang.

5) Kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari

perkawinan yang tidak sah, yang ternyata lebih tinggi

bila di bandingkan dengan bayi yang lahir dari

perkawinan yang sah.

d. Sebab Lain

1) Ibu perokok.

2) Ibu peminum alkohol.

3) Ibu pecandu obat narkotik.

4) Penggunaan obat anti metabolik.

2.1.3.2 Faktor janin

a. Kelainan kromosom (trisomy autosomal).

b. Infeksi janin kronik (inklusi sitmegali, rubella bawaan).

c. Disautonomia familial.
11

d. Radiasi.

e. Kehamilan ganda/ kembar (gemeli).

f. Aplasia pancreas.

2.1.3.3 Faktor plasenta

a. Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya

(hidramnion).

b. Luas permukaan berkurang.

c. Plasentitis vilus (bakteri, virus dan parasite).

d. Infark.

e. Tumor (korioangioma, mola hidatidosa).

f. Plasenta yang lepas.

g. Sindrom plasenta yang lepas.

h. Sindrom transfusi bayi kembar (sindrom parabiotik).

2.1.3.4 Faktor Lingkungan

a. Bertempat tinggal di dataran tinggi, mendapatkan

oksigen kurang sehingga suplai oksigen ke janin kurang.

b. Terkena radiasi, dampak radiasi pada janin dapat

menyebabkan resiko kecacatan dan retardasi mental

serta kelahiran prematur.

c. Terpapar zat beracun

2.1.3.5 Berdasarkan tipe BBLR

a. BBLR tipe Dismaturitas

1. Ibu hamil yang kekurangan nutrisi


12

2. Ibu memilliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia

3. Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu

4. Penyakit kronik

5. Ibu hamil merokok dan mengkonsumsi obat-obatan

narkotika, rokok mengandung zat racun yang akan

berpengaruh terhadap kesuburan dan menyebabkan

janin kekurangan suplai oksigen dan nutrisi.

b. BBLR tipe prematur

1. Berat badan ibu hamil rendah, ibu hamil dengan usia

remaja, kehamilan kembar

2. Mulut rahim lemah sehingga tidak mampu menahan

berat janin

3. Ibu hamil sakit

2.1.4 Dampak terhadap kebutuhan dasar manusia pada bayi dengan

BBLR

Menurut dr. Awi Maulidia Wijaya (2011) dan Atikah dan Cahyo

(2010) banyak resiko yang akan terjadi pada sistem tubuh bayi

BBLR yang akan berdampak pada kebutuhan dasar bayi, karena

kondisi tubuh yag tidak stabil. Kebutuhan dasar yang akan

terganggu pada bayi BBLR diantaranya :


13

2.1.4.1 Kebutuhan fisiologis (Asuh)

Dalam hal ini kebutuhan dasar bayi yang akan terganggu

adalah kebutuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh

bayi karena imaturitas sistem pencernaan bayi seperti belum

maturnya reflek hisap dan menelan sehingga bayi akan sulit

menyusu dan mencerna nutrisi yang masuk. Kebutuhan rasa

nyaman juga terganggu karena hipotermia yang dialami bayi

BBLR.

2.1.4.2 Kebutuhan rasa kasih sayang (Asih)

Bayi mengalami gangguan rasa nyaman karena hipotermia,

sistem pengaturan suhu tubuh bayi baru lahir belum matang

dan karena sedikitnya lemak pada tubuh bayi. Bayi

memerlukan pelukan ibu untuk menghangatkan dan bonding

sehingga bayi akan merasa aman.

2.1.4.3 Kebutuhan stimulasi (Asah)

Bayi perlu rangsangan untuk menguatkan hubungan antar

sel-sel otak, pada bayi BBLR yang mengalami hipoglikemia

dapat beresiko bayi mengalami kematian pada sel-sel syaraf

otak karena gula darah sendiri berfungsi sebagai makanan

otak. Sehingga bayi perlu segera mendapatkan ASI setelah

lahir dengan menyusuinya secara langsung untuk memenuhi

nutrisinya dan melatih reflek hisap pada bayi.


14

2.1.5 Patofisiologi

Secara umum bayi BBLR disebabkan karena kelahiran

prematur dan dismaturitas. Bayi BBLR dengan kelahiran

prematuritas mengalami imaturitas sistem organ tubuh dan anggota

tubuh yang dimiliki sehingga banyak komplikasi yang akan dialami

bayi. Bayi BBLR dengan kelahiran dismaturitas terjadi karena

adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan

yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,

infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain seperti lingkungan dan

radiasi yang menyebabkan aliran darah ke bayi melalui plasenta

terganggu sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke janin berkurang ,

sehingga dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan intra uterin

atau bayi lahir dengan berat badan rendah.

Bayi dengan BBLR dilihat dari sistem Integumen memiliki

lemak subkutan yang sedikit yang dapat mengakibatkan kekurangan

cadangan energi, permukaan badan relative luas, pada bayi BBLR

dengan prematuritas pusat pengaturan panas badan belum berfungsi

dengan baik, dan metabolismenya rendah sehingga bayi akan cepat

mengalami kehilangan panas tubuh dan penguapan berlebih lalu

dapat menyebabkan berkurangnya volume cairan tubuh dan bayi

mengalami dehidrasi, dan struktur kulitnya rapuh dan belum matang

sehingga mudah mengalami kerusakan integritas kulit.


15

Sistem pernapasan bayi BBLR dengan prematuritas

mengalami imatur jaringan paru, ekspansi paru yang buruk akibat

belum sempurnanya pembentukan surfaktan paru dan terjadi kolaps

alveoli dengan pengembangan paru terganggu, sehingga bayi akan

mengalami napas cepat, pernapasan periodik, hipoventilasi dan

sering terjdi periode apnea. Bayi BBLR dengan dismaturitas

mengalami gangguan pertukaran zat oksigen dan karbondioksida

sehingga bayi mengalami hipoksia intrauterin dan janin mengalami

gasping dalam uterus, mekonium akan dilepaskan dan bercampur

dengan cairan amnion, cairan amnion yang mengandung mekonium

akan masuk kedalam paru-paru janin karena inhalasi, pada saat lahir

bayi menderita gangguan pernapasan karena melekatnya mekonium

dalam saluran pernapasan, posisi bayi dan aspirasi mekonium dapat

menyebabkan bayi mengalami ketidakefektifan bersihan jalan

napas. Bayi baru lahir mengalami perubahan fisiologis dimana

teransisi dari sirkulasi janin atau plasenta ke respirasi independen,

hilangnya dukungan metabolisme terutama pada suplai oksigen dan

pengeluaran karbondioksida. Stres normal selama persalinan dan

kelahiran menyebabkan perubahan pola pertukaran gas plasenta,

belum terkoordinasinya refleks batuk, refleks menghisap, dan

refleks menelan dapat mengakibatkan resiko aspirasi.


16

Sistem pencernaan pada bayi adanya gangguan imaturitas

hepar, gangguan metabolisme bilirubin dan hiperbilirubinemia

karena kurangnya enzim glukorinil transferase sehingga konjugasi

bilirubin belum sempurna, serta kadar albumin darah kurang. Pada

bayi BBLR produksi enzim pencernan terganggu dengan

ketidakmampuan mencerna nutrisi, adanya imaturasi pancreas sel B,

gangguan reduksi insulin dan hipoglikemia sehingga menyebabkan

bayi BBLR mengalami gangguan malnutrisi. Pada bayi BBLR pusat

refleks medulla spinalis belum sempurna sehingga aktivitas

refleknya baru berkembang sebagian. Refleks fisiologi terganggu;

Refleks menghisap, muntah, menelan, dan batuk lemah atau tidak

ada sehingga menyusu tidak efektif hal ini dapat menyebabkan

diskontuinitas pemberian asi dan bayi mengalami gangguan

pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Sistem imunitas bayi BBLR mengalami imatur kekebalan

tubuh, dan adanya risiko tinggi infeksi. Selain itu pada bayi BBLR

dengan kelahiran prematur tanda pada sistem persyarafan lainnya

juga sedikit atau tidak ada, hal ini dapat menyebabkan bayi

mengalami risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

hal ini dapat menyebabkan kecemasan pada orang tua bayi karena

kurangnya pengetahuan orangtua mengenai perawatan bayi dengan

BBLR. Bayi sangat beresiko mengalami perdarahan intracranial

apabila terjadi trauma pada saat lahir. Dengan pembuluh darah yang
17

rentan ruptur dan hemolisis adanya perdarahan perventrikuler serta

risiko injuri pada bayi (Wong, 2009; Pantiawati, 2010; Hidayat,

2014; Kosim, 2014 dan Wilkinson, 2014). Untuk lebih memudahkan

penulis membuat bagan patoflow berikut ini :


Bagan 2.1
PATHWAY

Faktor Ibu : Komplikasi kehamilan, sakit, kehamilan Faktor Placenta: Faktor Janin : Kelainan Faktor Lingkungan : Bertempat
pada usia <20, kehamilan ganda, jarak kelahiran dekat, Hidramnion, Luas kromosom, infeksi janin, tinggal di dataran tinggi, Terkena
riwayat bblr sebelumnya, keadaan sosial ekonomi, permukaan, Infark, Radiasi, Gemeli, Aplasia radiasi, Terpapar zat beracun
merokok, konsumsi alkohol dan obat-obatan Tumor, Plasenta lepas pancreas

Faktor Gangguan pertukaran zat O2 dan CO2 ibu dan janin


Permukaan tubuh relatif lebih luas
Prematuritas Dismaturitas
Retardasi pertumbuhan intra uterin
Penguapan berlebih Bayi dengan BBLR
aspirasi mekonium Ketidakefektifan
Dehidrasi Imaturitas sistem organ Bersihan Jalan Napas
Permukaan tubuh relatif lebih
Gangguan
luas Gg. Sistem pertukaran gas
Kekurangan Gg. Sistem Gg. Sistem Gg. Sistem imunitas
volume cairan Pernapasan Persyarafan
Pencernaan
Risiko
Refleks hisap Penurunan daya tahan tubuh keterlambatan
Gg. Sistem Integumen surfaktan Kurangnya dan telan pertumbuhan dan
paru sedikit enzim lemah Imaturitas Peristaltik Risiko perkembangan
Jaringan lemak subkutan glukorinil usus Infeksi
tipis, kulit tipis transparan Kolaps transferase
Kurang
alveoli Disfungsi motilitas gastrointestinal pengetahuan
Gangguan reduksi Menyusu
Kehilangan panas tubuh i perawatan bayi
insulin tidak
Napas cepat, efektif Diskontiunitas pemberian ASI
hipoventilasi, Hiperbilirubin
ketidakseimbangan Kecemasan
apnea Hipoglikemi Orang Tua
suhu tubuh : Hipotermi
Risiko ikterus neonatus
Kerusakan
Struktur kulit rapuh
integritas Ketidakefektifan pola napas Keseimbangan nutrisi kurang
jaringan dari kebutuhan tubuh

18
Sumber : (Wong, 2009; Atikah dan Cahyo, 2010; Pantiawati, 2010; Hidayat, 2014; Kosim, 2014; Wilkinson, 2014; dan Huda dan hardhi, 2015)
19

2.1.6 Manifestasi Klinis

Menurut Atikah dan Cahyo (2010) dan Ismawati (2010),

Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :

2.1.6.1 Berat kurang dari 2500 gram

2.1.6.2 Panjang kurang dari 45 cm

2.1.6.3 Lingkar dada kurang dari 30 cm

2.1.6.4 Lingkar kepala kurang dari 33 cm

2.1.6.5 Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

2.1.6.6 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

2.1.6.7 Kepala lebih besar

2.1.6.8 Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak

kurang

2.1.6.9 Tulang rawan daun telinga belum sempurna

pertumbuhannya

2.1.6.10 Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada

gerakan aktif pada lengan dan sikunya

2.1.6.11 Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea

2.1.6.12 Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus,

tumit mengkilap, telapak kaki halus.

2.1.6.13 Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau

tidak efektif dan tangisnya lemah.

2.1.6.14 Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/

menit.
20

Sedangkan menurut Huda dan Kusuma (2015) Manifestasi

Klinis BBLR adalah sebagai berikut :

2.1.6.1 Sebelum bayi lahir

a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat

abortus, pratus prematurus, dan lahir mati.

b. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat,

gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya

sudah lanjut.

c. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai

dengan seharusnya.

d. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion

gravidarum atau perdarahan antepartum.

e. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.

2.1.6.2 Setelah bayi lahir

a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.

b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37

minggu.

c. Bayi prematur dengan pertumbuhan organ tubuh

kurang sempurna.
21

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain

(Pantiawati, 2010) :

2.1.7.1 Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang

menggambarkan refleks dan maturitas untuk menilai

reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah bayi

itu prematuritas atau maturitas.

2.1.7.2 Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang

bulan merupakan tes pada ibu yang melahirkan bayi

dengan berat badan kurang, yang lupa haid terakhirnya.

2.1.7.3 Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru

lahir dengan umur kelahiran kurang bulan dimulai pada

umur 8 jam atau didapat / diperkirakan akan terjadi

sindrom gawat nafas.

2.1.7.4 USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan

kurang.

2.1.7.5 Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat

sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir

(menurun bila ada sepsis).

2.1.7.6 Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65%

atau lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar

menunjukan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal)


22

2.1.7.7 Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah

berhubungan dengan anemia atau hemolysis berlebihan)

2.1.7.8 Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8

mg/dl 1-2 hari, 12 mg/dl 3-5 hari

2.1.7.9 Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama

setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70

mg/dl pada hari ketiga.

2.1.7.10 Pemeriksaan analisa gas darah.

2.1.8 Penatalaksanaan

Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan

lahir rendah. (Proverawati (2010); Rukiyah, yeyeh dan Yulianti,

(2010); Pantiawati (2010)), dapat dilakukan tindakan sebagai

berikut:

2.1.8.1 Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 :

a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau

b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali

pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6

minggu)
23

2.1.8.2 Keperawatan

1. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Bayi BBLR akan cepat kehilangan panas badan

dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan

panas badan belum berfungsi dengan baik,

metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif

luas. Oleh karena itu, bayi BBLR harus dirawat di

dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati

dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi

dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya

ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan

metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir

seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.

2. Pengawasan Nutrisi atau ASI

Alat pencernaan bayi BBLR masih belum

sempurna, lambung kecil, enzim pecernaan belum

matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/kg

BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/kg BB, sehingga

pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum

bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan

menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih

lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit

demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih


24

sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,

sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila

faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas

dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau

dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan

cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.

3. Pencegahan Infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi,

karena daya tahan tubuh yang masih lemah,

kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan

antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya

preventif dapat dilakukan dengan mencuci tangan

sebelum memegang bayi.

4. Penimbangan Ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi

gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya

tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan

harus dilakukan dengan ketat.

5. Observasi Bayi dengan BBLR

Semua bayi prematur menjadi ikterus karena

sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak

berkonjugasi. Ikterus dapat diperberat oleh

polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena


25

hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus

maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin

diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat

bertambah coklat.

Bayi prematur mungkin menderita penyakit

membran hialin. Pada penyakit ini tanda- tanda

gawat pernapasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus

dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator

dada abdomen harus dipaparkan untuk

mengobservasi usaha pernapasan. Hipoglikemi

mungkin timbul pada bayi berberat badan lahir

rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul

dengan pemeriksaan gula darah secara teratur.

2.1.9 Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan

BBLR menurut Atikah dan Cahyo (2010) dilihat dari gejala-gejala

umum dan tanda klinis yang biasa terjadi, antara lain :

2.1.8.1 Hipotermia

Bayi mengalami suhu tubuh dibawah normal, sianosis, kulit

dan akral dingin.


26

2.1.8.2 Sindrom Gawat Nafas

Bayi mengalami nafas cepat, sianosis perioral, merintih saat

ekspirasi, retraksi substernal dan interkosta.

2.1.8.3 Hipoglikemia

Bayi akan mengalami termor, sianosis, apatis, kejang

tangisan melemah atau melengkung, letargi, keringat

dingin, hipotermia, bahkan gagal jantung dan henti jantung.

2.1.8.4 Perdarahan inrakranial

Bayi mengalami kegagalan untuk bergerak normal, refleks

moro dan tonus otot menurun atau tidak ada, tidak dapat

menetek dengan baik, muntah yang kuat, kejang dan

kelumpuhan.

2.1.8.5 Hiperbilirunemia

Bayi mengalami sklera, ekstremitas berwarna kuning,

letargi, dan kejang.

2.1.8.6 Kerusakan integritas kulit

Lemak subkutan pada bayi sedikit, struktur dan stabilitaas


kulit belum matang.

2.2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Menurut Judith M. Wilkinson (2014 ) Asuhan keperawatan adalah

kerangka kerja untuk praktik yang dilakukan perawat dalam

mengekspresikan human caring.


27

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan yang mungkin ditemukan pada bayi

BBLR menurut Wong (2009); Atikah dan Cahyo (2010); Wagiyo

dan Putrono (2016); dan Mendri, Ni Ketut (2018).

2.2.1.1 Identitas bayi dan orang tua : nama, umur, jenis kelamin,

alamat, agama, pendidikan

2.2.1.2 Keluhan utama : Berat badan bayi saat lahir <2500 gram

2.2.1.3 Riwayat kesehatan sekarang : Bayi dengan BBLR

kemungkinan memiliki keluhan peningkatan hipoglikemia,

anemia, belum matangnya fungsi mekanis dari saluran

pencernaan, koordinasi antara refleks hisap dan menelan

belum berkembang dengan baik, paru yang belum matang,

peningkatan kerja napas, kebutuhan kalori yang meningkat,

dan potensi hipotermi.

2.2.1.4 Riwayat kesehatan ibu : Ibu yang melahirkan bayi BBLR

kemungkinan memiliki :

a. Riwayat antenatal :

Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi,

gizi buruk, merokok, ketergantungan obat, atau dengan

penyakit seperti diabetes melitus, kardiovaskuler, dan

paru. Kehamilan preterm dengan kelahiran multiple,

kelainan kongenitaal, riwayat persalinan preterm,


28

pemeriksaan kehamilan tidak kontinuitas atau tidak

teratur, kehamilan postdate atau preterm.

b. Riwayat komplikasi natal

Kala I terjadi perdarahan antepartum baik solusio

plasenta maupun plasenta previa dan Kala II persalinan

dengan tindakan bedah caesar karena pemakaian obat

penenang yang dapat menekan sistem pusat pernapasan.

c. Riwayat postnatal

Apgar skor bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit

kedua mengalami asfiksia berat, sedang dan ringan, berat

baadan lahir preterm atau BBLR

2.2.1.5 Riwayat kesehatan keluarga : tidak ada kemungkinan riwayat

kesehatan keluarga.

2.2.1.6 Skala Ballard

Skala ini digunakan untuk menentukan usia gestasi

bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik.

Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window,

arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear

maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo,

permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia.

Interpretasi hasil masing-masing hasil penilaian baik

maturitas neuromuskular maupun fisik disesuaikan dengan


29

skor di dalam tabel dan dijumlahkan hasilnya. Interpretasi

hasil dapat dilihat pada tabel skor (Wong, 2009).

Tabel 2.1
Nilai Neurologis

Tabel 2.3
Maturasi Fisik
30

2.2.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik akan muncul hasil dengan jumlah berat badan

tidak sesuai dengan bayi berat badan lahir normal. Pada bayi BBLR

kemungkinan ditemukan Berat badan < 2500 gram, Panjang < 45

cm,Lingkar dada < 30 cm, Lingkar kepala < 33 cm, dan Lingkar

lengan atas bayi < 9 cm.

Pemeriksaan fisik berdasarkan menurut sistem :

2.2.3.1 Sistem Pernapasan

Nafas belum teratur, bayi mengalami apnea, frekuensi nafas

bervariasi.

2.2.3.2 Sistem Persyarafan

Reflek menghisap dan menelan buruk, reflek batuk belum

sempurna walaupun lapar bayi tidak menangis, bayi lebih

banyak tidur dan malas. Fungsi syaraf yang belum atau tidak

efektif dan tangisannya lemah.

2.2.3.3 Sistem Integumen

Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga

dan lengan, lemak jaringan sedikit (tipis) , rambut lanugo

masih banyak, Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang,

dan telapak kaki halus

2.2.3.4 Sistem Genetalia

Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup

oleh labia mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan)


31

testis belum turun kedalam skortum, pigmentasi dan rugae

pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki). Pada bayi

perempuan labia mayora lebih menonjol, Pada bayi laki laki

testis belum turun, Genitalia belum sempurna.

2.2.3.5 Sistem Muskuloskeletal

Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari,

Tulang rawan daun telinga belum sempurna

pertumbuhannya, Tonus otot lemah sehingga bayi kurang

aktif atau pergerakannya lemah, Gerakan bayi pasif dan

tangis hanya merintih, Jaringan kelenjar mamae msih kurang

akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang.

Otot hipotonik, tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi.

2.2.3 Masalah Keperawatan yang Muncul Pada Kasus Bayi Dengan

BBLR

2.2.4.1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas

2.2.4.2 Ketidakefektifan pola napas

2.2.4.3 Gangguan pertukaran gas

2.2.4.4 Ketidakseimbangan suhu tubuh : Hipotermi

2.2.4.5 Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2.2.4.6 Diskontiunitas pemberian ASI

2.2.4.7 Disfungsi motilitas gastrointestinal


32

2.2.4.8 Kekurangan volume cairan

2.2.4.9 Kerusakan integritas jaringan

2.2.4.10 Ansietas orang tua

2.2.4.11 Risiko ikterus neonatus

2.2.4.12 Risiko Infeksi

2.2.4.13 Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

2.2.4 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

Diagnosa keperawatan adalah gambaran kondisi pasien yang

diobservasi dalam praktik, kondisi ini dapat berupa masalah-

masalah aktual atau potensial atau diagnosis sejahtera (Wilkinson

Judith M, 2014). Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus

bayi dengan BBLR menurut Wong, 2009; Atikah dan Cahyo, 2010;

Pantiawati, 2010; Wilkinson Judith M, 2014; dan Huda dan Hardhi,

2015 sebagai berikut :

2.2.5.1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

aspirasi mekonium, penurunan energi atau keletihan,

sekresi trakeobronkial

2.2.5.2 Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan

penurunan energi atau keletihan, imaturitas paru

2.2.5.3 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

suplai darah paru sekunder akibat sindrom gawat napas,


33

penurunan jaringan fungsional paru sekunder akibat

atelektasis, sindrom gawat napas, dan aspirasi mekonium

2.2.5.4 Ketidakseimbangan suhu tubuh : Hipotermi berhubungan

dengan penurunan lemak subkutan, luas permukaan tubuh

tinggi dibandingkan dengan massa tubuh, penurunan

penyimpanan lemak cokelat, dan imaturitas pengaturan

suhu

2.2.5.5 Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan refleks menghisap pada bayi yang

tidak adekuat, intoleran makanan, peningkatan laju

metabolik, penurunan penyimpanan glikogen, dan

ketidakmampuan mencerna nutrisi

2.2.5.6 Diskontiunitas pemberian ASI berhubungan dengan

Penyakit bayi, prematuritas, penyapihan bayi yang

mendadak

2.2.5.7 Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan

prematuritas, ketidakadekuatan/ imatur aktivitas peristaltik

di dalam sistem gastrointestinal

2.2.5.8 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan

penguapan tubuh berlebih, asupan cairan yang tidak

adekuat
34

2.2.5.9 Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan lemak

subkutan minimal, kerapuhan kulit, kulit kering dan

mengelupas

2.2.5.10 Ansietas orang tua berhubungan dengan kurangnya

informasi perawatan bayi BBLR

2.2.5.11 Risiko ikterus neonatus berhubungan dengan bilirubin tidak

terkonjugasi dalam sirkulasi

2.2.5.12 Risiko Infeksi berhubungan dengan imaturitas kekebalan

tubuh, pertahanan imunologis tidak adekuat, pajanan

terhadap patogen selama kelahiran melalui jalan lahir

2.2.5.13 Risiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

berhubungan dengan prematuritas, gaya hidup tidak sehat

ibu selama masa kehamilan, penyakit bayi

Anda mungkin juga menyukai