Kiki Nur Azizah Hidayatul Fitria - 1813015019 - Kelas D 2018 - Biokimia
Kiki Nur Azizah Hidayatul Fitria - 1813015019 - Kelas D 2018 - Biokimia
Kiki Nur Azizah Hidayatul Fitria - 1813015019 - Kelas D 2018 - Biokimia
NIM : 1813015019
Kelas : D 2018
SIKLUS UREA
Dalam reaksi pembentukan karbamil fosfat ini, satu mol ammonia bereaksi
dengan satu mol karbondioksida dengan bantuan enzim karbamilfosfat sintetase.
Reaksi ini membutuhkan energi, karenanya reaksi ini melibatkan dua mol ATP
yang diubah menjadi ADP. Disamping itu sebagai kofaktor dibutuhkan Mg ++ dan
N-asetil-glutamat.
Siklus Urea terdiri atas beberapa tahap kompleks. Gugus amino pertama
yang memasuki siklus urea muncul dalam bentuk ammonia bebas, oleh
deasimenasi oksidatif glutamate di dalam mitokondria sel hati. Reaksi ini
dikatalisis oleh glutamate dehidrogenase, yang memerlukan NAD+.
Biosintesis urea terdiri atas beberapa tahap reaksi yang merupakan suatu siklus,
sebagai berikut (Poedjiadi, 2006:322-325):
Reaksi dari siklus urea yaitu:
Dalam reaksi pembentukan karbamil fosfat ini, satu mol amonia bereaksi
dengan satu mol karbondioksida dengan bantuan enzim karbamilfosfat
sintetase. Reaksi ini membutuhkan energi, karenanya reaksi ini melibatkan
dua mol ATP yang diubah menjadi ADP.
O O
║ ║
CO2 + NH3 + 2ATP + H2O H2N – C – O-P - O¯ + 2 ADP + Pi
│
O
B. Pembentukan Stirulin
H 2N
\
C=O
/
HN
ǀ
NH2 + H2N – C – OPO3H2 CH2 + H3PO4
│ │
CH2 Karbamilfosfat CH2
│ │
CH2 CH2
│ │
CH2 CH2
│ │
HCNH2 HCNH2
│ │
COOH COOH
L-ornitin L-sitrulin
E. Penguraian Arginin
Reaksi terakhir ini melengkapai tahap reaksi pada siklus urea. Dalam
reaksi ini, arginin diuraikan menjadi urea dan ornitin. Enzim yang bekerja
sebagai katalis dalam reaksi penguraian ini ialah arginase yang terdapat dalam
hati. Ornitin yang terbentuk dalam reaksi hidrolisis ini bereaksi kembali
dengan karbamilfosfat untuk membentuk sitrulin. Demikian seterusnya reaksi
berlangsung secara berulang-ulang sehingga merupakan suatu siklus. Adapun
urea yang terbentuk dikeluarkan dari tubuh melalui urine.
HN
C – NH2 NH2
/ │
NH H2N CH2
│ \ │
CH2 + H2O C – NH2 + CH2
│ // │
CH2 O CH2
│ Urea │
CH2 HCNH2
│ │
HCNH2 COOH
│ L-ornitin
COOH
L-arginin
Reaksi keseluruhan siklus urea ini ialah sebagai berikut:
Oleh karena pirofosfat yang terbentuk dalam reakis ini (PPi) terhidrolisis
lebih lanjut menjadi fosfat, maka pembentukan satu molekul urea
membutuhkan empat ikatan fosfat berenergi tinggi.
Proses kimia dalam siklus urea ini terjadi dalam hati karena enzim-enzim
yang bekerja sebagai katalis terutama terdapat pada mitokondria dalam sel
hati.
A. Tirosin
10) Tirosin terkandung dalam hati ayam, keju, alpukat, pisang, ragi, ikan
dan daging.
B. Sistein
C. Serin
4) pertama kali di isolasi dari protein serat sutra pada tahun 1865.
D. Prolin
E. Glisin
F. Asam glutamat
G. Asam aspartat
H. Ariginin
I. Alanin
3) ditemukan dalam bahan pangan bentuk lain seperti daging, ikan, susu,
telur, dan kacang-kacangan.
J. Histidin
4) Perlu untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih.
2) Asam amino ini berfungsi sebagai bahan bakar otak yang mengontrol
kelebihan amonia yang terbentuk dalam tubuh akibat proses biokimia.
L. Asparagin
Merupakan asam animo yang tidak di produksi oleh tubuh, sehingga harus
diberi asupan dari luar, jenisnya antara lain sebagai berikut:
A. Triptofan
B. Treonin
6) terdapat pada bahan pangan berupa susu, daging, ikan ,dan biji wijen.
C. Metionin
D. Lisin
E. Leusin
F. Isoleusin
2) Perkembangan kecerdasan.
G. Fenilalanin
6) Fenilalamin terdapat pada daging ayam, sapai, ikan, telur, dan kedelai.
H. Valin
B. Biosintesis alanin
C. Biosintesis sistein
Sulfur untuk sintesis sistein berasal dari metionin. Kondensasi dari ATP
dan metionin dikatalisis oleh enzim metionin adenosiltransfrease
menghasilkan S-adenosilmetionin (SAM).
D. Biosintesis tirosin
F. Biosintesis serin
G. Biosintesis glisin
Jalur utama untuk glisin adalah 1 tahap reaksi yang dikatalisis oleh
serin hidroksimetiltransferase. Reaksi ini melibatkan transfer gugus
hidroksimetil dari serin untuk kofaktor tetrahidrofolat (THF),
menghasilkan glisin dan N5, N10-metilen-THF.
DIFESIENSI
1. Marasmus
2. Kwashiorkor
Kurangnya protein dan karbohidrat seperti beras, ubi jalar, dan pisang
menyebabkan kwashiorkor. Ini adalah penyakit gizi buruk yang sering
terjadi pada anak agak besar.
3. Cachexia
Hal ini menyebabkan penurunan berat badan dan juga bisa mengakibatkan
kematian. Asupan protein yang kurang sering terjadi pada pasien yang
menderita kanker kolon, lambung, hati, pankreas dan saluran empedu.
Ada empat kondisi utama yang merupakan akibat kekurangan protein khusus
pada tubuh:
Protein tersusun dari asam amino. Ada 22 asam amino yang telah ditemukan
dalam jaringan tubuh manusia. Banyak dari asam amino dapat disintesis
sendiri oleh tubuh kita (asam amino non-esensial).
Namun sembilan dari mereka adalah asam amino penting (asam amino
esensial) yang harus didapatkan dari luar tubuh (makanan) karena tubuh kita
tidak dapat mensintesisnya. Ketidakcukupan setiap jenis asam amino esensial
ini juga dapat menyebabkan fungsi abnormal dan berbahaya bagi tubuh.
Bahkan asam amino non esensial juga diperlukan sebagai pelengkap dalam
membangun protein. 9 asam amino esensial dan efek buruk akibat kekurangan
zat protein nya yaitu:
1. Alergi. Reaksi alergi dapat terjadi karena asam amino dikenali sebagai
senyawa yang asing oleh tubuh. Hal tersebut mungkin terjadi ketika asam
amino diserap ke aliran darah sebelum metabolisme terjadi. Reaksi yang
umum muncul adalah gatal-gatal, sesak nafas, ruam kulit hingga artritis.
Artritis reumatoid adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya
peradangan pada jaringan ikat sendi, yang menyebabkan rasa sakit dan
keterbatasan gerak.
3. Jika hal di atas terjadi dalam waktu yang lama tanpa adanya penambahan
jumlah konsumsi kalsium yang mencukupi, beberapa penyakit yang
berhubungan dengan kekurangan kalsium dapat terjadi, diantaranya adalah
gejala osteoporosis, gigi keropos, nyeri otot, pre menstrual syndrome
(PMS) dan penurunan kekebalan tubuh.
4. Memperberat kinerja ginjal dan hati. Sebagai nutrisi yang tidak dapat
disimpan dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama, di dalam tubuh,
asam amino akan terus mengalami proses metabolisme. Pada ginjal, asam
amino dalam aliran darah akan memperberat proses filtrasi pada ginjal,
karena semakin pekat kandungan dalam darah, semakin banyak pula yang
perlu diserap kembali. Namun, sebelum mencapai ginjal, hati merupakan
organ pertama yang bertanggung jawab memproduksi enzim yang
berfungsi dalam pemecahan asam amino yang saling terikat. Oleh karena
itu, jika semakin banyak jumlah asam amino yang dikonsumsi, tubuh akan
semakin keras berupaya menjaga keseimbangan jumlahnya, melalui
kinerja yang lebih berat.