Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis
(Muttaqin, 2011).
Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan
membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011).
Hemoroid sering terjadi pada orang dewasa dengan umur 45 sampai 65 tahun ( Chong
dkk.2008 ).
Sebuah penelitian yang dilakukan di Iran menunjukan sebanyak 48 persen dari
pasien yang menjalani sigmoidoskopi dengan keluhan perdarahan pada anosrektal
memperlihatkan adanya hemoroid ( Nikpour dan Asgari, 2008 ).
Berdasarkan penelitian dari sepuluh juta orang di Indonesia di laporkan menderita
hemoroid dengan prevalensi 4 persen. Penyakit hemoroid dibagi menjadi 2, yang pertama
adalah hemoroid interna yaitu hemoroid yang berasal dari bagian atas sfingter anal serta
di tandaidengan perdarahan. Yang kedua adalah hemoroid eksterna yaitu hemoroid yang
cukup besar, sehingga varises muncul keluar anus dan di sertai nyeri. ( Broker, 2009 )
Penyakit hemoroid ini disebabkan beberapa fakrtor beberapanya obtipasi
(konstipasi/sembelit) yang menahun, penyakit yang sering membuat penderita mengejan,
penyempitan saluran kemih, sering melahirkan anak, sering duduk, diare yang menahun
dan bendungan pada rongga pinggul karena tumor rahim atau kehamilan. (Riyadi, 2010)
tanda dan gejala penyakit hemoroid tidak dapat disembuhkan, hemoroid ekstera bias
mengalami thrombosis karena tekanan tinggi pada vena kanalis yang menyebabkan
ditandai adanya implamasi dan edema.nyeri akan sangat kuat pada saat defekasi.
Hemorrhoid dapat dicegah dengan minum air putih yang cukup, makan sayuran
yang banyak, dan buah-buahan yang banyak, sehingga membuat feces tidak mengeras.
Apabila banyak memakan makanan yang mengandung serat dan banyak minum air putih
yang banyak dapat meperlancar defekasi, selain itu ginjal menjadi sehat. Selain itu
hemorrhoid dapat dicegah dengan cara olahraga yang cukup, duduk tidak terlalu lama
dan berdiri tidak terlalu lama .Dalam hal ini, peran perawat sangat dibutuhkan dalam
membantu klien yang mengalami hemoroid agar mempu memaksimalkan kemampuan
yang dimiliki dalam melaksanakan aktivitas daily living untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia. Oleh karena itu, kami sempat tertarik untuk membahas asuhan
keperawatan pada klien dengan hemoroid.

B. Tujuan penulisan
1. Apa definsi dari hemoroid ?
2. Bagaimana etiologi dari hemoroid ?

1
3. Apa manifestasi klinis dari hemoroid ?
4. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari hemoroid ?
5. Apa komplikasi dari hemoroid ?
6. Apa pemeriksaan diagnostic dari hemoroid ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari hemoroid ?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan untuk pasien dengan hemoroid ?

C. Manfaat penulisan
1. Untuk mengetahui definsi dari hemoroid.
2. Untuk mengetahui etiologi dari hemoroid
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari hemoroid
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway dari hemoroid
5. Untuk mengetahui komplikasi dari hemoroid
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari hemoroid
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari hemoroid
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan untuk pasien dengan hemoroid

2
BAB II
KONSEP DAN TEORI

A. LAPORAN PENDAHULUAN
Konsep Pemenuhan Kebutuhan
1. Definisi
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis
(Muttaqin, 2011).
Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan
membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum. (Nugroho, 2011)
2. Etiologi
Kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis atau penyalit,
namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko hemoroid
seperti berikut:
a. Peradangan pada usus, seperti pada kondisi colitis ulseratif atau penyalit crohn.
b. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
c. Konsumsi makanan rendaj serat.
d. Obesitas.
e. Hipertensi portal.
Mutaqqin (2011)
3. Manifestasi Klinik
Gejala klinis hemoroid dibagi berdasarkan jenis hemoroid :

a) Hemoroid internal
b) Prolapse dan keluarannya
c) Perdarahan
d) Benjolan
e) Nyeri dan rasa tidak nyaman
f) Basah,gatal dan hygine yang kurang di anus
Mutaqqin (2011)

4. Patofisiologi
Hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu menekan vena
hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena. dilatasi tersebut dapat dibagi
menjadi 2, yaitu :
a. Interna (dilatasi sebelum spinter)
1) Bila membesar baru nyeri

3
2) Bila vena pecah, BAB berdarah anemia
b. Eksterna (dilatasi sesudah spingter)
1) Nyeri
2) Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi
Nugroho (2011)
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya
menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prollaps. Diet
rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil, yang bias, mengakibatkan
kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini menyebabkan
pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan gengguan oleh venous return.
(Muttaqin, 2011)

4
Path Way
Obstipasi,sering mengejan,kehamilan,banyak
duduk,kongesti renal

Tekanan intra abdomen

Hemoroid

Prolaps Hemoroidectomy

Kurang informasi Luka post operasi Takut BAB

Kurang pengetahuan tentang


Feses mengeras
penyakit,pengobatan dan
perawatannya

Konstipasi

Gangguan Eliminasi Bab

Gangguan eliminasi Inflamasi Diskontinuitas


bab mikroorganisme jaringan

Kelemahan fisik Resiko infeksi Nyeri

Kurangnya
perawatan diri
5
(Muttaqin,2011, Yasmin Asih,2006, Made Sumarwati,2010)

5. Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi yaitu :

a) Perdarahan, dapat sampai anemia.


b) Thrombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)
c) Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolapse dengan suplai darah
dihalangi oleh sfingter ani
d) Luka dan infeksi

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Anamnesa atau riwayat penyakit


b. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi
c. Pada inspeksi hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah mengandung
trombus. Hemoroid interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang
tertutup mukosa. Untuk membuat prolaps dapat dengan menyuruh pasien untuk
mengejan.
d. Rektaltouche (colok dubur)

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat
diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak
nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering
prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa
padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.

e. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila
penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak
,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas
harus diperhatikan.

6
f. Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan


disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.

g. Frontgen (Colon Inloop) dan Kolonoskopi


h. Pemeriksaan Darah, Urin, Feses sebagai Pemeriksaan Penunjang
i. Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).

7. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)

Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan derajat hemoroidnya.

a. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang
nyeri pada anal verge. Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan,
pemberian analgesik, sitz baths, dan pelunak feses. Tetapi jika pasien mengeluh
nyeri yang parah, maka eksisi di bawah anestesi lokal dianjurkan. Pengobatan
secara bedah menawarkan penyembuhan yang cepat, efektif dan memerlukan
waku hanya beberapa menit dan segera menghilangkan gejala. Penatalaksanaan
secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke lateral dan lutut
di lipat (posisi seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian
atas bokong didorong untuk memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong
berbentuk elips menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan
segera memperlihatkan bekuan darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang
dapat dikeluarkan dengan tekanan atau diangkat keluar dengan forsep.

b. Hemoroid Interna

Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya.

Hemoroid Interna
Derajat Berdarah Prolaps Reposisi
I + – –
II + + Spontan
III + + Manual
IV + Tetap Irreponibel

7
c. Hemoroid derajat I dan II

Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid


eksterna selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam,
belum terbentuk trombus. Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan
nyeri.
Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan
lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri
atas makanan berserat tinggi, misalnya sayuran dan buah-buahan Makanan
berserat tinggi ini membuat gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak,
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara
berlebihan.

d. Hemoroid Derajat III dan IV

Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak
perlu dilakukan hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku)
dilakukan pada hemoroid yang menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2
sehingga mengalami nekrosis dan akhirnya fibrosis. Tidak dipakai secara luas
karena mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan luasnya.
Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang
menahun dan mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).

Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus dan


mukosa, pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa
pleksus. Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode :

1) Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna,


mengadakan jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan
eksisi di atas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem
diikat, diikuti usaha kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan karena
mudah dan tidak mengandung risiko pembentukan jaringan parut sirkuler
yang biasa menimbulkan stenosis.
2) Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan
membebaskan mukosa dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler
terhadap mukosa daerah itu, sambil mengusahakan kontinuitas mukosa
kembali.

8
3) Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini
lebih unggul dan lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post
operasinya berkurang dibandingkan dengan metode yang lain.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Anamnesa
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Registrasi :
Diagnose Medis :
b) Pengumpulan data
c) Identitas
Nama Pasien :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Agama :
d) Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan
pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
e) Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan
yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
2) Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang
kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan
pembedahan sehingga akan kembali RPD.
f) Pemeriksaan Fisik
Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan
menempel pada tempat tidur.
1. Inspeksi

 Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.


 Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.
 Warna benjolan terlihat kemerahan.
 Benjolan terletak di dalam ( internal ).

2. Palpasi

9
Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan
melakuakan rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan
ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan)


b) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan,
imunitas tubuh primer menurun
c) PK: Perdarahan
d) Kurang pengetahuan tentang Ca Rekti dan pilihan pengobatan berhubungan dengan
kurang paparan sumber informasi
e) Sindrom defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya, nyeri
f) Resiko konstipasi berhubungan dengan obstruksi post pembedahan

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan perencanaan dan implementasi dapat mencakup perbaikan pola pernapasan,
perbaikan mobilitas, pemeliharaan integritas kulit, menghilangkan retensi urine,
perbaikan fungsi usus, peningkatan rasa nyaman, dan tidak terdapatnya komplikasi.
(Mustaqqin,2011)

Diagnose Keperawatan RENCANA INTERVENSI


Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Lakukan pengkajian nyeri
 Pain Level, secara komprehensif
Agen injuri (biologi,  pain control, termasuk lokasi,
kimia, fisik, psikologis),  comfort level karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan frekuensi, kualitas dan
Setelah dilakukan tinfakan faktor presipitasi
DS: keperawatan selama …X…  Observasi reaksi
Pasien tidak mengalami nonverbal dari
 Laporan secara verbal nyeri, dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan
 Bantu pasien dan keluarga
DO:  Mampu mengontrol untuk mencari dan
nyeri (tahu penyebab menemukan dukungan
 Posisi untuk menahan nyeri, mampu
nyeri  Kontrol lingkungan yang
menggunakan tehnik dapat mempengaruhi nyeri
 Tingkah laku berhati- nonfarmakologi untuk
hati seperti suhu ruangan,
mengurangi nyeri, pencahayaan dan

10
 Gangguan tidur (mata mencari bantuan) kebisingan
sayu, tampak capek,  Melaporkan bahwa nyeri  Kurangi faktor presipitasi
sulit atau gerakan berkurang dengan nyeri
kacau, menyeringai) menggunakan  Kaji tipe dan sumber nyeri
 Terfokus pada diri manajemen nyeri untuk menentukan
sendiri  Mampu mengenali nyeri intervensi
 Fokus menyempit (skala, intensitas,  Ajarkan tentang teknik
(penurunan persepsi frekuensi dan tanda non farmakologi: napas
waktu, kerusakan nyeri) dala, relaksasi, distraksi,
proses berpikir,  Menyatakan rasa kompres hangat/ dingin
penurunan interaksi nyaman setelah nyeri  Berikan analgetik untuk
dengan orang dan berkurang mengurangi nyeri: ………
lingkungan)  Tanda vital dalam  Tingkatkan istirahat
 Tingkah laku distraksi, rentang normal  Berikan informasi tentang
contoh : jalan-jalan,  Tidak mengalami nyeri seperti penyebab
menemui orang lain gangguan tidur nyeri, berapa lama nyeri
dan/atau aktivitas, akan berkurang dan
aktivitas berulang- antisipasi
ulang) ketidaknyamanan dari
 Respon autonom prosedur
(seperti diaphoresis,  Monitor vital sign
perubahan tekanan sebelum dan sesudah
darah, perubahan pemberian analgesik
nafas, nadi dan dilatasi pertama kali
pupil)
 Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari lemah ke
kaku)
 Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel,
nafas
panjang/berkeluh
kesah)
 Perubahan dalam
nafsu makan dan

11
minum

Risiko infeksi NOC : NIC :


 Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Immune Status  Batasi pengunjung bila
 Prosedur Infasif  Knowledge : Infection perlu
 Kerusakan jaringan control  Cuci tangan setiap
dan peningkatan  Risk control sebelum dan sesudah
paparan lingkungan tindakan keperawatan
 Malnutrisi Setelah dilakukan tindakan  Gunakan baju, sarung
 Peningkatan paparan keperawatan selama…X… tangan sebagai alat
lingkungan pathogen pasien tidak mengalami pelindung
 Imonusupresi infeksi dengan  Ganti letak IV perifer dan
 Tidak adekuat dressing sesuai dengan
Kriteria Hasil:
pertahanan sekunder petunjuk umum
(penurunan Hb,  Gunakan kateter
 Klien bebas dari tanda
Leukopenia, intermiten untuk
dan gejala infeksi
penekanan respon menurunkan infeksi
 Menunjukkan
inflamasi) kandung kencing
kemampuan untuk
 Penyakit kronik  Tingkatkan intake nutrisi
mencegah timbulnya
 Imunosupresi  Berikan terapi antibiotic
infeksi
 Malnutrisi  Monitor tanda dan gejala
 Jumlah leukosit dalam
 Pertahan primer tidak infeksi sistemik dan local
batas normal
adekuat (kerusakan
 Menunjukkan perilaku  Pertahankan teknik isolasi
kulit, trauma jaringan, k/p
hidup sehat
gangguan peristaltik)
 Status imun,  Inspeksi kulit dan
gastrointestinal, membran mukosa
genitourinaria dalam terhadap kemerahan,
batas normal panas, drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap
4 jam

12
Konstipasi berhubungan NOC: NIC :
dengan  Bowl Elimination
 Fungsi:kelemahan otot  Hidration Manajemen konstipasi
abdominal, Aktivitas Setelah dilakukan tindakan
fisik tidak mencukupi keperawatan selama …X...  Identifikasi faktor-faktor
 Perilaku defekasi tidak konstipasi pasien teratasi yang menyebabkan
teratur dengan kriteria hasil: konstipasi
 Perubahan lingkungan  Pola BAB dalam batas  Monitor tanda-tanda
 Toileting tidak normal ruptur bowel/peritonitis
adekuat: posisi  Feses lunak  Jelaskan penyebab dan
defekasi, privasi  Cairan dan serat adekuat rasionalisasi tindakan
 Psikologis: depresi,  Aktivitas adekuat pada pasien
stress emosi, gangguan  Hidrasi adekuat  Konsultasikan dengan
mental dokter tentang
 Farmakologi: antasid, peningkatan dan
antikolinergis, penurunan bising usus
antikonvulsan,  Kolaburasi jika ada tanda
antidepresan, kalsium dan gejala konstipasi
karbonat,diuretik, besi, yang menetap
overdosis laksatif,  Jelaskan pada pasien
NSAID, opiat, sedatif. manfaat diet (cairan dan
 Mekanis: serat) terhadap eliminasi
ketidakseimbangan  Jelaskan pada klien
elektrolit, hemoroid, konsekuensi
gangguan neurologis, menggunakan laxative
obesitas, obstruksi dalam waktu yang lama
pasca bedah, abses  Kolaburasi dengan ahli
rektum, tumor gizi diet tinggi serat dan
 Fisiologis: perubahan cairan
pola makan dan jenis  Dorong peningkatan
makanan, penurunan aktivitas yang optimal
motilitas  Sediakan privacy dan
gastrointestnal, keamanan selama BAB
dehidrasi, intake serat
dan cairan kurang,
perilaku makan yang
buruk
DS:
 Nyeri perut
 Ketegangan perut

13
 Anoreksia
 Perasaan tekanan pada
rectum
 Nyeri kepala
 Peningkatan tekanan
abdominal
 Mual
 Defekasi dengan nyeri
DO:
 Feses dengan darah
segar
 Perubahan pola BAB
 Feses berwarna gelap
 Penurunan frekuensi
BAB
 Penurunan volume
feses
 Distensi abdomen
 Feses keras
 Bising usus
hipo/hiperaktif
 Teraba massa
abdomen atau rektal
 Perkusi tumpul
 Sering flatus
 Muntah

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan,
implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan.

5. EVALUASI
Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Tahap
penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

14
bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut :

a) Kartu SOAP(data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan)


dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.
b) Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian diagnosis
keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER merupakan komponen utama dalam
catatan perkembangan yang terdiri atas:

1. S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien
yang afasia.
2. O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya
tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat
pengobatan.
3. A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien yang
dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena status klien selalu
berubah yang mengakibatkan informasi/data perlu pembaharuan, proses
analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh karena itu sering memerlukan
pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
4. P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi
rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.
Proses ini berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah
ditentukan.
5. I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan atau
menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi
harus dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah ditetapkan.
6. E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis respons
klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak tercapai, harus
dicari alternatif intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan tercapai.
7. R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama diagnosis dan
tujuan jika ada indikasi perubahan intervensi atau pengobatan klien. Revisi proses
asuhan keperawatan ini untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka
waktu yang telah ditetapkan.

15
BAB III
PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus

Pasien rujukan dari puskesmas A datang kerumah sakit B dengan keluhan sulit BAB dan
setiap BAB disertai darah kurang lebih 3 hari, pasien mengatakan nyeri pada saat BAB, skala
nyeri 5, TD : 120/70 mmhg, N : 87 X/menit, RR : 22 X/menit, S : 36,5˚C

B. Asuhan Keperawatan
I. ANALISA DATA
Nama : Ny.S No. DM :
Umur : 45 tahun Diagnosa Medis : Hemoroid

Hari/
Diagnosa
No Tgl/ Data Fokus Masalah Etiologi Ttd.
Keperawatan
Jam
1 DS : Nyeri akut Agen Nyeri akut b.d
P : klien mengatakan cidera agen cidera
nyeri pada saat BAB fisik fisik
Q : klien mengatakan
tertusuk – tusuk
R : klien mengatakan
nyeri pada anus
S : klien mengatakan
nyeri skala 5
T : klien mengatakan
nyeri hilang timbul
DO :
- Saat dilakukan
pemeriksaan
anus, ada
benjolan di
daerah anus.
- Klien tampak
meringis
menahan nyeri.
- Klien tampak
memegangi

16
daerah yang
terasa nyeri.
- Skala nyeri klien
5
2 DS Konstipasi Hemoroid Konstipasi b.d
- Klien mengeluh hemoroid
fesesnya keras
pada saat BAB.
- Klien mengeluh
adanya
perdarahan pada
saat BAB.
- Klien mengeluh
pola BAB tidak
normal.
- Klien mengatakan
tidak BAB karena
takut anusnya
nyeri.
- Klien mengeluh
BAB keras
sehingga harus
mengedan.
DO :
- Tampak ada
perdarahan pada
saat klien BAB.
- Konjungtiva
pucat.
- Klien tampak
lemah.
3 DS: Resiko Resiko infeksi
- Klien mengeluh infeksi
adanya
perdarahan pada
saat BAB.
- Klien mengeluh
badan terasa
panas.
DO :

17
- Badan klien saat
diraba terasa
panas.
- Suhu klien > 36.5
C.

II. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Nyeri akut b.d agen cidera fisik
2) Konstipasi b.d hemoroid
3) Resiko infeksi

III. RENCANA KEPERAWATAN

No. Tujuan dan KH Intervensi Ttd


Dx
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan posisi yang nyaman
keperawatan 3x24 diharapkan 2. Berikan bantalan di bawah
nyeri akut dapat bokong saat duduk
berkurang/hilang dengan ktt: 3. Ajarkan teknik untuk mengurangi ras
- Mengenali kapan nyeri terjadi a nyeri seperti relaksasi dan distraksi
- Menggunakan analgesik yang 4. Observasi tingkatan nyeri
direkomedasikan 5. Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian analgesik, pelunak
feses, dan dilakukannya
hemoroidectomi
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan dan anjurkan pasien untuk
keperawatan 3x24 jam minum + 2 liter / hari
diharapkan konstipasi dapat 2. Berikan posisi semi fowler
teratasi dengan ktt: 3. Anjurkan klien mengkonsumsi makan
- Mengeluarkan feses paling an tinggi serat
tidak 3 kali perhari 4. Berikan laktasif sesuai advis dokter
- Mempertahankan kontrol
pengeluran feses
- Merespon keinginan BAB
secara tepat waktu
- Mengkonsumsi serat dengan
jumlah adekuat

18
3 Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan teknik septik dan antiseptik
keperawatan 3x24 jam dalam membersihkan anus apabila
diharapkan resiko infeksi dapat sudah BAB
teratasi dengan ktt: 2. Jaga kebersihan daerah rektum
- Mengetahui perilaku yang 3. Kolaborasi dengan tim medis dalam
berhubungan dengan infeksi pemberian antibiotik
- Mengidentifikasi resiko infeksi
dalam aktivitas sehari – hari
- Memonitor perilaku diri yang
berhubungan dengan resiko
infeski

19
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis
(Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan
penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011).
Menurut Mutaqqin (2011) etiologi hemoroid yaitu : perubahan hormon (kehamilan),
mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram, berdiri terlalu lama, banyak duduk,
sering mengangkat beban berat, sembelit diare menahun (obstipasi), makanan yang dapat
memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah), keturuna penderita
wasir(genetik). Sedangkan tanda dan gejala menurut Mutaqqin (2011) pasien hemoroid
dapat mengeluh hal-hal seperti berikut : Perdarahan, Benjolan, Nyeri dan rasa tidak nyaman,
Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus. Pemeriksaan penunjang hemoroid yaitu :
anamnesa atau riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok
dubur), pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi, Pemeriksaaan dengan
Proktosigmoidoskopi, rontgen (colon inloop) dan kolonoskopi, pemeriksaan darah, urin,
feses sebagai pemeriksaan penunjang. Komplikasi dari hemoroid adalah Anemia, jarang
terjadi dan trombosis akut pada prolaps hemorroid.

B. SARAN
Selayaknya seorang mahasiswa keperawatan dan seorang perawat dalam setiap
pemberian asuhan keperawatan termasuk dalam asuhan keperawatan pada klien hemoroid
menggunakan konsep yang sesuai dengan kebutuhan dasar manusia yang bersifat holistic
yang meliputi aspek biopsikospiritual dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai titik
acuh khalayak umum.

20
DAFTAR PUSTAKA

Broker, Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Alih bahasa Andry H dkk editor bahasa
Indonesia Estu Tiar. Jakarta : EGC

Chong, P.S & Bartolo, D.C.C. 2008. Hemorrhoids And Fissure In Ano. Gastroenterology
Clinicsof North America 37 : 627-644

Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointerstinal : Aplikasi Asuha
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika

Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuha Medika

Riyadi, Sujono & Suharsono. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Sakit. Yogyakarta : Gosyen
Publishing

21

Anda mungkin juga menyukai