Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SINUSITIS

SinusitisAnatomi Sinus
Kita ketahui bahwa Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit
digambarkan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus
paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,sinus frontal, sinus etmoid dan sinus
sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang – tulang kepala,
sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam
rongga hidung.
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan
perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal.
Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang
dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus
sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior rongga hidung.
Sinus – sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun.
A.sinus maksila
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume 6-8
ml,sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal,yaitu 15
ml saat dewasa.Sinus maksila berbentuk pyramid. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial
os maksila yang disebut fosa kanina,

dinding posteriornya adalah permukaan infra-temporal mkasila, dinding medialnya ialah dinding
dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya
ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding
medial sinus dan bermuara ke hiatus
semilunaris melalui infundibulum etmoid.Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi
sinus maksila adalah 1) dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas,
yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 danM2), kadang – kadang juga gigi taring (C) dan gigi
molar M3,bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi
geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis; 2) Sinusitis maksila dapat menimbulkan
komplikasi orbita; 3) Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga
drenase hanya tergantung dari gerak silia, lagi pula dreanase juga harus melalui infundibulum
yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat
radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya
menyebabkan sinusitis.
B.Sinus Frontal
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat fetus, berasal dari
sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai
berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20
tahun.Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari lainya dan
dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya
mempunyai satu sinus frontal dan kuran lebih 5% sinus frontalnya tidak berkembang.Ukuran
sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. sinus fronta biasanya
bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Taidak adanya gambaran septum-septum atau
lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen menunjukan adanya infeksi sinus. Sinus frontal
dipisahkan oleh tulang yang relative tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi
dari sinus fronta mudah menjalar ke daerah ini.Sinus frontal berdrenase melalui ostiumnya yang
terletak di resesus frontal, yang berhubungan dengan infundibulum etmoid.
C.Sinus Etmoid
Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap
paling penting, karena dapat merupakan focus bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang dewasa
bentuk sinus etmoid seperti pyramid dengan dasarnya di bagian posterior. Ukuran dari anterior
ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0,5 cm dibagian anterior dan 1,5 cm dibagian
posterior.Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang
terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak diantar konka media dan dinding
dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi. Berdasarkan letaknya, sinus etmoid
dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior
yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior.
Sel-sel sinus etmoid anterior biasanya kecil-kecil dan banyak, letaknya di depan lempeng yang
menghubungkan bagian posterior konka media dengan dinding lateral
( lamina basalis), sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit
jumlahnya dan terletak diposterior dari lamina basalis.Dibagian terdepan sinus etmoid anterior
ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan sinus frontal. Selo etmoid
yang terbesar disebut bula etmoid. Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang di
sebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan
diresesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat
menyebabkan sinusitis maksila.Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan
dengan lamina kribrosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan
membatasi sinus etmoid darirongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan
dengan sinus sfenoid.
D.Sinus Sfenoid
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi
dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya
2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. volumenya bervariasi dari 5 sampai 7,5 ml. saat sinus berkembang,
pembuluh darah dan nervus dibagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan
rongga sinus dan tampak sebagai indensitasi pada dinding sinus sfenoid. Batas-batasnya ialah,
sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap
nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan a.karotis interna (sering
tampak sebagai indentasi) dan disebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior
didaerah pons.
FUNGSI SINUS PARANASAL
Sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal. Ada yang
berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya
sebagai akibat pertumbuhan tulang muka.
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain:

a.Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)


Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara
inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah karean ternyata tidak didapati pertukaran udara yang
definitive antara sinus dan rongga hidung.Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang
lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga di butuhkan beberapa jam untuk
pertukaran udara total dalam sinus. Lagi pula mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan
kelenjar yang sebanyak mukosa hidung.
b.Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita dan fosa serebri
dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan tetapi kenyataanya sinus-sinus yang besar
tidak terletak di antara hidung dan organ-organ yang di lindungi.
c.Membantu keseimbangan kepala
Sinus membantu keseimbanga kepala karena mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi bila
udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya aka memberikan pertambahan berat sebesar 1%
dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bermakna.
d. Membantu resonasi suara
Sinus ini mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonasi suara dan mempengaruhi kualitas
suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus
berfungsi sebagai resonator yang efektif. Lagi pula tidaj ada kolerasi antara resonasi suara dan
besarnya sinus pada hewan-hewan tingkat rendah.
e.Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu
bersin atau membuang ingus.
f.Membantu produksi mucus
Mucus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil dibandingkan dengan
mucus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang masuk dengan
udara inspirasi karena mucus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.

2.3 Konsep Dasar Medis


1) Definisi Sinusitis
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi/peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal
yang disebabkan oleh,virus,bakteri ataupun jamur.
2.) Klasifikasi
Sinusitis sendiri dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
a.Sinusitis akut
Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlangsung selama 3 minggu
Macam-macam sinusitis akut, yaitu sinusitis maksila akut, sinusitis emtmoidal akut, sinus frontal
akut, dan sinus sphenoid akut.
b.Sinusitis kronis
Suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlansung selama 3-8 minggu tetapi dapat juga
berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

A. Pengertian
Sinusitis adalah merupakan penyakit infeksi sinus yang disebabkan oleh kuman atau virus.
B. Etiologi

1. Rinogen
Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang disebabkan oleh :
o Rinitis Akut (influenza)
o Polip, septum deviasi
2. Dentogen
Penjalaran infeksi dari gigi geraham atas
Penyebabnya adalah kuman :
o Streptococcus pneumoniae
o Hamophilus influenza
o Steptococcus viridans
o Staphylococcus aureus
o Branchamella catarhatis

C. Tanda dan Gejala

1. Febris, pilek kental, berbau, bisa bercampur darah


2. Nyeri pada :
o Pipi : biasanya unilateral
o Kepala : biasanya homolateral, terutama pada sorehari
o Gigi (geraham atas) homolateral.
3. Hidung :
o buntu homolateral
o Suara bindeng

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Rinoskopi anterior :
o Mukosa merah
o Mukosa bengkak
o Mukopus di meatus medius
2. Rinoskopi postorior
o Mukopus nasofaring
3. Nyeri tekan pipi yang sakit
4. Transiluminasi : kesuraman pada ssisi yang sakit
5. X Foto sinus paranasalis
o Kesuraman
o Gambaran “airfluidlevel”
o Penebalan mukosa

E. Penatalaksanaan
1. Drainage
o Medical :
 Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) ½%(anak)
 Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X 60 mg
o Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
2. Antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :
o Ampisilin 4 x 500 mg
o Amoksilin 3 x 500 mg
o Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
o Diksisiklin 100 mg/hari
3. Simtomatik
o Prasetamol, metampiron 3 x 500 mg.
4. Untuk kronis adalah :
o Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
o Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)
o Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi)

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Sinusitis


A. Pengkajian

1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,


2. Riwayat Penyakit sekarang : penderita mengeluah hidung tersumbat,kepala pusing, badan
terasa panas, bicara bendeng.
3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.
4. Riwayat penyakit dahulu :
o Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
o Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
o Pernah menedrita sakit gigi geraham
5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
6. Riwayat spikososial
o Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih)
o Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
7. Pola fungsi kesehatan
o Pola persepsi dan tata laksanahidup sehat
Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan
efek samping.
o Pola nutrisi dan metabolisme
Biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
o Pola istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
o Pola Persepsi dan konsep diri
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
oPola sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus
(baik purulen , serous, mukopurulen).
8. Pemeriksaan fisik
o status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.
o Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa
merah dan bengkak).

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri : kepala, tenggorokan , sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung


2. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur
tindakan medis(irigasi sinus/operasi)
3. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan dengan obstruksi /adnya secret yang
mengental
4. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hiidung buntu., nyeri sekunder peradangan
hidung
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan
menurun sekunder dari peradangan sinus
6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan bau pernafasan dan pilek

C. Intervensi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung


Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
o Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
o Klien tidak menyeringai kesakitan.

Intervensi :

o Kaji tingkat nyeri klien


R/: Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
o Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
R/: Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam
perawatan untuk mengurangi nyeri
o Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
R/: Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat
mempraktekkannya bila mengalami nyeri
o Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien
R/: Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
o Kolaborasi dengan tim medis :
 Terapi konservatif :
 Obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung
 Drainase sinus
 Pembedahan :
 Irigasi Antral : Untuk sinusitis maksilaris
 Operasi Cadwell Luc

R/: Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur
tindakan medis (irigasi/operasi)
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteria hasil:
o Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
o Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta
pengobatannya.

Intervensi :

o Kaji tingkat kecemasan klien


R/: Menentukan tindakan selanjutnya
o Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :
 Temani klien
 Perlihatkan rasa empati(datang dengan menyentuh klien)

R/: Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan

o Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang
seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
R/: Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit
tersebut sehingga klien lebih kooperatif
o Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
 Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
 Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami
kecemasan

R/: Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan


ketenangan klien.

o Observasi tanda-tanda vital


R/: Mengetahui perkembangan klien secara dini.
o Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis
R/: Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung)
sekunder dari peradangan sinus
Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous, purulen) dikeluarkan
Kriteria hasil :
o Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
o Jalan nafas kembali normal terutama hidung

Intervensi :

o Kaji penumpukan secret yang ada


R/: Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
o Observasi tanda-tanda vital
R/: Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
o Koaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret
R/: Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah

Patofisiologi

Penyakit sinusitis dapat disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus Rhinovirus, Influenza
virus, dan Parainfluenza, jamur aspergillus, dan bakteri streptococcus,pneumonae, haemoniae
influenza.
Awal mulanya penyebab mikroorganisme masuk ke dalam saluran pernapasan, merusak lapisan
epitel dan bersilia sehingga terjadi peradangan, dimana Ig E di tingkatkan untuk melawan
antigan daerah sinus tersebut sehingga antibody terbentuk menyebabkan terjadinya edema,
pemerahan dan menyebabkan produksi mukosa berlebih sehingga hidung menjadi tersumbat,
apabila terjadi terus-menerus akan menyebabkan penderita sesak napas dan jika antigen ini tidak
sepenuhnya di bersihkan akan menyebabkan mikroorganisme merusak sinus.
Penyebab kedua adalah alergi, seperti alergi debu,polusi yang tercemar, dan bulu-bulu
hewan.Awal mulanya alergi terhadap debu,bulu-bulu hewan,polusi udara yang tercemar masuk
kedalam rongga hidung sehingga terjadi proses inflamasi, dimana zat-zat allergen bertemu
dengan antibody menyebabkan peningkatan mediator kimia seperti histamine, bradikinin, dan
prostaglandin. Menimbulkan reaksi radang pada daerah sisnus, hal ini akan menyebabkan
peningkatan pada aliran darah dan bradikinin menghantarkan nyeri ke otak, prostaglandin
sebagai pengantar siknal ke terdiregulator yaitu hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh dan
histamine memberikan efek gatal-gatal dan kemerahan.
Manifestasi Klinis
A.sinusitis akut
a. Sinusitis maksila akut
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m nyeri tekan, ingus mengalir
ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau dan bercampur darah.
b.Sinusitis etmoid akut
Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing.
c. Sinusitis frontal akut
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang setelah sore hari,
sekret kental dan penciuman berkurang.
d. Sinusitis sphenoid akut
Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring

B.Sinusitis Kronis
Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang berbau,selalu terdapat ingus
di tenggorok, terdapat gejala di organ lain misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis,
batuk kering, dan sering demam.

6.) komplikasi
Komplikais sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya antibiotic. Komplikasi
berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut,
berupa komplikasi orbita atau intracranial.
Kelainan orbita disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yang
paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi
terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah edema
palpebra, selulitis orbita, asbes subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi
thrombosis sinus kavernosus. Kelainan Intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ekstradural
atau subdural, abses otak dan thrombosis sinus kavernosu
Komplikasi juga dapat terjadi padasinusitis kronis berupa: Osteomielitis dan abses suberiostal.
Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada
osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.
Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal
disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga menyebabkan
kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebalum sinusitisnya disembuhkan.

7) pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso-endoskopi sangat

dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah adanya pus di meatus

medius (pada sinusistis maksila dan etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada

sinusitis etmoid posterior dan sphenoid).

Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan

kemerahan di daerah kantus medius.


Pemerikasaan pembantu yang penting adalh foto polos atau CT scan. Foto polos posisi Waters,

PA dan lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar seperti sinus maksila

dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara, cairan (air fluid level)

atau penebalan mukosa.

CT scan sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu manila anatomi

hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secacra keseluruhan dan

perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnosis sinusistis

kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat

melakukan operasi sinus.

Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan

ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunaannya.

Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret dari meatus

medius/superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna. Lebih baik lagi bila diambil secret

yang keluar dari pungsi sinus maksila.

Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui meatus

inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya, selanjutnya

dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi.

8) penatalaksanaan

a.Non farmakologi

Tujuan terapi sinusitis ialah:

1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi

3. Mencegah perubahan menjadi kronik

b) farmakologi

Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bacterial, untuk

menghilangkan infeksi dan pembengkakan maukosa serta membuka sumbatan ostium sinus.

Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksilin. Jika diperkirakan kuman

telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksilin-klavulanat atau

jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotic diberikan selama 10-14 hari meskipun

gejala klinik sudah hilang. Pada sinusitis kronik diberikan antibiotic yang sesuai untuk kuman

negative gram dan anaerob.

Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, seperti analgetik,

mukolitik, teroid oral/topical, pencucian rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi).

Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan secret jadi

lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2.

Irigasi sinus maksila atau Proetz displacement therapy juga merupakan terapi tambahan yang

bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang

berat.Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional merupakan operasi terkini untuk

sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah menggantikan hampir semua jenis

bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan ringan dan

tidak radikal. Indikasinya berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat;

sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang irreversible; polip ekstensif, adanya komplikasi

sinusitis serta sinusitis jamur.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian

1. Keluhan utama :

hidung tersumbat,pilek,bersin-bersin,hidung gatal dan mata berair,merasa nyeri dikepala dan pipi

terasa penuh

2. riwayat penyakit yang pernah dialami:

sejak kecil pasien sering bersin-bersin lebih dari lima kali pada pagi hari,dan menghilang disiang

hari disertai hidung gatal dan mata berair

3. pengkajian pola kesehatan :

 Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek
samping.
 Pola nutrisi dan metabolism
Biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
 Pola istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
 Pola Persepsi dan konsep diri
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
 Pola sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus
B. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri kepala,tenggorokan,sinus berhubungan dengan peradangan pada hidung

2) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur

tindakan

3) Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi atau adanya secret yang mengental
4) Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu nyeri sekunder peradangan hidung
5) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun
sekunder dari peradangan sinus

C. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung

Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

 Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang

 Klien tidak menyeringai kesakitan.


Intervensi :
 Kaji tingkat nyeri klien

R/: Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya

 Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya

R/: Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk

mengurangi nyeri
 Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

R/: Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila

mengalami nyeri

 Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien

R/: Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.

 Kolaborasi dengan tim medis :


Terapi konservatif :
Obat Acetaminopen,Aspirin, dekongestan hidung
Drainase sinus
R/: Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur

tindakan medis

Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang

Kriteria hasil:

 Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya

 Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.

Intervensi :
 Kaji tingkat kecemasan klien

R/: Menentukan tindakan selanjutnya

 Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :

Temani klien

Perlihatkan rasa empati(datang dengan menyentuh klien)

R/: Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan


 Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang

Serta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti

R/: Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga

klien lebih kooperatif

 Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :

Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang

Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan

R/: Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.

 Observasi tanda-tanda vital

R/: Mengetahui perkembangan klien secara dini.

 Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis

R/: Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien

3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung)

Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret (seous, purulen) dikeluarkan

Kriteria hasil :

 Klien tidak bernafas lagi melalui mulut

 Jalan nafas kembali normal terutama hidung

Intervensi :

 Kaji penumpukan secret yang ada

R/: Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya

 Observasi tanda-tanda vital

R/: Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi


 Koaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret

D. Implementasi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung.

Kaji tingkat nyeri klien.

Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya.

Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.

Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien.

Kolaborasi dngan tim medis :

Terapi konservatif :obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung, drainase sinus.

Pembedahan :

Irigasi Antral :Untuk sinusitis maksilaris

Operasi Cadwell Luc.

Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya.

Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk

mengurangi nyeri.

Klien mengetahui tehnik distraksi dn relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila

mengalami nyeri.

Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.

Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien.


2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur

tindakan medis (irigasi/operasi).

a. Kaji tingkat kecemasan klien.

b. Berikan kenyamanan dan ketentaman pada klien :

Temani klien

Perlihatkan rasa empati( datang dengan menyentuh klien ).

Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta

gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti.

c. Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :

Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang.

Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan.

d. Observasi tanda-tanda vital.

e. Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis :

Menentukan tindakan selanjutnya.

Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan.

Meingkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga

klien lebih kooperatif.

Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.

Mengetahui perkembangan klien secara dini.

Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien.


3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder

dari peradangan sinus.

a. Kaji penumpukan secret yang ada.

b. Observasi tanda-tanda vital.

c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pembersihan sekret :

Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.

Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi.

d. Kerjasama untuk menghilangkan penumpukan secret/masalah.

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan

menurun sekunder dari peradangan sinus.

a. kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.

b. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan.

c. Catat intake dan output makanan klien.

d. Anjurkan makan sediki-sedikit tapi sering.

e. Sajikan makanan secara menarik.

Mengetahui kekurangan nutrisi klien.

Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi meningkatkan pemenuhan

nutrisi.

Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien.

Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung.

Mengkatkan selera makan klien.

5. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses

peradangan.
a. kaji kebutuhan tidur klien.

b. Ciptakan suasana yang nyaman.

c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut.

d. Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat.

Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.

Agar klien dapat tidur dengan tenang.

Pernafasan tidak terganggu.

Pernafasan dapat efektif kembali lewat hidung.

E. Evaluasi

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung.

Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang.

Klien tidak menyeringai kesakitan

2. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur

tindakan medis (irigasi/operasi).

Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya.

Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.

3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi (penumpukan secret hidung) sekunder

dari peradangan sinus.

Klien tidak bernafas lagi melalui mulut.

Jalan nafas kembali normal terutama hidung.

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan

menurun sekunder dari peradangan sinus.

Klien menghabiskan porsi makannya.


Berat badan tetap (seperti sebelum sakit ) atau bertambah.

5. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses

peradangan.

Klien tidur 6-8 jam sehari.

BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Sinusitis merupakan penyakit inflamasi mukosa sinus paranasal yang sering ditemukan

dalam praktik dokter sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan

kesehatan tersering di seluruh dunia. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar

yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus

mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung. Infeksi virus ini, dapat dipengaruhi oleh
lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan kering serta kebiasaan merokok. Keadaan ini lama-

lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia. Dalam Consensus International tahun

1995 membagi sinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu yang kebanyakan disebabkan

oleh streptococcus pneumonia dan kronik yang lebih disebabkan oleh bakteri gram negative dan

anaerob jika lebih dari 8 minggu.

Saran
Banyak komplikasi yang terjadi pada penderita sinusitis, yakni menyebabkan komplikasi

ke orbita dan intracranial, juga dapat menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit

diobati. Namun komplikasi ini dapat menurun dengan pemberian antibiotic dan dekongestan

sejak dini (awal terjangkitnya sinusitis) untuk mempercepat penyembuhan, mencegah

komplikasi, dan perubahan menjadi kronik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. Asuhan Keperawatan Sinusitis. http://ilmukeperawatan.com/asuhan_keperawatan_

sinusitis.html, diakses tanggal 22 November 2010

Anonim2. Askep Sinusitis. http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-sinusitis/,

diakses tanggal 22 November 2010

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC

Higler, AB. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC

Soepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.

Jakarta: Gaya Baru

Anda mungkin juga menyukai