Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

Disusun oleh :
Nurjanah estu pamungkas. (P26220016178)

DIV KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA
2019
A. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA
1) Konsep Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman dalam
Efendi dan Makhfudli, 2010). Menurut Bailon & Maglaya dalam Efendi dan
Makhfudli (2010), keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan
atau adopsi, saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran
masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Sedangkan menurut Depkes RI 2008 dalam Mubarak, Nurul Chayatin dan
Bambang Adi Santoso (2011), keluarga adalah unit terkecil dari suatu
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
sekumpulan dua orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki
kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling
ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap
anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama.
b. Tipe/ Bentuk Keluarga
Berikut merupakan tipe keluarga menurut Mubarak, Nurul Chayatin dan
Bambang Adi Santoso (2011) :
1) Tradisional nuclear
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tingal dalam satu
rumah ditetapkan olah saksi-saksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.
2) Extended family
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
3) Reconstituted nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami
istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik
itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru.
Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
4) Middle age/aging couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/kedua-duanya bekerja
dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/meniti karier.
5) Dyadic nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya
atau salah satu bekerja diluar rumah.
6) Single parent
Satu orang tua sebagai akibat dari perceraian/kematian pasangannya dan
anak-anaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah.
7) Dual carrier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8) Commuter married
Suami istri/keduanya orang berkarier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9) Single adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
10) Three generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11) Institutional
Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
12) Comunal
Satu rumah terdiri atas dua atau lebih pasangan yang monogami dengan
anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
13) Group marriage
Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya didalam satu
kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain
dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
14) Unmaried parent and child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
15) Cohibing couple
Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.
Menurut Elizabet (2011) tipe keluarga adalah sebagai berikut: Dalam
Sosiologi keluarga berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai tipe
keluarga tradisional dan non tradisional atau bentuk normative dan non
normative menjelaskan tipe-tipe keluarga sebagai berikut:
1) Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti, terdiri dari suami, istri, dan anak. Biasanya dari
keluarga yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan
orangtua campuran atau orangtua tiri.
b) Pasangan inti, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak
ada anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga dengan
karier tunggal atau karier keduanya.
c) Keluarga dengan orangtua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi
dari perceraian.
d) Bujangan dewasa sendirian.
e) Keluarga besar, terdiri keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan.
f) Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami-istri sudah tua dan
anak-anaknya sudah berpisah.
2) Keluarga Non Tradisional
a) Keluarga dengan orangtua beranak tanpa menikah, biasanya ibu dan
anak.
b) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan pada
hukum tertentu.
c) Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah.
d) Keluarga Gay/lesbian, orang-orang berjenis kelamin sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah.
e) Keluarga komuni, keluarga yang terdiri dari lebih dari satu pasangan
monogamy dengan anak-anak secara bersama menggunakan
fasilitas, sumber yang sama.
c. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Friedman 2013, ada 8
tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
1) Tahap I: Keluarga Pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap
pernikahan.Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun
perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.
2) Tahap II: Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai
umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga
muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan.
3) Tahap III: Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur
2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan
anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang
lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar
keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan
kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi
kebutuhan bermain anak.
4) Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13
tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan
dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan
tugas sekolah.
5) Tahap V: Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan
mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi
secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian,
memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab,
mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
6) Tahap VI: Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan
tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga
dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari hasil
pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua
lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
7) Tahap VII: Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga
dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan berakhir pada
saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah menyediakan
lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang memuaskan
dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh hubungna
perkawinan yang kokoh.
8) Tahap VIII: Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun
terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan
berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan
keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.
d. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II
bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima tugas keluarga yang
dimaksud adalah:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda
dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah
yang dialami keluarga.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh
mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana
masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah
yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat
negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system
pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota
keluarga yang sakit.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada
dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang
dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan
keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan
dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan
keluarga.
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada,
keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah
pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang
kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
e. Fungsi Keluarga
Friedmann mengidentifikasikan lima prinsip fungsi dasar keluarga,
diantaranya adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi,
fungsi ekonomi, dan fungsi keperawatan keluarga (Friedman dalam
Mubarak, dkk, 2011). Fungsi tersebut antara lain :
1) Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
mkerupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga slaing mempertahankan iklim yang
positif. Hal tersebut dapat dipelajari dan didkembangkan melalui
interaksi dan hubungan dalam kelduarga. Dengan demikian, keluarga
yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga
dapat mengembangkan konsep diri positif.
2) Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan
dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir.
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,
misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-
orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga
tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar
anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi anggota keluarga
belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi keluarga.
3) Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain
untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
4) Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluargta seperti memenuhi kebutuhan akan makanan,
pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat
dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini
menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
5) Fungsi perawatan kesehatan juga berperan atau berfungsi untuk
melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah
terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang
sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
f. Struktur keluarga
Menurut Mubarak, Nurul Chayatin dan Bambang Adi Santoso (2011),
struktur keluarga terdiri atas bermacam-macam, diantaranya adalah :
1) Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
2) Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4) Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5) Keluarga Kawinan
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami/istri.
g. Peran Keluarga
Dalam (Friedman, 2012), peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut :
1) Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan.
2) Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarga.
3) Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan
spriritual.
h. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga di masyaakat. Ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:
1) Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat
atau peran formal dan informal.
2) Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan di yakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan
dengan kesehatan.
3) Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaiman acara dan pola
komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan
anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga lain) dengan keluarga
inti.
Struktur kekuatan kelurga yang menggambarkan kemampuan anggota keluarga
untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah prilaku
keluarga yang mendukung kesehatan
2) Proses Asuhan Keperawatan Keluarga
a. Data Umum
1) Nama KK
2) Umur KK
3) Alamat
4) Pekerjaan
5) Pendidikan
6) Susunan Anggota Keluarga
7) Suku Bangsa
8) Agama
9) Status Sosial dan Ekonom
10) Tipe Keluarga
11) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
2) Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
3) Riwayat Keluarga Inti
4) Riwayat Keluarga Sebelumnya
c. Lingkungan
1) Karakteristik Rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
3) Mobilitas Geografis Keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran (formal dan informal)
4) Nilai dan norma keluarga
e. Fungsi Keluarga
1) Afektif
2) Sosial
3) Perawatan kesehatan
f. Stress koping keluarga
1) Stressor jangka panjag dan jangka pendek
2) Respon keluarga terhadap stress
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi yang disfungsional
g. Pemeriksaan Fisik
1) Tanggal pemeriksaan fisik
2) Pemeriksaan fisik dilakukan pada seluruh anggota keluarga
3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata,
mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah.
4) Kesimpulan dan hasil pemeriksaan fisik
h. Harapan Keluarga
1) Terhadap masalah kesehatan keluarga
2) Terhadap petugas kesehatan yang ada

Diagnosa keperawatan keluarga


Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada
tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok,
yaitu:
1) Diagnosa sehat/Wellness/potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi
kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya
terdiri dari komponen Problem (P) saja dan sign /symptom (S) tanpa etiologi
(E).
2) Diagnosa ancaman/risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat menjadi
masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa risiko ini
terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E), sign/symptom (S).
3) Diagnosa nyata/actual/gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan
memerlukn bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual terdiri dari
problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S).
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan
skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).
1. Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor
tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah.
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga
harus didasarkan beberapa criteria sebagai berikut :
a) Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
b) Kemungkinan masalah dapat diubah
c) Potensi masalah untuk dicegah
d) Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah
dari satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh
Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998).
Kriteria Bobot Skor
Sifat masalah 1 Aktual =3
Risiko =2
Potensial =1
Kemungkinan 2 Mudah =2
masalah untuk Sebagian =1
dipecahkan Tidak dapat = 0
Potensi masalah 1 Tinggi =3
untuk dicegah Cukup =2
Rendah =1
Menonjolnya 1 Segera diatasi = 2
masalah Tidak segera
diatasi = 1
Tidak dirasakan
adanya masalah =
0
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :

a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat


b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot
c. Jumlahkan skor untuk semua criteria
d. Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)

B. Fokus Masalah Kesehatan Keluarga


1. Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg,
tekanan diastol sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya berisiko tinggi
menyebabkan terserang penyakit jantung, tetapi juga penyakit lain seperti
penyakit saraf, ginjal, pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah makin
tinggi resikonya (Nanda NIC NOC, 2015)
2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,
system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler
renal.Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, Katub
jantung menebal dan menjadi kaku, Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darahHal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi diantaranya adalah faktor keturunan. Dari data statistik
terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
3. Pathway
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis. Beberapa yang menderita hipertensi sering
mengeluhkan sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah,
mual, muntah, kesadaran menurun, epitaksis.
5. Penatalaksanaan
Deteksi dan tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan
tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolic di bawah
90 mmHg dan mengntrol factor risiko. Hal ini dapat di capai melalui
modifikasi gaya hidup saja atau dengan obat antihipertensi.
a. Terapi tanpa Obat
1) Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah
penurunan konsumsi garam dari 10 gr/hari menjadi 5 gr/hari,
diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh, penurunan
berat badan, penurunan asupan etanol
2) Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah.
Olahraga yang dianjurkan seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang, dan lain-lain. Lamanya latihan berkisar antara 20-25
menit berada dalam zona latihan. Intensitas olahraga yang baik
antara 60-80% dari kapasitas aerobic atau 72-80% dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Frekuensi latihan
sebaiknya 3 kali/minggu dan lebih baik lagi 5 kali/minggu.
3) Pendidikan kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga
pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplkasi lebih lanjut.
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pilihan obat untuk
penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
1) Hipertensi tanpa komplikasi : diuretic, beta blocker.
a) Hipertensi dengan indikasi penyakit tertentu : inhibitor
ACE, penghambat reseptor angiotensin II, alfa blocker,
alfa-beta-blocker, beta blocker, antagonis Ca dan diuretic
b) Indikasi yang sesuai Diabetes Mellitus tipe I dengan
proteinuria diberikan inhibitor ACE.
c) Pada penderita dengan gagal jantung diberikan inhibitor
ACE dan diuretic.
2) Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca
dihidropiridin kerja sama.
3) Penderita dengan infark miokard : beta blocker (non ISA),
inhibitor ACE (dengan disfungsi sistolik).
DAFTAR PUSTAKA

Anderson E. 2000. Community Health and Nursing Concept and Practice.


Lippincott: California

Friedmann. 2013. Keperawatan Keluarga Riset Teori dan Praktik Edisi


kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI

Effendi, Nasrul. 2010. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat


edisi 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai