Anda di halaman 1dari 16

PRESENTASI KASUS

DEMAM DENGUE

Disusun guna Melengkapi Persyaratan Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Tjitrowardojo Purworejo

Diajukan Kepada:
dr. Sri Wijayanti, Sp. A

Disusun Oleh:
Amelia Nur Rachmalina
20174011174

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disusun presentasi kasus dengan judul:

DEMAM DENGUE

Disusun oleh:
Amelia Nur Rachmalina
20174011174

Telah disetujui Oleh Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Pada Tanggal: April 2019

dr. Sri Wijayanti, Sp. A


ANAMNESIS

1. Identitas Pasien
Nama : An. KPA
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 5 tahun 4 bulan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Perum Pagak Indah RT02/01 Banyuurip
Sumber Anamnesis
 Auto dan Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 12 Maret 2019

2. Keluhan Utama
Demam sejak 3 hari SMRS (sejak hari Sabtu sore pukul 16.00 WIB.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS, demam muncul mendadak dan
dirasakan terus menerus tidak disertai menggigil dan mengigau maupun kejang. Pasien juga
mengeluhkan pusing (+) mual (+) namun tidak muntah dan nyeri perut serta nyeri daerah
sendi-sendi. Pasien menyangkal adanya mimisan, gusi berdarah, batuk, pilek, nyeri tenggrokan
dan sesak nafas. BAB lancar tidak encer dan BAK tidak ada keluhan. Pasien tidak ada riwayat
bepergian ke daerah endemik malaria sebelumnya. Pasien belum dibawa berobat oleh
orangtuanya sebelumnya dan langsung dibawa ke RSUD. Di lingkungan tempat tinggal pasien
ada sekitar 2 orang yang dirawat di rumah sakit dikarenakan demam dengue.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami demam sebelumnya. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat
alergi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Adik dari ibu pasien yang tinggal berdekatan dirawat di RSUD dikarenakan demam berdarah
dengue.

Genogram

Keterangan:
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal satu rumah

6. Riwayat Personal Sosial


- Personal Sosial
Pasien mengatakan bahwa ia senang membeli jajan di lingkungan rumah maupun sekolah.
Pasien mengaku sering bermain di lingkungan rumah bersama teman-teman sebayanya.
Waktu yang digunakan untuk aktivitas di dalam dan di luar rumah seimbang. Pasien
mengaku tidak pernah bermain air di sungai atau kubangan air di lingkungan sekitar.
- Sosial Ekonomi
Ayah dan ibu pasien bekerja sebagai pegawai.
Kesan: kondisi sosial ekonomi baik
- Lingkungan dan Perumahan
Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya dalam satu rumah pribadi.
Keadaan lingkungan dan rumah: keadaan di lingkungan rumah pasien cukup bersih namun
terdapat beberapa tempat kubangan air yaitu di beberapa selokan yang airnya tidak bisa
mengalir. Lingkungan rumah pasien bukan merupakan daerah banjir dan tidak pernah
kebanjiran. Keadaan di rumah pasien cukup bersih. Terdapat 2 kamar mandi di dalam
rumah dan masih menggunakan bak mandi, tidak ada ikan di dalam bak mandi tersebut.
Sumber air bersih di rumah menggunakan sumur. Jarak antara septic tank dengan sumur
kira-kira 10 meter.
Kesan: ada risiko pertumbuhan jentik nyamuk

7. Riwayat Persalinan dan Kehamilan


Pasien merupakan anak perempuan ke dua yang lahir dari seorang ibu G1P0A0 dengan usia
kehamilan 40minggu, lahir secara spontan dan ditolong oleh bidan. Air ketuban saat lahir
jernih dan tidak ada riwayat ketuban pecah dini. Pada saat lahir bayi langsung menangis, kulit
kemerahan dengan berat lahir 3100 gram dan panjang badan 47cm. Ibu pasien rutin
memeriksakan kehamilan dan tidak ada keluhan yang berarti seperti tensi yang tinggi, bengkak
pada kaki maupun sesak nafas pada saat kehamilan serta tidak mengkonsumsi obat-obatan
tertentu. Pasca lahir tidak ada keluhan pada pasien.
Kesan: Riwayat kehamilan dan persalinan baik

8. Riwayat Nutrisi Anak


- Ibu pasien memberikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan dan lanjut hingga usia 2 tahun
disertai makanan pendamping ASI seperti bubur bayi instan. Pada usia sekitar 11 bulan
diberikan nasi tim dan sayur.
- Pasien mulai diberikan makanan padat pada usia kira-kira 1 tahun dimulai dengan nasi
lembut dengan lauk ikan, tempe, tahu dan telur.
Kesan: Anak mendapatkan ASI eksklusif dilanjutkan hingga usia 2 tahun dengan MPASI
dengan kualitas makanan yang baik.

9. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


- Pertumbuhan
Ibu mengatakan bahwa anak mengalami pertumbuhan berat dan tinggi badan yang
meningkat hingga saat ini
- Perkembangan
Motorik:
Gerakan reflex senyum: ibu lupa
Mengangkat kepala: ibu lupa
Berguling sepenuhnya: usia 6 bulan
Duduk tanpa dibantu: usia 8 bulan
Merangkak: 9 bulan
Berdiri dengan bantuan: usia 10 bulan
Berdiri tanpa bantuan: usia 11 bulan
Jalan tanpa bantuan: usia 13 bulan
Bahasa:
Pengucapan suku kata seperti ma-ma, na-na : usia 6 bulan
Pengucapan kata seperti mama, maem, papa, mimik dll : usia 12 bulan
Pengucapan dua kata misal mamah gendong : pada usia 18 bulan
Kesan: pertumbuhan dan perkembangan baik

10.Riwayat Imunisasi
- Imunisasi BCG : 1x pada usia 1 bulan
- Imunisasi Hepatitis B : 3x pada usia 0, 1, 6 bulan
- Polio : 4x pada usia 2, 4, 6 bulan, 2 tahun
- DPT : 4x pada usia 2, 4, 6 bulan, 2 tahun
- Campak : 1x pada usia 9 bulan
Kesan: imunisasi dasar lengkap sesuai dengan jadwal imunisasi
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum
Kualitatif : Compos Mentis, lemas
Kuantitatif : GCS 15 (E4V5M6)
 Berat Badan : 29kg
Panjang Badan : 120cm
 Nilai IMT/U
IMT = 29/1,2x1,2 = 20,13  Gemuk (>1 sampai dengan 2SD)

Vital Sign
Nadi 112x/menit
Suhu 39,5oC
Pernafasan 22x/menit
Status Umum
Leher I : tidak ada jejas
P : tidak didapatkan pembesaran
limfonodi
Thorax I : tidak ada jejas,
Simetris +, KG –, retraksi -/-
Ictus cordis tidak terlihat
P : NT-, krepitasi –
P : sonor +/+
A : vesikuler +/+
Abdomen I : distensi –
A : peristaltik +
P : NT -, defans muscular -,
hepatomegaly-, splenomegaly -
P : timpani +
Kepala Mata :
Tidak cekung
Air mata +/+
Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
RCL +/+
Telinga :
Cone of light +
Lesi – perdarahan –
Hidung :
Lesi – perdarahan –
Mulut dan bibir :
Kering (-) lesi – perdarahan –
Kulit Sianosis -, ikterik -
Cubitan kulit kembali <2detik
Akral dingin (+/+)
Uji rumple leed(-)

Resume:
Pasien An. KPA usia 5 tahun 4 bulan dengan keluhan:
- Demam sejak 3 hari SMRS
- Pusing (+)
- Mual (+)
- Nyeri perut ringan (+)
- Pegal-pegal daerah sendi
- KU: Sadar penuh namun tampak lemas
- Vital Sign: HR: 110x/ menit RR: 22x/menit T: 39,5oC
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
- Akral dingin
DIAGNOSIS BANDING
 Demam Dengue
 Demam Tifoid
 Malaria

RENCANA PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan darah rutin otomatis
2. Imunoserologi (IgM IgG terhadap virus dengue)

HASIL PEMERIKSAAN
Pemeriksaan DRO
Hemoglobin: 11,6 MCV: 76 Monosit: 3,50
Leukosit: 2,3 (L) MCH: 25 Eosinofil: 0,00 (L)
Hematokrit: 35 MCHC: 33 Basofil: 0,40
Eritrosit: 4,7 Netrofil: 23,30 (L)
Trombosit: 148 (L) Limfosit: 72,80 (H)

DIAGNOSIS:

Demam Dengue

TERAPI
1. Tirah baring selama anak demam
2. Memberikan anak banyak minum seperti larutan oralit, jus buah, air sirup, susu dsb untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma dan demam.
Memberikan infus Ringer Laktat sesuai kebutuhan cairan.
Berat badan pasien 29Kg. Kebutuhan cairan:
10KgBB pertama : 100cc/KgBB/hari
10KgBB kedua : 50cc/KgBB/hari
Selebihnya : 20cc/KgBB/hari
Kebutuhan cairan:
10 x 100cc = 1000cc
10 x 50cc = 500cc
9 x 20cc = 180cc
Jumlah = 1680cc
Konversi ke dalam tetesan makro
Jumlah tetesan per menit = Jumlah kebutuhan cairan x Faktor tetes
Waktu (jam) x 60 Menit
(1680x15) / (24x60) = 25200/1440= 17,5tpm  18tpm
3. Paracetamol
Dosis: 10-15mg/KgBB (270-435mg)
3x3/4 tablet
4. Monitor:
Tanda vital
Tanda perdarahan
Tanda syok

PROGNOSIS
Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teori
Demam dengue/DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia,
ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik (Sudoyo, 2010). Penyakit DBD
mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak
pasien yang meninggal akibat penanganan yang terlambat. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit) atau penumpukan
cairan di rongga tubuh. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemoragic fever
(DHF), dengue fever (DF), demam dengue, dan dengue shock sindrom(DDS)(Widoyono,
2008). Penyakit DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus (arthro podborn virus)
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty).

2. Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk
dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter
30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat moleku l 4 x 106. Terdapat 4
serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang semuanya dapat
menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue keempat serotype ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara
serotype dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encephalitis dan West
Nile virus (Suhendro, Nainggo lan, Chen). Vector utama penyakit DBD adalah nyamuk aedes
aegypti (didaerah perkotaan) dan aedes albopictus (didaerah pedesaan) (Widoyono, 2008). Sifat
nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang, telurnya dapat bertahan berbulan-
bulan pada suhu 20-42oC. Bila kelembaban terlalu rendah telur ini akan menetas dalam waktu 4
hari, kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa ini memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk dewasa
yang sudah menghisap darah 3 hari dapat bertelur 100 butir (Murwani, 2011)

3. Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Karibia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden
DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah
meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998,
sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama A.
aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi
lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi
air jernih (bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya). Beberapa faktor
diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu:
- Vektor : perkembang biakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan,
transportasi vektor dilingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain
- Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap
nyamuk, usia dan jenis kelamin
- Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk (WHO, 2000)

4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada Demam Dengue
- Demam tinggi mendadak
- Ditambah gejala penyerta 2 atau lebih:
Nyeri kepala
Nyeri retro orbita
Nyeri otot dan tulang
Ruam kulit
Meski jarang dapat disertai manifestasi perdarahan
Leukopenia
Uji HI >1280 atau IgM/IgG positif
- Tidak ditemukan tanda kebocoran plasma (hemokonsentrasi, efusi pleura, asites,
hipoproteinemia).
Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan manifestasi perdarahan baik yang timbul
secara spontan maupun setelah uji torniquet.
- Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas berlangsung terus menerus selama 2-7
hari.
- Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
Uji tourniquet positif
Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epitaksis, perdarahan gusi,
hematemesis, melena.
- Hepatomegali
- Syok ditandai dengan nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, tekanan nadi menurun
(<20mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, tangan dan kaki dingin, kulit lembab, CRT
memanjang (>2detik) dan anak tampak gelisah

5. Klasifikasi
Pembagian derajat DBD menurut (Soegijanto, 2006):
a. Derajat I : Demam dengan uji tourniquet positif
b. Derajat II : Demam dengan perdarahan spontan pada umumnya diikuti perdarahan
lain
c. Derajat III : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali
dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang
cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg)/ hipotensi disertai
ekstremitas dingin dan agak gelisah
d. Derajat IV : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali
dan ditemukan gejala-gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan
tekanan darah tak terukur)

6. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut
akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan
(pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya peningkatan suhu. Selain itu
viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang menyebabkan
hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai
reaksi dari antibodi melawan virus. Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya
perdarahan baik pada kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini
mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis
secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan
menimbulkan syok. Masa inkubasi virus dengue 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk
ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah
viremia yang mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan
hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali). Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibody dalam sirkulasi dan akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5
akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh
darah yang mengakibtkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Perembesan
plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi
(peningatan hematokrit>20%) menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran
(perembesan) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan
cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan pericardium
yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan
timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik.

7. Komplikasi
a. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan
dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok.
Gangguan metabolic seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi
penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka
kemungkinan dapat juga disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah otak, sementara
sebagai akibat dari koagulasi intravascular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus
dengue dapat menembus sawar darah otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati
berhubungan dengan kegagalan hati akut.
b. Kelainan Ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok
yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun
jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan
volume intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi dengan
baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk
mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat
badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan
telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali
dijumpai akut tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan kadar
ureum dan kreatinin.
c. Edema Paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian cairan
yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan
yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan
plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat
penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit), pasien akan
mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang
dengan gambaran udem paru pada foto rontgen dada.

8. Pemeriksaan Diagnostic
- Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%, normal: pria 40-50%; wanita
35-47%
- Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan systole dan
diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-anak. Positif ada butir-
butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi.c.Tes Serologi (darah filter) : ini
diambil sebanyak 3 kali dengan memakai kertas saring (filter paper) yang pertama diambil
pada waktu pasien masuk rumah sakit, kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga
diambil 1-3 mg setelah pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan pada suhu kamar
sampai menunggu saat pengiriman.
- Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau jaringan-jaringan untuk
penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk penderita yang meninggal melalui
autopay. Hal ini jarang dikerjakan

9. Penatalaksanaan
Sebagian anak dapat dirawat di rumah dengan memberikan nasihat perawatan pada orang tua
anak. Berikan anak banyak minum dengan air hangat atau larutan oralit untuk mengganti cairan
yang hilang akibat demam dan muntah. Berikan paracetamol untuk demam. Jangan berikan
asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang perdarahan. Anak harus
dibawa ke rumah sakit apabila demam tinggi, kejang, tidak bisa minum dan muntah terus
menerus.
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Dengue, dengue haemorrhagic fever and Dengue shock syndrome

in the context of the integrated management of childhood illness. Geneva 2005.

2. Sri Rezeki S. Hadinegoro. Seminar sehari pengelolaan infeksi virus dengue. Jakarta, 1997.

3. Halstead SB. Global epidemiology of dengue: health systems in disarray. Trop Med

1993;35:137-46.

4. Sumarmo. Penatalaksanaan demam berdarah dengue. Medika 1989;2:161-70.

5. Suharyono. Masalah penyakit demam berdarah dengue pada Pelita VI. Cermin Dunia Kedok

1994; 92:11-3.

6. Saleha S, Ismid. Bionomik Aedes aegypti, vektor utama demam berdarah dengue. Medika

1994;7:64-8.

7. Chairulfatah A, Setiabudi D, Ridad A. Clinical manifestation of dengue haemorrhagic fever in

children in Bandung Indonesia. Ann Soc Belg Med Trop 1995; 30:293-303.

8. Gonzales D, Osvaldo E, Peres J, Eric Martines, Suzan V, Castro G dkk. Classical dengue

haemorrhagic fever resulting from two dengue infections spaced 20 years of more apart:

Havana, dengue 3 epidemic 2001-2002. Int J Infect Dis 2005;9:280-5.

9. Aryanti. Manfaat tes dengue stick IgM dan IgG pada demam berdarah dengue. Dalam Makalah

lengkap seminar: Penatalaksanaan demam berdarah dengue. Trop Dis Centre Unair, Surabaya

2001:62-8.

Anda mungkin juga menyukai