Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebutuhan paling dasar manusia adalah keamanan dan kesejahteraan.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia menciptakan dan
mengembangkan berbagai cara dan sarana. Diantara ciptaan manusia yang
menyangkut kebutuhan keamanan, adalah cara dan sarana fisik untuk
menghadapi dan mengatasi berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan fisik, di antaranya adalah apa yang disebut "jurus" dan senjata.
"Jurus" adalah teknik gerak fisikal berpola yang efektif untuk membela
diri maupun menyerang tanpa maupun dengan menggunakan senjata. Bentuk
awalnya sangat sederhana dan merupakan tiruan dari gerak-gerik binatang
yang disesuaikan dengan anatomi manusia. Kemudian terus dikembangkan,
sejalan dengan perkembangan budaya manusia. Demikian pula senjata yang
digunakan.
Di dalam memenuhi kebutuhan kesejahteraannya, manusia juga telah
menciptakan berbagai cara dan sarana di antaranya dengan pengembangan
"jurus" ke dalam bentuk seni dan olahraga yang dapat memberikan
kesejahteraan batin dan lahir. Salah satu pengembangan seni jurus tersebut
adalah pencak silat.
Di bawah ini secara singkat akan diuraikan beberapa hal sekitar Pencak
Silat yang meliputi: sejarah, falsafah, jenis, aliran, perguruan dan pendekar
Pencak silat, penelitian dan penulisan tentang Pencak Silat, pengembangan
dan penyebaran Pencak Silat serta tantangan terhadap Pencak Silat.
Keseluruhan uraian akan disimpulkan secara umum.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat kami merumuskan beberapa
masalah, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Apa itu pencak silat?
2. Bagaimana sejarah pencak silat?

1
3. Bagaimana perkembangan dan penyebaran pencak silat?
4. Apa yang menjadi tantangan terhadap perkembangan pencak silat?
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka kami dapat mengambil tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian pencak silat.
2. Untuk mengetahui sejarah pencak silat.
3. Untuk mengetahui perkembangan dan penyebaran pencak silat.
4. Untuk mengetahui tantangan yang terdapat dalam perkembangan pencak
silat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pencak silat


Pencak Silat adalah kata majemuk. Pencak dan Silat mempunyai
pengertian yang sama dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat
pribumi Asia Tenggara (Asteng), yakni kelompok masyarakat etnis yang
merupakan penduduk asli negara-negara di kawasan Asteng (Brunei
Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar,
Singapura, Thailand dan Vietnam).

Kata Pencak biasa digunakan oleh masyarakat pulau Jawa, Madura dan
Bali, sedangkan kata Silat biasa digunakan oleh masyarakat di wilayah
Indonesia lainnya maupun di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam serta
di Thailand (bagian Selatan) dan Filipina.

Penggabungan kata Pencak dan Silat menjadi kata majemuk untuk


pertama kalinya dilakukan pada waktu dibentuk suatu organisasi persatuan
dari perguruan Pencak dan perguruan Silat di Indonesia yang diberi nama
Ikatan Pencak Silat Indonesia, disingkat IPSI pada tahun 1948 di Surakarta.

Sejak saat itu Pencak Silat menjadi istilah resmi di Indonesia.


Perguruan-perguruan yang mengajarkan Pencak dan Silat asal Indonesia di
berbagai negara kemudian juga menggunakan istilah Pencak Silat.

Di dunia internasional Pencak Silat menjadi istilah resmi sejak


dibentuknya Organisasi Federatif Internasional yang diberi nama Persekutuan
Pencak Silat Antarabangsa, disingkat PERSILAT, di Jakarta pada. tahun
1980. Walaupun demikian, karena kebiasaan, kata Pencak dan Silat masih
digunakan secara terpisah.

2.1.1. Jenis dan aliran Pencak Silat


Berdasarkan pada 4 aspek yang terdapat pada substansinya,
wujud fisikal dan visual atau praktek pelaksanaan Pencak Silat dapat
dikategorikan dalam 4 jenis. Praktek pelaksanaan dari masing-masing
jenis Pencak Silat itu mempunyai tujuan tersendiri dan berdasarkan

3
pada tujuan tersebut akan lebih menekankan pada salah satu aspek
tertentu dengan tidak meniadakan aspek-aspek yang lain.

Keempat jenis Pencak Silat tersebut adalah :

1. Pencak Silat Mental-Spiritual atau Pencak Silat Pengendalian Diri


(karena wujud fisikal dan visual mental-spiritual adalah
pengendalian diri), yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk
memperkuat kemampuan mengendalikan diri dan karena itu lebih
menekankan pada aspek mental-spiritual.
2. Pencak Silat Beladiri, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk
pembelaan diri secara efektif dan karena itu lebih nenekankan pada
aspek beladiri.
3. Pencak Silat Seni, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk
mempertunjukkan keindahan gerak dan karena itu lebih menekankan
pada aspek seni.
4. Pencak Silat Olahraqa, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk
memperoleh kesegaran jasmani dan prestasi keolahragaan dan
karena itu lebih menekankan pada aspek olahraga.
Aspek-aspek yang tidak menjadi fokus masih tetap terlihat
dengan kadar yang berbeda, ada yang jelas dan ada yang samar-samar.
Karena itu, masing-masing jenis Pencak Silat itu tetap mempunyai 4
aspek sebagai satu kesatuan dan kebulatan. Masing-masing memiliki
nilai-nilai etis (mental-spiritual), teknis (beladiri), estetis (seni) dan
sportif (olahraga) sebagai satu kesatuan.

Praktek pelaksanaan "jurus" dari masing-masing jenis Pencak


Silat dilakukan dengan gaya yang bermacam-macam. Gaya unik dengan
ciri-cirinya yang menonjol dan mudah dibedakan dari gaya lainnya,
disebut "aliran" Pencak Silat. Bagaimana pun wujud keunikan suatu
gaya (aliran), nilai-nilai keempat aspek Pencak Silat, yakni etis, teknis,
estetis dan sportif sebagai satu kesatuan tetap ada dan terlihat. Jika
tidak, ia tidak mempunyai nilai sebagai aliran Pencak Silat.

4
Membedakan aliran-aliran Pencak Silat tidak mudah dan hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang ahli dan betul-betul memahami berbagai
"jurus" Pencak Silat. Perbedaan aliran hanya menyangkut segi praktek
fisikal dan tidak menyangkut segi mental-spiritual dan falsafah.

Dalam dunia Pencak Silat, aliran bukanlah faham atau


mazhab. Karena itu jenis dan aliran Pencak Silat apapun tetap dijiwai
falsafah budi pekerti luhur dan mempunyai aspek mental-spiritual
sebagai aspek pengendalian diri.

Pada jenis Pencak Silat Beladiri, terdapat aliran yang


menggunakan "tenaga supernatural" dalam gaya pelaksanaan
"jurus"nya. Tenaga supranatural yang disebut "tenaga dalam", "tenaga
dasar" atau "tenaga tambahan" ini merupakan penguat "jurus" atau
kekebalan badan. Adanya aliran yang menggunakan "tenaga
supernatural" telah memperkaya Pencak Silat.

2.1.2. Perguruan dan pendekar Pencak Silat


Pengertian perguruan Pencak Silat sering dikacaukan dengan
aliran Pencak Silat. Perguruan Pencak Silat adalah lembaga pendidikan
tempat berguru Pencak Silat. Berguru mempunyai konotasi belajar
secara intensif yang prosesnya diikuti, dibimbing dan diawasi secara
langsung dan tuntas oleh sang guru, sehingga orang yang berguru
diketahui dengan jelas perkembangan kemampuannya, terutama
kemampuan pengendalian dirinya atau budi pekertinya. Sang guru tidak
akan mendidik, meningkatkan atau memperluas pendidikannya kepada
seseorang yang mentalitasnya (kemampuan pengendalian diri atau budi
pekertinya) dinilai tidak atau kurang memadai. Dalam kaitan itu, di
waktu yang lalu tidak mudah bagi seseorang untuk menjadi murid atau
anggota perguruan Pencak Silat. Ujian- ujian berat yang menyangkut
sikap mental harus ditempuh lebih dulu dan lulus. Ditinjau dari segi
jenis Pencak Silat yang diajarkan, maka terdapat 4 kategori perguruan
Pencak Silat, yakni :

5
1. Perguruan Pencak Silat Mental-Spiritual, yang menekankan
pendidikannya secara intensif pada aspek mental-spiritual Pencak
Silat dengan tujuan untuk membentuk kemampuan pengendalian diri
yang tinggi kepada murid atau anggotanya.
2. Perguruan Pencak Silat Beladiri, yang menekankan pendidikannya
pada aspek beladiri Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk
kemahiran teknik beladiri yang tinggi tanpa atau dengan
menggunakan berbagai macam senjata kepada murid atau
anggotanya.
3. Perguruan Pencak Silat Seni, yang menekankan pendidikannya pada
aspek. seni Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk
keterampilan mempertunjukkan keindahan gerak Pencak Silat
kepada murid atau anggotanya, tanpa atau dengan iringan musik
tradisional serta tanpa atau dengan menggunakan senjata, sesuai
dengan ketentuan "wiraga" (teknik gerak), "wirama" (irama gerak
yang selaras, serasi dan seimbang) dan "wirasa" (pelembutan dan
penghalusan teknik dan irama gerak melalui kreativitas dan
improvisasi yang dilandasi rasa penghayatan).
4. Perguruan Pencak Silat Olahraga, yang menekankan pendidikannya
pada aspek olahraga Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk
kemampuan mempraktekkan teknik- teknik Pencak Silat yang
bernilai olahraga bagi kepentingan memelihara kesegaran jasmani
atau pertandingan. Bagi kepentingan pertandingan, pendidikan
disesuaikan dengan peraturan pertandingan yang berlaku.

Perguruan Pencak Silat Beladiri merupakan perguruan yang


terbanyak, diantaranya ada yang mengajarkan "tenaga supernatural".
Sejak tahun 1970-an, banyak perguruan Pencak Silat Beladiri yang
mengajarkan Pencak Silat Olahraga untuk kepentingan pertandingan
dengan tujuan agar murid atau anggotanya dapat mengikuti kejuaraan
Pencak Silat Olahraga, karena hanya jenis Pencak Silat ini yang
dipertandingkan. Pencak Silat Beladiri dan Pencak Silat Seni tidak

6
dipertandingkan tetapi dilombakan dalam bentuk pertunjukan dan
peragaan. Ditinjau dari segi tuntutan perkembangan jaman, perguruan
Pencak Silat dapat dikategorikan dalam 3 kelompok, yakni:

1. Perguruan Pencak Silat tradisional, dengan ciri-cirinya yang


menonjol antara lain:
 Pucuk pimpinan perguruan bersifat turun-temurun.
 Penerimaan calon murid melalui ujian seleksi dan masa
percobaan yang ketat.
 Metoda pendidikan bersifat monologis.
 Pelanggaran terhadap disiplin perguruan dikenai sanksi
pemecatan sebagai anggota.
 Tidak mengenal atribut-atribut maupun bentuk-bentuk tertulis
yang menyangkut perguruan dan pendidikannya.
 Tidak memungut iuran atau sumbangan dari anggotanya.
 Kegiatan perguruan dibiayai oleh pimpinan.
2. Perguruan Pencak Silat. modern, dengan ciri-ciri utamanya antara
lain :
 Pimpinan dan pengurus perguruan dipilih dari antara kader-kader
perguruan yang dipandang handal sebagai calon.
 Bersifat terbuka dan bebas dalam penerimaan calon murid.
 Tidak mengadakan masa percobaan tetapi masa pendidikan
sebagai pemula.
 Metoda pendidikan bersifat dialogis dan analitis.
 Disiplin perguruan ditegakkan melalui penyadaran dengan
argumen rasional.
 Mempunyai atribut-atribut dan bentuk-bentuk tertulis yang
menyangkut perguruan dan pendidikannya.
 Memungut iuran dan sumbangan dari anggotanya sebagai sumber
dana untuk membiayai kegiatan perguruan.

7
3. Perguruan Pencak Silat: peralihan (transisional), dengan ciri-ciri
pokoknya antara lain:
 Pucuk pimpinan turun-temurun tetapi anggota pengurus
perguruan dipilih dari antara kader-kader perguruan yang handal
sebagai calon.
 Penerimaan calon murid melalui seleksi dan yang diterima diberi
Status sebagai anggota sementara.
 Metoda pendidikan bersifat dialogis terbatas dalam arti tidak
menyangkut hal-hal yang prinsipil.
 Disiplin perguruan ditegakkan melalui wejangan-wejangan.
 Mempunyai atribut-atribut dan bentuk-bentuk tulisan yang
menyangkut perguruan dan pendidikannya secara terbatas.
 Tidak memungut iuran tetapi tidak menolak sumbangan dari
anggotanya.
 Kegiatan perguruan dibiayai oleh pimpinan dan dari dana
sumbangan.

Di Indonesia terdapat 10 perguruan Pencak Silat yang disebut


perguruan historis. Kesepuluh perguruan tersebut adalah :

Setia Hati (SH), Setia Hati Terate (SHT), Perisai Diri (PD),
Perisai Putih, Phasadja Mataram, PERPI Harimurti, Tapak Suci,
Persatuan Pencak Seluruh Indonesia (PPSI), Nusantara dan Putra
Betawi.

Yang termasuk perguruan besar di Indonesia antara lain:


Merpati Putih, Bangau Putih, Satria Muda Indonesia dan Kateda
Indonesia.

Pimpinan perguruan Pencak Silat pada umumnya berkualifikasi


pendekar, yakni suatu status tertinggi yang berkaitan dengan
kemampuan pengamalan ajaran falsafah Pencak Silat secara konsisten
dan konsekuen yang patut ditauladani sekaligus berkaitan juga dengan
kemahiran dalam praktek pelaksanaan Pencak Silat menurut kaidahnya.

8
Di lingkungan perguruan modern, istilah pendekar telah digunakan
sebagai gelar untuk tingkat penguasaan kemahiran Pencak Silat,
diantaranya ada yang sifatnya berjenjang.
2.2. Sejarah Pencak Silat
Masyarakat pribumi Asia tenggara pada umumnya merupakan
masyarakat agraris yang hubungan sosialnya dilaksanakan dengan sistem
peguyuban. Warga masyarakat yang demikian mempunyai dasar pandangan
dan kebijaksanaan hidup yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai serta
kaidah-kaidah agama dan moral masyarakat. Dengan dasar itulah sistem
paguyuban yang diperlukan bagi kehidupan agrarisnya dapat dilaksanakan
dan ditegakkan.

Dalam perkembangan sosial dan budayanya, masyarakat pribumi Asia


tenggara telah menyerap pengaruh luar yang selaras dengan nilai-nilai dan
kaidah-kaidah agama maupun moral yang dijunjung tinggi. Berkaitan dengan
itu,falsafah dari luar yang selaras dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah
tersebut,telah diserap dan digunakan untuk mengemas pandangan dan
kebijaksanaan hidup masyarakat pribumi Asia tenggara.

Dengan demikian jatidiri Pencak Silat ditentukan oleh tiga hal pokok
sebagai satu kesatuan yakni :

1. Budaya masyarakat pribumi Asia tenggara sebagai sumber dan coraknya.


2. Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi
penggunaannya.
3. Substansi Pencak Silat itu sendiri yang mempunyai aspek mental spiritual
(pengendalian diri), beladiri, seni dan olahraga sebagai satu kesatuan.

Pencak Silat dengan jatidiri yang demikian baru ada sekitar abad ke-4
Masehi, yakni setelah adanya kerajaan-kerajaan yang merupakan pusat
pengembangan budaya di kawasan hidup masyarakat pribumi Asteng. Pada
jaman kerajaan ini, mula-mula Hindu,kemudian Budha dan terakhir Islam,
Pencak Silat dikembangkan dan menyebar luas.

9
Pada waktu sebagian besar kawasan hidup masyarakat pribumi Asteng
berada di bawah kekuasaan penjajah asing dari Eropa Barat, pendidikan
Pencak Silat yang dipandang menanamkan jiwa nasionalis, telah dibatasi dan
kemudian dilarang.

Tetapi kegiatan pendidikan Pencak Silat berjalan terus secara tertutup.


Pada jaman pendudukan Jepang, Pemerintah yang berkuasa memberikan
keleluasaan kepada rakyat untuk mengembangkan budayanya agar mendapat
dukungan dalam perangnya melawan sekutu. Pada jaman ini, pendidikan
Pencak Silat dilaksanakan seperti semula dan lebih meluas. Setelah kawasan
hidup masyarakat pribumi Asteng bebas dari kekuasaan asing dan lahir
negara-negara yang merdeka dikawasan tersebut, perkembangan dan
penyebaran Pencak Silat semakin pesat. Lebih-lebih setelah dibentuknya
organisasi nasional Pencak Silat di sebagian dari negara-negara tersebut,
yakni : Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), Persekutuan Silat Kebangsaan
Malaysia (PESAKA), Persekutuan Silat Singapura (PERSISI), Persekutuan
Silat Kebangsaan Brunei Darussalam (PERSIB), Pencak Silat Association of
Thailand (PSAT) dan Philippine Pencak Silat Association (PHILSILAT).

Di luar negara sumbernya, Pencak Silat juga berkembang dan


menyebar, lebih-lebih setelah dibentuknya Persekutuan Pencak Antara bangsa
( PERSILAT ).

2.3. Perkembangan dan penyebaran Pencak Silat


Pengembangan dan penyebaran Pencak Silat dilakukan oleh perguruan-
perguruan Pencak Silat. Setelah Perang Dunia ke-2, kegiatan perguruan-
perguruan tersebut di Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam
dikordinasikan oleh organisasi nasional Pencak Silat, yakni IPSI yang
dibentuk pada tahun 1948, PERSISI yang dibentuk pada tahun 1976,
PESAKA yang dibentuk pada tahun 1983 dan PERSIB yang dibentuk pada
tahun 1987. Organisasi nasional Pencak Silat juga dibentuk di negara- negara
lain. Untuk mengarahkan dan mengkordinasikan upaya pengembangan dan
penyebaran Pencak Silat secara internasional, pada tanggal 11 Maret 1980 di

10
Jakarta dibentuk Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa (PERSILAT).
Menurut konstitusinya, PERSILAT mempunyai 3 macam anggota, yakni :
1. Anggota Pendiri, yang terdiri dari IPSI, PESAKA, PERSISI dan PERSIB.
2. Anggota Gabungan, yang terdiri dari organisasi nasional Pencak Silat
lainnya yang telah diakui oleh suatu badan tingkat nasional yang
berwenang menangani masalah Pencak Silat di negara yang bersangkutan
dan telah diterima menjadi anggota PERSILAT.
3. Anggota Bersekutu, yang terdiri dari organisasi Pencak Silat yang belum
diakui oleh badan tingkat nasional yang berwenang menangani masalah
Pencak Silat tetapi dinilai oleh PERSILAT dapat mewakili negaranya dan
telah diterima menjadi anggota PERSILAT.
Pengembangan dan penyebaran Pencak Silat diusahakan untuk dapat
dilaksanakan secara simultan, meliputi segi fisik dan non-fisik (mental-
Spiritual dan falsafah). Tetapi hal ini belum sepenuhnya terlaksana. Yang
sudah terlaksana baru Pencak Silat olahraga. Ini pun segi non-fisiknya belum
mantap.
Upaya pengembangan dan penyebaran Pencak Silat Olahraga
dilaksanakan antara lain dengan menyelenggarakan kejuaraan-kejuaraan. Di
Indonesia setiap tahun diadakan kejuaraan nasional Pencak Silat untuk pesilat
dewasa dan remaja secara berselang- seling, kecuali apabila dalam tahun yang
bersangkutan diadakan PON (Pekan Olahraga Nasional) di mana Pencak Silat
Olahraga juga diikutsertakan. Sejak tahun 1987, Pencak Silat Olahraga juga
diikutsertakan dalam SEA Games. Dalam tahun- di mana Pencak Silat
Olahraga ikutserta dalam SEA Games, IPSI juga tidak menyelenggarakan
kejuaraan nasional. Setiap kejuaraan nasional selalu dimulai dari kejuaraan
tingkat kecamatan. Upaya pengembangan dan penyebaran Pencak Silat Seni
dilaksanakan dengan menyelenggarakan festival atau lomba. Di Indonesia
IPSI baru melaksanakannya secara nasional pada tahun 1982. Untuk
mengefisienkan penyelenggaraan, festival atau lomba tersebut diintergrasikan
dengan kejuaraan Pencak Silat Olahraga. Lomba Pencak Silat Beladiri sedang
diusahakan untuk juga dapat diselenggarakan, yang akan diintegrasikan juga

11
dengan kejuaraan Pencak Silat Olahraga. Pada setiap kesempatan kejuaraan
nasional Pencak Silat Olahraga, di Indonesia selalu diadakan pertemuan dan
pernbicaraan dalam rangka peningkatan upaya pengembangan dan
penyebaran Pencak Silat. Pembicaraan serupa dalam tingkat kebijaksanaan,
dilakukan dalam Munas (Musyawarah Nasional) yang diadakan setiap 4
tahun sekali. Upaya lainnya yang telah dan akan dilakukan adalah Penataran
Pelatih dan Wasit-Juri, penyempurnaan peraturan pertandingan, merumuskan
standar nasional Pencak Silat Olahraga, kriteria penilaian lomba Pencak Silat
Seni dan Pencak Silat Beladiri serta metoda pendidikan dan latihan Pencak
Silat. Kejuaraan Pencak Silat Olahraga yang berskala internasional telah 6
kali dilaksanakan. Yang pertama dan kedua di Jakarta pada tahun 1982 dan
1984, yang ketiga di Wina pada tahun 1986, yang keempat di Kuala Lumpur
pada tahun 1987, yang kelima di Singapura pada tahun 1988 dan yang
keenam di Den Haag pada tahun 1990. Pada kesempatan itu juga
dilaksanakan festival dan lomba Pencak Silat Seni dan pertemuan. Seminar
Intemasional tentang Pencak Silat pernah diadakan, yakni pada kesempatan
kejuaraan Internasional yang ke-IV di Kuala Lumpur. Tujuannya adalah
untuk mengumpulkan informasi- informasi sekitar Pencak Silat di berbagai
negara, antara lain tentang pengembangan dan penyebarannya.
Pencak Silat sekarang ini terdapat dan berkembang di 20 negara, yakni
di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Belanda, Austria,
Jerman , Belgia, Denmark, Swiss, Perancis, Yugoslavia, Spanyol, Inggris,
Turki, Amerika Serikat, Suriname, Thailand, Filipina dan Australia.
Di beberapa negara lain sedang dirintis pengembangannya, antara lain
di Myanmar, Kamboja, Laos dan Vietnam. Negara-negara ini berkeinginan
untuk mengikuti pertandingan Pencak Silat Olahraga dalam SEA Games,
diantaranya ada yang meminta bantuan pelatih dari Indonesia.
2.4. Tantangan terhadap Pencak Silat
Pencak Silat yang "terdapat di luar negara sumbernya belum seluruhnya
berkualifikasi sebagai Pencak Silat, dalam arti memenuhi kriteria jatidirinya
maupun kaidah pelaksanaannya yang bernilai etis, teknis, estetis dan olahraga

12
sebagai satu kesatuan. Di antara peminat Pencak Silat di luar negara
sumbernya, ada yang berkecenderungan mempelajari Pencak Silat hanya segi
fisikalnya saja dan kurang berminat mengetahui apalagi menghayati nilai-
nilai falsafahnya yang menjiwainya dan nilai-nilai budaya yang mendasari
maupun mewarnainya. Selama ini penyebaran pengetahuan tentang jatidiri
Pencak Silat dan kaidah Pencak Silat sebagai aturan dasar dalam praktek
pelaksanaan Pencak Silat yang bernilai etis, teknis, estetis dan olahraga
sebagai satu kesatuan memang belum pernah dilakukan secara khusus. Usaha
kearah itu sedang dirintis oleh IPSI, yanq juga akan dilakukan melalui
PERSILAT. Sesuatu yang bernama Pencak Silat tetapi ujud prakteknya tidak
menurut kaidah Pencak Silat (yang dijiwai nilai-nilai jatidiri Pencak Silat),
dengan sendirinya tidak bernilai Pencak Silat menurut pengertian yang
sebenarnya. Hal ini pada gilirannya akan menjatuhkan citra Pencak Silat.
Disinilah letak tantangannya. Tantangan yang kedua berkaitan dengan mutu
pertandingan Pencak Silat Olahraga yang masih belum memadai, bahkan
kadang-kadang diwarnai oleh kericuhan , Kritik tajam mengenai hal ini sering
terdengar. Hal itu akan dapat, bahkan mungkin telah menjatuhkan Citra
Pencak Silat. Faktor penyebab yang utama adalah karena kurang dihayati dan
dilaksanakannya kaidah Pencak Silat oleh pihak-pihak yang terlibat dalam
pertandingan. Penghayatan kaidah Pencak Silat harus dilandasi dengan
pemahaman jatidiri Pencak Silat serta nilai- nilai-nilainya.

Selain itu, tujuan pertandingan juga belum dihayati. Diantara tujuan


tersebut adalah mengembangkan dan memasyarakatkan Pencak Silat,
mempererat persaudaraan dan persatuan serta meningkatkan citra Pencak
Silat: dan menarik simpati (minat) masyarakat (nasional dan internasional)
terhadap Pencak Silat. Tujuan tersebut harus menjadi motivasi dasar pihak-
pihak yang terlibat dalam per-tandingan dalam melaksanakan fungsi dan
peranannya. Gagasan Ketua Umum PB IPSI di dalam meningkatkan mutu
pertandingan Pencak Silat: Olahraga adalah dengan meningkatkan kualitas
dan kuantitas pelatih IPSI yang berasal dari perguruan-perguruan yang
kemudian dikembalikan ke perguruan-perguruan untuk melatih anggotanya,-

13
terutama mereka yang akan diikutsertakan dalam kejuaraan. Hanya pesilat
yang telah mendapat latihan dari pelatih IPSI inilah yang boleh mengikuti
kejuaraan yang diselenggarakan oleh IPSI. Nantinya gagasan ini akan di
internasionalkan melalui PERSILAT. Gagasan lainnya adalah penciptaan
Pertandingan Sistem Baru (PSB), yang sekarang ini sedang diujicoba. Di
samping tantangan yang bersifat umum, masih terdapat tantangan yang
bersifat khusus dalam kaitan dengan pengembangan dan penyebaran Pencak
Silat secara utuh maupun pemeliharaan dan peningkatan citra Pencak Silat.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari keseluruhan uraian yang telah dikemukakan, dapat ditarik
kesimpulan umum sebagai berikut :

1. Pencak Silat berasal dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat


pribumi Asia tenggara serta memiliki jatidiri tersendiri.
2. Berdasarkan pada nilai-nilai falsafahnya, Pencak Silat pada hakikatnya
adalah substansi dan sarana pendidikan rohani dan jasmani untuk
membentuk manusia utuh yang berkualitas tinggi baik mental maupun
fisikal.
3. Tantangan-tantangan yang dapat menjatuhkan citra Pencak Silat perlu
diatasi dengan penyebaran pengetahuan tentang jatidiri Pencak Silat,
falsafah Pencak Silat dan kaidah Pencak Silat serta meningkatkan jumlah
pelatih Pencak Silat yang handal dan profesional.
3.2. Saran
Sebagai generasi muda, kita seharsunya mempelajari dan memahami pencak
silat karena pencak silat merupakan kebudayaan nasional yang menjadi
identitas bangsa Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai