Anda di halaman 1dari 19

PORTOFOLIO 1

Nama Peserta : dr. Rizki Rina Furi


Nama Wahana : Puskesmas Perawatan Poasia
Topik : BRONKOPNEUMONIA
Tanggal Kasus : 23 April 2015
Nama Pasien : An. A /10 bln No. RM : 431/III/2015
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. H. Juriadi P, M.Kes
Tempat presentasi : Ruang Pertemuan
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi
Tujuan
Bahan bahasan Tinjauan Riset Kasus Audit
Pustaka
Cara membahas Diskusi Presentasi & diskusi E-mail Pos

Data Pasien Nama : An. A No. Registrasi : 431/III/2015


Nama Klinik : Telp. Terdaftar sejak :
Data Utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
KELUHAN UTAMA : Sesak napas. Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak napas
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk timbul terus menerus, tidak dipengaruhi cuaca,
aktivitas, waktu maupun posisi tubuh, tidak disertai dengan suara napas berbunyi. Riwayat
tersedak sebelum timbul sesak napas tidak ada. Keluhan ini baru pertama kali dialami dan bibir
terlihat agak kebiruan. Dan keluhan dirasa semakin memberat sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit.
Tiga hari sebelum sesak, pasien mengeluh pilek dan batuk berdahak yang sulit
dikeluarkan, tidak disertai keringat malam dan bersifat tidak terus menerus. Keluhan disertai
demam tinggi yang timbul mendadak dan terus menerus, tidak menggigil dan tidak kejang.
Karena keluhan tersebut pasien dibawa oleh ibunya ke bidan dan diberikan 3 macam obat dan
salah satunya adalah obat penurun panas, tetapi tidak ada perubahan. BAB dan BAK lancar

Diagnosis: Bronkopneumonia

2. Riwayat Pengobatan : Pasien tidak pernah berobat ke manapun terkait dengan keluhannya saat ini
3. Riwayat Kesehatan : Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
4. Riwayat keluarga : Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit seperti ini
5. Riwayat Kehamilan : Ibu pasien teratur memeriksakan kehamilannya ke bidan, tidak ada keluhan yang
berarti selama kehamilannya.

6. Riwayat Persalinan : Bayi lahir cukup bulan, spontan, langsung menangis, berat badan lahir 3100 gram,
panjang 49 cm. Pasien anak pertama di keluarga ini

7. Riwayat Imunisasi
BCG : 1x, umur 1 bulan
Polio : 4x, umur 1 hari, 2,3,4 bulan
DPT : 3x, umur 2,3,4 bulan
Campak : 1x umur 9 bulan
Hepatitis B : Belum pernah
8. Riwayat Makanan
Umur : 0 - 4 bulan : ASI + Susu formula
4 - 5 bulan : ASI + Susu formula + Bubur susu + Buah
6 – 10 bulan : Susu formula + Bubur susu + Buah + Nasi tim saring
9. Lain2 :
Daftar Pustaka
1. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Cetakan I.
2. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Depkes.
3. Pneumonia, Penyebab Kematian Balita Nomor Satu. Diunduh dari :
(http://www.kematian.biz/pdf/article/health/pneumonia-penyebab-kematian-balita-nomor-satu.pdf
4.Askep pada Anak dengan Bronkopneumonia. Diunduh dari : (http://hanikamioji.wordpress.com)
5. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga Press Surabaya
6. Buku Ajar Respirologi Anak. IDAI
7. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Airlangga Press Surabaya
8. World Health Organization. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit

Hasil Pembelajaran
1. Definisi Bronkopneumonia
2. Etiologi Bronkopneumonia
3. Epidemiologi Bronkopneumonia
4. Klasifikasi Bronkopneumonia
5. Patogenesis Bronkopneumonia
6. Stadium Bronkopneumonia
7. Manifestasi Klinis Bronkopneumonia
8. Penegakan Diagnosis Bronkopneumonia
9. Pengobatan Bronkopneumonia
10.Komplikasi Bronkopneumonia
11.Prognosis Bronkopneumonia
SUBYEKTIF : (Heteroanamnesa dari Ibu kandung pasien)
Keluhan utama : Sesak napas

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
batuk timbul terus menerus, tidak dipengaruhi cuaca, aktivitas, waktu maupun posisi tubuh, tidak disertai
dengan suara napas berbunyi. Riwayat tersedak sebelum timbul sesak napas tidak ada. Keluhan ini baru
pertama kali dialami dan bibir terlihat agak kebiruan. Dan keluhan dirasa semakin memberat sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit.
Tiga hari sebelum sesak, pasien mengeluh pilek dan batuk berdahak yang sulit dikeluarkan, tidak
disertai keringat malam dan bersifat tidak terus menerus. Keluhan disertai demam tinggi yang timbul
mendadak dan terus menerus, tidak menggigil dan tidak kejang. Karena keluhan tersebut pasien dibawa
oleh ibunya ke bidan dan diberikan 3 macam obat dan salah satunya adalah obat penurun panas, tetapi
tidak ada perubahan.

OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK (23 April 2015)
Keadaan umum
Pasien tampak lemah
KU : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign
Suhu badan (aksiler) : 38,5 °C
Nadi : 150 kali /menit, teratur, kuat
Pernapasan : 68 kali /menit
BB : 9,2 kg
Status gizi : cukup

Kepala/Leher

Kepala : UUB : Rata, tidak cekung


Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : Mata cekung (-), edema palpebral (-),kornea jernih, lensa jernih, refleks cahaya
(+/+).
Telinga : Bentuk normal, simetris, liang lapang, serumen (-/-)
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), pernafasan cuping hidung (+), sekret (+)
Mulut : Bibir tidak kering, sianosis (+), lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis, tonsil
T1-T1 tenang.
Leher : PKGB (-), JPV (-)
Thorax
Umum
Bentuk : normal, Simetris
Kulit : tidak ditemukan kelainan
Axilla : tidak ditemukan kelainan
Retraksi intercostal (+)
Paru
ANTERIOR POSTERIOR
Kiri Kanan Kiri Kanan
Inspeksi Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
pernafasan pernafasan pernafasan pernafasan
simetris simetris simetris simetris
Palpasi Fremitus taktil = Fremitus taktil = Fremitus taktil = Fremitus taktil =
kanan kiri kanan kiri
Perkusi Sonor Sonor Sonor Sonor
Auskultasi Bronkovesikuler Bronkovesikuler Bronkovesikuler Bronkovesikuler
Ronkhi basah Ronkhi basah Ronkhi basah Ronkhi basah
halus (+) halus (+) halus (+) halus (+)
Wheezing (-) Wheezing (-) Wheezing (-) Wheezing (-)

Jantung
Inspeksi Iktus cordis: tidak tampak
Palpasi Iktus: teraba, di ICS V MCL sinistra (Apex)
Thrill: tidak didapat
Perkusi Batas kanan: ICS III-IV Parasternal line dextra
Batas kiri: ICS V, 1 cm lateral MCL sinistra
Auskultasi S1, S2: tunggal
Suara Tambahan: tidak didapat (murmur (-), gallop (-) )

Abdomen

- Inspeksi : Datar, simetris


- Palpasi : Supel, turgor cukup, hepar dan lien tidak teraba.
- Perkusi : Timpani.
- Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Extrimitas
Atas Umum:
-Akral: Hangat, kering, merah
-Tidak didapat deformitas
-Eritema Palmaris: tidak didapat

Sendi: tidak didapat kelainan


Kuku: tidak didapat kelainan, CRT<2”
Bawah Umum:
-Akral: Hangat, kering, merah
-Tidak didapat deformitas
Edema: -, CRT<2”

Genitalia
Perempuan, tidak ada kelainan

ASESSMENT
Bronkopneumonia

PLAN
Diagnosis :
Pemeriksaan laboratorium: DL

Pengobatan :
Non Farmakologis

- Bed Rest

Farmakologis

1. Pasang O2 3 liter per menit

Pendidikan :
a. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit, tindakan yang akan dikukan,
prognosa dan pengobatan
b. Memotivasi keluarga pasien untuk meminumkan obat teratur kepada pasien

Konsultasi :
Rujuk dokter spesialis anak

Kontrol :
Klinis : keadaan umum dan keluhan sesak
Vital sign: Nadi, RR, temperature
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

Subjektif
Sesak nafas
Tiga hari sebelum sesak, pasien mengeluh pilek dan batuk berdahak yang sulit dikeluarkan, tidak disertai
keringat malam dan bersifat tidak terus menerus. Keluhan disertai demam tinggi yang timbul mendadak
dan terus menerus, tidak menggigil dan tidak kejang. Karena keluhan tersebut pasien dibawa oleh ibunya
ke bidan dan diberikan 3 macam obat dan salah satunya adalah obat penurun panas, tetapi tidak ada
perubahan. sesak napas tidak dipengaruhi cuaca, aktivitas, waktu maupun posisi tubuh, tidak disertai
dengan suara napas berbunyi. Riwayat tersedak sebelum timbul sesak napas tidak ada. Keluhan ini baru
pertama kali dialami dan bibir terlihat agak kebiruan. Dan keluhan dirasa semakin memberat sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit.
Objektif
Dari pemeriksaan fisik, dan anamnesa riwayat perjalanan penyakit mendukung diagnosis
Bronkopneumonia
 Frekuensi pernapasan 68x/menit
 Demam dimana temperatur 38,50C
 Pernafasan cuping hidung (+)
 Retraksi intercostal (+)
 Pada auskultasi didapatkan bronkovesikuler, ronkhi basah halus (+)seluruh lapangan paru

Assessment (penalaran klinis)


Pneumonia itu sendiri merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh infeksi akut, biasanya
disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan adanya konsolidasi sebagian dari salah satu atau kedua
paru. Sedangkan bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis merupakan peradangan pada paru
dimana proses peradangannya ini menyebar membentuk bercak-bercak infiltrat yang berlokasi di alveoli
paru dan dapat pula melibatkan bronkiolus terminal. Bronkopneumonia sebagai penyakit yang
menimbulkan gangguan pada sistem pernafasan, merupakan salah satu bentuk pneumonia yang terletak
pada alveoli paru. Bronkopneumonia lebih sering menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini dikarenakan
respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. Tercatat bakteri sebagai penyebab
tersering bronkopneumonia pada bayi dan anak adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus
influenzae. Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita bronkopneumonia berulang atau bahkan
bisa anak tersebut tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor
iatrogen juga memacu timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan
antibiotika yang tidak sempurna.

Penderita datang dengan keluhan utama sesak nafas. Dari keluhan ini dapat dipikirkan adanya
kelainan pada paru-paru, jantung, kelainan metabolic seperti asidosis dan uremia serta adanya kelainan
di otak. Dari heteroanamesis tidak didapatkan keluhan BAK sehingga kemungkinan kelainan metabolic
dapat disingkirkan. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan penurunan kesadaran sehingga kelainan
disentral dapat disingkirkan, selain itu dari hasil pemeriksaan pada jantung didapatkan dalam batas
normal sehingga kelainan pada jantung dapat disingkirkan. Oleh karena itu dapat dipastikan merupakan
kelainan pada paru.
Dari heteroanamesa didapatkan pasien mengalami batuk serta demam, sehingga dapat dipikirkan
adanya suatu penyakit infeksi. Selain itu, didapatkan ronki basah halus nyaring dan frekuensi pernapasan
meningkat yang khas untuk gejala bronkopneumonia, sehingga diagnosis bronkopneumonia pada pasien
ini dapat ditegakkan.

Terapi untuk pasien ini diberikan O2 nasal 2-3 liter/menit karena pasien mengalami sesak nafas.
Dilakukan stop oral pada pasien ini dan pemberian ASI lewat NGT karena dikhawatirkan terjadi aspirasi
karena pasien masih sesak

Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam untuk quo ad vitam dan functionam karena pada
pasien ini telah dilakukan pengobatan yang adekuat serta belum ada tanda-tanda yang mengarah pada
komplikasi.

Plan
Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium: DL

Terapi
Non Farmakologis
- Bed Rest

Farmakologis
1. Pasang O2 3 liter per menit

Pendidikan :
a. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit, tindakan yang akan dikukan, prognosa
dan pengobatan
b. Memotivasi keluarga pasien untuk meminumkan obat teratur kepada pasien

Konsultasi :
Rujuk dokter spesialis Anak

Kontrol :
Klinis : keadaan umum dan keluhan sesak
Vital sign: Nadi, RR, temperature

Dokter Internship Dokter Pendamping

dr. Rizki Rina Furi dr. H. Juriadi Paddo, M.Kes


PORTOFOLIO 2

Nama Peserta dr. Rizki Rina Furi


Nama Wahana Puskesmas Perawatan Poasia
Topik Oxyuriasis
Tanggal (kasus) 03 Mei 2015
Nama Pasien An. M No. RM 192/III/2015
Tanggal Presentasi Pendamping dr. Juriadi P, M.Kes
Tempat Presentasi Ruang Pertemuan
Objektif Presentasi
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Anak, laki-laki, usia 3 tahun, datang dengan keluhan gatal pada anus sejak 7 hari yang
□ Deskripsi
lalu
□ Tujuan Menegakkan diagnosis, penatalaksanaan dan pencegahan Oxyuriasis
□ Tinjauan
Bahan Bahasan □ Riset □ Audit
Pustaka □ Kasus

Cara Membahas
□ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Data Pasien Nama : An. M No. Registrasi : 192/III/2015
Nama Klinik Telp : Terdaftar sejak :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Oxyuriasis, gatal pada anus sejak 7 hari yang lalu, terutama pada malam
hari, ibu pasien pernah melihat cacing kecil berwarna putih keluar dari anus pasien. Pasien rewel dan
nafsu makannya menurun.

2. Riwayat Pengobatan : Sudah mendapatkan Pirantel Pamoat 1 1/5 tablet, tetapi belum ada perbaikan.

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga : Anak kedua dari 2 orang bersaudara, tinggal bersama orang tua. Kakak pasien
menderita sakit seperti ini ± 3 minggu sebelum pasien.
5. Riwayat Pekerjaan : -
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tinggal bersama orang tua dan 1 orang kakak, rumah semi
permanen, ventilasi kurang baik, hygiene dan sanitasi kurang baik, jarak rumah dengan rumah tetangga
dekat.
7. Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) : lengkap.
8. Lain-lain : -

Daftar Pustaka :
1. Buku Parasitologi Kedokteran FKUI.
2. Buku Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2008.
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Oxyuriasis.
2. Edukasi mengenai faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penyakit Oxyuriasis.
3. Tata laksana pasien Oxyuriasis.
4. Pencegahan penyakit Oxyuriasis dari segi lingkungan.
5. Edukasi pada orangtua tentang Oxyuriasis.

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


Subjektif
 Gatal pada anus sejak 7 hari yang lalu. Gatal terutama dirasakan pada malam hari. Ibu
pasien pernah melihat cacing keluar dari anus pasien saat pasien mengeluhkan gatal pada
malam hari. Cacing berukuran kecil, tipis, dan berwarna putih. Ibu kemudian membawa
pasien berobat ke Poskeskel dekat rumah pasien. Pasien mendapat obat Pyrantel Pamoat
2 tablet. Pasien disuruh memakan 1 1/5 tablet, tetapi pasien hanya makan 1 tablet. Karena
keluhan masih dirasakan pasien, ibu pasien membawa pasien berobat ke puskesmas.
 Tidur kurang sejak 7 hari yang lalu.
 Pasien menjadi lebih rewel dan kurang nafsu makan.
 Demam tidak ada.
 Batuk tidak ada.
 Sesak nafas tidak ada.
 Keluar cacing melalui mulut atau hidung tidak ada.
 Mual tidak ada.
 Muntah tidak ada.
 Sakit perut tidak ada.
 Gatal pada tempat lain tidak ada.
 BAK jumlah dan warna biasa.
 BAB warna dan konsistensi biasa.
 Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
 Riwayat penyakit keluarga: kakak pasien menderita sakit seperti ini 3 minggu yang lalu.
 Riwayat kehamilan ibu : selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, kontrol
secara teratur, hamil cukup bulan.
 Riwayat persalinan : Lahir spontan ditolong bidan, saat lahir langsung menangis kuat,
berat badan lahir 3400 gram, panjang badan 46 cm, tidak ada riwayat kejang, biru, dan
kuning saat lahir.
 Riwayat imunisasi : lengkap
 Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tinggal bersama orang tua dan 1 orang kakak,
rumah semi permanen, ventilasi kurang baik, hygiene dan sanitasi kurang baik, jarak
rumah dengan rumah tetangga dekat.
Objektif
a. Vital sign
 KU : sakit sedang
 Kesadaran : sadar/aktif
 Frekuensi nadi: 84 x/menit
 Frekuensi nafas: 14 x /menit
 Suhu : 37,5 0C
 Berat badan : 15 kg
 Tinggi badan : 92 cm
 sianosis(-), pucat(-), ikterik(-)

b. Pemeriksaan sistemik
 Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis.
 Kepala : Bentuk normal, rambut hitam, tidak mudah dicabut.
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter 2
mm, refleks cahaya +/+ Normal.
 THT : Tidak ada kelainan.
 Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah.
 Leher : Tidak ada kelainan.
 KGB : Tidak teraba pembesaran KGB pada leher, axilla, dan inguinal.
 Thoraks : Jantung dan paru dalam batas normal.
 Abdomen
Inspeksi : tidak membuncit.
Palpasi : distensi (-), hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising usus (+) Normal.
 Punggung : Tidak ada kelainan.
 Alat kelamin : Tidak ada kelainan.
 Anus : Terlihat luka lecet bekas garukan pada kulit di sekitar anus.
 Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler baik, sianosis (-), kuku tangan
panjang dan berwarna hitam, refleks fisiologis +/+, refleks
patologis -/-.

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah tidak dapat dilakukan karena di puskesmas hanya dapat dilakukan
pemeriksaan labor sederhana.
2. Pemeriksaan tinja juga tidak dapat dilakukan karena reagen expired.
Assesment (penalaran klinis)
Pasien ini didiagnosis oxyuriasis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis ditemukan gejala klinis pada pasien ini adalah gatal pada anus yang dirasakan
terutama pada malam hari. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan, menjadi lebih
rewel, dan sulit tidur. Selain itu, ibu pasien juga pernah melihat cacing kecil, tipis, berwarna
putih keluar dari anus pasien saat malam hari. Gejala-gejala diatas sesuai dengan gejala klinis
oxyuriasis pada literatur. Penemuan cacing oleh ibu pasien menjadi tanda patognomonis untuk
penyakit ini. Dari pemeriksaan fisik hanya ditemukan luka bekas garukan pada anus pasien.
Status gizi pasien baik dan tidak ditemukan tanda-tanda anemia pada pasien ini. Di literatur
juga disebutkan bahwa jarang kasus oxyuriasis yang menyebabkan gizi kurang dan anemia.
Diagnosis pasti dari oxyuriasis adalah ditemukannya cacing atau telur cacing. Pada pasien ini
tidak dapat dilakukan pemeriksaan feses karena reagennya telah kadaluarsa. Selain itu, pada
literatur disebutkan jarang sekali kita dapat menemukan telur cacing kremi pada feses pasien.
Pasien ini diterapi dengan pirantel pamoat 150 mg dosis tunggal, dan dianjurkan untuk kembali
2 minggu kemudian jka keluhan tidak berkurang. Kemudian diberikan CTM 3 x 2 mg untuk 3
hari. Selain itu juga diberikan penyuluhan mengenai seluk beluk penyakit cacing kremi ini,
mulai dari pengertian, penyebab, gejala penyakit, penularan, pengobatan, komplikasi dan
prognosis. Hal yang lebih penting lagi adalah menganjurkan seluruh anggota keluarga untuk
berobat ke puskesmas. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah mencuci tangan dengan
menggunakan sabun sebelum makan, setelah bermain, dan BAB, memotong kuku dan
menjaga kebersihan kuku, menghilangkan kebiasaan menggigit kuku, mencuci sprei minimal
2x / minggu, membersihkan jamban setiap hari, dan menghindari penggarukan pada anus
karena akan mencemari jari-jari tangan dan dapat menyebabkan terjadinya luka pada kulit
tersebut.
Plan

Diagnosis klinis : Oxyuriasis.

Diagnosis sosial : Kurangnya kebersihan lingkungan tempat tinggal.

Pengobatan :
a. Promotif :
 Diberikan penyuluhan mengenai seluk beluk penyakit cacing kremi ini, Mulai dari
pengertian, penyebab, gejala penyakit, penularan, pengobatan, komplikasi dan
prognosis.
 Seluruh anggota keluarga dianjurkan untuk berobat ke puskesmas.
b. Preventif :
 Mencuci tangan dengan menggunakan sabun sebelum makan, setelah bermain, dan
BAB.
 Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku.
 Menghilangkan kebiasaan menggigit kuku.
 Mencuci sprei minimal 2x / minggu.
 Membersihkan jamban setiap hari.
 Menghindari penggarukan pada anus karena akan mencemari jari-jari tangan dan dapat
menyebabkan terjadinya luka pada kulit tersebut.
c. Kuratif :
 Pyrantel Pamoat 1 x 150 mg ( 1 1/5 tablet ) dosis tunggal. Kepada ibu pasien diterangkan
agar datang kembali ke puskesmas 2 minggu kemudian.
 CTM 3 x ½ tablet.

Pendidikan :
Kepada orangtua dijelaskan mengenai penyakit ini dan cara mencegahnya. Apabila ada
anggota keluarga yang menunjukkan gejala penyakit ini segera bawa berobat ke puskesmas
terdekat. Pencegahan pada penyakit ini sangat penting karena faktor resiko penyakit ini adalah
faktor hygiene dan lingkungan yang kurang baik.

Konsultasi :
Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis anak apabila terdapat komplikasi dari penyakit ini,
seperti gangguan pertumbuhan atau gangguan gizi.

Dokter Internship Dokter Pendamping

dr. Rizki Rina Furi dr. H. Juriadi Paddo, M.Kes


PORTOFOLIO 3

Nama Peserta : dr. Rizki Rina Furi

Nama Wahana: Puskesmas Perawatan Poasia

Topik : Diare Akut Dehidrasi Ringan – Sedang

Tanggal Kasus : 27 Mei 2015

Nama Pasien : An. O Nomor RM : 157/III/2015

Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. H. Juriadi P, M.Kes

Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan

Objektif Presentasi :

 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka

 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa

 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil

Deskripsi : Pasien anak perempuan usia 7 bulan, datang diantar keluarga dengan keluhan BAB encer
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Tujuan : Mengidentifikasi penyebab,perjalanan penyakit, gejala, diagnosis dan tata laksana dari
diare akut dehidrasi sedang
Bahan  Tinjauan  Riset  Kasus  Audit
Bahasan : Pustaka
Cara  Diskusi  Presentasi dan Diskusi  Email  Pos
Membahas :

Data Pasien Nama : An. O No. Reg: 157/III/2015

Nama Klinik : Telp : Terdaftar sejak :

Data Utama untuk bahan diskusi :


1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
- BAB encer sejak kurang lebih 3 hari sebelum masuk igd, frekuensi > 6 kali sehari, jumlah +
1/4 gelas perkali, ampas(+) ,tidak berlendir, tidak berdarah
- Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,terus menerus, tidak menggigil, tidak
berkeringat, tidak kejang.
-Pasien masih mau menyusu sejak mencret, masih mau minum air dan lebih rewel dari
biasanya.
- Saat ini pasien masih minum ASI tanpa tambahan susu formula
- Muntah tidak ada
- BAK jumlah dan warna biasa
2. Riwayat Pengobatan : belum pernah berobat sebelumnya

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit : pasien belum pernah mengalami diare sebelumnya.

4. Riwayat keluarga : tidak ada anggota keluarga yang mengalami diare saat ini

5. Riwayat Pekerjaan : -
6. Riwayat Lingkungan Sosial dan Fisik : -

Lain-lain:
Status Generalisata :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 128 x/mnt
Nafas : 48 x/mnt
Suhu : 380C

Status Lokalis untuk dugaan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding :


Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kembali lambat

Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut, ubun-ubun besar cekung

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokhor, diameter pupil 2 mm,
refleks cahaya +/+, mata cekung

Hidung : Nafas cuping hidung (-)

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Dada :

Paru I : normochest, simetris kiri kanan, retraksi dinding dada tidak ada

P : fremitus kiri = kanan

P : sonor

A : napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Jantung I : Iktus tidak terlihat

P : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V


P : batas jantung dalam batas normal

A : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada

Abdomen I : tidak membuncit

P : supel, turgor kembali lambat

P : hipertimpani

A : Bising Usus (+) Normal

Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik

Diagnosis Kerja : Diare Akut dengan dehidrasi ringan-sedang

Pemeriksaan Penunjang :
Hb : 10,2 gr/dl
Leukosit : 12.600 /mm3

Daftar Pustaka :
1. Sugianto S, 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan. Edi. Jakarta: Salemba
Medika, hlm: 73-91.
2. Depkes RI Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman,
1999. Buku Ajar Diare Pegangan Mahasiswa. Jakarta. Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, hlm 4-8.
3. Markum AH. Penyakit Radang Usus. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. Ed 1.
Jakrata: FKUI, 2002. 448-462.
4. Mansjoer dkk, 2002. Diare Akut. Dalam Kapita Selekta Kedokteran, jilid 2, Ed 3. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI, hlm 470-478.
5. Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak FKUI, 2002. Diare pada Bayi dan Anak. Dalam Buku Kuliah
Ilmu Kesehatan Anak, jilid 2. Jakarta: Percetakan Infomedika. Jakarta, hlm 283-294.
6. Behrman RE, Klegman, Arvin, 2000. Sistem Saluran Pencernaan Dalam Ilmu Kesehatan Anak
Nelson. Vol 2. Ed 15. Jakarta: EGC, hlm 1270-1428.
7. Sub Bag Ilmu kesehatan Anak FK UNPAD, 2005. Diare Akut Dalam Buku Pedoman Diagnosis
dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 3. Bandung, hal 271-278

Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis diare akut dehidrasi ringan-sedang.
2. Identifikasi etiologi dari diare akut.
3. Mekanisme perjalanan penyakit diare akut.
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

Subjektif
- BAB encer sejak kurang lebih 3 hari sebelum masuk igd, frekuensi > 6 kali sehari, jumlah +
1/4 gelas perkali, ampas (+) ,tidak berlendir, tidak berdarah
- Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, terus menerus, tidak menggigil, tidak
berkeringat, tidak kejang.
- Pasien masih mau menyusu sejak mencret, masih mau minum air dan lebih rewel dari
biasanya.
- Saat ini pasien masih minum ASI tanpa tambahan susu formula.
- Muntah tidak ada
- BAK jumlah dan warna biasa

Objektif
Status Generalisata :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 128 x/mnt
Nafas : 48 x/mnt
Suhu : 380C
Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kembali lambat
Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam tidak mudah dicabut, ubun-ubun besar cekung

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, pupil isokhor, diameter pupil 2 mm, refleks
cahaya +/+, mata cekung

Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering

Abdomen I : tidak membuncit

P : supel, turgor kembali lambat

P : hipertimpani

A : Bising Usus (+) Normal

Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik

Leukosit : 12.600 /mm3

Assesment :
Diare dapat disebabkan oleh infeksi enteral oleh virus, bakteri, ataupun parasit, malabsorbsi
karbohidrat, lemak, dan protein, makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu, adanya
imunodefisiensi, dan psikologis berupa rasa takut dan cemas yang walaupun jarang tetapi dapat
menimbulkan diare pada anak. Pada pasien ini diare kemungkinan disebabkan oleh infeksi enteral,
didukung oleh adanya peningkatan leukosit pada pemeriksaaan laboratorium darah. Penyebab lain dapat
disingkirkan karena menurut orangtua pasien hingga saat ini masih mengkonsumsi ASI eksklusif.
Derajat dehidrasi menurut WHO:
1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 4-5% berat badan atau sekitar 40-50 ml/kg BB.
2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 6-9% berat badan atau sekitar 60-90 ml/kg BB.
3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan atau sekitar 100-110 ml/kg BB.
Penilaian derajat dehidrasi sedang pada pasien ini ditetapkan berdasarkan keadaan klinis pasien
yaitu ubun-ubun besar cekung, mata cekung, mukosa dan bibir kering, turgor kembali lambat.
Penilaian derajat dehidrasi:
Penilaian A B C
Lihatlah keadaan Baik/sadar Gelisah atau lekas Lesu/ lunglai/ tidak
umum marah* sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Kering
Mulut/lidah Basah Kering Sangat kering
Haus Minum biasa Haus* Tidak mau minum*
Periksalah turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat* Kembali sangat
lambat
Kesimpulan Tidak dehidrasi Dehidrasi
ringan/sedang (1 tanda Dehidrasi berat (1
* + atau lebih tanda tanda * + atau lebih
lain) tanda lain)
Terapi Rencana A Rencana B Rencana C
Prinsip pengobatan diare:
1. Mencegah dehidrasi
Terapi rencana A adalah memberikan cairan rumah tangga dan ASI semaunya, oralit diberikan
sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:
- kurang dari 1 tahun : 50-100 cc
- 1-5 tahun :100-200 cc
- Lebih dari 5 tahun : semaunya
Terapi rencana B diberikan apabila pasien jatuh pada keadaan dehidrasi ringan-sedang, dengan
pemberian oralit atau cairan intravena sebanyak 75 cc/kg BB dalam 3-4 jam pertama dilanjutkan pemberian
cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti diatas setiap kali buang air besar.
Terapi rencana C merupakan untuk pasien dengan dehidrasi berat dengan cairan RL 100 cc/kgBB.
Cara pemberiannya:
- Umur kurang dari 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 1 jam pertama kemudian dilanjutkan 70 cc/kgBB
dalam 5 jam berikutnya.
- Umur lebih 1 tahun 30 cc/kgBB dalam 30 menit pertama kemudian dilanjutkan 70 cc/kgBB
dalam 21/2 jam berikutnya.
Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB selama proses rehidrasi.

2. Pengobatan dietetic
Makanan harus terus ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada status gizi
a. Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7
kg, jenis makanan:
 Susu (ASI dan atau susu formula ynag mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tak jenuh)
 Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak
tidak mau minum susu.
 Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan asam
lemak berantai sedang/tak jenuh sesuai dengan kelaiann yang ditemukan.
b. Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg, jenis makanan: makanan
padat atau makanan cair atau susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.

3. Obat-obatan
a. Pengobatan simptomatik
b. Antibiotika, pada umumnya tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut kecuali
penyebabnya jelas, seperti:
 Diare disentri Kotrimoksazol 50mg/kgBB/hari, dibagi dalam 2 dosis selama 5
hari, atau
Kloramfenikol/tiamfenikol 50mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis
 Kolera, diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari diberikan dalam 4 dosis
selama 2-3 hari
 Amoeba, Giardia, Kriptosporidium : Metronidazol 30-50 mg/kgBB/hari, dibagi
3 dosis selama 5 hari (10 hari untuk kasus berat)
 Campylobacter, diberikan eritromisin 40-50 mg/kg BB/hari

Plan
Diagnosis : diare akut dehidrasi rngan-sedang

Pengobatan :
- IVFD RL 8 tpm
- Oralit (tiap muntah/BAB)
- Zink 1x20 mg
- PCT Syrup 3x1 cth
- Rawat Anak

Pendidikan :
- Memberikan edukasi khususnya kepada keluarga mengenai faktor penyebab diare pada anak, dan
penatalaksanaan awal yang tepat.
- ASI diteruskan, karena ASI telah terbukti memperbaiki pasien diare. ASI mempunyai nutrisi yang
lengkap dan anti infeksi untuk mencegah diare berlanjut.
- Menjelaskan pentingnya hygiene dan sanitasi dalam pencegahan diare.

Konsultasi
Rujuk dokter spesialis Anak jika belum ada perubahan.

Rujukan
Saat ini pasien belum perlu dirujuk.
BORANG PORTOFOLIO

Dokter Pendamping :

Dr. H. Juriadi Paddo, M.Kes

Disusun Oleh :

dr. Rizki Rina Furi

PUSKESMAS PERAWATAN POASIA


KOTA KENDARI
2015

Anda mungkin juga menyukai