Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas Rahmat dan Hidayah-Nyalah kami dapat
menyelesaikan tugas asuhan keperawatan yang diberikan oleh Dosen Pembimbing Ilmu
Gizi dengan baik.
Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
bersedia memberi pengarahan untuk kami, sehingga tugas gizi ini bisa terselesaikan
dengan baik , kedua untuk teman-teman yang telah membantu mencari literature dan
telah bekerjasama dengan baik.
Pada mata kuliah gizi kali ini kami akan membahas tentang ‘’PERAN INSTITUSI
KESEHATAN PADA MASALAH GIZI ’’ .Berbagai sumber telah kami baca dan
hasilkan kami ringkas tertulis dalam makalah ini .Semoga dapat diterima oleh para
pembaca .
Namun demikian makalah ini masih jauh dari kesempurnan, oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

Klaten, 15 Oktober 2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2

BAB I .............................................................................................................................................. 3

A. Pendahuluan ......................................................................................................................... 3

B. Tujuan pelayanan gizi di rumah sakit .................................................................................. 3

BAB II............................................................................................................................................. 5

A. Ketenagaan ........................................................................................................................... 5

B. Kegiatan Pelayanan Gizi Rawat Inap .................................Error! Bookmark not defined.

C. Koordiansi pelayanan........................................................................................................... 9

D. Pelayanan Gizi Rawat Jalan ............................................................................................... 11

E. Penyelenggaraan Makanan ................................................................................................ 13

F. Penyuluhan Gizi dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit .................................................... 16

G. Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan .................................................................... 18

BAB III ......................................................................................................................................... 19

A Penutup .............................................................................................................................. 19

2
BAB I

A. Pendahuluan
Pelayanan gizi rumah sakit(PGRS) merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan lainnya di rumah sakit dan secara menyeluruh merupakan salah satu upaya
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap maupun
pasien rawat jalan. Dalam rangka menyongsong era globalisasi dan menghadapi era
persaingan bebas di berbagai bidang, maka pelayanan gizi rumh sakit harus disiapkan
secara professional disertai adanya usaha untuk memperbaiki di setiap unit pelayanan,
sehingga kualitas pelayanan dalam rangka memperbaiki pelayanan yang optimal akan
dapat dipertahankan dan ditingkatkan
Pelaksanaan pelayanan gizi di rumah sakit memerlukan suatu pengelola yang baik
dan tepat sebagai acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat penyembuhan
pasien, memperpendek lama hari rawat, dan menghemat biaya perawatan.

B. Tujuan pelayanan gizi di rumah sakit


Tujuan umumnya adalah terciptanya sistem pelayanan gizi di rumah sakit dengan
memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit, serta merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan secara menyeluruh untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan
gizi di rumah sakit. Tujuan khisisnya:
1. Terlaksananya kegiatan pelayanan gizi sesuai perencanaan dan anggaran kebutuhan
bahan makanan, sarana, dan prasarana di instalasi gizi
2. Penyelenggaraan makanan yang berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan pasien
maupun konsumen untuk menunjang pelayanan kesehatan sesuai standar dan
kebijakan direktur
3. Tersedianya makanan untuk pasien dan pegawai sesuai standar dan kebijakan
pemimpin
4. Tersedianya asuhan pelayanan gizi di ruang rawat inap
5. Tersedianya asuhan pelayanan gizi di ruang rawat jalan
6. Terlaksananya kegiatan penyuluhan gizi dan promosi kesehatan rumah sakit
7. Terlaksananya penelitian dan pengembangan gizi terapan untuk meningkatkan mutu
pelayanan

3
8. Terlaksananya evaluasi dan pelaporan semua kegiatan
9. Meningkatkan mutu,cakupan, dan efisiensi pelayanan gizi di rumah sakit
10. Terlaksananya higiene sanitasi, keamanan pangan dan keselamatan kerja

 Ruang lingkup pelayanan

Ruang lingkup pelayanan di rumah sakit:


1. Pelayanan gizi pasien rawat inap dan rawat jalan
2. Penyuluhan gizi dan promosi kesehatan rumah sakit
3. Penyelenggaraan makanan
4. Penelitian dan pengembangan gizi terapan

 Landasan hukum

Landasan hukum pelayanan gizi rumah sakit, meliputi:


1. Surat keputusan menteri kesehatan No. 134/Menkes/SK/IV/1978 tentang susunan
organisasi dan tata kerja rumah sakit umum dinyatakan bahwa instalasi gizi
mempunyai tuga melaksanakan kegiatan pengolahan, penyediaan, penyaluran,
makanan dan penyuluhan gizi yang dilakukan oleh tenaga dalam jabatan
fungsional
2. PP No. 30 tahun 1996 tenaga kesehatan
3. UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
4. Keputusan menteri kesehatan RI No 1333 tahun 1999 tentang standar pelayanan
gizi rumah sakit
5. Keputusan menteri penerbitan aparatur negara No 23/Kep/M.PAN/4/2001 tentang
jabatan fungsional nutrition dan angks kreditnya
6. Keputusan bersama menteri kesehatan RI No 894/ Menkes/SKB/VII/2001 dan
kepala badan kepegawaian negara No 35 Tahun 2001, tentang petunjuk
pelaksanaan jabatan fungsional nitrition dan angka kreditnya
7. UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan
8. UU No 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
9. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI No 26 tahun 2013 tentang
penyelenggaraan pekerjaan dan praktek tenaga gizi

4
BAB II

A. Ketenagaan
Tenagan merupakan salah satu sumber daya penting karena menjadi kunci
keberhasilan pelayanan gizi di rumah sakit. Beberapa fungsi dalam managemen
sumber daya manusia meliputi fungsi perencanaan, dan penentuan kebutuhan staf,
rekrutmen, seleksi, pemgembangan dan pembinaan karir, penilaian kinerja serta
sistem imbal jasa.
Suatu organisasi dalam instalasi gizi di rumah sakit sebaiknya menjamin
bahwa pembagian tugas didalamnya baik secara vertikal ataupun horisontal, terjamin
dan tetap, dan untuk menjamin tujuan yang sama maka diperlukan kerja sama yang
baik dalam organisasi tersebut.
 Tata laksana pelayanan gizi di rumah sakit

Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan suatu upaya memperbaiki,


meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat, kelompok individu atau klien yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan meliputi pengumpulan, pengelolaan, analisa,
simpulan, anjuran, implementasi, dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam
rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit. Pelayanan
yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan klinis, status gizi dan
status metabolisme gizi.
 Pelayanan gizi rawat inap

Pelayanan asuhan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi dimulai dari
proses skrining gizi, pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi
perencanaan, penyediaan makanan, penyuluhan/ edukasi dan konseling gizi, serta
monitoring dan evaluasi gizi.
Nama jabatan Pendidikan Sertifikasi
Kepala instalasi S2 Gizi / Kesehatan Ijazah S2 Manajemen /
dengan Pendidikan Kesehatan
Dasar D III/D IV/S1 Ijazah DIII dan D IV/S1 Gizi
Gizi STR, Surat ijin kerja (SIK)
Pengalaman kerja lebih dari
5 tahun di instalasi Gizi
Sertifikat pelatihan Gizi

5
klinik dan food service
Ka. Sub inst. D IV/ SI Gizi Ijazah D IV/S1 Gizi
(koordinator) STR, SIK
Pengalaman kerja lebih dari
3 tahun di instalasi Gizi
Sertifikat pelatihan gizi
klinik dan food service
Penanggung jawab D III/D IV/S1 Gizi Ijazah D III/D IV/S1 Gizi
(kepala urusan) STR, SIK
Sertifikat pelatihan gizi
klinik dan food service
Pelaksana asuhan D III/D IV/S1 Gizi Ijazah D III/D IV/S1 Gizi
gizi ruang rawat inap STR, SIK
Sertifikat pelatihan, seminar,
pelatihan gizi klinik.
Pelaksana asuhan D III/S1 Gizi Ijazah D III/D IV/S1 Gizi
gizi ruang rawat STR, SIK
jalan Sertifikat pelatihan, seminar,
pelatihan gizi klinik.
Pengawas produksi D III/D IV Gizi Ijazah D III/D IV/S1 Gizi
makanan STR, SIK
Sertifikat pelatihan gizi
klinik dan food service
Asisten pengawas D I Gizi/Sekolah Ijazah D I Gizi/SPAG
produksi makanan pembantu Ahli Gizi STR, SIK
(SPAG) Sertifikat pelatihan gizi
klinik dan food service
Penanggung jawab D III Tata Boga Ijazah D III Tata Boga
produksi makanan Sertifikat pelatihan, seminar,
pelatihan food service
Juru masak SMK Tata Boga Ijazah SMK Tata Boga
Pelaksana SMA + kursus Ijazah SMA/SMK
administrasi administrasi/SMK administrasi
administrasi

6
Kegiatan pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut:
a. Skrining gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan melakukan skrining atau tenaga
yang berkopeten. Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/klien yang
berisiko malnutrisi atau dalam kondisi khusus. Kondisi khusu yang dimaksud adalah
kondisi ketika pasien mengalami kelainan metabolic, hemodialisis, anak, geriatric,
kanker dengan kemoterapi, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun, infeksi,
sakit kritis,dan lain sebagainya. Skrining dilakukan pada pasien baru 1x24 jam setelah
pasien masuk rumah sakit. Metode skrining menggunakan modifikasi Malnutrition
Scrining Tools (MST), karena dapat dilakukan dengan waktu yang singkat, cepat, dan
disesuaikan dengan kondisi pasien.
b. Proses asuhan gizi berstandar (PAGT)
Proses asuhan gizi berstandar adalah pendekatan sistematik dalam memberikan
pelayanan asuhan gizi yang berkualitas melalui serangkaian kegiatan mulai dari
asesmen/pengkajian gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi gizi.
Langkah-langkah PAGT, terdiri dari:
1. Asesmen/pengkajian gizi
Semua data yang berkaitan dengan pengambilan keputusan (yang dicatat yang
berhubungan dengan gizi). Asesmen gizi meliputi pengukuran antropometri,
biokimia, pemeriksaan fisik klinik, anamnesis riwayat gizi dan riwayat personal.
a. Antropometri, merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: pengukuran tinggi badan (TB),
berat badan (BB),panjang badan (PB), tinggi lutut (TL),lingkar lengan atas
(LILA), tebal lipatan kulit, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggang, dan
lain-lain.
Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan beberapa ukuran
tersebut, misalnya indeks masa tubuh (IMT), yaitu rasio berat badan menurut
tinggi badan. Parameter antropometri penting untuk melakukan evaluasi status
gizi.
b. Biokimia, data biokimia merupakan hasil pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status metabolic dan gambaran
fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Pengambilan
kesimpulan dari data laboratorium yang berkaitan dengan masalah gizi harus
selaran dengan data assessment gizi lainnya, seperti riwayat gizi yang
lengkap, termasuk penggunaan suplemen,pemeriksaan fisik dan sebagainya.
Di samping itu proses penyakit, tindakan pengobatan, prosedur dan status

7
hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan kimiawi, sehingga hal
tersebut perlu dipertimbangkan.
c. Pemeriksaan fisik/klinis. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi. Pemeriksaan
fisik terkait dengan masalah gizi merupakan kombinasi dari tanda-tanda vital
dan antropometri yang dikumpulkan dari catatan medic pasien.
d. Anamnesis riwayat gizi. Anamnesia riwayat gizi merupakan data meliputi
ataupun makanan termasuk komposisi, pola makan, diet, dan data lain yang
terkait. Anamnesis riwayat gizi dilakukan secara kuantitatif. Kualitatif
dilakukan untuk memperoleh gambaran kebiasaan makan pasien. Sedangkan
cara kuantitatif digunakan untuk mendapatkan gambaran ataupun zat gizi
melalui food recall selama 24 jam. Kemudian dilakukan analisis zat gizi yang
merujuk pada daftar komposisi bahan makanan (DKBM).
e. Riwayat personal. Data riwayat personal meliputi 4 area, yaitu riwayat obat-
obatan atau suplemen yang dikomsumsi, social-budaya,riwayat penyakit
pasien dan data umum pasien.
2. Diagnosis gizi
Diagnosis gizi merupakan langkah mencari pola dan langkah hubungan antara
data yang terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian, memilih
masalah gizi yang spesifik dan menentukan masalah gizi secara singkat dan jelas
menggunakan terminology sesuai dengan standar rumah sakit. Pernyataan
diagnosis gizi merupakan PES (problem, etiology, signs/symptoms). Diagnose
gizi dikelompokkan menjadi tiga domain, yaitu NI (domain asupan), NC (domain
klinis), NB (domain perilaku/lingkungan).
3. Intervensi gizi
a. Perencanaan intervensi. Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnose gizi
yang ditegakkan. Menetapkan tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan
masalah gizinya, penyebab, gejalan dan tanda, kemudian tentukan pula jadwal
frekuensi asuhan. Perencanaa intervensi meliputi, penetapan tujuan intervensi
dan preskripsi diet. Preskripsi diet secara singkat menggambarkan
rekomendasi jenis, bentuk diet, dan kebutuhan gizi.
b. Implementasi intervensi. Bagian kegiatan intervensi gizi ketika dietisien
melaksanakan dan mengomunikasikan gizi ketika renca asuhan kepada pasien

8
dan tenaga kesehatan lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus
menggambarkan dengan jelas mengenai kebutuhan energy dan zat gizi, jenis
diet, modifikasi diet, jadwal pemberian makan. Kegiatan ini juga termasuk
pengumpulan data kembali, agar dapat menunjukkan respons pasien dan perlu
atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.
4. Monitoring dan evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi yang dilakukan untuk mengetahui respons
pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. 3 langkah
monitoring dan evaluasi gizi:
a. Monitoring perkembangan, yaitu kegiatan mengamati kondisi klien/pasien
yang betujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai dengan yang
diharapkan.
b. Mengukur hasil kegiatan, yaitu mengukur perkembangan atau pertumbuhan
yang terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus
diukur adalah berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosis gizi.
c. Evaluasi hasil, pencatatan dan pelaporan. Penacactan dan pelaporan kegiatan
asuhan gizi merupakan bentuk pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan
dan komunikasi. Format assessment,diagnosis, intervention, monitoring, and
evaluation (ADIME) merupakan model yang sesuai dengan langkah proses
asuhan gizi terstandar (PAGT).

C. Koordiansi pelayanan
Koordinasi atau komunikasi antar-disiplin ilmusangat diperlukan untuk memberikan
asuhan terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, dietisien harus
berkolaborasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lain.
1. Dokter penanggungjawab pelayanan. Dokter berperan sebagai ketua tim asuhan
gizi, yang betanggung jawab atas pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Dokter
menegakkan diagnosis dan menetapkan terapi secara keseluruhan, menetapkan
preskripsi diet, dan mengirim atau merujuk pasien ke dietisien untuk
mendapatkan penyuluhan dan konsultasi gizi.

9
2. Perawat. Perawat berperan melakukan skrining gizi dan pemantauan asuhan
makanan dan respons klinis klien terhadap diet yang diberikan dan
menyampaikan kepada dietisien bila terjadi perubahan pada kondisi pasien.

3. Dietisien. Dietisien berperan sebagai berikut:


a. melakukan asesmen/pengkajian gizi pada pasien yang berisiko melnutrisi
atau kondisi khusus meliputi pengukuran antropometri, pencatatan hasil
laboratorium, fisk klinis, interprestasi data riwayat gizi dan riwayat
personal.
b. Mengidentifikasi masalah/diagnosis gizi berdasarkan hasil asesmen dan
menetapkan prioritas diagnosis gizi.
c. Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet
yang lebih terperinci untuk menetapkan diet definitive serta merencanakan
edukasi/konseling.
d. Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan kondisi pasien dan
diet definitive.
e. Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lain
dalam pelaksanaan intervensi gizi.
f. Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.
g. Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi.
h. Member penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada pasien dan
keluarganya.
i. Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi pada rekam medic pasien.
j. Melakukan asesmen gizi ulang (reasesmen) apabila tujuan belum tercapai.
k. Melakukan visite dengan atau tanpa dokter.
l. Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter, perawat,
farmasi, anggota tim asuhan gisi lain, pasien dan keluarganya dalam
rangka evaluasi keberhasilan pelayanan gizi.
4. Farmasi, farmasi berperan:

10
a. Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan
makanan.
b. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi obat
dan makanan.
5. Tenaga kesehatan lainnya. Tenaga kesehatannya lainnya misalnya tenaga terapi
okupasi, tenaga wicara yang berkaitan dalam perencanaan dan pelaksanaan
intervensi pada klien dengan gangguan menelan yang berat, dan lain sebagainya.

Pasien masuk
6.
7.
8. Tidak berisiko Tujuan tercapai
9.
Skrining Diet Umum STOP Pasien pulang
10.
gizi (standar)
11. Tujuan tercapai
Berisiko
12.
13. Intervensi Monitoring dan
Diet Pengkajian Diagnosa
gizi evaluasi gizi
khusus gizi gizi

D. Pelayanan Gizi Rawat Jalan


Asuhan gizi rawat jalan merupakan serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari pengkajian, menerapkan diagnosis gizi, melakukan
intervensi gizi dan monitoring- evaluasi kepada pasien dirawat jalan. Inmplementasi dari
intervensi gizi pasien rawat jalan adalah kegiatan konseling gizi/ dietetic atau edukasi/
penyuluhan gizi.
Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh ahli gizi/ dietisien untuk menanamkan pengertian, sikap, dan
perilaku klien/pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi melalui pengaturan
makanan dan minuman.
Kegiatan pelayanan gizi rawat jalan

11
1. Melakukan nutritional assessment dengan cara mengumpulka data dasar dan
mengidentifikasi masalah.
2. Menetapkan diagnosis gizi.
3. Membuat rencana dan melaksanakan intervensi gizi: terapi edukasi/konseling gizi.
4. Merencanakan dan melaksanakan evaluasi edukasi/konseling gizi.
5. Pencatatan direkam medic pasien dan pelaporan.

Gambar 32-3 Proses pelayanan gizi rawat jalan.

PASIEN RAWAT JALAN

POLIKLINIK

RUJUKAN DOKTER

PROSES ASUHAN GIZI


(TERSTANDART PAGT)

MENOTORING
INTERVENSI EVALUASI
PENGKAJIAN DIAGNOSIS
KONSELING/ (MONEV)
GIZI GIZI
EDUKASI GIZI KONSELING/
EDUKASI GIZI

12
E. Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran
belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan
makanan, distribusi, pendokumentasian, monitoring evaluasi dan proses HACCP.
Tujuan penyelenggaraan makanan adalah menyediakan makanan berkualitas
sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, standart pelayanan dan dapat diterima dan memenuhi
kepuasan konsumen guna mempercepat proses penyembuhan dan mencapai status gizi
optimal.
Kegiatan penyelenggaraan makanan:
1. Perencanaan anggaran belanja
a. Anggaran belanja untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan gizi
direncanakan setahun sebelumnya dan dibuat atas dasar pengalaman pada
tahun sebelumnya.
b. Anggaran belanja meliputi bahan makanan, peralatan/sarana dan prasarana
pemeliharaan dan perbaikan alat bangunan dan kebutuhan lain.
2. Perencanaan menu. Menu makanan pasien dapat menggunakan siklus menu. Siklus
menu dapat dibuat untuk 5 hari, 10 hari, 15 hari atau satu bulan yang memenuhi cira
rasa. Siklus menu dibuat dalam kurun waktu 6 bulan atau 1 tahun sekali. Berikut
langkah langkah perencanaan menu pasien.
a. Mengumpulkan berbagai jenis hidangan, mengelompokan berdasarkan jenis
makanan.
b. Menyusun pola menu dan master menu yang memuat garis besar frekuensi
penggunaan bahan makanan harian dengan siklus menu yang berlaku.
c. Memasukan hidangan hewani yang serasi dengan warna, komposisi,
konsistensi, bentuk dan fariasi yang kemudian dikombinasikan dengan lauk
nabati dan sayur.
d. Menyiapkan formulir penilaian organoleptic, ukuran bentuk potongan, suhu,
pengulangan penyajian dan sanitasi.
e. Menilai menu dengan beberapa penilaian obyektif
f. Melakukan pre test untuk mengetahui tanggapan pasien dangan cara melihat
waste atau sisa makanan yang ada:
 Jika waste >50% menu diganti.
 Jika waste <50% menu tetap.
g. Membuat penbaikan menu dengan selanjutnya menu siap diusulkan kepada
pengambil keputusan.

13
3. Perhitungan kebutuhan bahan makanan. Perhitungan kebutuhan bahan makanan
adalah kegiatan penyusunan kebutuhan bahan makanan (jumlah dan jenis) yang
diperlukan untuk pengadaan bahan makanan. Tujuannya dalaha untuk tercapainya
jumlah dan jenis makanan yang diperlukan dalam pengadaan bahan makanan.
Perhitungan kebutuhan bahan makanan didasarkan pada standar porsi makanan,
standar resep masakan dan siklus menu makanan.
4. Pengadaan bahan makanan. Pengadaan bahan makanan merupakan proses penyediaan
bahan makanan yang bertujuan terpenuhinya bahan makanan yang sesuai dengan
spesifikasi. Langkah-langkah pengadaan, sebagai berikut.
a. Membuat formulir pemesanan bahan makanan sesuai dengan perhitungan
bahan makanan.
b. Daftar belanja yang telah dibuat dipisahkan dengan cara bahan makanan
kering dan bahan makanan basah.
c. Petugas perencanaan menyerahkan surat pesanan bahan makanan ke rekanan
kerja sama yang disetujui oleh pihak rumah sakit.
5. Penerimaan, penyaluran dan penyimpanan bahan makanan
a. Bahan makanan basah
 Bahan makanan basah diterima setiap hari sesuai kebutuhan bahan
makanan harian.
 Bahan makanan basah di terima diruang penerimaan dan disesuaikan
dengan spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan dan sesuai
dengan jumlah surat pemesanan, jika bahan makanan tidak sesuai
dengan spesifikasi bahan makanan, bahan makanan tersebut dapat
dikembalikan.
 Setelah bahan makanan sudah sesuai dengan spesifikasi bahan mkanan
yang telah ditetapkan, bahan makanan diterima langsung dibawa ke
ruang persiapan untuk dilakukan persiapan, pemotongan, dan
pembersihan (pemotongan sesuai standar porsi).
 Penyimbanan bahan makanan basah dilakukan apabila ada sisa bahan
makanan disimpan di freezer (golongan daging dan ikan) dan chiller
(golongan sayur, buah, dan bumbu).
 Penyimpanan di freezer dengan suhu -50 -00 C dan penyimpanan pada
chiller dengan suhu 30 -100 C jika suhu melebihi dan kurang dari batas
yang telah ditetapkan segera laporkan ke petugas.
b. Bahan makanan kering
 Bahan makanan kering diterima 10 hari sekali atau melihat stok bahan
makanan yang tersedia.
 Bahan makanan kering disimpan digudang besar bahan makanan
kering dengan menggunakan sistem FIFO (first in first out) dan FEFO
(first expired first out).

14
 Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai
pembukaan dibagian penyimpanan bahan makanan kering, termasuk
stok bahan makanan yang harus segera diisi tanpa ditunda, diletakan
pada tempat yang telah disediakan dan sesuai dengan kelompok bahan
makanannya.
 Bahan makanan kering yang digunakan harian disalurkan digudang
penyalur.
 Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
c. Persiapan bahan makanan. Persiapan bahan makanan adalah semua
perlakuaan pada saat bahan makanan diterima, diambil, atau dikeluarkan dari
penyimpanan untuk kemudian disiangi, dibersihkan bagian-bagian yang tidak
dimakan, dicuci, dan sebagainya. Persiapan bahan makanan harus
mempertimbangkan factor factor lingkungan yang dapat mengubah, merusak,
dan memengaruhi kualitas produk. Macam-macam persiapan bahan makanan,
antara lain: persiapan daging< ikan dan ayam (lauk hewani), sayur dan buah.
d. Pengolahan bahan makanan. Pengolahan bahan makanan adalah suatu
kegiatan mengubah (memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan
yang siap dikonsumsi, yang bertujuan untuk:
 Mempertahankan nilai gizi makanan.
 Meningkatkan nilai cerna bahan makanan.
 Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, kenampakan, dan
penampilan makanan.
 Membunuh atau mematikan kuman-kuman yang berbahaya atau
menghilangkan racun makanan, sehingga makanan terjamin untuk
dikonsumsi pasien dan karyawan.
 Menyediakan makanan yang berkualitas dan kuantitas sesuai dengan
ketentuan.
e. Distribusi makanan. Distribusi makanan adalah serangkaian proses kegiatan
penyampaian makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi
konsumen/pasien yang dilayani. Sistem distribusi makanan yang digunakan
sangat memengaruhi makanan yang disajikan, bergantung pada jenis dan
jumlah tenaga, peralatan dan perlengkapan yang ada. Terdapat tiga sistem
distribusi makanan di rumah sakit yaitu, sistem yang dipusatkan (sentralisasi),
sistem yang tidak dipusatkan(desentralisasi) dan kombinasi sentralisasi dan
desentralisasi. Makanan dihantarkan dan disajikan ke pasien oleh petugas
pendorong dan penyaji makanan ke ruang rawat inap dengan mencocokan
antara label diet identitas pasien.

Gambar 32-4 Proses penyelenggaraan makanan.

15
Penerimaan &
Perencanaan Pengadaan penyimpanan bahan
menu bahan makanan
makanan

Penyajian Persiapan &


Distribusi
makanan di ruang pengolahan
makanan
rawat inap makanan

Pelayanan
makanan
pasien

F. Penyuluhan Gizi dan Promosi Kesehatan Rumah Sakit


Penyuluhan gizi dan promosi kesehatan adalah upaya membudayakan
individu,kelompok dan masyarakat untuk untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatan melalaui peningkatan pengetahuan,kemauan dan kemampuan,serta
mengembangkan iklim yang mendukung dalam melakukan prilaku bersih dan bebas yang
dilakukan dari,oleh dan untuk masyarakat , sesuai dengan sosial dan budaya dan kondisi
setempat. Pelaksanaa promosi kesehatan rumah sakit dilakukan secara terpadu dengan
kegiatan pelayanan gizi rumah sakit. Pelaksanaan program-program promosi kesehatan
rumah sakit (PKRS) dimaksudkan untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi dan
kesehatan serta terselenggaranya pelayanana yang terintregasi dan komrehensif
dirumah sakit.
Tujuan umumnya : meningkatkan, mengembangkan kemampuan, dan ketrampilan
baik penyuluhan maupun peserta atau pasien serta meniongkatkan mutu dan efisiensi
kegiatan promosi kesehatan rumah sakit. Tujuan khusus :
1. Membantu klien untuk mengenali masalah kesehatan terkait dengan gizi dan
memahami terjadinnya masalah gizi.

16
2. Membantu klien untuk mengubah prilaku yang berkaitan dengan gizi sehingga
meningkatkan status gizi dan kesehatan klien.
3. Menjadikan cara-cara hidup sehat serta kebiasaan sehari-hari klien.
4. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu atau keluarga tentang gizi.
5. Meningkatkan kesadaran gizi dan kesehatan masyarakat melalui peningkatan
pengetahuan gizi dan makanan yang menyehatkan .
6. Menyebarkan informasi-informasi tentang gizi dan kesehatan pada masyarakat.
7. Membantu individu, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan berprilaku positif
sehubungan dengan gizi dan kesehatan.
8. Mengubah prilaku konsumsi makanan yang sesuai dengan tingkat kebutuhan gizi
sehingga pada akhirnya tercapainnya status gizi yang baik.

Sasaran penyuluhan terdiri dari :


1. Sasaran primer (mitra langsung) : pasien , keluarga pasien dan masyarakat.
2. Sasaran sekunder : penjamah makanan, petugas rumah sakit dan kelompok profesi.
3. Sasaran tersier (mitra penentu) : direktur dan mitra penentu.

Mekanisme penyuluhan :
1. Persiapan penyuluhan
a) Menentukan materi sesuai dengan kebutuhan.
b) Membuat susunan materi yang akan disajiakan.
c) Merencanakan media yang akan digunakan.
d) Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan.
e) Persiapan ruangan dan alat bantuan media yang dibutuhkan.
2. Pelaksana penyuluhan
a) Peserta mengisi daftar hadir (absensi).
b) Petugas penyuluh menyampaiakan materi penyuluhan.
c) Tanya jawab.
3. Evaluasi
a) Evaluasi proses. Pada evaluasi proses yang dinilai adalah jalannya
kegiatan penyuluhan, yaitu apakah kegiatan sesuai dengan rencana atau
tidsk, antara lain ketepatan waktu pelaksanaan, pembicara, jumlah sasaran,

17
materi yang diberikan , alat peraga yang digunakan dan lain-lain
mengamati jalnnya kegiatan lancar atau tidak dan peran serta sasaran.
b) Evaluasi hasil. Frekuensi dan cakupan penyuluhan apakah sudah
memenuhi target yang direncanakan, apakah target dapat diterima oleh
sasaran.

G. Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan


Penelitian dan pengembangan gizi terapan yaitu suatu upaya untuk meningkatkan
kemampuan guna menghadapi tantangan dan masalah gizi terapan yang kompleks yang
dilakukan secara terus menerus dan selalu mencari sehingga diperoleh hasil yang
mutakhir yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah penelitian.
Tujuan dan pengembangan gizi terapan antara lain :
1. Mencapai kualitas pelayanan gizi rumah sakit yang berdaya guna dan berhasil guna.
2. Mendapatkan bahan makanan bagi perencanaan kegiatan, evaluasi , pengembangan
teori, tata laksana atau standar pelayanan gizi rumah sakit.

Sasaran kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan adalah pelayanan gizi
diruang rawat inap dan rawat jalan, penyelengaraan makanan rumah sakit, penyuluhan,
konsultasi, koseling dan rujukan gizi . ruang lingkup penelitian dapat dikelompokan
berdasarkan aspek mandiri, kerjasama dengan unit lain dan instansi terkait .
Langkah kegiatan penelitian dan pengembanagn gizi terapan adalah :
1. Menyusun proposal kegiatan
2. Melaksanakan penelitian sesuai metode ytang telah ditetapkan
3. Menyusun laporan penelitian
4. Penerapan dalam pelyanan gizi rumah sakit sesuai hasil penelitian.

18
BAB III

A Penutup
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan suatu upaya memperbaiki,
meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat, kelompok individu atau klien yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan meliputi pengumpulan, pengelolaan, analisa,
simpulan, anjuran, implementasi, dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka
mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit. Pelayanan yang
diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan klinis, status gizi dan status
metabolisme gizi
Pelaksanaan pelayanan gizi di rumah sakit memerlukan suatu pengelola yang baik
dan tepat sebagai acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat penyembuhan
pasien, memperpendek lama hari rawat, dan menghemat biaya perawatan.

19

Anda mungkin juga menyukai