Anda di halaman 1dari 4

EFEKTIFITAS PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG

PERAWATAN LANSIA PADA KADER KESEHATAN DI KABUPATEN


MINAHASA

1.1. LATAR BELAKANG

Peningkatan jumlah lanjut usia dan kurangnya kader kesehatan khusus lanjut usia dapat
menurunkan kesejahteraan hidup lanjut usia. Peningkatan ini disebabkan oleh
berkembangnya ilmu pengeetahuan, teknologi dan kemajuan sosial ekonomi sehingga
terjadi peningkatan angka hidup lanjut usia (Setyoadi, dkk, 2013). Menurut, (WU & SY
2000, dalam Styoadi 2013) mengatakan bahwa meningkatnya harapan hidup lanjut usia
bisa meningkatkan terjadinya resiko penyakit-penyakit kronis. Ini dikarenakan kurangnya
jumlah kader kesehatan khusus lanjut usia yang merasa tidak percaya diri dan tidak
memiliki kemampuan untuk merawat lanjut usia (Soesanto, dkk, 2014). Karena
peningkatan angka hidup lansia tersebut dan untuk meminimalkan resiko terjadinya
penyakit kronis pada lanjut usia maka sangat dibutuhkan peran kader kesehatan lansia
untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.

Pada tahun 2017, diperkirakan ada 962 juta orang berusia 60 tahun atau lebih di dunia
yang terdiri dari 13% populasi global. Populasi berusia 60 tahun bahkan lebih meningkat
sekitar 3% pertahun. Saat ini Eropa memiliki presentase penduduk terbesar lansia yang
berumur 60 ke atas, sekitar 25%. Penuaan yang cepat juga akan terjadi di belahan dunia
lain sehingga pada tahun 2050, semua wilayah kecil di dunia kecuali Afrika diperkiran akan
terjadi peningkatan angka hidup lanjut usia, ¼ bahkan lebih pada usia >60tahun. Jumlah
orang tua di dunia diprediksikan menjadi 1,4 miliar pada tahun 2050 dan bisa meningkat
menjadi 3,1 miliar pada tahun 2.100 (World population Ageing, 2017). Peningkatan lanjut
usia juga terjadi di Amerika, Swedia dan Prancis. Lansia yang mampu bertahan hidup di
Amerika Serikat mencapai 69 tahun, di Swedia mencapai 85 tahun dan di Prancis mencapai
usia 115 tahun. Perkembangan usia ini meningkat dari 7%- 14% . Secara mutlak perubahan
proporsi ini menunujukan kenaikan lansia di dunia.

Populasi lansia di Asia diprediksikan mencapai hampir 923 juta pada pertengahan abad
ini (ASIAN Devlopment Bank, 2017). Diperkirakan 30 tahun kedepan populasi di cina
akan berkembang 15,7% proporsi usia >60tahun dari 12,4% menjadi 28,1% (World
Population Ageing, 2013). Menurut Ageing population (2015), terjadi peningkatan usia
lanjut di Malaysia mencapai 6,36%. Sehingga diperkirakan beberapa tahun kedepan Asia
akan menjadi salah satu dari benua yang banyak dihuni oleh lansia.

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan lanjut usia
karena memiliki penduduk yang berusia >60tahun. Pada tahun 2000 sampai sekarang
Indonesia telah dikenal dengan negara struktural tua karena jumlah lansia yang mencapai
15.882.000 populasi (7,6% dari jumlah penduduk Indonesia) dan diperkirakan akan terjadi
peningkatan mencapai 18.282.000 populasi (8,2% dari jumlah penduduk Indonesia) pada
tahun 2010 dan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lanjut usia akan mencapai 29.000.000
populasi (11,4% dari jumlah penduduk Indonesia. (Era, 2016). Berdasarkan sensus
penduduk tahun 2010, jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,1 juta jiwa (7,6% dari total
jumlah penduduk Indonesia) dan pada tahun 2014 jumlah penduduk yang lanjut usia
sekitar 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlah dari lanjut usia akan
mencapai 36 juta jiwa (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

Menurut Badan Statistik Indonesia (2014), Sulawesi Utara berada pada urutan ke-V
penduduk lansia terbanyak. Presentasi lanjut usia pada tahun 2015 mencapai 9,7% dari
jumlah penduduk Indonesia dan diperkirakan pada tahun 2020 akan terjadi peningkatan
lanjut usia mencapai 11,6% dari jumlah penduduk Indonesia. data statistik. Jumlah
penduduk dengan uisa >60tahundi Kabupaten Minahasa sekitar 16.704 populasi.

Menteri-menteri kesehatan yang tergabung dalam Regional Office for South-East Asia
(SEARO) dalam Healt Ministers Meeting yang ke-30, mereka sepakat untuk membahas
mengenai isu ageing sebagai masalah utama. Ada 14 komitmen yang harus dijalani oleh
setiap negara yang tergabung di SEARO dengan tujuan untuk meningkatakan kesehatan
lanjut usia di setiap negara. Kesehatan lanjut usia dijadikan prioritas nasional dan hal itu
merupakan salah satu komitmen dari 14 komitmen yang harus mereka jalani. Upaya untuk
mengurangi angka lansia yang sakit harus dilakukan kegiatan promotif dan preventif
(Direktur Jendral Bina Upaya Kementrian Kesehatan RI, Prof. Dr.dr Akmar Taher, SpU
(K) (2015). Selain itu, untuk menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan untuk
memfasilitasi kelompok lansia untuk bisa hidup dengan mandiri dan produktif adalah tugas
dari pemerintah (Kementrian Kesehatan RI, 2015). Berkaitan dengan hal itu, pada tahun
2017 pemerintah Sulawesi Utara mengadakan “Hari Lanjut Usia” tingkat Provinsi Sulawesi
Utara tentunya kegiatan tersebut memiliki tujuan untuk mewujudkan lansia yang sehat,
aktif, produktif dan mandiri (Sandag, 2017).
Beberapa hal yang telah dilakukan pemerintah tentunya untuk kepentingan lanjut usia.
Namun penulis merasa belum semua lanjut usia merasakan jamahan tangan pemerintah
karena buktinya masih banyak lanjut usia yang tidak mampu hidup mandiri dan masih
banyak lansia yang terkena penyakit menular maupun tidak menular . Ini dikarenakan
kurangnya kegiatan promotif dan preventif oleh kader kesehatan. Untuk itu, peneeltian ini
bermanfaat bagi masyarakat karena didalamnya ada informasi mengenai perawatan lansia
dan bisa dijadikan referensi oleh kader kesehatan dan berguna untuk profesi keperawatan
dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk itu promosi kesehatan sangatlah
dibutuhkan. Berdasarkan uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Efektifitas Pemberian Pendidikan Kesehatan Tentang Perawatan Lansia Pada
Kader di Kabupaten Minahasa”

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas pemberian pendidikan kesehatan tentang perawatan
lansia pada kader kesehatan di Kabupaten Minahasa.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di Kab.Minahasa
2. Untuk mengetahui sikap masyarakat di Kab.Minahasa.
3. Untuk mengetahui keterampilan masyarakat di Kab.Minahasa
4. Untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah pemberian pendidikan
kesehatan tentang perawatan lansia pada kader di Kab. Minahasa

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan pemberian
pendidikan kesehatan tentang perawatan lansia pada kader kesehatan di Kab.Minahasa.

1.4 Ringkasan isi

Pada bab I menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan penelitian dan pertanyaan
peneltian. Pada bab II menjelaskan tentang tinjauan pustaka dan teori keperawatan. Pada bab
III menjelaskan tentang kerangka konsep, hipotesis, definisi operasional. Pada bab IV
menjelaskan tentang metode penelitian, desain penelitian, lokasi, waktu, populasi dan sampel,
serta instrumen, pengolahan data, dan analisa data. Pada bab V menjelaskan mengenai
distribusi demografi, analisa univariat, analisa bivariat. Pada bab VI menjelaskan mengenai
hasil penelitian efektifitas pendidikan kesehatan dan perawatan lanjut usia pada Kader di
kec.kakas. pada bab VII menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai