Anda di halaman 1dari 8

AQUA WALKING AS AN ALTERNATIVE EXERCISE MODALITY DURING CARDIAC REHABILITATION

Judul FOR CORONARY ARTERY DISEASE IN OLDER PATIENTS WITH LOWER EXTREMITY
OSTEOARTHRITIS

Jurnal BioMed Central Cardiovascular Disorders

Volume & Halaman Vol. 17. Halaman 1-8

Tahun 2017

Penulis Jong-Young Lee, Kee-Chan Joo dan Peter H. Brubaker

Reviewer I Made Dhita Prianthara (1802361033)

Tanggal 14 Juli 2018

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari latihan berjalan di dalam air terhadap kemampuan
Tujuan Penelitian kardiorespirasi (Cardiorespiration Fitness) pada orang tua penderita CAD (Coronary Artery Disease) dengan OA
(Osteoarthritis) pada ekstremitas bawah dan dibandingkan dengan latihan berjalan di darat.
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah 60 orang tua baik laki-laki maupun perempuan yang direkrut dari Rumah Sakit
Kangbuk Samsung Korea, dimana penelitian ini dilaksanakan.
Adapun kriteria inklusi subjek penelitian ini yaitu:
1. Berusia lebih dari 65 tahun.
2. Menjalani PCI (Percutaneous Coronary Intervention) untuk CAD selama bulan Oktober 2015 sampai
September 2016.
3. Mengalami keterbatasan ambulasi akibat OA pada ekstremitas bawah.
4. Merasakan nyeri yang menetap yang secara signifikan mempengaruhi aktivitas fungsional, pastisipasi dan
kualitas hidup, meskipun telah mendapatkan pengobatan secara farmakologis dan non-famakologis.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomized controlled trial.

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu:


1. Komposisi tubuh yang terdiri dari indeks massa tubuh dan persentase lemak tubuh.

Definisi Operasional Variabel 2. Kemampuan kardiorespirasi (CRF) dan hemodinamik istirahat yang terdiri dari tekanan darah sistol (SBP),

Dependen tekanan darah diastol (DBP), denyut nadi istirahat (HRrest) dan VO2max.
3. Lemak darah puasa dan glukosa darah (BG) yang terdiri dari kolesterol total (TC), kolesterol LDL (LDL-
C), kolesterol HDL (HDL-C), trigliserida (TG) dan glukosa darah (BG).
4. Tingkat depresi, kecemasan dan kualitas hidup.
Cara & Alat Mengukur Variabel Untuk mengukur variabel dependen dilakukan dengan menggunakan :
Dependen 1. Untuk mengukur komposisi tubuh yaitu indeks massa tubuh dengan timbangan dan pengukur tinggi badan.
Untuk mebgukur persentase lemak tubuh menggunakan bio-impedance analyzer (Biospace, Korea)
2. Untuk mengukur kemampuan kardiorespirasi dengan metabolic cart (Moxus, USA). Untuk mengukur
hemodinamik istirahat dengan pengukur tekanan darah dan EKG 12 lead.
3. Untuk mengukur lemak darah puasa dan glukosa darah dilakukan dengan pengambilan sampel darah
melalui pembuluh darah vena antecubital saat masa puasa.
4. Untuk mengukur tingkat depresi dengan kuisioner Beck Depression Inventory (BDI-II). Untuk mengukur
tingkat kecemasan dengan kuisioner Beck Anxiety Inventory (BAI). Dan untuk mengukur tingkat kualitas
hidup dengan World Health Organization Quality of Life Questionnaire (WHO-QOL).
Variabel independen dalam penelitian ini adalah latihan aerobik dan program fisioterapi tradisional.

Definisi Operasional Variabel 1. Aquatic walking adalah melakukan senam di dalam air dengan suhu air 30 o sampai 32o selama 30 menit

Independen dengan intensitas 65% denyut jantung maksimal.


2. Tread mill walking adalah pasien melakukan jalan pada tread mill selama 30 menit dengan intensitas 65 %
denyut jantung maksimal.
Langkah–langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menghimpun peserta dari RS Kangbuk Samsung, Korea sehingga didapatkan 60 orang subjek.
2. 60 orang subjek dibagi menjadi 3 kelompok secara acak, yaitu kelompok AW 20 orang, kelompom TW 21
orang dan kelompok CON 19 orang.
3. Semua subjek telah dijelaskan dan mengerti mengenai prosedur penelitian dan menyetujui keikutsertaan
dalam penelitian dengan menandatangani informed consent.
4. Kelompok AW mendapatkan latihan berjalan di dalam air dengan tingkat kedalaman air setinggi prosesus
Langkah–langkah Penelitian xiphoideus dan suhu air berkisar 30o-32oC. Intensitas latihan kelompok AW dimodifikasi dengan
menambahkan 15-17 bpm dari 50%-65% HRR. Latihan dilakukan selama 30 menit, waktu tidak termasuk
pemanasan dan pendinginan. Frekuensi latihan 3 kali seminggu selama 24 minggu.
5. Kelompok TW mendapatkan latihan berjalan di treadmill ataupun di ground track sesuai dengan keinginan
subjek. Intensitas latihan kelompok TW berkisar 50%-65% HRR. . Latihan dilakukan selama 30 menit,
waktu tidak termasuk pemanasan dan pendinginan. Frekuensi latihan 3 kali seminggu selama 24 minggu.
6. Pengukuran dilakukan sebelum penelitian dimulai dan setelah minggu ke-24.
7. Analisis data.
Hasil Penelitian 1. Penelitian ini menunjukkan karakteristik dari semua subjek dimana dalam penentuan kelompok intervensi
di lakukan secara acak. Usia rata-rata subjek adalah 72,9 ± 4,7 tahun, dengan dominasi pria dengan
persentase 76,6%. Di antara kelompok intervesi tidak terdapat perbedeaan karakteristik yang signifikan.
2. Berat badan secara statistik tidak berbeda di antara kedua kelompok. Meskipun efek waktu dan
interaksiuntuk indeks massa tubuh (BMI), BMI menurun pada kedua Kelompok TW dan AW, dan
meningkat pada kelompok CON.terlihat adanya perbedaan signifikan pada lemak tubuh antara kelompok
(TW: −2.7%, AW: −2.8%, CON:−0,4%). Kelompok TW dan AW menunjukan penuruan yang signifikan
dalam persentase lemak tubuh dibandingkan dengan grup CON, meskipun tidak signifikan, ditemukan
perbedaan antara TW dan AW kelompok.
3. Konsumsi oksigen puncak meningkat di kedua TWdan kelompok AW setelah latihan (+2,3 mL / kg · min –
1 vs. +2.0 mL / kg · min − 1 masing-masing), Kelompok CON menunjukkan penurunan pada konsumsi
oksigen puncak (−2,5 mL / kg · menit − 1) setelah 24 minggu. Pengujian post-hoc menunjukan bahwa
kedua kelompok TW dan AW menunjukan peningkatan signifikan pada puncak VO2 jika dibandingkan
dengan grup CON; Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan diamati antara dua kelompok latihan.
4. Fasting blood lipids dan BG pada kelompok TW dan kelompok AW menurun setelah latihan dan yang
digrup CON meningkat, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok latihan, dan tidak ada
interaksi waktu dan kelompok ditemukan. Tidak ada efek yang signifikan atau interaksi diamati untuk
LDL-C dan HDL-C
Pembahasan Penelitian ini tidak menunjikan perubahan yang berarti pada persentase lemak tubuh dan BMI pada
kelompok TW dan AW dengan presentase lemak tubuh ( TW :−9% dan AW :−8%) dan persentase BMI ( TW :
−3% dan AW: −4%) setelah 24 minggu pelatihan pada pasien dewasa dengan CAD. Mengingat bahwa setiap
pasien dengan OA dan CAD tidak dapat menerima program TW selama program CR mereka, AW bisa menjadi
modalitas alternatif yang layak.
Tingkat latihan dan aktivitas fisik diketahui berbanding terbalik dengan risiko penyakit kardiovaskular.
Namun, latihan menahan beban seperti berjalan sering tidak dapat ditoleransi oleh individu dengan keterbatasan
ortopedi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa latihan berbasis air adalah alternatif untuk latihan bagi individu
dengan masalah ortopedi dan kelebihan adipositas. Namun, penelitian ini menunjukkan efek menguntungkan dari
program latihan AW pada individu yang lebih tua yang menjalani PCI. Pada pasien dengan gangguan mobilitas
sangat jarang untuk melakukan latihan secara maksimal . Oleh karena itu, kemampuan untuk melakukan latihan
submaksimal yang berkepanjangan sering lebih relevan untuk kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan.
Dari perspektif ini, efek dari program AW yang diusulkan dalam penelitian ini dapat lebih ditekankan dengan
mempertimbangkan pelatihan berjalan submaksimal.
Pada menelitian ini konsisten menunjukan adanya perubahan dalam komposisi tubuh yang dilaporkan dalam
kebanyakan studi sebelumnya pada terapi latihan berbasis air . Perubahan berat badan dan komposisi tubuh akan
serupa dalam dua mode latihan ini, karena konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori sama antara latihan berbasis
air dan darat . Selama waterbased walking, air tidak hanya meningkatkan daya apung, mengurangi pengeluaran
energi, tetapi juga memberikan perlawanan terhadap gerakan ekstremitas, membutuhkan lebih banyak pengeluaran
energi daripada resistensi oleh udara di darat.
Sementara daya apung air menurunkan pembebanan pada sendi yang bermanfaat bagi mereka dengan
arthritis ekstremitas bawah, peningkatan resistensi juga membantu memperkuat otot-otot ekstremitas bawah dan
dengan demikian meningkatkan fungsi fisik. Program latihan olahraga berbasis air telah terbukti meningkatkan
CRF atau waktu latihan maksimum atau latihan beban pada pasien dengan cedera otak dan stroke , serta pada
individu muda yang tidak sehat dan wanita tua yang sehat. Dalam penelitian ini, baik kelompok TW dan AW
menunjukkan perbaikan signifikan dan bermakna (10%) di CRF. Sebaliknya, individu yang menjalani program
rehabilitasi berbasis latihan tradisional umumnya memiliki peningkatan yang lebih besar (yaitu, 15-20%) dalam
tingkat CRF [21, 22]. Hasil ini sering didasarkan pada perkiraan level MET dan bukan dari level puncak VO2
yang diukur secara langsung. Pendekatan sebelumnya diketahui biasanya melebih-lebihkan kapasitas fungsional
sebenarnya, terutama pada pasien dengan kondisi jantung . Selanjutnya, peserta dalam penelitian ini adalah pasien
yang lebih tua (berusia> 65 tahun) dengan artritis ekstremitas bawah dan dengan demikian cenderung
menghasilkan perbaikan CRF yang lebih kecil daripada subjek yang lebih muda dan sehat. Peningkatan 10%
dalam nilai puncak VO2 di kedua kelompok AW dan TW dalam penelitian ini konsisten dengan hasil dari studi
sebelumnya dari program latihan berbasis air pada subyek lansia yang sehat dan masih menunjukan perubahan
yang berarti dalam fungsi fisik untuk pasien-pasien ini.. Peningkatan nilai puncak VO2 yang diperoleh dalam
program 24-minggu mungkin relevan, bukan hanya karena konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya tetapi
juga karena perbaikan serupa memprediksi prognosis jangka panjang pasien dengan CAD . Studi kami mungkin
menekankan arti klinis potensial dari program AW dalam program CR.
Terapi latihan berbasis air memiliki potensi untuk memengaruhi pengukuran hemodinamik, termasuk denyut
jantung dan tekanan darah. Sejumlah penelitian telah menyimpulkan bahwa perendaman air meredistribusi
volume darah dan meningkatkan curah jantung karena tekanan hidrostatik yang bekerja pada pembuluh darah
perifer Akibatnya, denyut jantung menurun dan volume stroke meningkat saat istirahat dan selama latihan selama
perendaman air. Selanjutnya, peningkatan volume darah sentral mempengaruhi aliran darah ginjal dan tekanan
pengisian atrium kanan, menekan vasopresin arginin dan aktivitas renin plasma, dan mengaktifkan faktor
natriuretik atrial. Hormon-hormon ini menginduksi natriuresis dan diuresis, yang dapat menurunkan tekanan
darah. Gambar 2 menunjukkan bahwa SBP dan DBP menurun baik pada kelompok TW dan AW tanpa perbedaan
yang signifikan antara mereka (−6% dan −4% dalam SBP, dan −8% dan −5% dalam DBP).
Beberapa penelitian telah meneliti efek latihan berbasis air pada peningkatan lipid darah dan melaporkan
hasil yang tidak konsisten. Dalam penelitian ini, perubahan yang berarti dalam tingkat TC dan TG diamati baik
pada kelompok TW dan AW. Namun, tidak ada perubahan signifikan pada tingkat HDL-C dan LDL-C yang
diamati pada kedua kelompok. Sementara banyak studi olahraga telah melaporkan peningkatan tingkat HDL-C,
volume latihan dalam penelitian ini mungkin tidak cukup untuk menghasilkan hasil ini. Intervensi TW dan AW
dalam penelitian ini hanya dilakukan 30 menit tiga kali per minggu, sedangkan banyak penelitian lain
menggunakan durasi yang lebih lama dan frekuensi latihan yang lebih besar. Kami membatasi volume latihan
subyek kami karena kekhawatiran memburuknya kondisi rematik.
Peningkatan sensitivitas insulin dan kontrol glukosa sekunder untuk latihan aerobik juga telah terbukti pada
penelitian sebelumnya. Namun, hanya beberapa penelitian yang meneliti efek latihan berbasis air pada toleransi
glukosa atau sensitivitas insulin. Penelitian tersebut melaporkan penurunan yang signifikan dalam kadar glukosa
plasma puasa dan penurunan yang signifikan dalam kadar insulin plasma puasa, kadar insulin atau glukosa
postprandial 2 jam, dan penilaian model homeostasis resistensi insulin setelah 12 minggu latihan berbasis air.
Dalam penelitian ini, level BG puasa menurun baik pada kelompok TW dan AW (−12% keduanya). Meskipun
perbedaan tidak mencapai signifikansi statistik, hasil ini menunjukkan bahwa AW memiliki efek menguntungkan
pada kontrol glikemik yang sama dengan TW.

Kekuatan penelitian ini adalah :


1. Penelitian ini membuktikan bahwa baik di aplikasikan pada psien denga keluhan pada ektrimitas bawah.
2. Program latihan yang diberikan sederhana sehingga mudah diaplikasikan.
Kekuatan Penelitian 3. Hasil yang signifikan antara kedua kelompok sehingga kedua intervensi dapat diaplikasi sesuai dengan
kondisi pasien
4. Penelitian ini lebih menyarankan latihan AW untuk keluhan arthritis karena mengurangi pembebanan pada
sendi.
Kelemahan Penelitian Kelemahan penelitian ini adalah :
1. Tidak mencantumkan kriteria eksklusi untuk pemilihan sampel.
2. Tidak ada follow-up jangka panjang untuk mengetahui bagaimana efek dari latihan yang diberikan secara
berkelanjutan setelah penelitian selesai.
3. Waktu penelitian masih tergolong pendek untuk menentukan peningkatan kapasitas fisik pasien

Anda mungkin juga menyukai