Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUTORIAL

ILMU KESEHATAN MATA

SKENARIO 2

Disusun oleh:

KELOMPOK 5

Pembimbing:

Meidyta Sinantryana W, dr. Sp. KK

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN DOKTER

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan tutorial berjudul “SKENARIO 2” telah melalui konsultasi dan disetujui oleh Tutor
Pembimbing

Surabaya, 17 April 2019

(Meidyta Sinantryana W, dr. Sp. KK)

16091088
KELOMPOK PENYUSUN

Ketua Hafizh Auliyan Sodali 6130015015

Sekertaris I Khoirun Nanik Agustina T 6130015040

Sekertaris II Ardita Faradhika Hidayati 6130015025

Aufar Zimamuzzaman AL Hajiri 6130015005

Rusdiana Silaban 6130015010

Sa’adah Fiddaaraini 6130015020

Ilma Nafia 6130015030

Wahyu Firmansyah 6130015035

Maulidatul Mubarokah 6130015045

Ikbar Fatimah Az Zahra 6130015050

Putri Fiqotul Hikmah 6130015055


SKENARIO
Laki – laki 70 tahun dating ke UGD dengan keluhan mata nyeri. Nyeri cekot – cekot di mata
kanan sejak 1 hari yang lalu sudah minum obat tidak mereda. Nyeri dirasakan di mata kanan,
sekitarnya sampai terasa di kepala bagian kanan, mata kanan merah, di ketahui sejak 1 hari
bersamaan dengan nyeri, blobok (-), ber air (-), mual muntah (+), kabur (+) sejak terasa sakit
ini, melihat seperti melihat Halo.
Data Tambahan :
1. Dm (-)
2. HT (+) terkontrol minum obat
3. Belum pernah sakit seperti ini sebelumnya
4. Riwayat pemakaian kaca mata jauh dekat
5. TD : 140/90 mmHg
6. Head to toe : dBn
7. VOD : 1/60
VOS : 5/60
8. Tod n +/palpasi
Vos N/ palpasi
9. Palp edema (-)
10. Konjungtiva Hiperemi PCVI
11. Kornea Edema
12. BMD : Dangkal
13. Iris : sulit di evaluasi
14. Pupil : sulit di evaluasi
15. Lap Pandang : sulit di evaluasi

STEP 1

Identifikasi Kata Sulit

Kata kunci

1. Laki – laki 70 tahun


2. Mata nyeri sejak 1 hari yang lalu
3. Nyeri cekot – cekot sebelah kanan menjalar ke kepala sebelah kanan
4. Mata kanan merah disertai nyeri 1 hari yang lalu
5. Bengkak (-), sekret (-)
6. Sudah minu obat tetapi tidak mereda
7. Belum pernah sakit seperti ini
8. Sejak sakit mata kabur , seperti melihat Halo
9. Riwayat Hipertensi, terkontrol minum obat
10. Riwayat pemakaian kaca mata jauh dekat
11. Mual muntah (+)

STEP 2
Identifikasi Masalah / Pertanyaan
Rumusan Masalah

1. Apa Differential Diagnosis dari skenario ?


2. Mengapa pasien tersebut seperti melihat Halo ?
3. Apa tatalaksana awal yang dilakukan pada kasus tersebut?
4. Apa hubungan hipertensi dengan keluhan pasien?
5. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan ?

STEP 3
Jawaban Rumusan Masalah
1. Glaukoma sudut tertutup
Keratitis
Hipertensi okuli
Mata merah
2. Tingginya tekanan bola mata yang selanjutnya menyebabkan kerusakan saraf mata.
Tekanan bola mata yang meningkat dapat disebabkan oleh menumpuknya cairan yang
terdapat di dalam mata. Gejala yang muncul berupa sakit kepala berat, nyeri mata, mual
dan muntah, penglihatan kabur, lingkaran halo di sekitar cahaya dan mata merah.
3. Memberikan pengobatan terhadap faktor pencetus yang mengakibatkan tingginya
tekanan pada bola mata (TIO)
4. Hipertensi mempengaruhi secara langsung terhadap tingginya tekanan pada bola mata
(TIO) dimana tekanan darah yang lebih tinggi berhubungan dengan peningkatan perfusi
pada nervus optikus.
5. VOD 1/60 : Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang
lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan
pada jarak 1 meter, berarti visus adalah 1/300.
VOS 5/60 : Bila visus adalah 5/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 5 meter
yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
Konjungtiva Hiperemi PCVI
Kornea Edema
BMD : Dangkal

STEP 4

Mind Mapping
Laki – laki 70 tahun dengan mata
nyeri Faktor resiko

Anamnesis
Pemeriksaan fisik
 Mata nyeri sejak 1 hari
yang lalu  TTV
 Cekot – cekot sebelah  VOD 1/60
kanan  VOS 5/60
 Mata kanan merah  TOD
 Bengkak (-), sekret (-)

Diagnosa Banding
 Glaukoma Sudut
Tertutup
 Keratitis
 Hipertensi Okuli
 Mata Meraah

Etiopatogenesis
Pemeriksaan Penunjang

Patofisiologi Glaukoma Sudut Tertutup

Tatalaksana

Komplikasi dan Prognosis

Pandangan Islam
Learning Obyektif
1. Mampu memahami DD dari skenario

2. Mampu memahami Diagnosis Kerja dari skenario

3. Mampu memahami Patofisiologi dari skenario

4. Mampu memahami Manifestasi Klinis dari skenario

5. Mampu memahami Etiopatogenesis dan faktor resiko dari skenario

6. Mampu memahami Tatalaksana dari skenario

7. Mampu memahami Komplikasi dan Prognosis dari skenario

8. Mampu memahami Pandangan Islam dari skenario

STEP 6

Belajar Mandiri

STEP 7
1. Mampu memahami Differential Diagnosis dari skenario
2. Mampu memahami Diagnosis Kerja dari skenario
Glaukoma sudut tertutup primer akut ec hipertensi okuli.
A. Glaukoma akut
Merupakan kelainan mata yang terjadi karena tekanan intraokuker (TIO) meningkat
secara cepat sebagai hasil dari tertutupnya sudut bilik mata depan (BMD) secara total
dan mendadak akibat blok pupil karena kondisi primer mata dengan anterior yang kecil.
Keluhan : - melihat warna pelangi sekitar sumber cahaya (halo), mual dan muntah
Gambaran klinis : - BMD dangkal
- Hiperemi konjungtiva
- Kornea edema
B. Hipertensi okuli
Merupakan suatu keadaan tekanan bola mata yang meningkat tanpa disertai kelainan
pupil dan lapang pandangnya.
Untuk mendiagnosa kita perlu lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Untuk anamnesis yang perlu diperhatikan adalah :
- Riwayat penyakit mata
- Riwayat penyakit sebelumnya

3. Mampu memahami Patofisiologi dari skenario


4. Mampu memahami Manifestasi Klinis dari skenario.
Glaukoma primer sudut tertutup terjadi apabila terbentuk iris bombe yang
menyebabkan sumbatan pada bilik mata depan oleh iris perifer. Hal ini menyumbat
aliranhumor aquos dan tekanan intraokuler meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri
hebat,kemerahan, dan kekaburan penglihatan. Glaukoma sudut tertutup terjadi pada mata
yangsudah mengalami penyempitan anatomik pada bilik mata depan (dijumpai terutama pada
h i p e r m e t r o p ) . S e r a n g a n a k u t b i a s a n ya terjadi pada pasien berusia tua
s e i r i n g d e n g a n pembeasran lensa kristalina yang berkaitan dengan penuaan. Pada glaukoma
sudut tertutup,pupil berdilatasi sedang, disertai sumbatan pupil. Hal ini biasanya terjadi pada
malam hari,sat tingkat pencahayaan berkurang (Vaughan, 2009).
Dapat juga disebabkan oleh obat-obatan dengan efek antikolinergik atau simpatomimetik
(mis., atropine sebagai obat praoperasi, antidepresan,bronkodilator inhalasi, dekongestan
hidung atau tokolitik) (Vaughan, 2009).
Apabila perlu dilakukan dilatasi pupil pada pasien dengan bilik mata depan yangdangkal,
sebaiknya diberikan midriatik kerja singkat, hindari menimbulkan konstriksi pupil dengan
pilocarpine, dan minta pasien untuk segera mencari pertolongan bila terdapat nyeriatau
kemerahan di mata atau penglihatan yang semakin kabur (Vaughan, 2009).
Gejala objektif (Vaughan, 2009):
Palpebra : Bengkak
Konjungtiva bulbi : Hiperemia kongestif, kemosis dengan injeksi silier, injeksikonjungti
va, injeksi episklera
Kornea : keruh, insensitif karena tekanan pada saraf kornea
Bilik mata depan : Dangkal
Iris : gambaran coklat bergaris tak nyata karena edema, berwarna kelabu.
Pupil : Melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang-kadang didapatkan midriasis yangtotal,
warnanya kehijauan, refleks cahaya lamban atau tidak ada samasekali
Gejala Subjektif (Vaughan, 2009):
Nyeri hebat
Kemerahan ( injeksi siliaris )
Pengelihatan kabur
Melihat halo
Mual – muntah
Pemeriksaan Glaukoma (Vaughan, 2009):
Funduskopi : Papil saraf optik menunjukkan penggaungan dan atrofi
Tonometri : TIO lebih tinggi daripada stadium nonkongestif
Tonografi : Menunjukkan outflow yang baik. Tetapi bila sudah ada perlengketan antarairis dan
trabekula ( goniosinekhia, sinekhia anterior posterior ), maka aliran menjaditerganggu.
Gonioskopi : Pada saat TIO tinggi, sudut bilik mata depan tertutup, sedang pada saat
TIOnormal, sudutnya sempit.
Tes Provokasi : Dilakukan pada keadaan yang meragukan.
Tes yang dilakukan : Tes kamar gelap, tes midriasis, tes membaca, tes bersujud ( pronetest ).
5. Mampu memahami Etiopatogenesis dan Faktor Resiko dari skenario
Glaukoma sudut terbuka diklasifikasikan sebagai primer saat tidak didapatkan
penyebab yang pasti dari kejadian yang menyebabkan obstruksi aliran keluar dan
meningkatkan TIO. Etiologi secara umum dianggap sebagai abnormalitas pada matriks
ekstraseluler trabekulum meshwork dan pada sel trabekular pada daerah jukstakanalikular,
walaupun ada juga pendapat lain (Cantor, et al., 2012).
Tipe Primer sudut tertutup akut terjadi akibat peninggian TIO tiba-tiba karena
tertutupnya anyaman trabekulum oleh iris secara mendadak. Pada serangan akut TIO yang
tinggi (umumnya TIO naik sampai mencapai diatas 40 mmHg) dapat menyebabkan kerusakan
serabut saraf retina, sel ganglion dan papil optikus yang edema menjadi atrofi papil
glaukomatosa. Apabila keadaan tersebut masih berlangsung, makan akan terjadi atrofi sektoral
iris, perubahan subkapsularis anterior lensa, dispersi pigmen iris dan sinekia anterior perifer
yang luas. Bila tatalaksana di saat PSTak tidak dilakukan dengan cepat dan tepat, akan
berkembang menjadi glaukoma primer sudut tertutup akut atau residual glaukoma (Stamper, et
al., 2009).
Patogenesis Primer sudut tertutup akut adalah seseorang yang memiliki sudut bilik mata
depan yang sempit, akan tertutup pada keadaan pupil yang mid-dilatasi. Karena keadaan mid-
dilatasi pupil membuat iris lebih kendur sehingga ujung iris bersentuhan dengan permukaan
lensa. Akibatnya, terjadi tekanan positif di bilik mata belakang (BMB) yang mendorong
pangkal iris kedepan, dan menutup anyaman trabekulum. Akibatnya aliran humor akuos dari
(BMB) ke bilik mata depan terhambat; keadaan itu disebut blokade pupil relatif. Keadaan
tersebut menjadi serangan akut apabila proses tersebut terjadi secara serentak di seluruh
lingkaran anyaman trabekulum bola mata (Stamper, et al., 2009).
Penyakit primer sudut tertutup akut terjadi pada seseorang yang mempunyai faktor
predisposisi yaitu konfigurasi anatomi yang diwariskan (bakat bawaan) berupa sudut bilik mata
depan yang sempit, bilik mata depan (BMD) yang dangkal, panjang bola mata pendek,
diameter kornea kecil, posisi lensa lebih ke anterior, dan ketebalan lensa yang meningkat.
Adapun faktor pencetus terjadinya Primer sudut tertutup akut antara lain, keadaan emosi
cemas, keberadaan di tempat gelap, posisi badan telungkup, dan pengaruh obat-obat tertentu.
Faktor resiko hipertensi okuli adalah peningkatan tekanan intraokular, bertambahnya usia,
semakin beratnya “cupping” diskus optikus, riwayat glaukoma dalam keluarga, dan mungkin
riwayat miopia, diabetes militus, serta penyakit kardivaskular dalam keluarga (Stamper, et al.,
2009).
6. Mampu memahami Tatalaksana dari skenario
Tatalaksana dari glaukoma sudut tertutup primer akut menurut Stamper, et al (2009) dibagi
menjadi 4 tahap :
1. Terapi segera dibutuhkan untuk menghentikan proses akut dengan cara menurunkan
TIO segera. Dengan tindakan tersebut, akan mengurangi tekanan yang dapat
menimbulkan kerusakan pada saraf optikus, anyaman trabekular dan lensa atau yang
sdh mengalami glaukoma, serangan tersebut memperparah keadaan saraf matanya.
Apabila TIO telah dapat diturunkan dan kornea terlihat jernih, maka intervensi laser
dapat dilakukan.
2. Perlindungan untuk mata sebelahnya dengan terapi harus dilakukan, karena iridotomi
profilaksis dilakukan sebagai tindakan definitif.
3. Iridotomi laser apabila dilakukan pada kedua mata baik yang terkena maupun mata
sebelahnya yang mempunyai faktor predisposisi. Tindakan laser iridotomi mata
disebelahnya hampir selalu memberikan hasil seperti: menghilangkan blok pupil akut
dan juga dapat membuka sudut serta juga dapat mengeliminasi kemungkinan terjadinya
serangan PSTak di masa akan datang. Setelah dilakukan iridotomi, melalui
pemeriksaan dengan lampu celah; kedalaman BMD mulai terlihat dalam dan kontak
iridotrabekular juga masih dapat terlihat. Secara klinis, iridotomi dapat mengurangi
namun tidak dapat mengeliminasi seluruh kemungkinan untuk terjadi serangan PSTak
di masa akan datang. Keadan pada PSTak tindakan bedah katarak disertai dengan
intraocular lens (IOL) setelah terjadinya serangan PSTak dapat menjadi alternatif selain
laser iridotomi.
4. Pemeriksaan glaukoma setelah terjadinya PSTak memerlukan observasi jangka panjang
dan ketat disertai tatalaksana TIO yang baik pada kedua mata sangat diperlukan. Setiap
episode serangan, prognosis tajam penglihatan jangka panjang perlu diawasi. Potensi
morbiditas dari PSTak tidak dapat disepelekan, seperti pada follow up jangka panjang
(kurun waktu 4-10tahun) lebih dari 1 dari 6 pasien yang telah mengalami serangan
GPSTak mengalami kebutaan dan hampir separuhnya memiliki diskus dan lapang
pandang glaukomatosa lanjut.
Penatalaksanaan STP Akut menurut Sjamsu budiono (2013):
1. Pertolongan pertama : Turunkan TIO
a. Hiperosmotik : bila TIO sangat tinggi
Gliserin : 1gr/kg BB dalam 50% larutan
Mannitol : 1- 1.5 gr/kg bb i.v
b. Kurangi produksi humor akuos :
Accetazolamide 500 mg per oal
Timolol 0,5% topikal 2 dd
Brinzolamide 1% topikal 2 dd
Dorzolamide 2% topikal 2dd
Brimonnidine 0,15% - 1,2% topikal 2 dd
c. Tekan Reaksi radang
Steroid topikal
2. Pertolongan selanjutnya : buka sudut
a. Melepaskan blok pupil : Hiperosmotik
Volume vitreous mengecil sehingga lensa tertarik ke posterior dan
blok pupil lepas kemudian akuos dari BMB ke BMD, tekan iris ke posterior
sehingga sudut terbuka
b. Membuat lubang pada iris perifer : iridektomi
perifer (IP) dengan cara :
Laser : laser PI
Bedah : bedah IP
Akuos dari BMB kemudian lubang IP, BMD dan Tekan iris ke
posterior sehingga sudut terbuka
Hipertensi Okuler
a. Menurunkan TIO untuk menghindari faktor resiko
b. Harus menjalani monitoring reguler (1-2 kali per tahun) untuk pemeriksaan TIO,
diskus optik dan lapang pandang (LP)
(Sjamsu, 2013).
7. Mampu memahami Komplikasi dan Prognosis dari skenario

8. Mampu memahami Pandangan Islam dari skenario


Mata merupakan salah satu anggota tubuh yang sangat penting bagi kehidupan kita.
Dengan mata kita bisa melihat ciptaan Allah Yang Maha Kuasa, berinteraksi dengan
lingkungan dengan mudah. Karena itu, patut kita syukuri nikmat yang diberikan Allah SWT.
”Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan
hati, (tetapi) amat sedikit kamu bersyukur” (QS al-Mulk [67]: 23).
Diriwayatkan dari musnad Imam Ahmad dari shahabat Usamah bin Suraik ,
bahwasanya Nabi bersabda,
ُ‫وسلَّم عل ْي ِه للاُ صلَّى النَّبِي ِ ِع ْند ُك ْنت‬، ‫ت‬
ِ ‫اْألعْرابُ وجاء‬، ‫فقال‬: ‫س ْول يا‬
ُ ‫للاِ ر‬، ‫فقال أنتداوى؟‬: ‫للاِ ِعباد يا نع ْم‬، ‫تداو ْوا‬، ‫للا فإ ِ َّن‬
‫احد داء غيْر ِشفاء لهُ وضع ِإلَّ داء يض ْع ل ْم وج َّل ع َّز‬ ِ ‫و‬. ‫قالُوا‬: ‫قال هُو؟ ما‬: ‫ْالهر ُم‬

“Aku pernah berada di samping Rasulullah b. Lalu datanglah serombongan Arab dusun.
Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya,
wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah I tidaklah meletakkan sebuah penyakit
melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa
itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad,
Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih.
Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-
Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486)
Orang akan beralih pula dari masa tua menjadi tua-renta dan lanjut-usia ; yaitu dari usia
70 tahun hingga akhir umur yang ditetapkan oleh Allah SWT., menurut pembagian Ibnul Jauzi.
Seorang manusia akan tetap dinamakan orang tua juga betatapun ia mencapai umur lebih jauh
dari itu, hingga menemui ajalnya.
Dalam tahapan umur ini, biasanya manusia akan ditimpa kelemahan pada semua panca
inderanya dan anggota badannya, sehingga ada kalanya ia sama sekali tidak berdaya atau
berkekuatan lagi. Allah telah berfirman :
“Allah yang menciptakan kamu dalam keadaan lemah, kemudian dijadikan-Nya kamu
kuat sesudah lemah, kemudian dijadikan-Nya kamu lemah dan tua renta sesudah kuat. Allah
menjadikan apa yang dikehendaki-Nya, sedang Dia Maha Mengetahui lagi Berkuasa.” (Q.S.
30:54.
Daftar Pustaka
Cantor, L. B., Rapuano, C. J., Cioffi, G. A., 2014. External disease and cornea. Italia.
American Academy of Ophtalmology
Nurwasis dan Komaratih, Evelyn. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Ilmu Penyakit
Mata Edisi III. Surabaya: Universitas Airlangga

Stamper, R.L, Lieberman, M.F, Drako, M.V. Primary Angle Closure glaucoma. 2009. In:
Becker-Shaffer's diagnosis and therapy of the glaucoma.8th ed. St. Louis: Mosby. p. 196-
211

Sjamsu, Budiono. 2013. Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga University Press

Vaughan, Daniel G, MD, Asbury, Taylor, MD, dan Riordan-Eva, Paul, FRCS,FRCOphth. Editor; Diana
Susanto. Oftalmologi Umum. EGC. Jakarta. 2009. hal; 12 dan212-229.

Anda mungkin juga menyukai