Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERPAJAKAN

DOSEN: BAPAK ARGA SUTRISNA MM

DISUSUN OLEH :

RADEN ANISA INDRIANI 1802010081


CLARISHA RINDIANI 1802010072
RESTU PERTIWI 1802010053
M RIFAN NURHIDAYAT 1802010057
HARIS 1802010281
ROBY GHIYATS APUDIN 1802010282
GILANG AGIS FIRDAUS 1802010266
SEVTIE FITRIA RAMADHANTIE 1802010272
KENA ANJASARI 1802010284

PRODI MANAGEMENT

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA

TAHUN AKADEMIK 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis beserta bisa
menyusun makalah ini dengan judul ”pajak bumi dan bangunan dan pajak
pertambahan nilai”.
Sholawat dan salam kita hadiahkan ke arwah Nabi besar
Muhammad SAW, seorang pemimpin sejati, suri tauladan yang baik bagi semua
umat, yang telah membawa kita ke zaman modern yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini.
Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat serta memberikan
sumbangan pengetahuan bagi semua pihak yang tertarik dan ingin mengetahui
tentang perpajakan yang ada di Indonesia. Makalah ini juga diharapkan bisa
menjadi penambah literatur (daftar bacaan) khususnya bagi mahasiswa fakultas
Ekonomi.
Namun demikian, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun dari semua pihak demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, bersama ini
penulis mempersembahkan makalah dengan judul ” pajak bumi bangunan dan
pajak pertambahan nilai” kehadapan para pembaca sekalian.

Tasikmalaya, 13 Maret 2019

Penyusun

ii
Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
2.1. Ruang Linkup Masalah ........................................................................................ 2
3.1. Maksud dan Tujuan............................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
2.1.Pengertian Pajak........................................................................................................ 3
2.2.Fungsi Pajak .............................................................................................................. 3
2.3.Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)........................................................... 5
2.4 .Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan................................................................ 5
2.5.Istilah Penting Dalam Undang-Undang PBB ............................................................ 6
2.6.Objek Pajak Bumi dan Bangunan ............................................................................. 6
2.7.Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ............................................................................ 7
2.8.Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan ........................................................... 7
2.9.Pengertian Pajak Pertambahan Nilai ......................................................................... 7
2.10.Objek Pajak Pertambahan Nilai .............................................................................. 8
2.11.Subyek Pajak Pertambahan Nilai .......................................................................... 11
2.12. Tarif Pajak Pertambahan Nilai ...................................................................... 13
2.14. Tata cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai ........................................... 15
BAB III ............................................................................................................................. 16
PENUTUP ........................................................................................................................ 16
1. Kesimpulan ........................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN
PAJAK BUMI BANGUNAN DAN PAJAK PENAMBAHAN NILAI

1.1. Latar Belakang


Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum
dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang
Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Mengisyaratkan bahwa diperlukan adanya pembaruan sistem perpajakan guna
meningkatkan kemampuan negara dan masyarakat untuk membiayai
pembangunan yang berasal dari sumber-sumber dalam negeri, karena semakin
meningkatnya penerimaan yang bersumber dari dalam negeri akan semakin
meningkat pula kemandirian dalam pembiayaan pelaksanaan pembangunan. Pajak
bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah dan bangunan
karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik
bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh
manfaat dari padanya. Dasar pengenaan pajak dalam PBB adalah Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP). NJOP ditentukan berdasarkan harga pasar per wilayah dan
ditetapkan setiap tahun oleh menteri keuangan.

1
2.1. Ruang Linkup Masalah
Pada umumnya permasalahan ini tidak jauh dari kehidupan di sekitar kita.
Banyak n wajib pajak yang tidak menjalankan kewajibannya untuk membayar
pajak, karena ada sesuatu yang membuat mereka tidak melaksanakan
kewajibannya itu. Ada beberapa hal yang tidak memungkinkan wajib pajak untuk
membayar pajak yaitu objek pajak yang di miliki wajib pajak salah satunya adalah
tertimpa musibah. Tetapi juga wajib pajak sengaja lalai dengan kewajiban sebagai
wajib pajak.

3.1. Maksud dan Tujuan


Tujuan dari penuisan makalah ini adalah membantu para pembaca untuk
mengetahui lebih dalam lagi tentang pajak bumi dan bangunan, sehingga pare
pembaca tidak hanya membaca saja tetapi berharap untuk lebih mengetahui lagi
apa itu yang dimaksud dengan pajak bumi dan bangunan, dan apa saja aturan-
aturan atau kewajiban-kewajiban yang ada di pajak bumi dan bangunan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.
Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya
produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada
negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat
kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian
dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment.

2.2.Fungsi Pajak

a. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak

3
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran
termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak
mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi anggaran (budgetair)


Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan
melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat
diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan
rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah,
yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan
dari sektor pajak.

2. Fungsi mengatur (regulerend)


Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan
pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam
negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak.
Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea
masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

3. Fungsi stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran
uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan
efisien.

4. Fungsi redistribusi pendapatan


Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan

4
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat

2.3.Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan
terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
UndangUndang nomor 12 Tahun 1994.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang
ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan
subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.

2.4 .Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan


a. UU No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No.
12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

b. KMK No.201/KMK.04/2000 Tentang Penyesuaian Besarnya Nilai Jual


Objek Pajak Tidak Kena Pajak Sebagai Dasar Penghitungan Pajak Bumi dan
Bangunan.
c. KMK No. 523/KMK.04/1998 Tentang Penentuan Klasifikasi dan Besarnya
Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.
d. KMK No. 1004/KMK.04/1985 Tentang Penentuan Badan atau Perwakilan
Organisasi Internasional yang Menggunakan Objek Pajak Bumi dan
Bangunan Yang Tidak Dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan.
e. Kep Dirjen Pajak Nomor: KEP-251/PJ./2000 Tentang Tata Cara Penetapan
Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak Sebagai Dasar
Penghitungan Pajak Bumi dan Bangunan.
f. Kep Dirjen Pajak Nomor: KEP-16/PJ.6/1998 Tentang Pengenaan Pajak Bumi
dan Bangunan.Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor: SE-43/PJ.6/2003 Tentang
Penyesuaian Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak

5
g. Kena Pajak (NJOPTKP) PBB dan Perubahan Nilai Perolehan Objek Pajak
Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) BPHTB Untuk Tahun Pajak 2004.
h. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor: SE-57/PJ.6/1994 Tentang Penegasan dan
Penjelasan Pembebasan PBB atas Fasilitas Umum dan Sarana Sosial Untuk
Kawasan Industri dan Real Estate.

2.5.Istilah Penting Dalam Undang-Undang PBB


a. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya;
b. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan/atau perairan;
c. Nilai Jual Obyek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi
jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual
beli, Nilai Jual Obyek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan
obyek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Obyek
Pajak Pengganti;
d. Surat Pemberitahuan Obyek Pajak adalah surat yang digunakan oleh wajib
pajak untuk melaporkan data obyek pajak menurut ketentuan undang-undang
ini;
e. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang adalah surat yang digunakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terhutang
kepada wajib pajak.

2.6.Objek Pajak Bumi dan Bangunan


Yang menjadi objek pajak adalah :
a. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya.
b. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan/atau perairan.
Yang termasuk pengertian bangunan adalah :
a. Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan seperti hotel,
pabrik, dan emplasemennya dan lain-lain yang merupakan satu kesatuan
dengan kompleks bangunan tersebut;

6
b. jalan TOL;
c. kolam renang;
d. pagar mewah;
e. tempat olah raga;

2.7.Subjek Pajak Bumi dan Bangunan


Yang menjadi subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata :
a. mempunyai hak atas bumi/tanah, dan/atau;
b. memperoleh manfaat atas bumi/tanah dan/atau;
c. memiliki, menguasai atas bangunan dan/atau;
d. memperoleh manfaat atas bangunan.

2.8.Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan


a. Adanya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Adalah harga rata-rata yang
diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana
tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan
harga dengan obyek lain yang sejenis, atau niali perolehan baru atau nilai
objek pajak pengganti.
b. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak ditetapkan oleh Menteri Keuangan setiap 3
tahun sekali, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun dengan
perkembangan daerahnya.
c Dasar perhitungan pajak adalah Nilai Jual Kena Pajak yang ditetapkan
serendah-rendahnya 20% dan setinggi-tingginya 100% dari Nilai Jual Kena
Pajak..
d. Besarnya persentase Nilai jual Kena Pajak ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional.

2.9.Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

1. PPN adalah pajak tidak langsung

7
PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas “konsumsi barang
atau jasa” (General Indirect Tax on Consumption).

2. PPN sebagai pajak objektif

Sebagai pajak objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar PPN


ditentukan oleh adanya objek pajak.

3. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri

Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam negeri, PPN hanya dikenakan
atas Konsumsi Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang
dilakukan di dalam negeri.

2.10.Objek Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan tas hal-hal sebagai berikut:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan


oleh Pengusaha;
b. Impor Barang Kena Pajak;
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean;
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean; atau
f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
g. Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak
h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh pengusaha kena pajak

Jenis barang yang tidak dikenakan PPN

8
1. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, meliputi:

a. minyak mentah.
b. Gas bumi
c. Panas bumi.
d. Pasir dan kerikil
e. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara .
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih
perak, serta bijih bauksit.
g. Barang hasil pertambangan dan pengeboran lainya yang diambil langsung
dari sumbernya.

2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, yaitu
sebagai berikut:

1) Segala jenis beras dan gabah, seperti berats putih, beras merah, beras
ketan hitam atau beras ketan puth dalam bentuk:

a. Beras berkulit (padi atau gabah) selain untuk benih;


b. Digiling
c. Beras setengah giling atau digiling seluruhnya, disosoh, dikilapkan
maupun tidak,; beras pecah;
d. Menir (groats) dari beras

2) Segala jenis jagung, seperti jagung putih, jagung kuning, jagung kuning,
jagung kuning kemerahan atau popcorn (jagung brondong), dalam
bentuk:

a. Jagung yang telah dikupas maupun belum/jagung tongkol dan biji


jagung/jagung pipilan;
b. Menir (groats)/beras jagung, sepanjang masih dalam bentuk butiran.

3) Sagu, dalam bentuk:

9
a. Empulur sagu
b. Tepung, tepung kasar dan bubuk dari sagu

4) Segala jenis kedelai, seperti kedelai putih, kedelai hijau, kedelai kuning
atau kedelai hitam dalam bentuk pecah atau utuh.

5) Garam baik yang beryodium maupun tidak beryodium termasuk:

a. Garam meja;
b. Garam dalam bentuk curah atau kemasan 50 kg atau lebih, dengan
kadar Na CL 94,7 % (dry basis)
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung, dan sejenisnya.

Barang-barang tersebut meliputi makanan dan minuman baik yang


dikonsumsi di tempat maupun tidak; tidak termasuk makanan
danminuman yang diserahkan oleh usaha catering atau usaha jasa boga.

d. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga

Jenis Jasa yang tidak kena PPN

1. Jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi:

a. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi.


b. Jasa dokter hewan.
c. Jasa ahli kesehatan, seperti ahli akupunktur, ahli gigi, ahli gizi, danahli
fisioterapi.
d. Jasa kebidanan dan dukun bayi.
e. Jasa paramedis dan perawat.
f. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium
kesehatan, dan sanatorium.

2. Jasa pelayanan sosial, meliputi:

10
a. Jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo.
b. Jasa pemadam kebakaran.
c. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan.
d. Jasa lembaga rehabilitasi.
e. jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman,
termasukkrematorium.
f. jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.

3. jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat


dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain
pengganti perangko tempel.

2.11.Subyek Pajak Pertambahan Nilai

1. Pengusaha

Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean,
melakukan usaha jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

2. Pengusaha kena pajak

Pengusaha adalah pengusaha yang mengekspor BKP yang telah


dikukuhkan sebagai PKP.

3. Pengusaha kecil

Pengusaha kecil adalah pengusaha yang dalam satu tahun buku


melakukan penyerahan:

a. BKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 240.000.000,00


b. JKP dengan jumlah peredaran bruto tidak lebih dari Rp 120.000.000,00

4. Hubungan istimewa

11
Berdasarkan pasal 2 UU PPN 1984, hubungan istimewa dapat terjadi,
karena:

1) Penyertaan

a. Pengusaha yang mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung


sebesar 25% atau lebih dari pada pengusaha lain.
b. Hubungan antar digabung pengusaha dengan penyertaan 25% atau lebih
pada dua pengusaha atau lebih.
c. Hubungan antara dua pengusaha atau lebih yang modalnya sebesar 25%
atau lebih dipegang oleh satu pengusaha.

2) Penguasaan manajemen

Pengusaha yang satu menguasai pengusaha lainnya atau dua atau lebih
pengusaha berada di bawah penguasaan pengusaha yang sama baik
langsung maupun tidak langsung.

3) Hubungan kekeluargaan

a. Hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis


keturunan lurus satu derajat dan/atau kesamping satu derajat.
b. Sedarah lurus satu derajat: ayah, ibu dan anak.
c. Sedarah ke samping satu derajat: kakak dan adik
d. Semenda lurus satu derajat: mertua dan anak tiri
e. Semenda ke samping satu derajat: ipar
f. Hubungan antara suami istri jika ada perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan.

12
2.12.Tarif Pajak Pertambahan Nilai

1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai


2. Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10%
3. Tarif PPN atas ekspor BKP adalah 0%
4. Dengan PP, tarif PPN dapat diubah serendah-rendahnya 5% dan
setinggi-tingginya 15%.

2.13.Dasar Pengenaan Pajak (DPP)


Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak
yang terutang, berupa: Jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai
Ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP), tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-
Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa
Kena Pajak (JKP),ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut
Undang-Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur
Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh
penerima jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh
penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.
3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar
penghitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak
berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk
Impor BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang
PPN.
4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir.
5. Nilai lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar
Pengenaan Pajak dengan Keputusan Menteri Keuangan.

13
Nilai lain yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak adalah sebagai
berikut :

1. untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
2. untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual
atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
3. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan
harga jual rata-rata;
4. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul
film;
5. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual
eceran;
6. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar;
7. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang
adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan;
8. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga
lelang;
9. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10 % (sepuluh persen)
dari jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih; atau
10. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah
10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang
seharusnya ditagih.

14
2.14.Tata cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai
Cara menghitung PPN

PPN = Dasar Pengenaan Pajak (DPP) x tarif pajak

Contoh :

PKP “A” menjual tunai BKP kepada PKP “B” dengan harga jual sebesar
Rp 50.000.000,00
PPN yang terutang adalah sebagai berikut:
10% x Rp 50.000.000,00 = Rp 5.000.000,00
PPN sebesar Rp 5.000.000,00 tersebut merupakan pajak keluaran, yang
dipungut oleh PKP “A” sedangkan bagi PKP “B”, PPN tersebut merupakan
pajak masukan.

15
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Adapun yang dapat disimpulkan oleh penulis adalah :

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap
bumi dan atau bangunan berdasarkan Undang-undang nomor 12 Tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
UndangUndang nomor 12 Tahun 1994.

PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang
ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. Keadaan
subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.

PPN adalah pajak tidak langsung


PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas “konsumsi barang atau
jasa” (General Indirect Tax on Consumption).
PPN sebagai pajak objektif
Sebagai pajak objektif, timbulnya kewajiban untuk membayar PPN ditentukan
oleh adanya objek pajak.
PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri
Sebagai pajak atas konsumsi umum dalam negeri, PPN hanya dikenakan atas
Konsumsi Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan di dalam
negeri.

16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.online-pajak.com/pajak-bumi-dan-bangunan

https://eddiwahyudi.com/perspektif-pajak-sebagai-sarana-pendukung-
pembangunan/pajak-bumi-dan-bangunan-pbb/

http://www.pajak.go.id/content/seri-pbb-ketentuan-umum-pajak-bumi-dan-
bangunan-pbb

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pajak_pertambahan_nilai

https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-pajak-pertambahan-nilai-ppn-tarif-
dan-cara-menghitungnya/

https://goukm-id.cdn.ampproject.org/v/s/goukm.id/pajak-pertambahan-nilai-
ppn/amp/?amp_js_v=a2&_gsa=1&usqp=mq331AQCCAE%3D#referrer=https%3
A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2
F%2Fgoukm.id%2Fpajak-pertambahan-nilai-ppn%2F

https://khoyunitapublish-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/khoyunitapublish.wordpress.com/2012/04/16/pengen
aan-pajak-pertambahan-nilai-barang-dan-jasa-pajak-penjualan-atas-barang-
mewah/amp/?amp_js_v=a2&_gsa=1&usqp=mq331AQCCAE%3D#referrer=https
%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s

17

Anda mungkin juga menyukai