MIOMA UTERI
2. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
1) Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
3) Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.
4) Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang
(red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus.
Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau
2 (2) kali.
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran
kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan
tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga
neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian
terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di bawah
endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari
mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan
diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang
berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah
perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat
kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007).
5. WOC
Faktor predisposisi:
a. Usia penderita
b. Hormon endogen
c. Riwayat keluarga
d. Makanan, kehamilan dan paritas
Mioma Uteri
Tumbuh didinding uterus berada dibawah endometrium & tumbuh keluar dinding
Menonjol kedalam rogga uterus uterus
Penekanan
Kandung kemih uretra Ureter Rektum kolon sigmoid
Poli Uria Retensio Urine Hidronefrosis obstipasi kolon desenden dan ileum
(Aspiani, 2017)
6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
Berikut beberapa perubahan yang dapat terjadi pada pada tubuh karena mioma
uteri.
1. Degenerasi hialin, merupakan perubahan degeneratif yang paling umum
ditemukan.
a. Jaringan ikat bertambah
b. Berwarna putih dan keras
c. Sering disebut “mioma durum”.
2. Degenerasi kistik
a. Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair.
b. Menjadi poket kistik.
3. Degenerasi membantu (calcareous degeneration)
a. Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri.
b. Padat dan keras
c. Berwarna putih.
4. Degenerasi merah (carneus degeneration )
a. Paling sering terjadi pada masa kehamilan.
b. Estrogen merangsang perkembangan mioma.
c. Aliran darah tidak seimbang karena terjadi edema sekitar tungkai dan
tekanan hamil.
d. Terjadi kekurangan darah yang menimbulkan nekrosis, pembentukan
trombus, bendungan darah dalam mioma, warna merah hemosiderosis
atau hemofusin.
e. Biasanya disertai rasa nyeri, tetapi dapat hilang dengan sendirinya.
Komplikasi lain yang jarang ditemukan meliputi kelahiran prematur,
ruptur tumor dengan perdarahan peritoneal, dan shock.
5. Degenerasi mukoid
Daerah hyalin digantikan dengan bahan gelatinosa yang lembut dan biasa
terjadi pada tumor yang besar, dengan aliran arterial yang tergangu.
6. Degenerasi lemak
Lemak ditemukan dalam serat otot polos.
7. Degenerasi sarkomatous (transformasi maligna)
Terjadi pada kurang dari 1% mioma. Kontraversi yang ada saat ini adalah
apakah hal ini mewakili sebuah perubahan degeneratif ataukah sebuah
neoplasma spontan. Leimiosarkoma merupakan sebuah tumor ganas yang
jarang terdiri dari sel-sel yang mempunyai diferensiasi otot polos.
2) Gejalah klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah sebagai
berikut.
a. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan
(30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragia,
metroragia, dan hipermenorhe. Perdarahan dapat menyebabkan anemia
defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena
bertambahnya areah permukaan dari endometrium yang menyebabkan
gangguan kontraksi otot rahim, distorsi, dan kongesti dari pembuluh
darah disekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar.
c. Terasa berat di abdomen bagian bawah.
d. Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine,
obstruksi ureter, dan hidronefrosis.
e. Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal.
f. Terasa nyeri karena saraf tertekan.
3) Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh beberapa
hal berikut.
a. Penekanan saraf.
b. Torsi bertangkai.
c. Submukosa mioma terlahir.
d. Infeksi pada mioma.
3) Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat berupa
langkah-langkah berikut.
a. Enukleusi Mioma
Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang masih
menginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi kelangsungan
fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya
karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan dihindari pada masa
kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan
tangkai dan tumor yang dengan mudah dijepit dan diikat. Bila
miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat
berdekatan dengan endometrium, maka kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.
5) Histeroktomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada
pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik atau yang sudah
bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut.
a. Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikelukan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan.
c. Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang
selama lebih dari delapan hari.
d. Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah.
6) Rasa tidak nyaman pada daerah pelvis akibat mioma meliputi hal-hal
berikut.
a. Nyeri hebat dan akut.
b. Rasa tertekan yang kronis dibagian punggung bawah atau perut bagian
bawah.
c. Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulangdan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.
7) Penanganan radioterapi
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. Langkah
ini dilakukan sebagai penanganan dengan kondisi sebagai berikut.
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan
menopause.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada pasien mioma uteri
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif
lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang
perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri,
waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan
riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang
perlu diketahui adalah
a. Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri,
dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini
dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ini
dihasilkan dalam jumlah yang besar.
c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang
dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas
dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis
kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan
diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang lain.
e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan
bau.
f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi,
berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.
N Intervensi
Diagnosa Keperawatan
O NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
dengan nekrosis atau trauma selama 1 x 24 jam, pasien mioma uteri 1) Lakukan pengkajian nyeri
jaringan dan refleks spasme mampu mengontrol nyeri dibuktikan komprehensip yang meliputi lokasi,
otot sekunder akibat tumor dengan kriteria hasil: karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
Mengontrol Nyeri dan faktor pencetus
Definisi: 1) Mengenali kapan nyeri terjadi 2) Observasi adanya pentunjuk nonverbal
Pengalaman sensori dan 2) Menggambarkan faktor penyebab nyeri mengenai ketidak nyamanan terutama
emosional tidak menyenangkan 3) Menggunakan tindakan pencegahan nyeri pada mereka yang tidak dapat
yang muncul akibat kerusakan 4) Menggunakan tindakan pengurangan nyeri berkomunikasi secara efektif
jaringan aktual atau potensial (nyeri) tanpa analgesik 3) Pastikan perawatan analgesik bagi
atau yang digambarkan sebagai 5) Menggunakan analgesik yang pasien dilakukan dengan pemantauan
kerusakan (International direkomendasikan yang ketat
Association for the Study of 6) Melaporkan perubahan terhadap gejalah 4) Gunakan strategi komunikasi
pain) awitan yang tiba-tiba atau nyeri pada profesional kesehatan terapeutik untuk mengetahui
lambat dari intensitas ringan 7) Melaporkan gejalah yang tidak terkontrol pengalaman nyeri dan sampaikan
hingga berat dengan akhir yang pada profesional kesehatan penerimaan pasien terhadap nyeri
dapat diantisipasi atau 8) Menggunakan sumber daya yang tersedia 5) Gali pengetahuan dan kepercayaan
diprediksi. untuk menangani nyeri pasien mengenai nyeri
9) Mengenali apa yang terkait dengan gejala 6) Pertimbangkan pengaruh budaya
Batasan karakteristik: nyeri terhadap respon nyeri
a) Bukti nyeri dengan 10) Melaporkan nyeri yang terkontrol 7) Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
menggunakan standar daftar terhadap kualitas hidup pasien
periksa nyeri untuk pasien (misalnya, tidur, nafsu makan,
yang tidak dapat pengertian, perasaan, performa kerja
mengungkapannya dan tanggung jawab peran)
b) Ekspresi wajah nyeri (misal: 8) Gali bersama pasien faktor-faktor yang
mata kurang bercahaya, dapat menurunkan atau memperberat
tampak kacau, gerakan mata nyeri
berpencar atau tetap pada 9) Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu
satu fokus, meringis) yang meliputi riwayat nyeri kronik
c) Fokus menyempit (misal: individu atau keluarga atau nyeri yang
persepsi waktu, proses menyebabkan disability/ ketidak
berpikir, interaksi dengan mampuan/kecatatan, dengan tepat
orang dan lingkungan) 10) Evaluasi bersama pasien dan tim
d) Fokus pada diri sendiri kesehatan lainnya, mengenai
e) Keluhan tentang intensitas efektifitas, pengontrolan nyeri yang
menggunakan standars kala pernah digunakan sebelumnya
nyeri 11) Bantu keluarga dalam mencari dan
f) Keluhan tentang menyediakan dukungan
karakteristik nyeri dengan 12) Gunakan metode penelitian yang sesuai
menggunakan standar dengan tahapan perkembangan yang
instrumen nyeri memungkinkan untuk memonitor
g) Laporan tentang perilaku perubahan nyeri dan akan dapat
nyeri/ perubahan aktivitas membantu mengidentifikasi faktor
h) Perubahan posisi untuk pencetus aktual dan potensial
menghindari nyeri (misalnya, catatan perkembangan,
i) Putus asa catatan harian)
j) Sikap melindungi area nyeri 13) Tentukan kebutuhan frekuensi untuk
melakukan pengkajian ketidak
Faktor yang berhubungan: nyamanan pasien dan
a) Agens cidera biologis mengimplementasikan rencana monitor
b) Agens cidera fisik 14) Berikan informasi mengenai nyeri,
Agens cidera kimiawi seperti penyebab nyeri, berapa nyeri
yang dirasakan, dan antisipasi dari
ketidak nyamanan akibat prosedur
15) Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
dari ketidaknyamanan (misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan, suara bising)
16) Ajarkan prinsip manajemen nyeri
17) Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri
ketika memilih strategi penurunan
nyeri
18) Kolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri nonfarmakologi,
sesuai kebutuhan
19) Gunakan tindakan pengontrolan nyeri
sebelum nyeri bertambah berat
20) Pastikan pemberian analgesik dan atau
strategi nonfarmakologi sebelum
prosedur yang menimbulkan nyeri
21) Periksa tingkat ketidaknyamanan
bersama pasien, catat perubahan dalam
cacatan medis pasien, informasikan
petugas kesehatan lain yang merawat
pasien.
22) Mulai dan modifikasi tindakan
pengontrolan nyeri berdasarkan respon
pasien.
23) Dukung istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri.
24) Dorong pasien untuk mendiskusikan
pengalaman nyerinya, sesuai
kebutuhan.
25) Beritahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau keluhan pasien saat ini
berubah signifikan dari pengalaman
nyeri sebelumnya
26) Gunakan pendekatan multi disiplin
untuk menajemen nyeri, jika sesuai
Pemberian analgesik
1) Tentukan lokasi, karakteris, kualitas
dan keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
2) Cek perintah pengobatan meliputi obat,
dosis, dan frekuesi obat analgesik yang
diresepkan
3) Cek adanya riwayat alergi obat
4) Pilih analgesik atau kombinasi
analgesik sesuai lebih dari satu kali
pemberian
5) Monitor tanda vital sebelum dan
setelah memberikan analgesik pada
pemberian dosis pertama kali atau jika
ditemukan tanda-tanda yang tidak
biasanya
6) Berikan kebutuhan kenyamanan dan
aktivitas lain yang dapat membantu
relaksasi untuk memfasilitasi penuruna
nyeri
7) Berikan analgesik sesuai waktu
paruhnya, terutama pada nyeri yang
berat
8) Dokumentasikan respon terhadap
analgesik dan adanya efek samping
9) Lakukan tindakan-tindakan yang
menurunkan efek samping analgesik
(misalnya, konstipasi dan iritasi
lambung)
10) Kolaborasikan dengan dokter apakah
obat, dosis, rute, pemberian, atau
perubahan interval dibutuhkan, buat
Rekomendasi khusus bedasarkan prinsip
analgesik.
2. Resiko syok berhubungan NOC: Setelah dilakukan perawatan selama 1x Pencegahan Syok
dengan perdarahan. 24 jam diharapkan tidak terjadi syok 1) Monitor adanya respon konpensasi
hipovolemik dengan kriteria: terhadap syok (misalnya, tekanan darah
Definisi: beresiko terhadap 1) Tanda vital dalam batas normal. normal, tekanan nadi melemah,
ketidak cukupan aliran darah 2) Tugor kulit baik. perlambatan pengisian kapiler, pucat/
kejaringan tubuh, yang dapat 3) Tidak ada sianosis. dingin pada kulit atau kulit kemerahan,
mengakibatkan disfungsi seluler 4) Suhu kulit hangat. takipnea ringan, mual dan munta,
yang mengancam jiwa. 5) Tidak ada diaporesis. peningkatan rasa haus, dan kelemahan).
Faktor resiko 6) Membran mukosa kemerahan. 2) Monitor adanya tanda-tanda respon
1) Hipotensi. sindroma inflamasi sistemik (misalnya,
2) Hipovolemi peningkatan suhu, takikardi, takipnea,
3) Hipoksemia hipokarbia, leukositosis, leukopenia).
4) Hipoksia 3) Monitor terhadap adanya tanda awal
5) Infeksi reaksi alergi (misalnya, rinitis, mengi,
6) Sepsis stridor, dipnea, gatal-gatal disertai
7) Sindrom respon inflamasi kemerahan, gangguan saluran
pencernaan, nyeri abdomen, cemas dan
sestemik gelisah.
4) Monitor terhadap adanya tanda ketidak
adekuatan perfusi oksigen kejaringan
(misalnya, peningkatan stimulus,
peningkatan kecemasan, perubahan
status mental, egitasi, oliguria dan akral
teraba dingin dan warna kulit tidak
merata).
5) Monitor suhu dan status respirasi.
6) Periksa urin terhadap adanya darah dan
protein sesuai kebutuhan.
7) Monitor terhadap tanda/gejalah asites
dan nyeri abdomen atau punggung.
8) Lakukan skin-test untuk mengetahui
agen yang menyebabkan anaphiylaxis
atau reaksi alergi sesuai kebutuhan
9) Berikan saran kepada pasien yang
beresiko untuk memakai atau
membawa tanda informasi kondisi
medis
10) Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala syok yang
mengancam jiwa
11) Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai langkah-langkah timbulnya
gejala syok
3. Resiko Infeksi berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Alat terapi per vaginam
dengan penurunan imun selama 1 x 24 jam, pasien mioma uteri 1) Kaji ulang riwayat kontraindikasih
tubuh sekunder akibat menunjukkan pasien mampu melakukan pemasangan alat pervaginam pada
gangguan hematologis pencegahan infeksi secara mandiri, pasien (misalnya, infeksi pelvis,
(perdarahan) ditandai dengan kriteria hasil: laserasi, atau adanya massa sekitar
1) Kemerahan tidak ditemukan pada vagina)
Definisi: tubuh 2) Diskusikan mengenai aktivitas-
Mengalami peningkatan resiko 2) Vesikel yang tidak mengeras aktivitas seksual yang sesuai sebelum
terserang organisme patogenik permukaannya memilih alat yang dimasukan
3) Cairan tidak berbauk busuk 3) Lakukan pemeriksaan pelvis
Faktor yang berhubungan: 4) Piuria/nanah tidak ada dalam urin 4) Intruksikan pasien untuk melaporkan
4. Retensi urine berhubungan NOC: setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen eliminasi urin:
dengan penekanan oleh massa 1x 24 jam diharapkan eliminasi urin kembali 1) Monitor eliminasi urin termasuk
jaringan neoplasma pada normal dengan kriteria hasil: frekuensi, konsistensi, bau, volume dan
organ sekitarnya, gangguan 1) Pola eliminasi kembali normal warna urin sesuai kebutuhan.
sensorik motorik. 2) Bau urin tidak ada 2) Monitor tanda dan gejala retensio urin.
3) Jumlah urin dalam batas normal 3) Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi
Definisi: pengosongan kantung 4) Warna urin normal saluran kemih.
kemih tidak komplit 5) Intake cairan dalam batas normal 4) Anjurkan pasien atau keluarga untuk
6) Nyeri saat kencing tidak ditemukan melaporkan urin uotput sesuai
Batasan karakteristik: kebutuhan.
1) Tidak ada keluaran urin 5) Anjurkan pasien untuk banyak minum
2) Distensi kandung kemih saat makan dan waktu pagi hari.
3) Menetes 6) Bantu pasien dalam mengembangkan
4) Disuria rutinitas toileting sesuai kebutuhan.
5) Sering berkemih 7) Anjurkan pasien untuk memonitor
6) Inkontinensia aliran berlebih tanda dan gejalah infeksi saluran
7) Residu urin kemih.
8) Sensasikandungkemih
penuh Kateterisasi Urin
9) Berkemih sedikit 1) Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan
kateterisasi urin.
Faktor yang berhubungan 2) Pasang kateter sesuai kebutuhan.
1) Sumbatan 3) Pertahankan teknik aseptik yang ketat.
2) Tekanan ureter tinggi 4) Posisikan pasien dengan tepat
3) Inhibishi arkus reflex (misalnya, perempuan terlentang
dengan kedua kaki diregangkan atau
fleksi pada bagian panggul dan lutut).
5) Pastikan bahwa kateter yang
dimasukan cukup jauh kedalam
kandung kemih untuk mencegah
trauma pada jaringan uretra dengan
inflasi balon
6) Isi balon kateter untuk menetapkan
kateter, berdasarkan usia dan ukuran
tubuh sesuai rekomendasi pabrik
(misalnya, dewasa 10 cc, anak 5 cc)
7) Amankan kateter pada kulit dengan
plester yang sesuai.
8) Monitor intake dan output.
9) Dokumentasikan perawatan termasuk
ukuran kateter, jenis, dan pengisian
bola kateter
5. Konstipasi berhubungan NOC: setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 Manajemen saluran cerna
dengan penekanan pada jam pasien diharapkan konstipasi tidak ada 1) Monitor bising usus
rectum (prolaps rectum) dengan kriteria hasil: 2) Lapor peningkatan frekuensi dan bising
1) Tidak ada irita bilitas usus bernada tinggi
Definisi: penurunan pada 2) Mual tidak ada 3) Lapor berkurangnya bising usus
frekuensi normal defekasi yang 3) Tekanan darah dalam batas normal 4) Monitor adanya tanda dan gejalah
disertai oleh kesulitan atau 4) Berkeringat diare, konstipasi dan impaksi
pengeluaran tidak lengkap feses 5) Catat masalah BAB yang sudah ada
atau pengeluaran feses yang Keparahan Gejalah sebelumnya, BAB rutin, dan
kering, keras, dan banyak. 1) Intensitas gejalah penggunaan laksatif
Batasan karakteristik 2) Frekuensi gejalah 6) Masukan supositorial rektal, sesuai
1) Nyeri abdomen 3) Terkait ketidak nyamanan dengan kebutuhan
2) Nyeri tekan abdomen dengan 4) Gangguan mobilitas fisik 7) Intruksikan pasien mengenai makanan
teraba resistensi otot 5) Tidur yang kurang cukup tinggi serat, dengan cara yang tepat
3) Nyeri tekan abdomen tanpa 6) Kehilangan nafsu makan 8) Evaluasi profil medikasi terkait dengan
teraba resistensi otot efek samping gastrointestinal
4) Anoraksia
5) Penampilan tidak khas pada Manajemen konstipasi/inpaksi
lansia 1) Monitor tanda dan gejala konstipasi
6) Darah merah pada feses 2) Monitor tanda dan gejala impaksi
7) Perubahan pola defekasi 3) Monitor bising usus
8) Penurunan frekuensi 4) Jelaskan penyebab dari masalah dan
9) Penurunan volume feses rasionalisasi tindakan pada pasien
10) Distensia abdomen 5) Dukung peningkatan asupan cairan,
11) Rasa rektal penuh jika tidak ada kontraindikasi
A. Desain Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam 2015). Populasi dari
penelitian ini adalah semua pasien dengan Mioma uteri di Ruang Ginekologi
Kebidanan RSUP. Dr. M. Djamil Padang
2. Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling. Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari
populasi dan merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel,
agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek
penelitian. Sampel penelitian ini adalah dua pasien dengan
masalah Mioma Uteri. Sampel diambil sebanyak 2 orang di ambil secara
purposive sampling. Purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel
berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti untuk dapat dianggap
mewakili karakteristik populasinya, misalnya pemilihan informan dalam studi
kualitatif (Nursalam 2015). Sample yang dipilih berdasarkan kriteria sampel.
Kriteria sampel dibagi 2 yaitu :
D. Instrumen Penelitian
Alat dan instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format pengkajian
pasien mioma uteri, alat perlindungan diri, alat pemeriksaan fisik yang terdiri
dari (Termometer, stetoskop dan tensi meter dewasa, timbangan, arloji dengan
detik, penlight, dan skerem)
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara
langsung terhadap penelitian. Pengamatan dilakukan secara sistematis dan
disengaja berkaitan dengan fenomena atau keadaan sosial dan gejala-gejala
psikis dengan mengamati dan mencatat keadaan yang terjadi. Dalam
observasi ini, peneliti terlibat dengan intervensi yang berkaitan dengan
masalah yang dialami pasien dan mengamati pola kegiatan sehari-hari pasien
seperti tingkat nyeri, ADL dan lain-lain (Sugiyono, 2012)
2. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metoda
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti melakukan
pengukuran suhu, mengukur tanda-tanda vital, menimbang berat badan.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan perjalanan penyakit pasien yang sudah berlalu
yang disusun berdasarkan perkembangan kondisi pasien. Dokumentasi
keperawatan berbentuk catatan perkembangan, hasil pemeriksaan
laboratorium, hasil pemeriksaan diagnostik seperti USG, hasil pemeriksaan
Kimia klinis, hasil pemeriksaan. Dalam penelitian ini mengunakan dokumen
dari Rumah sakit untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan.
F. Jenis-Jenis Data
2. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien mioma uteri
seperti pengkajian meliputi: Identitas pasien mioma uteri, riwayat kesehatan
pasien mioma uteri, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik
terhadap pasien mioma uteri.
3. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang akan diperoleh
langsung dari keluarga, rekam medis dan Hasil labor. Data sekunder
umumnya berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
H. Prosedur Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian akan dikelompokkan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa
keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan
implementasi dan evaluasi keperawatan. Analisis selanjutnya dilakukan dengan
membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien kelolaan
dengan teori dan penelitian terdahulu.
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari tanggal 5 Juni 2017 hingga 10 Juni
2017 berlokasi di Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Prevalensi pasien Mioma Uteri di Ruang Ginekologi Kebidanan RSUP Dr. M.
Djamil Padang cukup banyak dimana pada tahun 2016 terdapat 30 kasus. Peneliti
telah melakukan pengkajian dan observasi kepada kedua partisipan yaitu Ny.H
dan Ny.E
Data Sosial Pasien merupakan seseorang yang senang Pasien memiliki hubungan sosial yang baik dengan pasien
Ekonomi bersosialisasi dengan orang lain. Keluarga pasien lain dan tenaga kesehatan yang ada seperti dokter dan
mengatakan pasien memiliki hubungan yang baik perawat. Pasien sehari harinya bekerja diswasta. Pasien
dengan pasien dan tenaga kesehatan yang ada seperti ditanggung dengan BPJS kelas 1.
dokter dan perawat. Pasien bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Pasien ditanggung dengan BPJS kelas .
Data Spiritual Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan
bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan memberikan bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan memberikan
kesembuhan kepadanya. kesembuhan kepadanya. Pasien tetap melaksanakan
sholat dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk
kesembuhannya.
Data Penunjang Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal Juni Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal Juni 2017
2017 yaitu Hb 8,7 g/dl, Ht 25 %, trombosit yaitu Hb 8,3 g/dl, Ht 28 %, trombosit .000/mm ,
, ,
128.000/mm , leukosit 11.270/mm PT 16,2 detik, leukosit 11.270/mm PT 16,4 detik, APTT 37,5 detik.
APTT 44,5 detik.
Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal Juni 2017
Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal Juni Hb ,9 g/dl, Ht 28 %,
2017 Hb ,8 g/dl, Ht 26 %, Trombosit . mm3, Leukosit 15.180/mm .
Trombosit 119.000/mm3, Leukosit 11.180/mm . Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal Juni
Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 14 mei 2017 Glukosa sewaktu 152 mg/dl, Ureum darah 97 mg/dl,
Glukosa sewaktu 96 mg/dl, Ureum darah 89 mg/dl, Kreatinin darah 1,0 mg/dl, Total protein 5,8 g/dl,
Kreatinin darah 1,2 mg/dl, Total protein 6,2 g/dl, Albumin 2,1 g/dl, Globulin 3,7 g/dl.
Albumin 2,6 g/dl, Globulin 3,6 g/dl .
Hasil pemeriksaan imunologi – serologi tanggalJuni
Hasil pemeriksaan imunologi – serologi tanggal 2017 yaitu HBsAg (elisa) 0,01.
Juni 2017 yaitu HBsAg (elisa) 18,52. Anti HCV .
Hasil pemeriksaan USG tanggal 3 juni 2017
Hasil pemeriksaan USG tanggal 5 juni 2017 1. Tampak massa dalam ovarium
1. Massa positif
Program Transamin 3 x 1 amp Ceftriaxone 1 x 2 gr
Pengobatan Ciprofloxacim 1 x 200 mg Ciprofloxacim 1 x 200 mg
Ceftriaxon 3 x 1 amp Transamin 3 x 1 amp
Vit. K 3 x 1 amp Vit. K 3 x 1 amp
IVFD NaCl 0,9 % 8 jam/kolf Tranfusi PRC 3 unit
IVFD RL 0,9 % 10 jam/ kolf. IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf
Transfusi PRC 3 unit IVFD RL 0,9% 10 jam/ kolf
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 12.02 WIB tindakan
keperawatan yang dilakukan yaitu memonitor suhu dan status
respirasi. Memonitor terhadap tanda/gejalah asites dan nyeri
abdomen atau punggung. Menganjurkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala syok yang mengancam jiwa, dan
menganjurkan pasien dan keluarga mengenai langkah-langkah
timbulnya gejala syok
Pada hari ke empat tanggal 8 juni 2017 jam 08.30 Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 09.39 WIB
WIB tindakan yang dilakukan memakai sarung tindakan yang dilakukan memakai sarung tangan
tangan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan sebagaimana dianjurkan oleh kebijakan pencegahan
pencegahan universal, mendorong intake cairan universal, mendorong intake cairan yang sesuai,
yang sesuai, meningkatkan inteke nutrisi yang meningkatkan inteke nutrisi yang tepat, mengajarkan
tepat, mengajarkan pasien dan keluarga mengenai pasien dan keluarga mengenai bagaimana mengindari
bagaimana mengindari infeksi. infeksi.
d. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan pada d. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk
diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
perifer berhubungan dengan kurang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
pengetahuan tentang faktor pemberat tanggal 5 faktor pemberat tanggal 5 juni 2017 jam 11.20 WIB
juni 2017 jam 10.20 WIB adalah memonitor adalah memonitor adanya daerah tertentu yang hanya
adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap peka terhadap panas, dan dingin, menggunakan
panas, dan dingin, menilai sirkulasi perifer (nadi, sarung tangan untuk proteksi, memonitor kemampuan
edema, CRT, warna dan suhu ekstermitas BAB dan BAK, menilai sirkulasi perifer (nadi, edema,
CRT, warna dan suhu ekstermitas
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 13.56 Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 09.10 WIB
WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
menggunakan sarung tangan untuk proteksi, mengkolaborasikan pemberian analgetik,
memonitor gas darah arteri, memberikan tranfusi mendiskusikan mengenai perubahan sensasi,
darah yang sesuai, memonitor nilai elektrolit, dan memberikan transfusi darah yang sesuai, dan
kreatinin. memonitor kemampuan BAB dan BAK memonitor nilai elektrolit dan kreatin
pasien
e. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk
e. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan asupan nutrisi tanggal 5 juni 2017 jam 09.20 WIB
dengan kurang asupan nutrisi tanggal 6 juni adalah mengidentifikasi alergi dan intoleransi
2017 jam 08.45 WIB adalah mengidentifikasi terhadap makanan, memonitor kalori dan asupan
alergi dan intoleransi terhadap makanan, nutrisi, mengidentifikasi adanya penurunan BB,
memonitor kalori dan asupan nutrisi, memonitor turgor kulit
mengidentifikasi adanya penurunan BB,
memonitor turgor kulit, memonitor adanya mual Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.50
muntah, mengidentifikasi perubahan nafsu makan, WIB tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu
memonitor pucat pada konjungtiva. memonitor adanya mual muntah, mengidentifikasi
perubahan nafsu makan dan memonitor pucat pada
konjungtiva.
Evaluasi a. Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang a. Evaluasi dari hasil keperawatan yang telah diberikan
Keperawatan telah diberikan kepada Ny. H dari tanggal Juni kepada Ny. E dari tanggal 5 juni 2017 hingga 10 juni
2017 hingga Juni 2017 untuk diagnosa risiko untuk diagnosa resiko syok hipovolemik
syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan berhubungan dengan perdarahan antara lain:
antara lain: Hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13. 34 WIB
1) Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam S:
. WIB - Pasien mengatakan ada keluar darah pada vagina
S: tapi sedikit kira kira sesendok teh
- Pasien mengatakan BAK masih sakit - Pasien mengatakan kesulitan BAK
-Terdapat perdarahan pervaginam O:
O: - Trombosit : 80.000/mm
-Trombosit : 128.000/mm - Hb : 8,3 g/dl
-Hb : 8,7 g/dl - Hasil pemeriksaan USG positif massa
- Hasil pemeriksaan USG positif massa, terdapat A:
pendarahan pada ovarium akibat massa - Masalah belum tertasi
A: P:
- Masalah belum teratasi - Intervensi dilanjutkan
P:
- Intervensi dilanjutkan Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 13. WIB
S:
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 12.13 - Pasien mengatakan darah masih keluar pada vagina
WIB - Pasien mengatakan kesulitan BAK dan BAB
S: O:
- Pasien mengatakan BAK masih sakit - Hb 8,3 g/dl,
- Perdarahan masih ada - Ht 28 %,
O: - trombosit 80.000/mm ,
- Trombosit 192.000/mm - leukosit 11.270/mm
- Hb : g/dl A:
- Pasien masih keluar darah pada vagina - masalah belum teratasi
A P:
- Masalah belum teratasi - intervensi dilanjutkan
P
- Intervensi dilanjutkan Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 17.10 WIB
S:
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 11.30 - Pasien mengatakan darah masih keluar pada vagina
WIB - Pasien mengatakan kesulitan BAK dan BAB
S:- O:
O: - Hb 8,3 g/dl,
- Pasien dioperasi jam 12.30 WIB - trombosit 80.000/mm ,
- Pasien keluar dari kamar operasi jam 16.35 - leukosit 11.270/mm
WIB A:
- TD 130/90 mmHg - masalah belum teratasi
- N 98x/i P:
o
- S 36,7 c - intervensi dilanjutkan
- P 21x/i
A: Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 10.30 WIB
- Masalah teratasi sebagian S:
P: - Pasien mengatakan darah masih keluar pada vagina
- Intervensi dilanjutkan - Pasien mengatakan kesulitan BAK dan BAB
O:
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 pukul 9.15 - Hb 8,3 g/dl,
WIB - trombosit 80.000/mm ,
S: - leukosit 11.270/mm
- Pasien mengatakan nyeri pada bekas operasai - pasien diopersai
- Pasien mengatakan perdarahan pada vagina tidak A:
ada lagi - masalah belum teratasi
O: P:
- Pasien tampak belajar memutar badan dan - intervensi dilanjutkan
membersihkan dirinya
- Hb: 10, 2 g/dl Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 13.20 WIB
- Kulit tidak pucat S:
- Membran mukosa lembab - Pasien mengatakan darah sudah tidak keluar pada
A: vagina
- Masalah teratasi sebagian - Pasien mengatakan kesulitan BAK dan BAB tidak
P: ada lagi
- Intervensi dilanjutkan O:
- Hb ,9 g/dl,
Pada hari keenam tanggal 9 juni 2017 pukul 8.27 - Trombosit . mm3,
WIB - Leukosit 15.180/mm
S: A:
- Pasien mengatakan tidak ada keluar darah pada - masalah teratasi
vagina P:
1) Pada hari pertama tanggal 5
juni 2017 jam 13.20 WIB
O:
- Pasien tampak duduk dan sudah bisa
beraktivitas
- Tampak kateter sudah dilepas dan infus sudah
dilepas
- Hb 11,6 g/dl
- Trombosit 240.000/mm
A:
- Masalah teratasi
P:
- Pasien pulang
Juni
2017 hingga Juni 2017 untuk nyeri
akut
berhubungan dengan nekrosis atau trauma
jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat
tumor
- intervensi dihentikan
A:
Pada hari kedua tanggal 6 juni 2017 jam 10.27 WIB
- Masalah belum tertasi
S:
P: - Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- Intervensi dilanjutkan dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc
O:
Pada hari ketiga tanggal 7 juni 2017 jam 0 .
- Hb: g/dl
WIB
- Konjutiva anemis
S:
- Kulit pucat
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
masih ada dengan frekuensi 1 sampai 2 kali A:
dalam sehari ± setengah gelas - Masalah belum tertasi
O: P:
- Hb 8,7 g/dl - Intervensi dilanjutkan
- Konjungtiva anemis
- Kulit pucat Pada hari ketiga tanggal juni 2017 jam . WIB
- Akral teraba dingin S:
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- CRT > 3 detik dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc
A: O:
- Masalah belum tertasi - Hb: g/dl
- Konjutiva anemis
P:
- Kulit pucat
- Intervensi dilanjutkan
A:
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam 0 . - Masalah belum tertasi
WIB
P:
S:
- Intervensi dilanjutkan
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
sudah tidak ada namun saat ini mengeluh pada
Pada hari keempat tanggal 8 juni 2017 jam .
bekas operasi
WIB
O: S:
- Hb 9,8 g/dl - Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
- Konjungtiva anemis dengan frekuensi 2 kali dalam sehari ± 150 cc
- Kulit tidak pucat
O:
- Akral teraba hangat
- Hb: 8,3 g/dl
- CRT < 3 - Konjutiva anemis
- Kulit pucat
A:
- Masalah sebagian tertasi A:
- Masalah belum tertasi
P:
- Intervensi dilanjutkan P:
Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam 13.20 - Intervensi dilanjutkan
WIB
S: Pada hari kelima tanggal 9 juni 2017 jam . WIB S:
- Pasien mengeluh pendarahan pada pervaginam
sudah tidak ada namun saat ini mengeluh pada - Pasien mengatakan pendarahan pada pervaginam
bekas operasi tidak ada lagi
O: O:
- Hb 9,8 g/dl - Hb: 10,9 g/dl
- Konjungtiva tidak anemis - Konjutiva tidak anemis
- Kulit tidak pucat - Kulit tidak pucat
- Akral teraba hangat
A:
- CRT < 3
- Masalah tertasi
- Hb : 8,7 g/dl
- Ht : 25 %
A:
- Masalah tertasi
P:
- Lanjutkan intervensi yang lain
Juni
2017 hingga Juni 2017 untuk
ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017 jam 13.34
WIB
S:
- Pasien mengatakan badannya terasa lemah
- Pasien mengatakan telapak tangannya
sering
kesemutan
O:
P:
Lanjutkan intervensi yang lain
Juni
2017 hingga Juni 2017
untuk
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan kurang asupan
nutrisi, Pada hari pertama tanggal 5 juni 2017
jam 13.33 S:
Diagnosa medis kedua partisipan ketika masuk sama, yaitu mioma uteri +
anemia. Penyebab mioma uteri dari kedua pasien adalah makanan yang
terlalu banyak minyak atau lemak dan makanan kaleng yang mengandung
pengawet dan pewarna makanan serta pasien terlalu banyak makan daging
dari pada sayuran. Hal ini akan memicu pertubuhan sel abnormal pada
jaringan miometrium karena pada miometrium terdiri dari jaringan yang
lunak sehingga sangat muda terjadi perubahan sel normal menjadi sel
abnormal atau menjadi tumor (Aspiani, 2017).
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung untuk
menggerakan darah keseluruh tubuh. Darah membawa nutrisi dan oksigen
keseluruh bagian tubuh. Pada penderita kasus mioma uteri dapat
menibulkan penyumbatan akibat penekanan sehingga nutrisi dan oksigen
tidak tersalur kebagian tubuh sehingga mengakibatkan pasien nyeri dan
menimbulkan kelelahan dan mioma uteri yang membesar menimbulkan
perdarahan akibat anemia.
b. Keluhan utama
Ketika masuk kedua partisipan mengeluh keluar darah pada pervagina,
dan perut membesar dan kembung serta terdapat nyeri tekan pada
abdomen bawah. Pasien kesulitan BAK dan BAB hal ini karena
penyempitan dan penekanan oleh mioma uteri. Pendarahan pervaginam
merupakan manifestasi dari bertambahnya area permukaan endometrium
yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim atau miometrium.
Menurut manuaba ), penyakit mioma uteri menyebabkan BAK dan
BAB mengalami gangguan dan dapat menimbulkan perdarahan yang
berleihan pada saat menstruasi, terasa berat bagian perut bawah serta
infertilitas atau kemandulan akibat desakan sekitar saluran telur yang
menyebabkan penutupan total atau sebagian.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang menonjol ditemukan pada kedua pasien yaitu
konjungtiva anemis, sklera ikterik, warna kulit pucat, akral teraba dingin.
Secara umum, hal tersebut merupakan manifestasi dari perfusi jaringan
perifer yang tidak adekuat akibat dari anemia karena perdarahan yang
terjadi. Kemudian hasil pemeriksaan pada abdomen bawah ditemukan
distensi abdomen, nyeri saat dipalpasi, dan adanya nyeri pada genitalia.
h. Data Psikososial
Pada saat penelitian kedua partisipan tampak tidak terlalu cemas terhadap
kondisinya. Berbeda dengan pernyataan Lyndon (2014) bahwa dampak
psikososial yang dialami pasien adalah perasaan tak mampu
mengendalikan fungsi tubuh, perasaan takut karena perubahan fungsi dan
struktur tubuh dan penurunan kepercayaan diri.
i. Data penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kedua partisipan antara lain
pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium hematologi, pemeriksaan
laboratorium kimia klinis, dan pemeriksaan laboratorium imunologi
serologi. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, yang paling menonjol
ditemukan pada kedua partisipan yaitu penurunan nilai hemoglobin,
penurunan nilai hematokrit, penurunan nilai trombosit, peningkatan PT
APTT yang berhubungan dengan risiko perdarahan pada pasien.
Kemudian ditemukan penurunan nilai total protein, dan albumin.
Berdasarkan hasil yang diperoleh kedua pasien mengalami perdarahan dan
memiliki resiko syok hipovolemik karena perdarahan yang banyak dan
memiliki resiko infeksi. Dalam hal tersebut partisipan 1 dan 2 ditransfusi
PRC 3 unit.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA International 2016, berdasarkan teori masalah keperawatan
yang muncul pada pasien dengan mioma uteri ada masalah keperawatan.
Namun berdasarkan hasil pengamatan perawat ruangan menegakkan 2
diagnosa keperawatan pada partisipan 1 (Ny. H) yaitu risiko syok hipovolemik
berhubungan dengan pendarahan dan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan pendarahan. Sedangkan menurut hasil pengkajian dan
pemeriksaan oleh peneliti, diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada
partisipan 1 (Ny. H) antara lain risiko syok hipovolemik berhubungan dengan
pendarahan, nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan
refleks spasme otot sekunder akibat tumor, resiko infeksi berhubungan dengan
penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis (pendarahan),
ketidakfektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pendarahan, dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya asupan nutrisi.
a. Risiko hipovolemik berhubungan dengan pendarahan
Masalah keperawatan risiko syok hipovolemik didefenisikan beresiko
terhadap ketidak cukupan aliran darah kejaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa (NANDA, 2016).
Faktor risiko diagnosa ini diantaranya, Hipovolemi, Hipoksemia,
Hipoksia, Infeksi, Sepsis, Sindrom respon inflamasi sistemik (NANDA,
.
b. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder akibat tumor
Masalah keperawatan nyeri akut didefenisikan pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan. Batasan
karakterisitik dilatasi pupil, ekspresi wajah nyeri fokus menyempit,
keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan
tentang karakteristik nyeri, laporan tentang perilaku nyeri,
mengekspresikan perilaku gelisah dan merengek, perubahan selera makan,
sikap melindungi nyeri (NANDA, 2016).
b. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder akibat tumor
Masalah keperawatan nyeri akut didefenisikan pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan. Batasan
karakterisitik dilatasi pupil, ekspresi wajah nyeri fokus menyempit,
keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan
tentang karakteristik nyeri, laporan tentang perilaku nyeri,
mengekspresikan perilaku gelisah dan merengek, perubahan selera makan,
sikap melindungi nyeri (NANDA, 2016).
a. Tindakan keperawatan yang dilakukan dari tanggal Juni 2017 hingga Juni
2017 untuk diagnosa risiko syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan antara lain Memonitor adanya respon konpensasi terhadap
syok (tekanan darah normal, tekanan nadi melemah, perlambatan
pengisian kapiler, pucat/ dingin pada kulit atau kulit kemerahan, takipnea
ringan, mual dan munta, peningkatan rasa haus, dan kelemahan),
memonitor adanya tanda-tanda respon sindroma inflamasi sistemik
(peningkatan suhu, takikardi, takipnea, hipokarbia, leukositosis,
leukopenia), memonitor suhu dan status respirasi, memonitor terhadap
tanda/gejalah asites dan nyeri abdomen atau punggung, menganjurkan
pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala syok yang mengancam
jiwa, dan anjurkan pasien dan keluarga mengenai langkah-langkah
timbulnya gejala syok
5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal Juni 017 hingga Juni 2017 untuk diagnosa risiko syok
hipovolemik berhubungan dengan perdarahan antara lain, pada hari pertama
Ny. H mengalami perdarahan pada pervaginam, nilai hasil laboratorium
mengalami peningkatan yaitu PT : 10, 5 detik, APTT : 35,4 detik, trombosit :
.000/mm . Pada hari ke 5 implementasi risiko perdarahan teratasi, dan
pasien direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk nyeri akut berhubungan dengan
agen cidera biologis antara lain, pada hari pertama hingga ketiga
implementasi Ny. H masih mengeluh nyeri, namun pada hari kempat dan
kelima Ny. H menyatakan nyerinya berkurang dan tidak terlalu
mengganggunya. Tanda-tanda vital pasien normal TD 100/70 mmHg, RR 19
x/i, HR 89 x/i, S 36,5 C. Pada hari kelima nyeri akut teratasi dan pasien
direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal 5 Juni hingga Juni 2017 untuk resiko infeksi berhubungan dengan
penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis (perdarahan),
pada hari pertama dan ketiga pasien masih mengeluh perdarahan pada
pervaginam, hal itu berkaitan dengan nyeri dan penekanan massa yang
dialami pasien, pada hari keempat pasien sudah mulai duduk dan perdarahan
pervaginam sudah mulai membaik, pada hari kelima pasien sudah mulai
melakukan aktivitas makan sendiri namun untuk berjalan masih perlu bantuan.
Pada hari kelima infus dan kateter pasien dilepas, masalah perdarahan teratasi
dan pasien direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal Juni 2017 hingga 9 Juni 2017 untuk ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer antara lain, pada hari pertama hingga ketiga implementasi
konjungtiva masih anemis, CRT>3 detik, kemudian dilakukan transfusi PRC
unit tanggal dan Juni, pada hari kempat dan kelima konjungtiva pasien
subanemis, CRT<3 detik, hasil labor terakhir Hb 12 g/dl. Pada hari kelima
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan teratasi dan pasien boleh pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal Juni 2017 hingga 9 Juni 2017 untuk ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi, pada
hari pertama dan kedua implementasi pasien masih dibantu oleh keluarga, dan
mendapat diit DH makanan lunak tetapi pada hari ketiga hingga kelima
pasien makan peroral dan mendapat makanan keras seperti nasi dan lauk pauk,
nafsu makan pasien mulai meningkat dan bisa menghabiskan ½ porsi. Pada
hari kelima masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi dan dilanjutkan dengan
memberikan rencana tindak lanjut.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk diagnosa risiko syok
hipovolemik berhubungan dengan perdarahan, setelah dilakukan
pengangkatan mioma Ny. E mengatakan perdarahan pervaginam sudah tidak
ada lagi, kesulitan BAK sudah membaik. Nilai hasil laboratorium mengalami
peningkatan yaitu PT : 11,3 detik, APTT : 36,2 detik, trombosit: 168.000/mm .
Pada hari ke 6 implementasi risiko perdarahan dihentikan, dan pasien
direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk nyeri akut berhubungan dengan
nekrosis atau trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor
antara lain, pada hari pertama hingga keempat implementasi Ny. H masih
mengeluh nyeri, namun pada hari kelima dan keenam Ny. H menyatakan
nyerinya berkurang dan tidak terlalu mengganggunya. Tanda-tanda vital
pasien normal TD 1 /70 mmHg, RR 19 x/i, HR 89 x/i, S 36,5 C. Pada hari
keenam nyeri akut teratasi dan pasien direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
dari tanggal 5 Juni hingga Juni 2017 untuk resiko infeksi berhubungan dengan
penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis (perdarahan),
pada hari pertama dan keempat pasien masih mengeluh perdarahan pada
pervaginam, hal itu berkaitan dengan nyeri dan penekanan massa yang
dialami pasien, pada hari kelima pasien sudah mulai duduk dan perdarahan
pervaginam sudah mulai membaik, pada hari keenam pasien sudah
mulai melakukan aktivitas makan sendiri namun untuk berjalan masih perlu
bantuan. Pada hari keenam infus dan kateter pasien dilepas, masalah
perdarahan teratasi dan pasien direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer antara lain, pada hari pertama dan kedua implementasi
konjungtiva masih anemis, CRT>3 detik, kemudian dilakukan transfusi PRC
unit tanggal 6 Juni 2017, pada hari kempat dan kelima konjungtiva pasien
subanemis, CRT<3 detik, hasil labor terakhir Hb 11,8 g/dl. Pada hari keenam
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan teratasi.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
dari tanggal Juni 2017 hingga Juni 2017 untuk ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi, pada
hari pertama hingga hari ketiga implementasi pasien masih dibantu keluarga
dalam memberikan makanan, dan mendapat diit DH makanan lunak tetapi
pada hari kempat pasien makan sendiri. Pada hari kelima pasien mendapat diit
makanan keras seperti nasi dan lauk pauk. Pada hari keenam masalah
ketidakseimbangan nutrisi teratasi dan dilanjutkan dengan memberikan
rencana tindak lanjut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang berasal dari otot polos dan jaringan
ikat fibrous serta sering ditemukan pada traktus genitalia wanita terutama di
lapisan miometrium (Aspiani, 2017). Tumbuhnya mioma uteri menimbulkan
penekanan pada pembuluh darah dan organ disekitar ovarium mengalami
penekanan dan penyempitan serta mengalami penurunan fungsinya.
Pertumbuhan mioma uteri juga dapat mengakibatkan anemia karena kehilangan
darah (eritrosit) dalam sirkulasi darah sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwono, dkk 2007).
Sedangkan menurut manuaba ) mioma uteri dalam kehamilan dapat
menyebabkan infertilitas, dapat menyebabkan abortus, dapat menyebabkan
gangguan jalan persalinan, dapat menyebabkan perdarahan postpartum dan
kehamilan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri karena rangsangan
estrogen.
Kasus mioma uteri pada Ny. H dan Ny. E, setelah penulis melakukan pengkajian,
analisa data, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
tentang asuhan keperawatan pada Ny. H dan Ny. E dengan mioma uteri di Ruang
Ginekologi RSUP. Dr. M. Djamil Padang, maka didapatkan hasil yaitu:
1. Pengkajian terhadap masalah pada Ny. H dilakukan secara komprehensif, Ny.
H berusia tahun memiliki anak 2 orang. Pemeriksaan laboraturium
didapatkan Hb 8,7 gr/dl, Ht 25%, trombosit 128.000/mm , leukosit
11.270/mm . Pada hari pertama rawatan Ny. H tanggal 5 juni pukul
. WIB. dilakukan pengkajian pada pasien didapatkan pasien pasien
pasien mengeluh nyeri pada bagian perutnya yang membesar, nyeri terasa
hilang timbul dan bertambah apabila pasien bergerak dan duduk. Pasien
mengatakan nyeri dengan skala 5-6 selama lebih kurang 2 menit dan
menyebar ke bagian punggung. Pasien mengatakan nafsu makannya juga
menurun dan terkadang mual. Pasien mengatakan susah untuk beraktifitas
dan susah tidur karena nyeri pada perut bagian bawah. Pasien mengeluh BAK
sakit. Pengkajian pada Ny. E dilakukan secara kompherehensif, Ny. E berusia
tahun, memiliki anak 3 orang. pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 8,3
g/dl, trombosit 80.000/mm , leukosit 11.270/mm . Pada hari pertama
rawatan Ny. E tanggal 5 juni 2017 pukul 12.05 WIB. dilakukan pengkajian
pada pasien, didapatkan pasien mengeluh badannya lemah dan sulit untuk
beraktivitas. Pasien juga mengeluh nyeri pada genitalia dan susah BAK.
Pasien mengatakan nyeri pada genitalia saat BAK. Saat masuk rumah sakit
BAK mulai hilang nyerinya. Sakit pada bagian perut bawah dan ketika di
tekan pasien mengatakan sakit dengan skala 6-7, nyeri terasa saat beraktivitas
dan BAK selama lebih kurang 1 sampai 2 menit.
B. Saran
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Bagi institusi pelayanan kesehatan RSUP. Dr. M. Djamil Padang diharapkan
dapat memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin dan
mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun
dengan pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan. Selain itu, diharapkan Rumasakit mampu menyediakan fasilitas
serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien dengan
memberikan pelayanan yang lebih maksimal terutama dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri sehingga tidak memperpanjang
hari rawatan dan tujuan dapat tercapai.
RSUP. Dr. M. Djamil.(2016). Laporan Catatan Rekam Medik (RM): Mioma Uteri
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
A. PENGUMPULAN DATA
1. Identitas pasien 1
a. Nama : Ny. H
b. Tempat / tanggal lahir : Sijunjung, 23 Maret 1982
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status kawin : Kawin
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMU
g. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
h. Tanggal masuk : 5 Juni 2017
i. Alamat : Sijunjung
j. Tanggal pengkajian : 5 Juni 2017
k. Diagnosa medis : Mioma Uteri + Anemia
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien masuk di RSUP. Dr. M. Djamil Padang melalui IGD rujukan
dari RSUD Sijunjung taggal 5 juni 2017 pukul 08.00 WIB dengan
keluhan pendarahan pada pervaginam dan BAK dan BAB nyeri, perut
membesar dan kembung.
e. Riwayat Obstetri
a). Keadaan haid:
pasien mengatakan haid pertama umur 12 tahun, siklus haid tidak
teratur, lamanya haid terkadang 6 kadang 9 hari. Pasien juga
mengatakan 3 kadang 2 kali ganti pembalut saat haid. Warna darah
haid merah kadang encer kadang tidak encer. Disminore pada saat hari
pertama. Pasien belum pernah mengikuti kb b). Riwayat kehamilan
dan persalinan:
pasien mengatakan hamil pertama tidak ada masalah semenjak
hamil dan pada saat persalinan diusia 38 minggu. Pasien
mengatakan tidak ada komplikasih pada saat melahirkan.
f. Faktor Psikososial
a). Persepsi pasien mengenai penyakit:
pasien mampu mengontrol emosinya, pasien agak cemas namun masih
dalam batas wajar
b). Tanyakan tentang konsep diri :
pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dengan
baik namun agak sulit dipahami, pasien mengatakan merasa kasihan
kepada keluarganya karena harus merawatnya.
h. Pola eliminasi
Pasien sebelumnya tidak mengalami kesulitan dalam BAK dan BAB
sekarang mengeluh sakit untuk BAK dan BAB.
i. Pemeriksaan Fisik
4) Keadaan Umum:
o
KU: lemah TD 90/60 mmHg, HR: 110x/i, RR 19 x/i, suhu 37 C.
5) Pemeriksaan Fisik Head to toe
k) Kepala dan rambut : rambut hitam, tidak ada kerusakan pada
rambut, kulit kepala tidak ada pembengkakan dan bersih
l) Mata : konjungtiva anemis, sklera ikterik, pupil isokhor diameter
2mm/2mm.
m) Hidung : hidung bersih, tiidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak
ada kelainan pada penciuman
k. Data Penunjang:
1) Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 6 Juni 2017 yaitu Hb 8,7
g/dl, Ht 25 %, trombosit 128.000/mm , leukosit 11.270/mm PT 16,2
detik, APTT 44,5 detik.
2) Hasil pemeriksaan labor hematologi tanggal 8 Juni 2017 Hb 9,8 g/dl,
Ht 26 %,
3) Trombosit 119.000/mm3, Leukosit 11.180/mm .
4) Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 14 mei 2017
5) Glukosa sewaktu 96 mg/dl, Ureum darah 89 mg/dl, Kreatinin darah
1,2 mg/dl, Total protein 6,2 g/dl, Albumin 2,6 g/dl, Globulin 3,6 g/dl.
6) Hasil pemeriksaan imunologi – serologi tanggal 7 Juni 2017 yaitu
HBsAg (elisa) 18,52. Anti HCV 0,26.
7) Hasil pemeriksaan USG tanggal 5 juni 2017
Massa positif
l. Program Pengobatan:
Transamin 3 x 1 amp
Ciprofloxacim 1 x 200 mg
Ceftriaxon 3 x 1 amp
Vit. K 3 x 1 amp
IVFD NaCl 0,9 % 8 jam/kolf
IVFD RL 0,9 % 10 jam/ kolf.
Transfusi PRC 3 unit
Obat oral
Vit C 3 x 1 tab
Asamefenamat 3 x 1 tab
Lampiran
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
B. PENGUMPULAN DATA
4. Identitas pasien 2
l. Nama : Ny. E
m. Tempat / tanggal lahir : Tanjung, 26 Oktober 1975
n. Jenis kelamin : Perempuan
o. Status kawin : Kawin
p. Agama : Islam
q. Pendidikan : SMP
r. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
s. Tanggal masuk : Juni 2017
t. Alamat : Tanjung bungo kec 50 kota
u. Tanggal pengkajian : 5 Juni 2017
v. Diagnosa medis : Mioma Uteri + Anemia
6. Riwayat Kesehatan
m. Keluhan Utama
Pasien masuk di RSUP. Dr. M. Djamil Padang melalui IGD rujukan
dari Semen Padang Hospital tanggal 5 juni 2017 pukul 20.00 WIB
dengan keluhan nyeri hebat pada genitalia dan perut bagian bawah
membesar dan kembung. BAK dan BAB terasa sakit.
q. Riwayat Obstetri
a). Keadaan haid:
pasien mengatakan haid pertama umur 14 tahun, siklus haid teratur,
lamanya haid 6 hari. Pasien juga mengatakan 2 sampai 3 kali ganti
pembalut saat haid. Warna darah haid merah encer. Disminore pada
saat hari pertama. Pasien sudah pernah mengikuti kb
b). Riwayat kehamilan dan persalinan: G A P H
pasien memiliki anak 3. Pasien mengatakan hamil pertama tidak ada
masalah semenjak hamil dan pada saat persalinan diusia 39 minggu.
Pasien mengatakan tidak ada komplikasih pada saat melahirkan.
r. Faktor Psikososial
a). Persepsi pasien mengenai penyakit:
pasien tampak sabar dan mampu mengontrol emosinya, pasien tampak
cemas namun masih dalam batas wajar. Pasien dapat mengungkapkan
perasaanya dan keluhannya dengan baik.
b). Tanyakan tentang konsep diri :
pasien dapat mengungkapkan perasaannya dan keluhannya dengan
baik namun agak sulit dipahami, pasien mengatakan merasa kasihan
kepada keluarganya karena harus merawatnya. Koping pasien baik
dan dan optimis penyakitnya dapat disembuhkan.
t. Pola eliminasi
Pasien sebelumnya tidak mengalami kesulitan dalam BAK dan BAB
sekarang mengeluh sakit untuk BAK dan BAB.
u. Pemeriksaan Fisik
6) Keadaan Umum:
o
KU: lemah TD 120/70 mmHg, HR: 90x/i, RR 20 x/i, suhu 36,5 C.
7) Pemeriksaan Fisik Head to toe
t) Kepala dan rambut : rambut sudah mulai beruban, tidak ada
kerusakan pada rambut, kulit kepala tidak ada pembengkakan dan
bersih
u) Mata : konjungtiva anemis, sklera ikterik, pupil isokhor diameter
2mm/2mm.
v) Hidung : hidung bersih, tiidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak
ada kelainan pada penciuman
w) Telinga : telinga simetris kiri dan kanan tidak ada pembengkakan,
tidak ada kelainan pendengaran
x) Mulut : bersih dan ditemukan bibir peca-peca
y) Leher dan tenggorokan : tidak ada ditemukan pembengkakan
kelenjar getah bening, menelan baik tidak ada kelemahan
z) Dada atau thorax
Infeksi: tidak ada kelainan yang terlihat seperti ketidak simetrisan
inspirasi dan ekspirasi pada dada
Palpasi: palpasi tidak dilakukan
Perkusi: perkusi tidak dilakukan
Auskultasi: tidak dilakukan
aa) Ekstremitas/muskoluskletal
Tonus otot melemah dan pasien tampak berusaha menggerakan
badanya
bb) Genetalia dan anus: pasien mengatakan keluar darah pada vagina
dan diperkirakan 2 sendok teh warna merah tua dan kental dan
nyeri pada saat keluar
x. Program Pengobatan:
Ceftriaxone 1 x 2 gr
Ciprofloxacim 1 x 200 mg
Transamin 3 x 1 amp
Vit. K 3 x 1 amp
Tranfusi PRC 3 unit
IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf
IVFD RL 0,9% 10 jam/ kolf
Obat oral
Vit C 3 x 1 tab
Asamefenamat 3 x 1 tab