Anda di halaman 1dari 69

Ringkasan Stase Kulit

*Ringkasan ini hanya dimaksudkan sebagai alat bantu belajar saja. Bila ada
yang mungkin salah atau membingungkan (ex: diagnosis klinis, DDx,
pengobatan) silakan dilihat lagi di textbook atau konsulkan ke dokter yang
berkompeten :)
By: Thoriq PD 2010

Penyakit Kulit Kompetensi 4


1. Impetigo dan Echtyma
Penyebab: S. Aureus / Grup A Streptococcus

Epidemiologi: anak, impetigo bullosa pada anak < 5 thn. Bisa jadi lesi
kulit sekunder (secondary impetigo) akibat lesi primer yg ga ditangani.
Predileksi pada kulit terbuka, wajah, ekstremitas, leher, dada.

Anamnesis impetigo - pruritus, lecet/luka di kulit; ektima - nyeri,


tenderness, koreng.

Lesi Kulit:
Impetigo krustosa / kontagiosa: Erosi superfisial, krusta tebal warna
kuning madu, dikelilingi lesi satelit berupa papul. Krusta sering terlihat tapi
tidak patognomonis.
Mula-mula berupa papul eritematosa pada wajah, kulit kepala, ekstremitas,
berubah menjadi vesikel/bulla yang mengalami erosi dan tertutup krusta
kuning kecoklatan, melekat di dasar, lunak, tebal berlapis. Ada bekas
hiperpigmentasi setelah krusta dilepas.

Impetigo bullosa: Bula dinding kendor, isi tidak penuh, hipopion, mudah
pecah, meninggalkan bekas sirsiner tertutup krusta coklat datar dan tipis
Bula lunak, batas tegas, tidak dikelilingi eritem

Ektima: ulkus lebih tertutup krusta tebal dan melekat. Lebih sering pada
ekstremitas distal, tungkai bawah, dan daerah terbuka. Kulit sekitar
eritematous.
Mula2 berupa vesikel/psutua, kemudian membesar. Erosi dan ulkus
tertutup krusta tebal, melekat, keras, coklat, bila dilepas ulkus mjd cekung
dgn tepi meninggi.
Px Penunjang: Eksudat / Gram stain + , Kultur +

DDx:
Folikulitis, furunkel, eritema induratum, ulkus tropikum

Prognosis:
Bila tidak ditangani impetigo -> ektima -> bisa jd limfangitis invasif,
cellulitis, erisipelas

Manajemen:
Umum: jaga kebersihan, cek apakah keluarga/ teman dekat ada impetigo
Khusus: antiseptik + antibiotik
Resep: (lokal +sistemik)
R/ Gentamisin cr. gr / asam fusidat
S. 2dd ue
R/ Eritromisin mg 500 No. XX
S. 4dd cap I
atau
R/ kloramfenikol 2% cr gr
S 2dd ue
R/ Penicillin mg 500 no XX
S 3dd tab I

Lesi basah :
R/ Betadine (Povidone iodine) 1% btl 1 / Kalium permanganat
S 2 dd ue 10mnt kompres
2. Folliculitis, Furuncle, Carbuncle
Penyebab: S. Aureus

Epidemiologi: onset pd anak, dewasa muda, lebih sering pd pria, bisa


akibat MSSA, MRSA, organisme lain. Predisposisi pada infeksi kronis S.
Aureus, DM, obesitas, higien buruk, imunodefisiensi.

Patogenesis: folikulitis, furunkel (bisul), karbunkel adalah rangkaian


infeksi S. Aureus melalui folikel rambut / kerusakan pd integritas kulit.

Anamnesis:
benjolan kemerahan pada daerah berambut, nyeri dan nyeri tekan +,
(furunkel/karbunkel)
gatal dan rasa terbakar pada rambut; makula eritematosa disertai papula/
pustula folikuler kecil

Lesi Kulit:
Follikulitis:
makula eritematosa disertai papula/ pustula folikuler kecil, subkorneal
dengan bentuk kubah, terletak pada muara folikel rambut. Krusta tipis
menutupi folikel.
Furunkel/Karbunkel
Nodula subkutan, bulat
Fluktuasi atau terdapat pustula kecil
Apabila ruptur keluar pus
Mengenai 1 folikel rambut ( furunkel) atau beberapa folikel rambut
(karbunkel)

Furunkel:
nodul erimetatosa bentuk kerucut, nekrosis (titik purulen) pd puncak nodul,
dikelilingi eritem dan indurasi bila pecah keluar pus dengan inti nekrotik
meninggalkan makula keunguan dan parut
Karbunkel:
Sama dgn atas, keras, cepat membesar, supurasi mll beberapa muara
folikel. Shg abses multipel bersatu membentuk masa nekrotik luas, kawah,
dan parut.
Px Penunjang: gram stain + coccus, kultur

DDx: sporotrikosis, skrofuloderma, blastomikosis


folikulitis: acne vulgaris, erupsi obat

Manajemen:
Umum: jaga kebersihan, perbaiki kondisi umum, hilangkan faktor
predisposisi
Khusus: antiseptik, antibiotik topikal/sistemik, insisi, drainase
Resep:
R/ Gentamisin cr. gr / asam fusidat
S. 2dd ue
R/ Eritromisin mg 500 No. XX
S. 4dd cap I

atau
R/ kloramfenikol 2% cr gr
S 2dd ue
R/ Penicillin mg 500 no XX
S 3dd tab I

Lesi basah :
R/ Betadine (Povidone iodine) 1% btl 1 / Kalium permanganat
S 2 dd ue 10mnt kompres
3. Erysipelas dan Cellulitis
Penyebab: S. Aureus, GAS, pd anak bs jd H . influenza tipe B

Epidemiologi: semua umur, predileksi pada pipi (menyerupai kupu-kupu)


dan ekstremitas. Bisa terjadi akibat gigitan binatang, patogen oportunistik
pd imunodefisiensi, trauma, infeksi lain, penggunaan obat suntik, dll.

Patogenesis: infeksi menyebar antar jaringan dengan aktivitas


hyaluronidase yang memecah polisakarida, fibrinolisis, lechitinase
menghancurkan membran sel.

Anamnesis: masa inkubasi beberapa hari. sering disertai menggigil,


malaise, anorexia, demam, nyeri lokal, tenderness (gejala >> pd nekrosis)

Lesi Kulit:
Erisipelas:
Patch eritematous, dengan batas tegas, warna merah cerah, diatasnya
mungkin terdapat vesikel/bulla, erosi, abses, perdarahan, atau nekrosis.
Teraba panas. Cepat meluas.
Selulitis:
Patch eritematous, batas tidak tegas, keras dan panas pada perabaan.
Cepat bertambah merah dan menjalar. Infiltrat edematous teraba panas
dan luas, dapat terjadi vesikula edematous teraba panas. Vesikula
permukaan daapt mudah pecah dan timbul nekrosis. Kemungkinan
limfangitis menjalar.
Px Penunjang: gram stain +, kultur

DDx: urtikaria, erupsi obat, DVT, dermatitis, vasculitis

Manajemen:
Umum: istirahat baring, kompres hangat,
Khusus: antipiretik, analgetik, antibiotik sistemik

R/ Paracetamol mg 500 no XX
S. 3dd tab I
R/ eritromisin mg 500 no XX / Penicillin
S. 4 dd cap I

Lesi basah:
R/ Asam borat 3% / betadine / kalium permanganat
S 2dd 10 menit

4. Periporitis (?)
Infeksi S. Aureus dengan papul + papulovesikel miliary
5. Pitted Keratolisis
Penyebab: Infeksi Kytococcus sedentarius

Epidemiologi: biasanya pd dewasa muda, >> pd pria, predisposisi pd


hiperhidrosis dan alas kaki oklusif, pada bagian plantar kaki dan

Anamnesis: biasanya asimtomatik, bau kaki. Dapat terjadi gatal, terbakar,


tenderness.

Lesi kulit:
Terbentuk kawah seperti kubah pada stratum korneum dengan diameter 1-
8mm. Mungkin terjadi erosi stratum korneum. Tampak putih ketika basah.
Px Penunjang: KOH negatif hifa, Wood Lamp negatif utk coral red
fluorescence,

DDx:
interdigital tinea pedis, candida intertrigo, eritrasma, infeksi pseudomonas

Manajemen:
(sm dengan eritrasma)
6. Erythrasma
Penyebab: Corynebacterium minutissimum

Epidemiologi: Dewasa, terutama pada iklim humid, pakaian/ sepatu


tertutup, obesitas, hiperhidrosis. Predileksi pada lipatan ( paha, skrotum,
ketiak, intergluteal)

Anamnesis:
Lesi kemerahan teraba panas, sering pd orang gemuk, peminum alkohol,
banyak keringat.

Lesi Kulit:
Makula/ patch eritematosa batas tegas, bentuk tidak teratur dengan
skuama halus, kadang erosif

Px Penunjang:
Lampu Wood -> fluoresensi merah bata (coral red)
Gram stain positif

DDx: tinea cruris, candidiasis, tinea versicolor, dermatitis seboroik

Manajemen:
Umum: jangan banyak keringat, hilangkan faktor pencetus
Khusus: antibiotik sistemik
R/ eritromisin mg 500 no XX

S 4 dd cap I
6. Lepra
Anamnesis : timbul bercak/benjolan dengan rasa tebal/matirasa yan
g meluas. Warna merah/putih/hitam. Bersisik/tidak. Jumlah. Demam,
pilek, mata nrocos. Onset,
sumber penularan, riw. Pergi/berasal dari daerah endemis lepra.
Terdapat luka yang tidak sakit pada kaki. Anggota tubuh lain yang t
erasa tebal2/kesemutan/nyeri. Penurunan BB.
RPD : riw. Keluhan serupa, tidak hilang timbul. Tx -
> hasil? Kontak dengan penderita dengan keluhan bercak serupa?
Lepra? Jari/tangan putus? Apakah pernah ada bintik/plenting pada ar
ea tersebut? RPK : riw keluhan
serupa, penyakit kulit lain? Infeksi jamur?

Lesi
Kulit : UKK: pada ___ tampak patch/macula hipopigmentasi/hiperpig
mentasi/plak eritem bentuk ireguler ukuran
bervariasi dengan tepi yang meninggi, tampak
adanya central necrosis yang cenderung hiperpigmentasi, permukaan
tampak tertutup skuama putih tipis, tak tampak hair shaft dan lesi
kulit papul/vesikel. Hipoestesi (+), nyeri (‐
); inspeksi (madarosis, hidung pelana, infiltrate cuping telinga, bercak
kulit di telinga / pipi /lengan, tungkai, perut, pembesaran
N.auricularis magnus, nodul, jari tangan kiting/claw hand, pemendeka
n jari/resorpsi, atrofi tenar/hipotenar,
ulkus pada telapak kaki), tes sensibilitas (sentuhan
dengan kapas, nyeri dengan jarum, suhu dengan air panas&dingin),
pemeriksaan pembesaran saraf (N. auricularis magnus, N. facialis, N.
ulnaris, N. radialis, N. Medianus, N Peroneus Komunis, N. tibialis pos
terior), pemeriksaan fungsi saraf sensorik (N.ulnaris&medianus,
N.Tibialis post) motorik (N.facialis, N. ulnaris, N.
medianus, N. Radialis, N. Peroneus komunis)
DDx : Makula hipopigmentasi (MH, vitiligo, leukoderma, pityriasis ver
sikolor,pityriasis alba) plak eritem (MH,
tinea corporis, SLE, psoriasis) bercak dengan nodul
(MH, caposi sarcoma, veruca vulgaris) ulkus (MH, ulkus diabetikum, f
rambusia)

Px Penunjang : BTA + (pemeriksaan Ziehl-‐


Neelsen) dari cuping telinga & lesi kulit yang aktif

Manajemen :
PB 6 bulan -
> hari 1 : R/tab. Dapsone 100mg No.I S.i.m.m; R/cap. Rifampicin 6
00mg No.I S.i.m.m; hari 2-‐
28 : R/tab. Dapsone 100 mg No.XXIX S.1.d.d.Tab I;

MB 12 bulan -
> hari 1 : R/tab dapsone 100mg No.I S.i.m.m; R/cap. Clofazimin 30
0mg no I S.i.m.m; R/rifampicin 600mg no I s.i.m.m; hari 2-‐
28 : R/Tab dapsone
100mg no XXIX S.i.d.d.Tab I; R/ cap. Clofazimin 50mg no XXIX S.1.
d.d.Cap I; pakai masker, hindari kontak kulit dengan orang lain, ma
kan bergizi, istirahat cukup.
7. Dermatophytosis -> Tinea (Corporis/ Cruris/ Pedis)
Penyebab: Fungi (dermatophita), ex: trichophyton, epidermophyton,
mikrosporum

Epidemiologi:
Onset :Infeksi kulit kepala pada anak, infeksi intertrigo pada dewasa muda.
Predileksi pada kulit yg lembab, misal akibat pakaian yang ketat.
Infeksi bisa berasal dari tiga sumber: orang lain, binatang, atau tanah.
Predisposisi pada pasien imunosupresi dan immunocompromised

Anamnesis: Gatal terutama pada kulit lembab, dalam waktu lama

Lesi Kulit:
Tinea Circinata / Dermatomikosis
Lesi berupa lingkaran , makula/patch hiperpigmentasi/ eritematosa, batas
tegas. Terdiri atas papula, skuama, dan eritematosa. Bagian tengah halus
seperti menyembuh.

Tinea kapitis
Sering pada anak2 balita dan usia sekolah 6-10 tahun.

Grey patch ring worm : papula milier sekitar folikel rambut, mudah putus,
meninggalkan alopecia setempat berwarna coklat (ectothrix : invasi terjadi
di luar hair shaft, sehingga terjadi destruksi cuticle. Disebabkan
Microsporum)
Black dot ring worm :rambut putus tepat di permukaan kulit kepala,
meninggalkan makula coklat berbintik hitam. Warna rambut sekitar
menjadi suram. (endothrix : infeksi terjadi di dalam hair shaft tanpa
destruksi cuticle). Disebabkan Tricopython.
Kerion: pada kulit kepala tampak abses abses menyerupai sarang lebah
dengan skuama akibat peradangan. Rambut menjadi putus dan mudah
dicabut.

Tinea favusa: bintik bintik warna merah ditutupi krusta, berbentuk cawan
berbau busuk. Rambut putus dan mudah dicukur.

Px Penunjang:
Lampu wood
DDx:
alopesia arcata, dermatitis seboroik, psoriasis vulgaris

Tinea korporis
Menyerang kulit halus dan berambut, daerah muka, glutea, tungkai. Sering
terjadi di daerah tropis/ subkutis.

Anamnesis:
Plaque dengan batas tegas ukuran kecil/ sedang, dengan atau tanpa
vesikel. Pembesaran area yg lebih besar menyebabkan pola anular dengan
pola cincin konsentrik/ arcuata. Biasanya lesi tunggal tp dapat juga
multiple. terbentuk plak psoriasiform.
Tinea Kruris
Menyerang daerah lipat paha, genital, dan sekitar anus, dapat meluas ke
bokong dan perut bawah. Sering pada dewasa, pria, pada iklim humid,
pakaian ketat, obesitas, pemakaian glukokortikoid topikal.

Lesi Kulit
Plak berwarna merah tua, tan atau coklat luas berbatas tegas dengan
skuama. Bisa terdapat central clearing. Bisa terdapat papul atau pustul di
batas2 lesi. Distribusi pada daerah selangkangan, paha atas, bokong.

DDx: eritrasma, intertrigo, candida intertrigo, pityriasis versicolor,

Tinea Imbricata
Lesi Kulit: Lesi di permukaan kulit berupa makula berwarna seperti kulit
normal, berupa lingkaran-lingkaran ditutupi sisik kasar dan tampak
menyerupai lingkaran2 bermata satu. Lingkaran dapat menyatu (polisiklik),
skuama saling menindih seperti susunan atap genting
DDx: eritroderma, pemfigus foliascus

Tinea Manus et Pedis


Lesi Kulit:
Intertriginosa: (di sela2 jari), Maserasi, deskuamasi, dan erosi pada sela
jari kuku, tampak warna keputihan basah dan dapat terjadi fissura terasa
nyeri bila tersentuh
Vesikuler akut: terbentuk vesikula dan bula yang terletak agak dalam di
bawah kulit dan sangat gatal, memecah. Vesikel atau bulla berisi cairan
jernih. Bila ada pus cenderung pada infeksi S. aureus / GAS
Moccasin foot: seluruh kaki dan telapak, tepi, sampai punggung kaki
terlihat kulit menebal dan berskuama, eritema ringan pada bagian tepi lesi.
Hiperkeratosis; biasanya di tumit.

Px Penunjang (semua kasus tinea):


Lampu Wood
KOH 30% didapatkan hifa dan spora dari sediaan skuama, rambut, dan
kuku
Biakan agar seboroud (skuama, rambut, kuku): tumbuh koloni jamur

Manajemen (semua kasus tinea):


Umum: jaga kebersihan, hindari kelembaban
Khusus: antijamur

Tinea capitis
Topikal:
R/ whitfield salep g 10 tube I
S 2dd ue

R/ Acetylsalisilat 5%
S 2dd ue

Sistemik:
R/ Griseofulvin mg 500 no XV 2-4 minggu
S1 dd tab I
atau
R/ Ketoconazole mg 200 no XV
S 1dd tab I
R/ Itrakonazol mg 100 no XV
S 1dd tab I

Tinea capitis
R/ Griseofulvin mg 500 no XV 2-4 minggu
S 1dd tab I
R/ Myconazole cr Tube I
S 2dd ue

Tinea corporis
R/ Myconazole cr tube I
S 2dd ue

Tinea cruris
R/ Griseofulvin mg 500 no XV 2-4 minggu / Tyrosid cr tube I
S1 dd tab I
R/ whitfield salep g 10 tube I
S 2dd ue

Tinea pedis
R./ Ac. salycil 6%
Ac. benzoat
Encacort cr 10
Tween 80 qs
mfla
S 2 dd ue

R/ Ketoconazole mg 200 no XV
S 1dd tab I
8. Pityriasis Versicolor
Penyebab: M. furfur

Epidemiologi:
Onset pada dewasa muda (ada sekresi sebum). Predisposisi pada musim
panas, hiperhidrosis, kulit berminyak, terapi glukokortikoid,
imunodefisiensi. Predileksi pada daerah berlemak ( wajah, dada,
punggung, lengan atas, dan leher).

Anamnesis:
Terdapat bercak bercak putih atau coklat , gatal waktu keringat,
berkembang lambat mulai dari bentuk titik titik kemudian melebar dapat
bergabung membentuk lesi yang lebih besar.

Lesi kulit:
Makula/ patch hipopigmentasi/ hiperpigmentasi, bentuk bulat dengan
skuama halus pada bagian tengahnya, terdapat dua bentuk yaitu bentuk
bulat kecil-kecil sekitar folikel rambut hingga bentuk makula dengan ukuran
lebih besar dan batas tegas.
Px Penunjang : Lampu Wood (fluoresensi kuning keemasan),
Mikroskopis KOH 30% (skuama), hifa dan spora

DDx: Pityriasis alba, pityriasis rosea, lepra, vitiligo, tinea corporis

Manajemen:
Umum: Hindari kelembaban
Khusus: antijamur topikal. sistemik

R/ myconazole cr tube I / Ac. salycilate 5%


S 2 dd ue
R/ Ketoconazole mg 200 no X
S 1dd Tab I dc

9. Kandidiasis kutis
Penyebab: Candida albicans

Epidemiologi: pada kulit yang lembab, tertutup pakaian. Predileksi pada


daerah lipatan.
Anamnesis: Gatal, pedih dan kadang terasa panas, terutama bila
berkeringat. Pada daerah mulut dan vagina atau daerah lain tampak ada
maserasi kulit yang agak tebal, kalau dilepas meninggalkan ulkus atau
erosi pada mukosa, keadaan ini dapat terjadi pada sela sela jari.

Lesi Kulit:
Terdapat lesi kulit berupa makula/plak eritematosa batas tegas, basah,
terdapat pustula, papula eritem pada daerah di sekitar lesi (lesi satelit).

Px Penunjang:
Mikroskopis KOH 30% (keruhan lesi): pseudohifa atau gambaran sel ragi
Kultur : Candida albicans

DDx:
Intertrigo, tinea cruris, DKA, DKI, Miliaria, Psoriasis

Manajemen:
Umum: Menjaga kebersihan, hindari faktor predisposisi,
Khusus:
R/ ketoconazole mg 200 XX
S 1dd tab I
R/ myconazole cr tube
S 2dd ue
R/ Incistin tab no XX
S 2dd tab I
10. Herpes Simpleks

Epidemiologi:
Biasanya pada dewasa muda. Transmisi bisa skin to skin, skin mucosa,
mucosa skin. Bisa kambuh (recurrence). Faktor resiko: iritasi bibir/mukosa,
gangguan hormon (ex: menstruasi), demam, gangguan imun. Predisposisi
infeksi HIV, malignansi, transplan, kemoterapi

Anamnesis: Timbul gamen/sariawan; nyeri; gatal atau seperti terbakar


yang terlokalisasi dan kemerahan pada kulit: malaise, demam, nyeri otot
Vesikel bergerombol nyeri/gatal seperti ditusuk-tusuk

Lesi kulit:
Vesikel menggerombol di atas kulit yang eritematosa, soliter atau multipel,
mendadak dan self limited; segera mengalami erosi dan krusta.
Px Penunjang:
Tes Tzanck (multinucleated giant cell)
Px antibodi
Kultur: HSV

Klasifikasi
Gingivostomatitis primer
a. Vesikel pada mukosa oral, cepat menjadi erosi tertutup membran putih
kekuningan, gingiva merah bengkak dan sakit
b. Terasa sakit, panas tinggi, limfadenopati regional, sakit tenggorokan,
sakit menelan

Herpes labialis rekuren


a. vesikel erosi sampai ulserasi dangkal yang tertutup krusta
b. tidak sakit, sembuh dalam waktu 5-7 hari

DDx:
impetigo, herpes zoster, ulkus aurum, stomatitis

Manajemen:
Umum:
Kompres NaCl, roboransia saraf, Vit C dosis tinggi
Khusus: analgesik, antipiretik, antivirus, antibiotik topikal
R/ acyclovir mg 200 no XXV (5 hari)
S 5 dd tab I
R/ vitamin B kompleks no XV
S 3 dd tab I
R/ Vitamin C mg 500 no X
S 1 dd tab I

bila vesikel pecah, beri kompres


R/ Betadine sol 1% mL 200
S 2dd ue

11. Molluskum Kontagiosum


Penyebab: Pox Virus

Epidemiologi:
Kelompok beresiko: anak, dewasa yg seksual aktif, immunocompromised

Anamnesis:
Bintil-bintil pada kulit, mudah menular

Lesi Kulit:
Papula bulat, bentuk kubah, ukuran lentikuler, multipel, warna putih perak
(seperti lilin), atap umbilicated, dapat menggerombol atau tersebar,
dengan dasar eritematosa, terdapat molluscum bodies
Px Penunjang:
Biopsi / PA : molluscum bodies

DDx:
liken planus, veruka plana, papiloma

Manajemen:
Umum: kompres
Khusus: kuretase, elektrodesikasi, TCAA 40%, bedah beku dengan nitrogen
cair atau CO2 snow

R/ betadine sol 1% ml 200


S 2dd ue
12. Varicella (cacar air)

Penyebab: Varicella zoster virus.

Epidemiologi:
Sering terjadi pada anak <10 tahun (90% dr seluruh kasus) yang tidak
diimunisasi; dapat terjadi pada dewasa (5%).
Transmisi airborne / kontak langsung. Masa inkubasi 10-23 hari. Sering
dimulai dengan gejala prodromal berupa demam dan malaise.

Anamnesis:

demam subfebril, malaise, mengeluh bintil-bintil berair

Lesi kulit:

Mulai dari timbulnya exanthem. Vesikel umbilicated, beratap, tipis, bentuk


bulat /lonjong menyerupai setetes air (teardrop vesicle), segera berubah
menjadi pustula, erosi, krusta. Vesikel baru terbentuk disertai vesikel lama
pecah, mengering, dan menjadi krusta. Pada pemeriksaan tampak lesi
yang polimorf.
Kulit disekitarnya eritematous. Lesi baru timbul mendadak dan serentak di
sekitar lesi lama, sehingga timbul erupsi bergelombang yang
penyebarannya sentrifugal.
Px Penunjang:
Tes Tzanck: ditemukan multinucleated giant cell

DDx:
Herpes zoster, impetigo, erupsi obat, folikulitis

Manajemen:

Umum: Kompres antiseptik


Khusus: Antipiretik, antihistamin, antivirus

R/ acyclovir mg 800 no XXXV (7 hari)


S 5 dd tab I
R/ Betadine sol 1% ml 200
S 2dd ue (kompres 15 mnt)
R/ CTM mg 4 no X
S 2dd tab I
13. Skabies
Penyebab: Sarcoptes scabiei

Epidemiologi:
Biasanya pada anak < 5 tahun, dewasa muda, atau orang tua.
Merupakan infestasi superficial epidermal dan menular secara skin-to-skin
(ex: menular melalui kontak tubuh) atau melalui pakaian
Predileksi pada sela jari tangan, siku bagian dalam, lipat ketiak bagian
depan, perut bagian bawah, pantat, genital, pinggang...

Anamnesis:
gatal hebat terutama pada malam hari, mudah menular.

Lesi kulit:

Didapatkan kunikulus (terowongan) yang sedikit meninggi, berbentuk garis


lurus, atau berkelok-kelok panjang beberapa mm atau cm. Pada ujungnya
tampak vesikel, papula, atau pustula, bekas lesi hipopigmentasi.
Px Penunjang: Lup, Lup + tinta, mikroskopis -> S. scabiei, mikroskopis
KOH 30% - > vesikel Sarcoptes scabiei

DDx: gigitan serangga, pruriga, papula urticaria, follikulitis

Manajemen:
Umum: jaga kebersihan perseorangan dan lingkungan;
Khusus: antiskabies, antihistamin ,...?

R/ Scabimite tube I
S1 dd ue

R/ CTM mg 4 no X
S 2dd tab I

atau
R/ gameksan 0,5-1,0%
S 1 dd ue

R/ CTM mg 4 no X
S2 dd tab I
14. Pediculosis
Penyebab: Pediculus humanus, Pthirius pubis

Epidemiologi:

Transmisi melalui kontak langsung dengan individual, kontak tidak


langsung dengan sprei/pakaian.
Faktor resiko: kondisi sosioekonomi buruk, kemiskinan, peperangan,
bencana alam, tidak adanya rumah

Anamnesis:
Gatal pada tempat yang terserang, adanya kutu/ telur kutu.

Lesi kulit:
Terdapat papula dan ekskoriasi akibat garukan.

Klasifikasi:
Pediculosis capitis:
Merupakan jenis pedikulosis yang paling umum; menyerang kulit dan
rambut kepala; terjadi pruritus belakang dan samping kepala.
Terjadi lesi kulit akibat reaksi hipersensitivitas dikarenakan gigitan kutu:
Fase 1: tidak ada gejala klinis
Fase 2: urtikaria papuler dengan pruritus sedang
Fase 3: wheal dengan kemunculan papul dan pruritus hebat
Fase 4: papul mengecil dengan pruritus ringan

Krusta, melekat pada rambut, beberapa rambut bergabung menjadi satu


Pediculosis Corporis
Menyerang badan, terutama daerah pinggang, ketiak, dan
inguinal. Ditandai papul-papul miliar disertai ekskoriasi. Terdapat kutu telur
pada lipatan tubuh dan pakaian. Lesi kulit dapat berupa eczema,
ekskoriasi, liken simpleks; dan impetigo sekunder.

Pediculosis Pubis
Menyerang rambut dan kulit daerah pubis; sering terjadi pada
remaja/dewasa muda. Transmisi melalui kontak fisik, berbagi pakaian, dan
secara seksual. Lesi kulit berupa papula milier dengan urtika (papular
urticaria), dapat disertai lichenifikasi dan ekskoriasi sekunder. Kutu atau
telur dapat melekat pada pakaian.
DDx:
Skabies, gigitan serangga, folikulitis, dermatitis seboroika.

Manajemen:
Umum: jaga kebersihan, cuci/cukur rambut, cuci pakaian
Khusus:
Pedikulosis kapitis:
*gameksan: gama benzen heksaklorida
R/ gameksan 1% (shampoo)
S1 ue tiap 2 hari sekali

Pedikulosis korporis:
R/ Gameksan 1% (cream/lotion)
S 1 dd ue

Pediculosis Pubis
R/ Gameksan 1% (cream/lotion)
S 1 dd ue
15. Cutaneous Larva Migrans
Penyebab: infestasi kulit akibat penetrasi larva nematoda dilanjutkan
migrasi epidermal. Ex: Ancylostoma braziliense, A. caninum

Epidemiologi:
Larva berasal dari lingkungan yang terkontaminasi feses binatang.
Biasanya endemik pada iklim tropis/subtropis.

Anamnesis: masa inkubasi 1-6 hari. Terjadi pruritus lokal dalam beberapa
jam setelah penetrasi larva. Predileksi pada kaki, tungkai bawah, bokong,
dan tangan.

Lesi kulit:
Terdapat lesi kulit berupa plak eritem, serpiginious, tipis, linear
(membentuk garis), meninggi, dan menyerupai terowongan. Larva dapat
bergerak beberapa mm tiap harinya.
Bila terdapat papul, urtikaria, papulovesikel disertai gejala pruritus hebat -
> larva currens/ cutaneous strongyloidiasis.

DDx:
dermatitis kontak fitoalergik, fitofotodermatitis, eritema migrans, impetigo
bullosa, epidermal dermatophytosis, skabies, dll.

Px Penunjang:
biopsi pada kulit di titik gerak dari lesi.

Manajemen:
Topikal:
R/ hidrokortison 1% cr tube I
S 2dd ue

Sistemik:
R/ Albendazole mg 400 no III
S 1 dd

atau
R/ Ivermectin mg 6 no X
S 2 dd
16. Gigitan Serangga (insect bite)
Penyebab: toksigen/alergen serangga

Anamnesis: ada riwayat gigitan serangga, rasa sakit/ nyeri dan gatal
segera setelah gigitan

Lesi Kulit:
Eritem dengan bagian tengah nekrose, papula/nodula dengan titik hitam
(punctum) di tengah; vesikula / bula dengan dasar eritem, kadang berupa
ulkus/nekrose dan perdarahan
Px Penunjang:
mikroskopis darah: ditemukan eosinofil ++
tes tusuk/ gores dengan alergen tersangka +

DDx:
pruriga, urtikaria, dermatitis kontak

Manajemen:
Umum: kompres dengan kantong es atau kompres dengan asam borat 3%
(?)
Khusus: antihistamin, kortikosteroid topikal/sistemik, adrenalin
R/ hidrokortison 1% cr. tube I
S 2dd ue
R/ dexamethason mg 0,5 no X
S1 dd tab I

atau
R/ prednison mg 5 no XV
S 3 dd tab I
R/ esperson cr g 15 tube I
S 2dd ue
17. Dermatitis Kontak Alergi (DKA)

Penyebab: Kontak dengan alergen. DKA merupakan penyakit sistemik


ditandai dengan inflamasi yang dimediasi oleh sel limfosit T. DKA
merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Sel Langerhans membawa
antigen dari epidermis ke limfonodi, di mana antigen beserta molekul MHC
kelas II dipaparkan ke sel T, yang kemudian berproliferasi. Sel T yang
tersensitisasi meninggalkan limfonodi dan masuk ke sirkulasi darah; apabila
sel Langerhans kembali memaparkan antigen spesifik yang sama, sel T
tersebut memproduksi dan me-mediasi lepasnya sitokin dari sel lain,
sehingga terjadi hipersensitivitas.

Epidemiologi:
Sangat sering terjadi, dapat terjadi pada semua umur.
Anamnesis:
Terjadi erupsi lesi kulit / ruam pada individu yang tersensitisasi >48
jam setelah kontak dengan alergen. Paparan berlebih dapat
mengakibatkan reaksi crescendo (semakin parah). Gejala yang dikeluhkan
biasanya pruritus hebat dan nyeri.

Lesi Kulit
Penampakan DKA bervariasi berdasarkan keparahan alergi, lokasi, dan
durasi paparan.
Dermatitis Tipe Akut: eritema berbatas tegas, vesikel, papula, erosi, edema

Dermatitis Tipe Subakut: plak eritem dengan skuama kering; kadang


disertai papul eritem
Dermatitis Tipe Kronis: papula, pigmentasi, likenifikasi, ekskoriasi

Tanda bekas dermatitis: makula hiperpigmentasi dgn skuama


Px Penunjang:
Mikroskopis darah tepi: eosinofil ++
Patch test, prick test, scratch test: positif terhadap alergen
Serologi darah: IgE ++

DDx:
Dermatitis Kontak Iritan. Dermatitis seboroik
perbedaan DKI dgn DKA:

Manajemen:
Hentikan/ hindari paparan alergen!
Antiinflamasi/Antihistamin
Akut:
R/ Betadine sol 1% ml 200
S 2dd ue kompres
R/ Hidrokortison 1% mg
S 2 dd ue
R/ Prednison mg 5 no XX
S 3dd tab I
R/ CTM mg 4 no XV
S 2 dd tab I
Kronis (lesi kering):
R/ Desoxymethasone 0,25% mg
S 2dd ue
R/ Prednison mg 5 no XX
S 3 dd tab I
R/ CTM mg 4 no XV
S 2 dd tab I

<sebenernya masih banyak obat2 spesifik untuk DKA spesifik...>


17. Dermatitis Kontak Iritan

Penyebab: Merupakan suatu penyakit yang terlokalisasi pada area yang


terpapar dengan zat iritan. Dapat diakibatkan oleh paparan bahan kimia
atau benda fisik lain yang dapat mengiritasi kulit baik secara akut maupun
kronis. Beberapa zat dapat menyebabkan reaksi toksik walaupun durasi
paparan tidak lama; sebagian besar kasus diakibatkan oleh paparan secara
kronis dan kumulatif terhadap satu atau lebih iritan.

Epidemiologi:
Predileksi pada tangan, biasanya terkait dengan suatu pekerjaan misalnya:
pembantu rumah tangga, petugas salon, petugas kebersihan, petani,
insinyur, mekanik, dll. Predisposisi adalah pada orang dengan riwayat
atopik dan/atau dermatitis atopik. Selain itu, sering pada kulit putih, suhu
rendah, oklusi kulit, iritasi mekanis, dll.

DKI dibagi menjadi dua, yaitu DKI akut dan kronis.

DKI akut:
Mekanisme terjadinya adalah kerusakan sitotoksik secara langsung pada
keratinosit.

Anamnesis:
Rasa terbakar, nyeri dapat terjadi dalam beberapa detik setelah paparan.
Pada pemakaian aluminum klorida, fenol, propilene glikol reaksi terjadi
antara 1-2 menit setelah paparan dan berlangsung hingga 30 menit.

Lesi kulit:
Biasanya terjadi dalam beberapa menit hingga lebih dari 24 jam setelah
paparan. Lesi akut berupa eritem berbatas tegas -> vesikel -> bulla ->
erosi -> krusta -> skuama -> nekrosis -> ulkus (berdasarkan urutan
keparahannya). Distribusi terlokalisasi dan terisolir pada satu bagian, atau
dapat pula generalized pada fitodermatitis.
DKI kronis:
Terjadi akibat paparan berulang yang mengakibatkan kerusakan membran
sel secara lambat, sehingga mengganggu sawar kulit dan menyebabkan
denaturasi protein serta reaksi sitotoksik. Bisa jadi DKI kumulatif :
berkembang lambat setelah paparan berulang dari suatu bahan iritatif;
biasanya pada tangan.

Anamnesis:
Rasa terbakar, gatal, nyeri.

Lesi kulit:
Lesi kulit berupa papula, pigmentasi, likenifikasi, ekskoriasi. Mulai dari kulit
kering -> eritem -> hiperkeratosis -> skuama -> fisura -> krusta.
Px Penunjang:
Patch test negatif.
Histopatologi DKI akut: epidermal cell necrosis, netrofil, vesikulasi.
Histopatologi DKI kronis: akanthosis, hiperkeratosis, infiltrat limfosit.

DDx:
DKA, DEK, Dermatitis seboroik, erisipelas

Manajemen:
Umum: hindari faktor penyebab
Khusus: antiinflamasi, antihistamin

<resep sama seperti DKA>


Akut:
R/ Betadine sol 1% ml 200
S 2dd ue kompres
R/ Hidrokortison 1% mg
S 2 dd ue
R/ Prednison mg 5 no XX
S 3dd tab I
R/ CTM mg 4 no XV
S 2 dd tab I

Kronis (lesi kering):


R/ Desoxymethasone 0,25% mg
S 2dd ue
R/ Prednison mg 5 no XX
S 3 dd tab I
R/ CTM mg 4 no XV
S 2 dd tab I
18. Urtikaria
Merupakan reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam sebab,
biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit,
sekitar dapat dikelilingi halo.

Penyebab: 80% tidak diketahui penyebabnya, obat, makanan, gigitan


serangga, bahan fotosensitizer, kontaktan, trauma fisik, infeksi/infestasi,
genetik, penyakit sistemik

Epidemiologi: pada semua umur, dewasa >> usia muda. Sering disertai
dengan angioedema. Predisposisi pada penderita atopi.

Anamnesis: biduran, gatal, cepat timbul dan cepat hilang

Lesi Kulit:
Umumnya tampak eritema dan edema setempat berbatas tegas pada kulit
superfisial.
Urtikaria pigmentosa:
Makula eritematosa atau hiperpigmentasi, tersebar di seluruh tubuh, dapat
juga berupa nodul/vesikel
Urtikaria papulosa
Papula eritematosa, tersebar diskret dan ireguler, terutama pada ekstensor
lengan dan tungkai
Px Penunjang:
Serologi Darah (Ig E ++)
Mikroskopis Darah (eosinofilia)
DDx:
purpura anafilaktoid, pitiriasis rosea

Manajemen:
Umum: hindari penyebab, hilangkan gejala, cegah timbulnya gejala
Khusus: antipruritus, antihistamin, antiinflamasi sistemik (kortikosteroid).

R/ acetylsalycylate 1%
S 2dd ue (bedak)
R/ Prednison 5mg no XX
S 3dd tab I
R/ CTM mg 4 no XV
S 2dd tab I

atau

R/ CTM 4 mg no XV
S 2dd tab I
R/ Calamed powder no I
S ue
19. Pityriasis Rosea
Merupakan suatu erupsi akut exantem; dimulai dari adanya 1 plak lesi yang
mendahului erupsi sekunder secara luas. Hal ini biasanya sembuh sendiri
dalam 6 minggu.
Penyebab: reaktivasi Human Herpesvirus (HHV) HHV-7 dan HHV-6
Epidemiologi: sering pada 10-43 thn, pada musim semi/gugur,

Anamnesis: pruritus, muncul bercak-bercak kemerahan

Lesi Kulit:
Adanya herald patch , yaitu plak atau patch merah, batas tegas, multipel,
berbentuk oval dengan tepi meninggi.
Muncul exanthema, yaitu tampak papul dan plak eritem/merah muda,
dengan batas tegas, tepi meninggi, membentuk suatu pola pada batang
tubuh, bagian proximal dari ekstremitas.
Px Penunjang:
Dermatopatologi: ditemukan parakeratosis difus/patch, hilangnya stratum
granulosum, akanthosis, spongiosis fokal, vesikel mikroskopis, dll.

DDx:
erupsi obat, sifilis sekunder, psoriasis, eritem multiforme, tinea corporis

Manajemen:
antihistamin oral (ex: cetirizine)
glukokortikoid/ kortikosteroid topikal (ex: hidrokortisone)
glukokortikoid/ kortikosteroid sistemik (ex: desoxymethasone, dll)
20. Prurigo
Penyebab: Tidak jelas. Biasanya terkait dengan dermatitis atopik, namun
dapat juga timbul tanpa dermatitis atopik. Ditandai dengan rasa gatal yang
sangat tajam dan hebat.

Anamnesis: bintil-bintil pada tangan dan atau kaki, terasa gatal.

Lesi kulit:
papula atau nodula eritematosa atau hiperpigmentasi, multipel, tersebar,
dengan predileksi pada ekstremitas.
Prurigo mitis : papula eritematosa, multipel -> papula menjadi runcing dan
timbul vesikel, ekskoriasi, dan likenifikasi
Prurigo feroks: papula, multipel, lebih besar, keras menonjol di atas kulit,
hiperpigmentasi, dan likenifikasi tampak lebih luas dan menonjol; selalu
disertai adenopati (prurigo buba)
Nodula lentikular, warna hitam, multipel, dikelilingi daerah hiperpigmentasi
lokasi tersebar sepanjang tungkai bagian ekstensor

Px Penunjang: mikroskopis, serologis, tes alergi


DDx: skabies, gigitan serangga, dermatitis herpetiformis, dermatitis atopik,
LSK

Manajemen:
Umum: menghindari faktor pencetus (stress, emosi, makanan), lesi jangan
digaruk
Khusus: antipruritus, antihistamin, antiinflamasi

R/ ac.salycylat 1%
S 2dd ue
R/ desoxymethasone 0,25%
S 2dd ue
R/ CTM mg 4 no XV
S 2dd tab I
21. Dermatitis Atopik
Epidemiologi: Biasanya terlihat pertama kali pada umur 2 bulan hingga 1
tahun (60%), dan di bawah 5 tahun (30%),
biasanya terdapat beberapa faktor pemicu terjadinya atopi: inhalant,
Mikroba (S. aureus), autoalergen, makanan, disrupsi barier kulit, infeksi,
musim, pakaian, stres emosional, dll.

Anamnesis: bercak merah gatal dan muncul tiba-tiba, lokasi terutama


pada daerah lipatan / fleksor, wajah. Kulit kering menebal. Awal muncul
biasanya sejak anak-anak. Dermatitis dapat hilang timbul atau terus-
terusan, berlangsung lama. Gatal yang mengganggu tidur, itch scratch
style. Tanpa atopi lain: rhinitis alergi (hidung berair, bersin, mata, gatal),
asma,
RPD: keluhan serupa, hilang/timbul/terus-terusan sejak lama. Riwayat
atopi / alergi
Dapat pada riwayat pemakaian sabun, kosmetik, lotion, aktivitas keringat
banyak.

Lesi Kulit:
Pada ____ tampak patch eritem ukuran ___ bentuk ireguler disertai
gambaran vesikel/papul eritem bentuk bulat/oval ukuran 3-5 mm multipel
tersebar, berkelompok di atas permukaan eritem tersebut. Beberapa papul
tampak konfluen membentuk gambaran palk batas tidak tegas. Tampak
pula likenifikasi dan kesan ekskoriasi linear tertutup skuama putih tipis.
Beberapa tertutup krusta.

Px Penunjang:
pemeriksaan alergi (patch test, skin prick test), darah rutin (eosiniofilia),
IgE

DDx:
dermatitis atopik, dermatitis seboroik, skabies, dermatitis kontak,
kandidiasis kutan

Px Penunjang:
pemeriksaan alergi (skin prick test), darah rutin, eosinofilia, IgE, kerokan
kulit

Manajemen:
Akut bayi : R/Cr. Hidrokortison 1% Tube I S.d.d.ue; R/CTM 4mg No
. VII S.2.d.d Tab ½ ; R/sol. Povidone iodine 1% lag.I S.2.d.d.ue (k
ompres). Kronis : R/Cr.
Desoxymethason 0,25% Tube. I S.2.d.d.ue; R/Tab. Prednison 5mg N
o. XX S.3.d.d.Tab I; R/cetirizin 10mg No.X S.1.d.d.Tab I. Jangan dig
aruk,hindari barang/bahan
pencetus alergi, gunakan sabun bayi yang melembabkan, jaga kebers
ihan badan, jangan mandi air panas.
22. Herpes Zoster
Merupakan penyakit yang menyerang saraf perifer atau saraf tepi dan
bermanifestasi di kulit

Penyebab: Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella-zoster yang


tinggal di ganglia paraspinal sesudah infeksi varicella.

Epidemiologi: Lebih dari 66% >50 tahun, 5% anak <15 tahun. Transmisi
melalui kontak langsung.

Anamnesis: nyeri seperti terbakar muncul di tempat lesi kulit akan timbul
(nyeri terus-menerus/hilang timbul). Bercak kulit kemerahan -> menjadi
plenting berair mudah pecah dan berkelompok pada satu sisi tubuh dan
bertambah banyak. Beberapa hari kemudian lesi mengering seperti kerak.
Nyeri walaupun lesi sudah tidak ada. Demam (+), lemas (+), nyeri kepala
(+). RPD: riwayat varicella, riwayat stres, kecapkean, penggunaan steroid
jangka panjang, TB , kanker. Riwayat vaksinasi varicella. Riwayat kontak
dengan penderita serupa. Riwayat alergi.
Fase prodromal : 2-3 minggu
Vesikulasi akut: 3-5 hari
Formasi krusta : bbrp hari hingga 2-3 minggu
PHN/ post herpetic neuralgia: menetap setelah lesi sembuh, atau 4 minggu
setelah onset lesi
Lesi Kulit:
Pada ___ tampak papula eritem, multipel, bergerombol, distribusi, menurut
dermatomal, unilateral. Tiap gerombol bentuknya monomorf yang lain
polimof. Terdapat vesikel dengan dasar eritem, atap dome shape, berisi
cairan jernih, mudah pecah , ukuran bervariasi. Tampak erosi tertutup
krusta, putih tipis dan kesan ekskoriasi.

Px Penunjang:
Tzanck Test (multinucleated giant cell), kultur jaringan: ZVZ

Manajemen:
R/ Tab Acyclovir 400 Mg no LXX
S. 5 dd Tab II
R/ Tab amitriptillin 10 mg No XXX
S 1 dd Tab I
R/ Tab Na diklofenak 25 mg No XXX
S 2 dd tab I
(jaga makan bergizi)

Anda mungkin juga menyukai