Anda di halaman 1dari 16

PRESENTASI KASUS

BRONCHITIS AKUT

Disusun guna Melengkapi Persyaratan Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Tjitrowardojo Purworejo

Diajukan Kepada:
dr. Sri Wijayanti, Sp. A

Disusun Oleh:
Amelia Nur Rachmalina
20174011174

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disusun presentasi kasus dengan judul:

BRONCHITIS AKUT

Disusun oleh:
Amelia Nur Rachmalina
20174011174

Telah disetujui Oleh Pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Pada Tanggal: April 2019

dr. Sri Wijayanti, Sp. A


ANAMNESIS

1. Identitas Pasien
Nama : By. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 10 bulan 18 hari
Alamat : Kemanukan RT02 RW02 Bagelen Purworejo
Sumber Anamnesis
 Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 18 April 2019

2. Keluhan Utama
Demam sejak 6 hari SMRS

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan demam sejak 6 hari SMRS, demam muncul
mendadak dan terus menerus tidak disertai menggigil dan mengigau maupun kejang. Ibu
mengatakan bahwa bayi batuk (+) pilek (+) bersamaan dengan saat timbulnya demam,
kemauan untuk makan dan minum ASI menurun. Ibu juga mengatakan bahwa bayi muntah saat
batuk, BAB seperti saat bayi sehat yaitu sekitar 3x sehari tidak cair, BAK sekitar 4x sehari. Ibu
mengatakan tidak ada riwayat tersedak sebelumnya. Pasien tidak ada riwayat dibawa bepergian
ke daerah endemik malaria sebelumnya. Pasien sudah dibawa berobat oleh orangtuanya ke
dokter dan diberikan ambroxol sirup dan paracetamol sirup namun keluhan belum membaik
lalu orang tua membawa pasien ke RSUD.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Ibu mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami demam, batuk dan pilek sebelumnya.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga pasien tidak ada yang mengalami demam, batuk maupun pilek. Keluarga pasien tidak
ada yang menderita asma, alergi maupun penyakit atopik, TB, HT dan DM. Pengasuh yang
mengasuh pasien tidak sedang demam, batuk maupun pilek dan tidak memiliki riwayat batuk
lama.

Genogram

Keterangan:
: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal satu rumah

6. Riwayat Personal Sosial


- Personal Sosial
Ibu mengatakan bahwa kadang-kadang bayi sudah bisa merespon panggilan namanya
dengan pandangan, bayi juga sering memperlihatkan ekspresi kesenangan seperti
tersenyum apabila ditimang.
- Sosial Ekonomi
Ayah dan ibu pasien bekerja sebagai pegawai di perusahaan swasta.
Kesan: kondisi sosial ekonomi baik
- Lingkungan dan Perumahan
Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya dalam satu rumah pribadi.
Keadaan lingkungan dan rumah: keadaan di lingkungan rumah pasien cukup bersih, tidak
ada genangan air di selokan maupun botol atau kaleng bekas yang berisi air. Lingkungan
rumah pasien bukan merupakan daerah banjir dan tidak pernah kebanjiran. Keadaan di
rumah pasien cukup bersih, sinar matahari dapat masuk ke rumah karena ventilasi baik,
tidak ada yang merokok. Terdapat 2 kamar mandi di dalam rumah dan sudah tidak
menggunakan bak mandi melainkan ember yang diisi air hanya pada saat digunakan.
Sumber air bersih di rumah menggunakan sumur. Jarak antara septic tank dengan sumur
kira-kira 10 meter.
Kesan: keadaan lingkungan dan rumah pasien bersih tidak ada risiko pertumbuhan jentik
nyamuk

7. Riwayat Persalinan dan Kehamilan


Pasien merupakan anak perempuan pertama yang lahir dari seorang ibu G1P0A0 dengan usia
kehamilan 40 minggu, lahir secara spontan dan ditolong oleh bidan. Air ketuban saat lahir
jernih dan tidak ada riwayat ketuban pecah dini. Pada saat lahir bayi langsung menangis, kulit
kemerahan dengan berat lahir 3800 gram dan panjang badan 50cm. Ibu pasien rutin
memeriksakan kehamilan dan tidak ada keluhan yang berarti seperti tensi yang tinggi, bengkak
pada kaki maupun sesak nafas pada saat kehamilan serta tidak mengkonsumsi obat-obatan
tertentu. Pasca lahir tidak ada keluhan pada pasien.
Kesan: Riwayat kehamilan dan persalinan baik

8. Riwayat Nutrisi Anak


- Ibu pasien memberikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan dan lanjut hingga saat ini yaitu
usia 10 bulan disertai makanan pendamping ASI seperti bubur bayi instan dan buah pisang
yang dihaluskan dengan frekwensi pemberian 3-4x sehari.
- Pasien belum diberikan makanan padat.
Kesan: Anak mendapatkan ASI eksklusif dilanjutkan hingga saat ini disertai MPASI
dengan kualitas makanan yang baik.

9. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


- Pertumbuhan
Ibu mengatakan bahwa anak mengalami pertumbuhan berat dan tinggi badan yang
meningkat hingga saat ini
- Perkembangan
Motorik:
Gerakan reflex senyum: ibu lupa
Mengangkat kepala: ibu lupa
Berguling sepenuhnya: usia 6 bulan
Duduk tanpa dibantu: usia 8 bulan
Merangkak: 9 bulan
Berdiri dengan bantuan: usia 10 bulan
Bahasa:
Pengucapan suku kata seperti ma-ma, na-na : usia 6 bulan
Kesan: pertumbuhan dan perkembangan baik

10.Riwayat Imunisasi
- Imunisasi BCG : 1x pada usia 1 bulan
- Imunisasi Hepatitis B : 3x pada usia 0, 1, 6 bulan
- Polio : 3x pada usia 2, 4, 6 bulan
- DPT : 3x pada usia 2, 4, 6 bulan
- Campak : 1x pada usia 10 bulan
Kesan: imunisasi dasar lengkap sesuai dengan jadwal imunisasi

PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Sadar penuh, rewel
 Berat Badan : 8,5kg
Panjang Badan : 69cm
 Status Gizi menurut Z Score
BB/U : Median  Gizi baik
TB/U : -1SD  Gizi baik
BB/TB : Median sd 1SD  Gizi baik
IMT/U : 17,85  Median sd 1SD  Gizi baik

Vital Sign
Nadi 144x/menit
Suhu 39,6oC
Pernafasan 58x/menit
Status Umum
Leher I : tidak ada jejas
P : tidak didapatkan pembesaran
limfonodi
Thorax I : tidak ada jejas,
Simetris +/+, KG -/-, retraksi -/-
Ictus cordis tidak terlihat
P : Nyeri tekan-, krepitasi -
P : sonor +/+
A : Ronkhi basah kasar +/+
Abdomen I : distensi –
A : peristaltik +
P : Nyeri tekan -, defans muscular
-, hepatomegaly-, splenomegaly -
P : timpani +
Kepala Mata :
Tidak cekung
Air mata +/+
Konjungtiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
RCL +/+
Telinga :
Cone of light +
Lesi - perdarahan -
Hidung :
Nafas cuping hidung -
Rinorrhea + minimal dengan
discharge jernih
Lesi - perdarahan -
Mulut dan bibir :
Kering - lesi - perdarahan -
Faring hiperremis -
Uvula hiperremis -
Tonsil hiperremis - discharge -
Kulit Sianosis -, ikterik -
Cubitan kulit kembali <2detik
Akral hangat (+/+)

Resume:
Pasien By. A usia 10 bulan 18 hari dengan keluhan:
- Demam sejak 6 hari SMRS, menggigil (-)
- Batuk (+)
- Pilek (+)
- Muntah pasca batuk (+)
- Sesak nafas (-)
- Nafas mengi (-)
- Nyeri dada (tidak dapat dinilai)
- KU: Sadar penuh namun tampak rewel
- Vital Sign: HR: 100x/ menit RR: 40x/menit T: 39,6oC
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
- Ronkhi basah kasar (+/+)
- Nafas cuping hidung (-)
- Retraksi dinding dada (-) merintih (-)
- Krepitasi (-)
- Sputum (-)
- Rhinorrhea (+) minimal discharge jernih
- Sianosis (-)

DIAGNOSIS BANDING
 Bronchitis akut
 Pneumonia
 Bronchopneumoni

RENCANA PEMERIKSAAN
1. Saturasi oksigen
2. Pemeriksaan darah rutin otomatis
3. Rontgen thorax
4. Kultur dahak
5. Tes C-reactive protein

HASIL PEMERIKSAAN
Pemeriksaan DRO
Hemoglobin: 11,9 MCV: 76 Monosit: 6,00
Leukosit: 11,7 MCH: 25 Eosinofil: 0,20 (L)
Hematokrit: 35 MCHC: 35 (H) Basofil: 0,30
Eritrosit: 4,7 Netrofil: 40,40 (L)
Trombosit: 237 Limfosit: 53,10 (H)

DIAGNOSIS:

Bronchitis Akut
TERAPI
1. Medikamentosa
Puyer 3x1
- Ekspektorant : Ambroxol (dosis 0,5mg/KgBB/x)
1/6 tablet 30mg
- Bronkodilator : Salbutamol (dosis 0,1mg/KgBB/hari)
0,3mg
- Nasal dekongestan + antihistamin: Trifed®
1/5 tablet
Pseudoephedrine 60mg (dosis 1-1,5mg/KgBB/x)
Triprolidine HCl 2,5mg

2. Memberikan infus D5 ½ S sesuai kebutuhan cairan.


Berat badan pasien 8,5 Kg. Kebutuhan cairan bayi:
100ml/KgBB/hari
Kebutuhan cairan:
8,5x100 = 850ml/hari
Konversi ke dalam tetesan makro
Jumlah tetesan per menit = Jumlah kebutuhan cairan x Faktor tetes
Waktu (jam) x 60 Menit
(850x15) / (24x60) = 12750/1440= 8,85 tpm  9tpm

3. Paracetamol
Dosis: 10-15mg/KgBB
(85-127,5mg)
Paracetamol syrup (120mg/5ml)  3x1 cth

PROGNOSIS
Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teori
Bronkitis akut adalah proses inflamasi selintas yang mengenai trakea, bronkus utama dan
menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, serta biasanya akan membaik tanpa terapi dalam
2 minggu. Walaupun diagnosis bronkitis akut seringkali dibuat, pada anak keadaan ini agaknya
bukan merupakan suatu penyakit tersendiri, tapi berhubungan dengan keadaan lain seperti asma
dan fibrosis kistik. Bronkitis akut umumnya disebabkan oleh virus. Bronkitis akut karena
bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumoniae, Bordetella pertussis, atau
Corynebacterium diphtheriae. Bronkitis pada anak mungkin tidak dijumpai sebagai wujud
klinis tersendiri dan merupakan akibat dari beberapa keadaan pada saluran respiratori atas dan
bawah yang lain. Manifestasi klinis biasanya terjadi secara akut mengikuti suatu infeksi
respiratori atas karena virus, atau secara kronis mendasari penyakit asma, fibrosis kistik,
aspirasi benda asing, defisiensi imun, immotile cilia syndrome, serta penyakit lainnya.

2. Etiologi
- Bronchitis Akut
Penyebab bronkitis akut yang paling sering adalah virus seperti rhinovirus, respiratory
sincytial virus (RSV), virus influenza, virus pada influenza, dan coxsakie virus.
- Bronchitis Kronis
Penyebab-penyebab bronkitis kronis misalnya asma atau infeksi kronik saluran nafas dan
sebagainya. Faktor-faktor predisposisi dari bronkitis adalah alergi, perubahan cuaca,
populasi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik.

3. Patologi
Kelainan utama pada bronkus adalah hipertensi kelenjar mukus dan menyebabkan penyempitan
pada saluran bronkus, yang mengakibatkan diameter bronkus menebal lebih dari 30-40% dari
tebalnya didinding bronkus normal, dan akan terjadi sekresi mukus yang berlebihan dan kental.
Sekresi mukus menutupi cilia, karena lapisan dahak menutupi cilia, sehingga cilia tidak mampu
lagi mendorong dahak keatas, satu-satunya cara mengeluarkan dahak dari bronki adalah
dengan batuk. Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan
peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltasi sel-sel radang dan edema pada mukosa sel
bronkus. Pembentukan mukosa yang terus menerus mengakibatkan melemahnya aktifitas silia
dan faktor fagositosis dan melemahkan mekanisme pertahananya sendiri. Pada penyempitan
bronkial lebih lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam saluran napas.

4. Patofisiologi
Bronkitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas bagian atas oleh virus dan infeksi
bakteri sekunder oleh S. Pneumonia atau hemophilus influenza. Adanya bahan-bahan pencemar
udara juga memperburuk keadaan penyakit begitu juga dengan menghisap rokok. Anak
menampilkan batuk-batuk yang sering, kering tidak produktif dan dimulai berkembang
berangsur-angsur mulai hari 3 – 4 setelah terjadinya rinitis. Penderita diganggu oleh suara-
suara meniup selama bernafas (ronki) rasa sakit pada dada dan kadang-kadang terdapat nafas
pendek. Batuk-batuk proksimal dan penyumbatan oleh sekreasi kadang-kadang berkaitan
dengan terjadinya muntah-muntah. Dalam beberapa hari, batuk tersebut akan produktif dan
dahak akan dikeluarkan penderita dari jernih dan bernanah. Dalam 5 – 10 hari lendir lebih
encer dan berangsur-angsur menghilang. Temuan-temuan fisik berbeda-beda sesuai dengan
usia penderita serta tingkat penyakit. Pada mulanya anak tidak demam atau demam dengan
suhu rendah serta terdapat tanda-tanda nasofaringtis. Infeksi konjungtiva dan rinitis. Kemudian
auskultasi akan mengungkapkan adanya suara pernafasan bernada tinggi, menyerupai bunyi-
bunyi pernafasan pada penyakit asma. Pada anak-anak dengan malnutrisi atau keadaan
kesehatan yang buruk, maka otitis, sinusitis dan penumonia merupakan temuan yang sering
dijumpai.

5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari bronkitis biasanya dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran nafas akut atas
yang disebabkan oleh virus, batuk mula-mula kering setelah 2 atau 3 hari batuk mulai berdahak
dan menimbulkan suara lendir. Pada anak, dahak yang mukoid (kental) sudah ditemukan
karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan kental tetapi tidak selalu berarti
terjadi infeksi sekunder. Anak yang lebih besar sering mengeluh rasa sakit retrosternal dan
pada anak kecil dapat terjadi sesak nafas. Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan
pada pemeriksaan dada tetapi kemunduran dapat timbul ronki basah kasar dan suara nafas
kasar. Batuk biasanya akan menghilang setelah 2 – 3 minggu. Bila setelah 2 minggu batuk
masih tetap ada kemungkinan terjadi kolaps dan sgmental atau terjadi infeksi paru sekunder.
Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan penyakit. Gejala
kelelaha, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit kepala dapat menyertai
gejala utama. Demam dapat mengindikasikan infeksi paru-paru sekunder virus atau bakteri.

6. Klasifikasi
a. Bronchitis Akut
Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan napas
yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari
hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat
mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.

b. Bronchitis Kronis
Bronkitis kronik merupakan penyakit saluran napas yang sering didapat di masyarakat.
Penyakit ini menjadi masalah kesehatan oleh karena sifatnya yang kronik, persisten dan
progresif. Infeksi saluran napas merupakan masalah klinis yang sering dijumpai pada
penderita bronkitis kronik yang dapat memperberat penyakitnya. Eksaserbasi infeksi
akut akan bronkitis kronik yang dapat memperberat penyakitnya. Eksaserbasi infeksi
akut akan mempercepat kerusakan yang telah terjadi, disamping itu kuman yang
menyebabkan eksaserbasi juga berpengaruh terhadap morbiditas penyakit ini. Penyakit
ini berlangsung lebih lama dibandingkan bronkitis akut, yaitu berlangsung selama 1
tahun dengan frekuensi batu produktif 3 bulan selama 2 tahun berturut-turut.

7. Pemeriksaan Diagnostic
a. Anamnesis
Diagnosis dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien mempunyai gejala
batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa adanya bukti pasien
menderita pneumonia, common cold, asma akut dan eksaserbasi akut. Pada
pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan adanya
demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis. Sejalan
dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi dapat terdengar ronki,
wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan
tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah. Dalam suatu penelitian terdapat
metode untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia pada pasien dengan batuk
disertai dengan produksi sputum yang dicurigai menderita bronkitis, yang antara lain
bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:
- Denyut jantung > 100 kali per menit
- Frekuensi napas > 24 kali per menit
- Suhu badan > 38oC
- Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan suara
nafas
b. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat dan kemungkinan ada nasofaringitis.
- Keadaan paru : ronki basah kasar yang tidak tetap (dapat hilang atau pindah setelah
batuk, wheezing dan krepitasi)
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan
untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri, sputumnya
akan seperti nanah. Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan dengan tes C-reactive
protein, kultur pernapasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum aglutinin untuk
membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus. Jumlah
leukositnya berada > 17.500 dan pemeriksaan lainnya dilakukan dengan cara tes fungsi
paru-paru dan gas darah arteri.
8. Penatalaksanaan
- Antipiretik untuk menurunkan demam
- Mukolitik dan Ekspektoran
Bronkitis dapat menyebabkan produksi mukus berlebih. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan penebalan mukus. Perubahan dan banyaknya mukus sukar dikeluarkan secara
alamiah, sehingga diperlukan obat yang dapat memudahkan pengeluaran mukus. Mukus
mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan cairan/eksudat infeksi. Mukolitik
bekerja dengan cara memecah glikoprotein menjadi molekul-molekul yang lebih kecil
sehingga menjadi encer. Mukus yang encer akan mendesak dikeluarkan pada saat batuk,
contoh mukolitik adalah asetilsistein.
Ekspektoran bekerja dengan cara mengencerkan mukus dalam bronkus sehingga mudah
dikeluarkan, salah satu contoh ekspektoran adalah guaifenesin. Guaifenesin bekerja
dengan cara mengurangi viskositas dan adhesivitas sputum sehingga meningkatkan
efektivitas mukociliar dalam mengeluarkan sputum dari saluran pernapasan.
- Antibiotik
Penisilin
Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada protein
pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada bakteri,
penghambat sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari peptidoglikan,
dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel, yang menghasilkan kerusakan
sehingga akibatnya bakteri mati. Antibiotik golongan penisilin yang biasa digunakan
adalah amoksisilin.
Quinolon
Golongan quinolon merupakan antimikrobial oral memberikan pengaruh yang dramatis
dalam terapi infeksi. Dari prototipe awal yaitu asam nalidiksat berkembang menjadi asam
pipemidat, asam oksolinat, cinoksacin, norfloksacin. Generasi awal mempunyai peran
dalam terapi gram-negatif infeksi saluran kencing. Generasi berikutnya yaitu generasi
kedua terdiri dari pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin, lemofloksasin,
fleroksasin dengan spektrum aktifitas yang lebih luas untuk terapi infeksi community-
acquired maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin
tersedia sebagai preparatparenteral yang memungkinkan penggunaanya secara luas baik
tunggal maupun kombinasi dengan agen lain.

9. Komplikasi
Komplikasi dari bronkitis tidak terlalu besar, yaitu antara lain:
- Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
- Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat
terjadi Othitis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
- Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
- Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau Bronkietaksis.

10. Prognosis
- Quo ad vitam
Pada kasus bronchitis yang berat dan tidak diobati prognosisnya jelek, survivalnya tidak
akan lebih dari 5-10 tahun. Kematian pasien karena pneumonia, empisema, gagal jantung
kanan, haemaptoe dan lainnya.
- Quo ad sanam
Pada pasien bronkhitis tergantung pada berat ringannya serta luasnya penyakit waktu
pasien berobat pertama kali. Bila tidak ada komplikasi, prognosis brokhitis akut pada anak
umumnya baik.
- Quo ad fungsionam
Pada kasus bronkhitis ini, prognosis quo ad fungsionamnya baik, dapat pulih seperti
sebelumnya.
- Quo ad cosmeticam
Pada kasus bronkhitis ini, prognosis quo ad cosmeticannya baik
DAFTAR PUSTAKA

1. Jamal, S., 2004. Deskripsi Penyakit Sistem Sirkulasi : Penyebab Kematian Utama di

Indonesia.Cermin Dunia Kedokteran no.143. Jakarta

2. Depkes RI., 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2006. DEPKES RI, Jakarta.

3. Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia, hal. 330-332. PT.Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

4. Caroline, R., 2010. Rahmadani, R.Q., Marlina, R., 2011. Bronkitis pada Anak. Akademi

Kebidanan Padang Sidempuan, Sumatera Utara

5. Harrison, 2003. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, edisi 13, volume ketiga, EGC, Jakarta

6. Schiffman, George, 2004. Pulmo diseases and disorder respiratory, edisi 4, volume kedua,

EGC, Jakarta, halaman 123 sampai 139.

Anda mungkin juga menyukai