Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DYSPNEA

Di susun Oleh :

1. Ayu Setya R (P16062)

2. Dwi Wahyuningsih (P16124)

3. Hanifah Ambang F (P16025)

4. Tyas Purniawati (P16103)

PROGAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN 2018
A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan
1. Definisi
Dispnea adalah gejala pertama yang dirasakan pasien akibat
terganggunya pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli
yang berisi cairan. Dispnea akan semakin parah apabila melakukan
aktivitas yang berat seperti naik tangga dan mengangkat beban yang
berat. (Bradero et al, 2008).
Sedangkan pengertian dispnea menurut Djojodibroto (2009)
dispnea adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita untuk
meningkatkan upaya untuk mendapatkan udara pernapasan. Karena
dispnea sifatnya subjektif sehingga dispnea tidak dapat diukur.

2. Klasifikasi
Dyspnea biasanya ditentukan dengan klasifikasi Hugh-Jones
dalam Sudoyo dkk. (2009) yang dapat dibagi menjadi:
 Derajat pertama: kerja tampak sama dengan mereka yang
memiliki usia sama, berjalan, naik tangga mungkin seperti
orang sehat lainnya.
 Derajat dua: walaupun obstruksi tidak didapatkan, pasien
tidak dapat untuk berjalan seperti orang lainnya yang
berusia sama.
 Derajat tiga: walaupun tidak dapat berjalan seperti orang
sehat pada level biasa, pasiennya masih dapat berjalan satu
kilometer atau lebih dengan langkahnya sendiri.
 Derajat empat: orang berjalan 50 m atau lebih
membutuhkan istirahat atau tidak dapat melanjutkannya.
 Derajat lima: sesak napas terjadi ketika ganti baju atau
istirahat; dan orang tersebut biasanya tidak dapat
meninggalkan rumah.
3. Etiologi
Penyebab dispnea menurut Djojodibroto (2009) adalah :
a. Sistem kardiovaskuler : gagal jantung
b. Sistem pernapasan : PPOK, Penyakit parenkim paru, hipertensi
pulmonal, faktor mekanik di luar paru (asites, obesitas, efusi
pleura)
c. Psikologis (kecemasan)
d. Hematologi (anemia kronik)
e. Otot pernafasan yang abnormal (penyakit otot, kelumpuhan
otot)

4. Manifestasi Klinik
Tanda gejala sesak nafas antara lain:
1. Peningkatan jumlah frekuensi napas:
 Dewasa >20x/menit,
 Anak >30x/menit,
 Bayi >40x/menit.
2. Sianosis atau kebiruan pada sekitar bibir dan ujung-ujung jari,
3. Adanya suara napas tambahan seperti ngorok, serak, grok-
grok, mengi.
4. Pasien mendeskripsikan dyspnea dengan berbagai cara yaitu,
sesak napas yang tidak menyenangkan, merasa sulit untuk
menggerakkan otot dada, merasa tercekik, atau rasa kejang di
otot dada. (Muttaqin,2008)

5. Patofisiologi dan Pathway


Mekanisme terjadinya sesak napas atau dyspnea dapat dibagi menjadi
5 tahapan, antara lain (Muttaqin,2008):
a. Oksigenasi Jaringan Menurun
Penyakit atau keadaan tertentu secara akut dapat
menyebabkan kecepatan pengiriman oksigen ke seluruh
jaringan menurun. Penurunan oksigenasi jaringan ini akan
meningkatkan sesak napas. Karena transportasi oksigen
tergantung dari sirkulasi darah dan kadar hemoglobin, maka
beberapa keadaan seperti perdarahan, animea (hemolisis) dapat
menyebabkan sesak napas.
b. Kebutuhan Oksigen Meningkat
Penyakit atau keadaan tertentu dapat meningkat
kebutuhan oksigen dan memberi sensasi sesak napas.
Misalnya, infeksi akut akan membutuhkan oksigen lebih
banyak karena peningkatan metabolisme. Peningkatan suhu
tubuh karena bahan pirogen atau rangsang pada saraf sentral
yang menyebabkan kebutuhan oksigen meningkat dan akhirnya
menimbulkan sesak napas.
c. Kerja Pernapasan Meningkat
Penyakit perenkim paru seperti pneumonia, sembab
paru yang menyebabkan elastisitas paru berkurang serta
penyakit yang menyebabkan penyempitan saluran napas seperti
asma bronkial, bronkitis dan bronkiolitis dapat menyebabkan
ventilasi paru menurun. Untuk mengimbangi keadaan ini dan
supaya kebutuhan oksigen juga tetap dapat dipenuhi, otot
pernapasan dipaksa bekerja lebih keras atau dengan perkataan
lain kerja pernapasan ditingkatkan. Keadaan ini menimbulkan
metabolisme bertambah dan akhirnya metabolit-metabolit yang
berada di dalam aliran darah juga meningkat. Metabolit yang
terdiri dari asam laktat dan asam piruvat ini akan merangsang
susunan saraf pusat. Kebutuhan oksigen yang meningkat pada
obesitas juga menyebabkan kerja pernapasan meningkat.
d. Rangsang Pada Sistem Saraf Pusat
Penyakit yang menyerang sistem saraf pusat dapat
menimbulkan serangan sesak napas secara tiba-tiba.
Bagaimana terjadinya serangan ini, sampai sekarang belum
jelas, seperti pada meningitis, cerebrovascular accident dan
lain-lain. Hiperventilasi idiopatik juga dijumpai, walaupun
mekanismenya belum jelas.
e. Penyakit Neuromuskuler
Cukup banyak penyakit yang dapat menyebabkan
gangguan pada sistem pernapasan terutama jika penyakit tadi
mengenai diagfragma, seperti miastenia gravis dan amiotropik
leteral sklerosis. Mekanisme yang menyebabkan terjadinya
sesak napas karena penyakit neuromuskuler ini sampai
sekarang belum jelas.

PATHWAY (Muttaqin,2008)

Obstruksi Dyspnea disebabkan oleh berbagai etiologi

Fungsi pernafasan terganggu

Ventilasi pernafasan Obstruksi jalan nafas Perubahan


volume

Pengeluaran mucus yang banyak pre load after

load serta

kontraktilitas
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Hipoventilasi/ Terganggunya
Hiperventilasi pertukaran O2 &
CO2 di alveolus

Takipneu/Bradipneu Gangguan
pertukaran gas

Pola nafas tidak


efektif
6. Komplikasi

Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin


timbul akibat sesak nafas atau dispnea antaralain:

a. Pneumothoraks

Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga


pleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada.
Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut
lagi dapat menyebabkan kegagalan napas.

b. Atelektasis

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-


paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun
bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.

c. Gagal napas Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen


terhadap karbodioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara
laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam
sel-sel tubuh.
d. Bronkhitis

Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana


lapisan bagian dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang
kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak. Selain bengkak juga
terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita
merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan
lendir yang berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena
sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir.

e. Status asthmaticus

Merupakan kondisi dimana sserangan asma yang parah dan


tidak dapat merespon pada perawatan tertentu

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien sesak nafas


atau dispnea antara lain ( Somantri,2009) :

a) Foto Rontgen; selama episode akut rontgen dada dapat


menunjukkan hiperinflasi dan pendataran pada bagian
diafragma.
b) Pemeriksaan Fungsi Paru, dapat ditemukan menurunnya
volume tidal, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat
dalam darah atau sputum.

c) Pemeriksaan Alergi; test kulit (+) yang menyebabkan reaksi


melepuh dan hebat yang dapat mengidentifikasikan allergen
spesifik,

d) Pulse Oximetry; ditemukan saturasi O2 perifer menurun


(sianosis), dan

e) Analisa Gas Darah; menunjukkan hipoksia selama serangan


akut, awalnya terdapat hipokapnea dan respirasi alkalosis serta
PCO2 yang rendah.
8. Penatalaksanaan

Penanganan sesak napas pada dasarnya mencakup tatalaksana


yang tepat atas penyakit dasar yang melatarbelakangi serta
komplikasinya. Akan tetapi, apabila kondisi memburuk hingga
mungkin terjadi gagal napas akut, maka lebih baik perhatian ditujukan
pada keadaan daruratnya dulu sebelum dicari penyebab yang melatar
belakanginya. Berikut penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
klien dengan sesak nafas atau dispnea:
a. Berikan O2 2-4 liter/min tergantung derajat sesaknya (secara
intermiten).
b. Infus D5% 8 tetes/menit, jika bukan payah jantung maka
tetesan dapat lebih cepat.
c. Posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal tinggi.
Bila syok, maka jangan tinggikan posisi kepala klien.
d. Mengurangi kebutuhan ventilasi dengan cara mengurangi
beban metabolik, meningkatkan efisiensi eliminasi CO2,
e. Memberikan terapi O2, atau terapi farmakologi seperti; Opiat,
anxiolitik/ sedatives, dan
f. Melatih pernapasan (contoh: pursed-lip breathing)
(Somantri,2008)

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Nama, Usia ,Jenis kelamin, Agama, Pekerjaan,Pendidikan


b. Identitas Penanggung jawab

Nama,Usia, Pekerjaan, Pendidikan, Hubungan dengan klien

c. Keluhan Utama

Alasan klien di bawa ke rumah sakit , biasanya pada penderita dyspnea


yaitu sesak nafas

d. Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat kesehatan dahulu di isi dengan riwayat penyakit yang pernah


di derita klien yang berhubungan penyakit saat ini atau penyakit yang
mungkin dapat mempengaruhi penyakit yang di derita saat atau
penyakit yang di alami klien secara berulang-ulang , termasuk riwayat
alergi

e. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari permulaan


klien merasakan keluhan sampai dengan di bawa Rumah sakit ,
termasuk upaya yang telah di lakukan.

f. Riwayat Kesehatan Keluarga

Di hubungkan dengan adanya kemungkinan penyakit keturunan dari


anggota keluarganya

2. PENGAKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL

a. Pola Perepsi dan Pemeliharaan Kesehatan


Di isi dengan persepsi klien/ keluarga terhadap konsep sehat sakit dan
upaya klien/keluarga dalam bentuk pengetahuan , sikap dan perilaku
yang menjadi gaya hidup untuk mempertahankan kondisi sehat.

b. Pola Nutrisi / Metabolik

Di isi dengan kebiasaan klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi


sebelum sakit sampai dengan saat sakit yang meliputi jenis makanan dan
minuman yang di konsumsi , frekuensi makan, porsi makan yang di
habiskan

c. Pola eliminasi

Pola eliminasi menggambarkan keadaan eliminasi klien sebelum sakit


sampai dengan saat sakit , meliputi frekuensi ,konsistensi ,warna bau
dan adanya keluhan .

d. Pola Aktivitas dan Latihan

Di isi dengan aktivitas rutin yang di lakukan klien sebelum sakit sampai
saat sakit mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Pola aktivitas
dan latihan meliputi makan,minum,toileting,berpakaian,mobilitas di
tempat tidur,berpindah , dan ambulasi / ROM.

e. Pola Istirahat Tidur

Di isi dengan kualitas dan kuantitas istirahat dan tidur klien dalam 24
jam. Meliputi jumlah jam tidur siang dan malam penggunaan alat tidur.

f. Pola Kognitif – Perseptual


Di isi dengan kemampuan klien berkomunikasi ,status mental dan
orientasi

g. Pola Persepsi Konsep Diri

Meliputi :

- Gambaran diri

Sikap seseorang terhadap tubuhnya , secara sadar dan tidak sadar

- Ideal diri

Persepsi individu tentang bagaimana cara harus berperilaku

- Harga diri

Penilaian pribadi terhadap hasil yang di capai

- Peran diri

Sikap dan perilaku ,nilai serta tujuan yang di harapkan dan seseorang
berdasarkan posisi di masyarakat

- Identitas diri

Kesadaran akan diri sendiri yang yang bersumber dari observasi dan
penilian sebagai kesatuan yang utuh.

h. Pola Hubungan Peran

Di isi huungan klien dengan anggota masyarakat ,keluarga , perawat


termasuk pola komunikasi klien dalam berubungan dengan orang lain.
i. Pola Seksualitas Reproduksi

Di isi dengan tugas perkembangan psikosial

j. Pola Mekanisme

Di isi dengan mekanisme koping yang bisa di gunakan klien ketika


menghadapi masalah/konflik/stress

k. Pola Nilai dan Keyakinan

Di isi dengan nilai-nilai dan keyakinan klien terhadap sesuatu , termasuk


praktik ibadah yang di jalankan klien sebelum dan selama sakit

3. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan / Penampilan Umum

1) Kesadaran : di isi sesuai tingkat kesadaran klien,baik secara


kualitatif maupun kuantitatif

2) Tanda-tanda Vital : tekanan darah, Nadi,Pernafasan,Suhu

3) Kepala : Mesochepal, mikrochepal

Rambut : warna, distribusi,kebersihan

4) Muka

a) Mata : kelopak mata,konjungtiva,pupil,sclera


b) Hidung : kebersihan,sekresi,pernafasan cuping
hidung ada tidak

c) Mulut : bibir mukosa,mulut lidah,gigi,gus

d) Telinga: kebersihan,sekresi,pendengaran

5) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid


6) Dada :

 Inspeksi : apakah bentuknya normal atau tidak

 Palpasi : bagaimana pengembangan paru,ada


nyeri tekan/tidak

 Perkusi : redup,pekak

 Auskultasi : wheezing,ronchi

Paru- paru :

 Inspeksi : ada tidaknya lesi,hipermentasif, ada


tidaknya retraksi dada
 Palpasi : Palpasi batas-batas paru-paru

 Perkusi : Perkusi ada tidaknya pengembangan


dada yang tertinggal

 Auskultasi : suara nafas wheezing,vaskuler


Jantung

 Inspeksi : adanya ictus cordis/tidak


 Palpasi : denyut ictus kordis teraba / tidak

 Perkusi : perkusi bagian pasien

 Auskultasi : ada suara tambahan atau tidak

7) Abdomen

 Inspeksi : ada jejas/lesi ada atau tidak

 Auskultasi : jumlah bising usus

 Palpasi : adanya nyeri tekan pada perut atau


tidak

 Perkusi : adanya perut kembung / suara


tambahan atau tidak

8) Genetalia : kebersihan ,sesuai dengan prioritas pengkajian

9) Rektum

10) Ekstremitas : Kanan & Kiri atas : ada tidaknya oedem / lesi

Kanan & Kiri bawah : ada tidaknya oedem/lesi


4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Foto Rontgen

- Pemeriksaan Fungsi Paru

- Pulse Oximetry

- Analisa Gas Darah

5. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi

 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi


mukus yang berlebih.

 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perfusi paru yang


tidak cukup mendapat ventilasi

6. INTERVENSI KEPERAWATAN

 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi

Tujuan dan kriteria hasil :


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat
mencapai bersihan jalan napas yang efektif, dengan kriteria hasil:

- Auskultasi suara napas sesuai


- Bernapas mudah

- Tidak didapatkan penggunaan otot tambahan


Intervensi :
Manajemen Jalan Napas

- Buka jalan napas Pasien


- Posisikan Pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
- Identifikasi Pasien untuk perlunya pemasangan alat
jalan napas buatan
- Auskultasi suara napas, catat bila ada suara napas
tambahan
- Monitor penggunaan otot bantu pernapasan
Vital sign monitoring
- Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
- Monitor vital sign
- Informasikan pada pasien dan keluarga tentang tehnik relaksasi
untuk memperbaiki pola nafas.
- Ajarkan bagaimana batuk efektif

 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi


mukus yang berlebih.

Tujuan dan kriteria hasil :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat


mencapai bersihan jalan napas yang efektif, dengan kriteria hasil:
- Pengeluaran sputum pada jalan napas
- Irama napas sesuai yang diharapkan
- Frekuensi pernapasan sesuai yang diharapkan
Intervensi :
Manajemen Jalan Napas
- Buka jalan napas pasien
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
- Identifikasi Pasien untuk perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
- Keluarkan secret dengan suction
- Auskultasi suara napas, catat bila ada suara napas tambahan
- Monitor rata-rata respirasi
Suksion Jalan Napas
- Auskultasi jalan napas sebelum dan sesudah suction
- Informasikan keluarga tentang prosedur suction
- Berikan O2 sesuai advis dokter
- Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : O2,
Suction, Inhalasi

 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perfusi paru yang tidak cukup
mendapat ventilasi

Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah diberikan tindakan 3x24 jam pasien dapat mempertahankan
pertukaran gas yang adekuat
Kriteria hasil :

- Bunyi paru bersih


- Warna kulit normal

- Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan

Intervensi :

- Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia


- Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn,
laporkan perubahan tingkat kesadaran pada dokter

- Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan


kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
- Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas
- Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan
peningkatan atau penyimpangan
- Pantau irama jantung
- Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.

7. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).

8. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.
Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan
proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan
evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009)
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2009. Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC


Baradero, M., Wilfrid Dayrit, Yakobus Siswadi., 2008. Klien Gangguan
Kardiovaskular. Jakarta : EGC
Djojodibroto, D., 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta : EGC.
Mansjoer, A, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuluskeletal, Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Potter, Perry, 2011. Fundamental Keperawatan, Edisi . EGC : Jakarta

Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Gangguan Sistem pernapasan / Irman Somantri. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai