Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Salah satu tujuan
nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi
kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan,
kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. (Soekidjo, 2007)
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk
terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh
masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama. Salah satu usaha
pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan
pelaksanaanya bagaimana cara hidup sehat adalah dengan cara melakukan
pendidikan kesehatan yang tidak hanya didapat dibangku sekolah tapi juga bisa
dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis.
Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah
proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan
kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to
increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan
akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang
pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan
melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.Untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu
atau kelompok harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya
untuk memenuhi kebutuhannya dan agar mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan
adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi

1
dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi
kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan
tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan
(WHO,1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan
mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor
kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur
dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah
suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang
baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah dari Promosi Kesehatan ?
2. Apa Definisi dari Promosi Kesehatan ?
3. Apa Visi dan Misi dari Promosi Kesehatan ?
4. Bagaimana Strategi dari Promosi Kesehatan ?
5. Apa Batasan-batasan dalam Promosi Kesehatan ?
6. Apa Prinsip-prinsip dari Promosi kesehatan ?
7. Apa Program atau Jenis-jenis Kegiatan dari Promosi Kesehatan ?
8. Apa Pendekatan dalam Promosi Kesehatan ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami tentang Sejarah dan Pengertian
Promosi Kesehatan serta menerapkan tentang promosi kesehatan kepada
orang kain dan mampu melaksanakan kegiatan promosi kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Sejarah dari
Promosi Kesehatan.
b. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Definisi dari
Promosi Kesehatan.
c. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Visi dan Misi
dari Promosi Kesehatan.

2
d. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Strategi dari
Promosi Kesehatan.
e. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Batasan-batasan
dalam Promosi Kesehatan.
f. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Prinsip-prinsip
dari Promosi Kesehatan.
g. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Program atau
Jenis-jenis Kegiatan dari Promosi Kesehatan.
h. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Pendekatan
dalam Promosi Kesehatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Promosi Kesehatan


Sebelum menjadi promosi kesehatan pengertiannya di samakan dengan
pendididkan kesehatan, pada pendidikan kesehatan di tekankan pada perubahan
perilaku masyarakat dengan cara memberikan informasi kesehatan melalui
berbagai cara dan teknologi. Dari hasil studi yang di lakukan oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) dan para ahli pendidikan kesehatan didapati bahwa
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan meningkat tetapi tidak di imbangi
oleh perubahan perilakunya. Disadari bahwa pendidikan kesehatan belum
“memampukan” masyarakat tetapi baru dapat “memaukan” Mengenai istilah
Promosi Kesehatan sendiri juga mengalami perkembangan. Mula-mula
dicetuskan di Ottawa, Canada pada tahun 1986 merupakan konferensi
Internasional promosi kesehatan yang pertama kali dilaksanakan yang
berlangsung tanggal 17 sampai dengan 21 November 1986 dikenal
dengan Ottawa Charter (Soekidjo, 2010).
Pada konferensi Internasional promosi kesehatan ini mengambil tema
Menuju Kesehatan Masyarakat Baru, namun pada konferensi ini tidak terlepas
dari Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Pelayanan Kesehatan Dasar
atauPrimary Health Care oleh WHO promosi kesehatan didefinisikan
sebagai: theprocess of enabling people to control over and improve their health.
Tetapi definisi tersebut diaplikasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi
proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya. Definisi ini tetap dipergunakan, sampai kemudian
mengalami revisi pada konferensi dunia di Bangkok pada bulan Agustus, 2005
menjadi (Health promotion is the process of enabling people to increase control
over their health and its determinants, and thereby improve their health) dan
dimuat dalam The Bangkok Charter. Dan definisi baru ini belum dibakukan
bahasa Indonesia. Selain istilah Promosi Kesehatan, sebenarnya juga beredar
banyak istilah lain yang mempunyai kemiripan makna, atau setidaknya satu
nuansa dengan istilah promosi kesehatan, seperti: komunikasi, Informasi dan

4
Edukasi, Pemasaran social, Mobilisasi social dan Pemberdayaan masyarakat,
dll. (Lawrence Green, 2008)

B. Definisi Promosi Kesehatan


Promosi Kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan
dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang
dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang
kondusif bagi kesehatan. (Lawrence Green, 2008)
Menurut Piagam Ottawa (1986), Promosi Kesehatan adalah suatu proses
untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka. Promosi Kesehatan adalah Proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol terhadap, dan memperbaiki kesehatan mereka
(WHO,1984)
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan
kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. (Nesi N, 2011)
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk
meningkatkan control dan peningkatan kesehatannya. WHO menekankan
bahwa promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan
memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan
meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai
pemberdayaan diri sendiri (Maulana,2009).

C. Visi dan Misi dari Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan memiliki visi misi dan strategi yang jelas, sebagaimana
tertuang dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang kebijakan nasional
promosi kesehatan, apabila dilihat kembali hal ini sejalan dengan visi global.

5
1. Visi Promosi Kesehatan
Visi promosi kesehatan adalah PHBS 2010 yang mengindikasikan
tentang terwujudnya masyarakat indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi
tersebut menunjukkan dinamika atau gerak maju dari suasana lama (ingin
diperbaiki) suasana baru (ingin dicapai). Visi ini diperlukan agar promosi
kesehatan yang diharapkan mempunyai arah yang jelas, dalam hal ini adalah
apa yang menjadi harapan dari promosi kesehatan sebagai penunjang dalam
program kesehatan yang lain. Visi promosi kesehatan adalah meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan status
kesehatannya, baik fisik, mental, sosial dan diharapkan pula mampu
produktif secara ekonomi maupun sosial sebagaimana dituangkan dalam
undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 1992 serta organisasi kesehatan
dunia WHO.
Empat kata kunci Visi Promosi Kesehatan :
a. Mau (willingness) memelihara dan meningkatkan kesehatan
b. Mampu (ability) memelihara dan meningkatkan kesehatan
c. Memelihara kesehatan, berarti mau dan mampu mencegah penyakit,
melindungi diri dari gangguan-gangguan kesehatan, dan mencari
pertolongan pengobatan yang professional bila sakit.
d. Meningkatkan kesehatan, berarti mau dan mampu meningkatkan
kesehatannya. Kesehatan perlu ditingkatkan, karena derajat kesehatan
baik individu, kelompok, atau masyarakat itu bersifat dinamis, tidak
elastis.
2. Misi Promosi Kesehatan
Untuk mencapai visi tersebut diatas perlu upaya-upaya yang dilakukan
dan biasanya dituangkan dalam misi. Misi promosi kesehatan secara garis
besar dirumuskan sebagai berikut:
a. Advokat (Advocate), melakukan kegiatan advokasi/upaya-upaya terhadap
para pengambil keputusan diberbagai program/sektor yang terkait
dengan kesehatan. Dengan maksud agar program kesehatan yang
ditawarkan dipercayai dan perlu dukungan melalui kebijakan-kebijakan/
keputusan politik.

6
b. Menjembatani (Mediate), menjadi jembatan dan menjalin kemitraan
dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu
kerja sama dengan program lain dilingkungan kesehatan, maupun lintas
sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin
suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor
yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah
kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri,
melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan
tersebut. oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting
dalam mewujudkan kerjasama atau kemitaraan ini.
c. Memampukan (Enable), memberikan ketrampilan/kemampuan pada
masyarakat agar mereka mempercayai dan meningkatkan kesehatan
mereka sendiri secara mandiri. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat
mampunyai kemauan dan kemampuan yang mandiri dibidang kesehatan
termasuk kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan
diri masing-masing.
Contoh Penerapan Visi Misi di Masyarakat
a. Contoh Advokasi: Di desa A terjadi wabah DHF, perangkat desa dan
petugas pelayanan kesehatan di desa tersebut harus mengambil
keputusan, dengan membuat suatu kebijakan. Sehingga masalah tersebut
dapat diatasi dengan tepat. Kebijakan itu meliputi:
1) Gotong royong melakuakan 3M (Mengubur, Menguras, Menutup)
2) Melakukan voging di desa tersebut
3) Membagikan abate secara gratis kepada warga
b. Contoh Menjembatani: Pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah
dirumuskan oleh perangkat desa dan petugas pelayanan kesehatan, yakni
dengan pelaksanaan gotong royong rutin, pelaksanaan voging secara
merata dan memastikan setiap warga mendapat jatah abate dan
menggunakannya setidaknya seminggu sekali. Dan sebagai petugas
kesehatan mereka wajib melakukan evaluasi minim sebulan sekali.

7
c. Contoh Memampukan: Masyarakat mampu menggerakkan dan
memberdayakan desa itu sendiri untuk hidup sehat, baik secara individu,
keluarga maupun kelompok masyarakat. Oleh karena itu dalam
pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif.
Yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani
proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah
kesehatan yang dihadapinya. Contohnya adalah dengan pembentukan
Posyandu, Kader Kesehatan. Dan bisa juga dengan sadar diri dengan
menerapkan PHBS di lingkungan masyarakat.

D. Strategi dalam Promosi Kesehatan


Untuk mewujudkan promosi kesehatan, diperlukan suatu strategi yang
baik. Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai apa yang diinginkan
dalam promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang
lainnya seperti pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, status
gizi masyarakat, pelayanan kesehatan dan lain sebagainya. Strategi ini
diperlukan dalam mewujudkan visi dan misi dari promosi kesehatan (Mubarak
dan Nurul, 2009).
Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi promosi kesehatan secara
global terdiri dari 3 hal yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi yaitu kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat
dengan membuat keputusan dan penentu kebijakan dalam bidang kesehatan
maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap
masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009).
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar membantu
atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi
kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau
penentu kebijakan di berbagai sektor dan tingkat sehingga para pejabat
tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Dukungan
dari para pejabat pembuat keputusan dapat berupa kebijakan-kebijakan yang

8
dikeluarkan dalm bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, surat
keputusan, surat instruksi dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk, baik secara formal
atau informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan
seminar tentang issu atau usulan program yang ingin diharapkan dukungan
dari pejabat terkait. Kegiatan advokasi secara informal, misalnya
mengunjungi pejabat yang relevan dengan program yang diusulkan, untuk
secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, dana atau
fasilitas lain. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa advokasi adalah
para pejabat baik eksekutif dan legislatif diberbagai tingkat dan sektor yang
terkait dengan masalah kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
2. Dukungan Sosial (Social Support)
Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan dari
berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari masyarakat antara
lain berasal dari unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat) yang
mempunyai pengaruh di masyarakat serta unsur formal seperti petugas
kesehatan dan pejabat pemerintah (Mubarak dan Nurul, 2009).
Tujuan utamanya agar para tokoh masyarakat sebagai jembatan antara
sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan masarakat
(penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan sosial
melalui tokoh masyarakat pada dasarnya adalah mensosialisasikan program
-program kesehatan agar masyarakat menerima dan mau berpartisipasi
terhadap program tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan
sebagai upaya membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk
kegiatan dukungan sosial ini anatara lain : pelatihan-pelatihan tokoh
masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh masyarakat dan
sebagainya. Dengan demikian sasaran utama dukungan sosial atau bina
suasana adalah para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah

9
mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan
pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan anatara lain :
penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat
dalam bentuk misalnya koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan
peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill). Dengan
meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan contohnya, terbentuknya dana
sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes dan sebagainya.
Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering disebut gerakan
masyarakat untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat itu sendiri (Soekidjo
Notoatmodjo, 2010).
Konferensi internasional promosi kesehatan di Ottawa Canada pada
tahun 1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Dalam Piagam
Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan yang
mencakup 5 butir, yakni :
1. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Healthy Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para
penentu atau pembuat kebijakan agar mereka mengeluarkan kebijakan-
kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan
kata lain, agar kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat
keputusan dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada
kesehatan publik. Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang
mengatur adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik,
perusahaan rumah sakit dan sebagainya. Setiap kebijakan yang dikeluarkan
oleh pejabat publik harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan
kesehatan masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
2. Lingkungan yang Mendukung (Supporting Environment)
Hendaknya setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat harus
memperhatikan dampak pada lingkungan sekitar agar mempermudah
promosi kesehatan. Lingkungan yang dimaksud di sini bukan saja

10
lingkungan fisik, tetapi lingkungan non-fisik yang kondusif terhadap
kesehatan masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2009).
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum termasuk
pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas
yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat atau sekurang-
kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang
mendukung bagi kesehatan tempat-tempat umum antara lain : tersedianya
tempat sampah, buang air besar atau kecil, air bersih, ruangan bagi perokok
dan non perokok serta lain sebagainya. Jadi, para pengelola tempat-tempat
umum seperti pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall
harus menyediakan sarana-sarana untuk mendukung perilaku sehat bagi
pengunjungnya. (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Helath Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya, bahwa dalam
pelayanan kesehatan itu ada provider dan customer. Penyelenggara
(penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah, sedangkan swasta dan
masyarakat adalah pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan.
Pemahaman semacam ini harus diubah dan dioreintasikan bahwa
masyarakat bukan hanya sekedar pengguna atau penerima pelayanan
kesehatan, tetapi sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan baik
pemerintah ataupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan
masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima
pelayanan kesehatan tetapi sekaligus sebagai penyelenggra kesehatan
masyarakat. Dalam mereorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi
kesehatan sangatlah penting (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
4. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Diharapkan tiap-tiap individu yang berada di masyarakat mempunyai
pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam memelihara kesehatannya,
mengenai penyebab penyakit, mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya dan mampu mencari pengobatan yang layak jika mereka atau
anak-anak mereka sedang sakit (Mubarak dan Nurul, 2009).

11
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu,
keluarga dan kelompok-kelompok. Jadi, kesehatan masyarakat akan
terwujud apabila kesehatan individu, keluarga serta kelompok dapat
terwujud. Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu (personnel
skill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah sangat penting.
Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelhara dan
meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara
kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke
fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan dan sebagainya.
Metode dan tekhnik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual
daripada massa (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).
5. Gerakan Masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau, mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi
promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada
gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh sebab itu, promosi
kesehatan harus mendorong serta memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat
dalam mewujudkan kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat
di bidang kesehatan, niscaya terwujud perilaku yang kondusif untuk
kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatan mereka (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

E. Batasan-batasan dalam Promosi Kesehatan


Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat. Sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik, dari batasan ini
tersirat unsur unsur pendidikan yakni :
1. Input
2. Proses
3. Output

12
Adapun menurut Herry (2007) batasan promosi kesehatan adalah yang
mencakup tentang:
1. Perubahan perilaku, contohnya perilaku kesehatan masyarakat bisa dinilai
dari perilaku negatif berubah menjadi perilaku positif, khususnya didalam
kesehatan masyarakat itu sendiri.
2. Pembinaan perilaku, contohnya perilaku kesehatan yang sudah hidup sehat
dan baik, baru dibina agar dipertahankan perilaku baik dalam menjaga
kesehatannya.
3. Pengembangan perilaku, contohnya membiasakan hidup sehat bagi anak-
anak.

F. Prinsip-prinsip dari Promosi Kesehatan


Prinsip promosi kesehatan menurut WHO pada Ottawa Charter for health
promotion (1986) mengemukakan ada tujuh prinsip pada promosi kesehatan,
antara lain :
1. Empowerment (pemberdayaan) yaitu cara kerja untuk memungkinkan
seseorang untuk mendapatkan kontrol lebih besar atas keputusan dan
tindakkan yang mempengaruhi kesehatan mereka.
2. Partisipative (partisipasi) yaitu dimana seseorang mengambil bagian aktif
dalam pengambilan keputusan.
3. Holistic (menyeluruh) yaitu memperhitungkan hal-hal yang mempengaruhi
kesehatan dan interaksi dari dimensi-dimensi tersebut.
4. Equitable (kesetaraan) yaitu memastikan kesamaan atau kesetaraan hasil
yang di dapat oleh klien.
5. Intersectoral (antar sektor) yaitu bekerja dalam kemitraan dengan instasi
terkait lainnya atau organisasi.
6. Sustainable (berkelanjutan) yaitu memastikan bahwa hasil dari kegiatan
promosi kesehatan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.
7. Multi Strategy yaitu bekerja pada sejumlah strategi daerah seperti program
kebijakkan.

13
Sedangkan menurut Michael,dkk,2009 Prinsip-prinsip promosi kesehatan
antara lain sebagai berikut:
1. Manajemen puncak harus mendukung secara nyata serta antusias program
intervensi dan turut terlibat dalam program tersebut.
2. Pihak pekerja pada semua tingkat ini pengorganisasian harus terlibat dalam
perencanaan dan implementasi intervensi.
3. Fokus intervensi harus berdasarkan pada factor risiko yang dapat
didefinisikan serta dimodifikasi dan merupakan prioritas bagi pekerja.
4. Intervensi harus disusun sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pekerja.
5. Sumber daya setempat harus dimanfaatkan dalam mengorganisasikan dan
mengimplementasikan intervensi.
6. Evaluasi harus dilakukan juga.
7. Organisasi harus menggunakan inisiatif kebijakan berbasis populasi maupun
intervensi promosi kesehatan yang intensif dengan berorientasi pada
perorangan dan kelompok.
8. Intervensi harus bersifat kontinue serta didasarkan pada prinsip-prinsip
pemberdayaan dan atau model yang berorientasi pada masyarakat dengan
menggunakan lebih dari satu metode.

G. Program atau Jenis-jenis Kegiatan dari Promosi Kesehatan


Ditujukan kepada populasi tertentu dengan setting khusus, melibatkan
partisipasi masyarakat sejak perencanaan (termasuk need assessment), hingga
implementasi dan evaluasi,bertujuan mengubah individu, lingkungan fisik dan
sosial, masyarakat dan kebijakan,mengkaitkan perhatian tentang kesehatan
dengan isu kehidupan yang lebih luas (kesejahteraan), memberdayakan sumber
daya yang ada.
Ewlest & simnet (1994) dalam Heri.D.J. Maulana (2009) hal. 26,
mengidentifikasi tujuan area kegiatan promosi kesehatan yaitu:
1. Progam Pendidikan Kesehatan
Program pendidikan kesehatan adalah kesempatan yang direncanakan untuk
belajar tentang kesehatan, dan melakukan perubahan-perubahan secara
sukarela dalam tingkah laku.

14
2. Pelayanan Kesehatan Preventif
Winslow (1920) dalam Level & Clark (1958) dalam Heri.D.J. Maulana
(2009) hal. 27, mengungkapkan 3 tahap pencegahan yang dikenal dengan
teori five levels of prevention, yaitu:
a. Pencegahan Primer
Dilakukan saat individu belum menderita sakit, meliputi:
1) Promosi Kesehatan (health promotion)
Kegiatan pada tahap ini ditujukan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh terhadap masalah kesehatan.
2) Perlindungan Khusus (specific protection)
Berupa upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit
tertentu, misalnya melakukan imunisasi, dan peningkatan
keterampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik,
dan penanggulangan stress.
b. Pencegahan Skunder
1) Diagnosis dini dan pengobatan segera.
2) Pembatasan kecacatan
c. Pencegahan Tersier
Pada tahap ini upaya yang dilakukan adalah mencegah agar cacat yang
diderita tidak menjadi hambatan sehingga indiviu yang menderita dapat
berfungsi optimal secara fisik, mental, dan sosial.
3. Kegiatan Berbasis Masyarakat
Promosi kesehatan menggunakan pendekatan “dari bawah”, bekerja dengan
dan untuk penduduk, dengan melibatkan masyarakat dalam kesadaran
kesehatan.
4. Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi berhubungan dengan pengembangan dan
pelaksanaan kebijakan dalam organisasi-organisasi yang berupaya
meningkatkan kesehatan para staf dan pelanggan.

15
5. Kebijakan Publik Yang Sehat
Upaya ini melibatkan badan resmi atau sukarela, kelompok profesional, dan
masyarakat umum yang bekerja sama mengembangkan perubahan-
perubahan dalam situasi dan kondisi kehidupan.
6. Tindakan Kesehatan Berwawasan Lingkungan
Upaya yang dilakukan adalah menjadikan lingkungan fisik penunjang
kesehatan, baik di rumah, tempat kerja, atau tempat-tempat umum.
7. Kegiatan ekonomi yang bersifat peraturan
Kegiatan politik dan edukasional ini ditunjukan pada politisi untuk
kebijaksanaan dan perencana yang melibatkan upaya lobi dan implementasi
perubahan perubahan legestalatif.seperti peratuaran pemberian lebel
makanan halal mendorang pratik etik yang sukarela.
Jenis promosi kesehatan meliputi:
1. Pemberdayaan masyarakat
2. Pemgembangan kemitraan
3. Upaya advokasi
4. Pembinaan suasana
5. Pemgembangan SDM
6. Pemgembangan IPTEK
7. Pengembangan media dan sarana
8. Pengembangan infrastruktur

H. Pendekatan dalam Promosi Kesehatan


Menurut (Nesi, N 2011) Ada beberapa pendekatan dalam promosi kesehatan
sebagai berikut :
1. Pendekatan Medik
Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan
kecacatan yang didefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker,
dan penyakit jantung. Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk
mencegah atau meringankan kesakitan, mungkin dengan metode persuasive
maupun paternalistic. Sebagai contoh, memberitahu orang tua agar
membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita untuk memanfaatkan klinik

16
keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk dilakukan screening
takanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari tindakan
pencegahan medic dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat
kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan.
2. Pendekatan Perubahan Perilaku
Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku
individu masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup “ sehat “.
Contohnya antara lain mengajarkan orang bagaimana menghentikan
merokok, pendidikan tentang minum alcohol “ wajar “, mendorong orang
untuk melakukan latihan olahraga, memelihara gigi, makan makanan yang
baik dan seterusnya. Orang-orang yang menerapkan pendekatan ini akan
merasa yakin bahwa gaya hidup “sehat“ merupakan hal paling baik bagi
kliennya dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk
mendorong sebanyak mungkin orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat
yang menguntungkan.
3. Pendekatan Edukasional
Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan
memastikan pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan
membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi yang ada.
Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali
nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka sendiri. Bantuan dalam
melaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi praktek kesehatan
baru dapat pula ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah,
misalnya menekankan membantu murid mempelajari ketrampilan hidup
sehat, tidak hanya memperoleh pengetahuannya. orang-orang yang
mendukung pendekatan ini akan memberi arti tinggi bagi proses pendidikan,
akan menghargai hal individu untuk memilih perilaku mereka sendiri, dan
akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka mengangkat bersama
persoalan-persoalan kesehatan yang mereka anggap menjadi hal yang paling
baik bagi klien mereka.

17
4. Pendekatan Berpusat Pada Klien
Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat
membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan
lakukan, dan membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan
kepentingan dan nilai mereka. Peran promotor kesehatan adalah bertindak
sebagai fasilitator, membantu orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian
mereka dan memperoleh pengetahuan serta ketrampilan yang mereka
butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri
klien dilihat sebagai central dari tujuan ini. Klien dihargai sama yang
mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan berkontribusi dan
siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan kesehatan
mereka sendiri.
5. Pendekatan Perubahan Sosial
Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan
pada lingkungan fisik, social dan ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih
mendukung untuk keadaan yang sehat. Contohnya adalah mengubah
masyarakat, bukan pada pengubahan perilaku individu-individunya. Orang-
orang yang menerapkan pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak
demokrasi mereka mengubah masyarakat, mempunyai komitmen pada
penempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai tingkat dan pada
pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat daripada pembentukan
kehidupan individu-individu orang yang tinggal di tempat itu.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama
masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan
kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita
sebagai perawat dapat memahami tentang strategi promosi kesehatan dalam
rangka memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, Dan dengan promosi kesehatan yaitu melalui penyuluhan
kesehatan atau pendidikan kesehatan kita sebagai perawat dapat mencegah
berbagai penyakit.

19
DAFTAR PUSTAKA

Maulana, Herry.(2007). Promosi kesehatan. Jakarta : EGC


Notoatmodjo, Soekidjo.(2010). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmojo, Soekidjo. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta :
Rineka Cipta
Novita, Nesi. (2011). Promosi kesehatan dalam pelayanan kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. (2009). Promosi kesehatan untuk kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika
Mubarak, wahid iqbal .(2007). Promosi kesehatan sebuah pengantar proses
belajar dalam pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu

20

Anda mungkin juga menyukai