PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam lalu lintas perniagaan atau perusahaan, kecuali uang kertas, sebagai yang telah
kita kenal selama ini, orang masih mengenal surat-surat atau akta-akta lain yang bernilai
uang. Surat-surat semacam ini disebut surat perniagaan (handelspapieren), yang terdiri
dari surat berharga (waardepapieren) dan surat yang berharga (papieren van waarde).
Surat berharga adalah surat yang oleh penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan
pemenuhan suatu prestasi, yang berupa pembayaran sejumlah uang. Tetapi pembayaran itu
tidak dilakukan dengan menggunakan mata uang, melainkan dengan menggunakan alat
bayar lain. Alat bayar itu berupa surat yang di dalamnya mengandung suatu perintah
kepada pihak ketiga, atau pernyataan sanggup, untuk membayar sejumlah uang kepada
pemegang surat tersebut. Surat yang berharga adalah surat bukti tuntutan utang yang sukar
untuk diperjual-belikan.
Surat berharga dan surat yang berharga menurut KUHD antara lain:
B. Rumusan Masalah
1. ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surat Saham
Saham dalam bahasa Belanda disebut dengan “andeel”, dan dalam bahasa Inggris
disebut dengan “share” atau “stock”. Saham adalah surat berharga bukti kesertaan
penyetoran modal pada Perseroan Terbatas yang memberikan hak kepada pemegangnya
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas,
dan selanjutnya disingkat dengan UUPT. Dalam definisi tersebut terdapat unsur-unsur
a) Surat Berharga, ini berarti pada saham tertulis sejumlah uang yang menjadi hak
pemegang, hak tersebut dibuktikan dengan penguasaan saham itu, dan saham itu
dapat dipindahtangankan.
b) Bukti penyetoran modal, ini berarti pemegang saham itu adalah penanam modal
c) Hak Pemegang, ini berarti dengan menguasai saham itu pemegang memperoleh
hak seperti diatur dalam UUPT, misalnya dividen, mengikuti rapat pemegang
saham.1
Pemilikan atas saham dapat dibuktikan dengan surat saham. Surat saham merupakan
suatu bukti bahwa pemegang mempunyai saham atas modal perseroan. Pemilikan saham
tidak hanya dapat dibuktikan dengan adanya surat saham, tetapi juga dapat berwujud
UUPT memang tidak secara tegas mengatur tentang syarat formal dari sebuah surat
saham, namun dari pasal-pasal yang ada dapat disimpulkan syarat formal dari surat saham,
yaitu:
1
Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H., 2013, Hukum Dagang tentang Surat-Surat Berharga, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal. 256.
2
1. Tulisan “SAHAM” pada lembaran surat saham (Pasal 31 ayat (1) UUPT).
2. Nilai nominal, harus dalam mata uang Republik Indonesia (Pasal 49 ayat (1)
UUPT).
4. Tanggal diterbitkannya.
Jenis saham ada bermacam-macam, akan tetapi salah satu harus merupakan saham
biasa. Jadi, dalam suatu perseroan terbatas harus ada (mutlak) saham biasa (common
stocks). Dan, yang dimaksud dengan saham biasa adalah saham yang memberikan kepada
1. Hak untuk menghadiri dan memberikan suara dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
Selain saham biasa yang harus ada, suatu perseroan terbatas dapat pula (tidak harus)
mengeluarkan saham dalam klasifikasi yang lain seperti yang dinyatakan dalam Pasal 53
b. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota direksi dan/atau anggota
dewan komisaris;
2
James Julianto Irawan, S.H., M.H., 2014, Surat Berharga Suatu Tinjauan Yuridis Dan Praktis,
Kencana, Jakarta, hal. 168.
3
c. Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau ditukar dengan
d. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen lebih
dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian dividen secara
e. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima lebih dahulu
dari pemegang saham klasifikasi lain atas pembagian sisa kekayaan perseroan
dalam likuidasi.
Dalam setiap pengeluaran saham, nilai nominal saham harus dicantumkan dalam mata
uang Republik Indonesia. Nilai nominal saham adalah nilai yang tertulis dengan angka dan
huruf pada saham. Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan. Saham atas tunjuk
hanya dapat dikeluarkan apabila nilai nominalnya atau nilai yang diperjanjikan disetor
penuh (Pasal 42 UUPT). Penyetoran penuh nilai nominal saham atas tunjuk berkenaan
dengan soal pembuktian bahwa setiap saham atas tunjuk membuktikan pemegangnya telah
melunasi nilai nominal, sehingga berhak penuh atas penguasaan saham tersebut. Di
samping itu, sesuai dengan sifat saham bahwa setiap saham memberikan kepada
Selain saham atas tunjuk, dikenal juga saham atas nama. Dalam Pasal 24 UUPT
ditentukan bahwa modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. Saham
tersebut dapat dikeluarkan atas nama dan atau atas tunjuk. Saham atas nama adalah saham
yang mencantumkan nama pemegang atau pemiliknya. Saham atas tunjuk adalah saham
yang tidak mencantumkan nama pemegang atau pemiliknya. Dua jenis saham tersebut
3
Prof. Abdulkadir Muhammad, S.H., Op.Cit., hal. 258.
4
Dalam Anggaran Dasar perseroan ditentukan cara pemindahan hak atas saham
pemindahan hak pada saham atas nama dilakukan dengan akta pemindahan hak, baik
dibuat di hadapan notaris ataupun dibuat di bawah tangan. Akta pemindahan hak tersebut
atau salinannya disampaikan secara tertulis kepada perseroan. Dalam hukum perdata, cara
pemindahan hak pada saham atas nama disebut cessie (Pasal 613 ayat (1) KUHPdt).
Pemindahan hak pada saham atas tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat saham, sesuai
dengan pemindahan hak pada surat atas tunjuk (Pasal 613 ayat (3) KUHPdt). Direksi
wajib mencatat pemindahan hak saham atas nama dan atas tunjuk, tanggal dan hari
B. Carter Partai
Carter partai adalah surat berharga yang memuat kata “charter-party”, yang
kapal kepada pencarter untuk dioperasikan, sedangkan pencarter mengikatkan diri untuk
Orang yang mencarter (yang membutuhkan kapal) disebut pencarter, sedangkan orang
yang memiliki atau menguasai kapal disebut tercarter. Tercarter ini mungkin benar-benar
pemilik kapal dan mungkin orang yang hanya menguasai kapal. Jadi, seorang pencarter
Pasal 454 KUHD berbunyi: “masing-masing pihak boleh menuntut dibuatnya suatu
akta tentang perjanjian tersebut. Akta itu dinamakan “carter partai” (carter partai
perjanjian carter kapalitu bersifat konsensual, yaitu dengan adanya kesepakatan saja
4
http://claudyagloria.blogspot.co.id/2014/01/surat-surat-berharga.html , diakses pada tanggal 31 Mei 2017.
5
H.M.N. Purwosutjipto, 2000, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, hal. 175.
5
perjanjian itu sudah jadi, dan carter partai hanya merupakan alat bukti tentang adanya
carter kapal.
Menurut Pasal 457 KUHD, bentuk dari carter partai yaitu atas nama dan atas
pengganti (aan order, to order). Carter partai atas nama termasuk surat yang berharga
sedangkan carter partai atas pengganti termasuk surat berharga. Bentuk carter partai atas
nama merupakan yang peralihannya sudah diserahkan kepada orang lain maka pencarter
tetap terikat kepada tercarter untuk memenuhi kewajibannya. Sedangkan carter partai atas
pengganti adalah peralihan dengan endosemen, dimana si pencarter boleh dipindahkan hak
pencarteran menurut waktu (carter waktu) dan pencarteran menurut perjalanan (carter
perjalanan).
Percarteran menurut waktu ialah perjanjian dimana pihak yang satu (yang
ditunjuk bagi pihak lainnya (pencarter), agar digunakan untuk keperluannya guna
pelayaran di laut, dengan membayar suatu harga yang dihitung menurut lamanya waktu.
Pencarteran menurut perjalanan adalah perjanjian dimana pihak yang satu (yang
ditunjuk untuk seluruhnya atau untuk sebagian bagi pihak lainnya (pencarter), agar
baginya dapat diangkut orang atau barang melalui laut dengan satu perjalanan atau lebih
C. Konosemen
Konosemen atau Bill of Lading (B/L) adalah daftar muatan kapal, atau sebuah
dokumen yang menentukan syarat-syarat kontrak antara pengirim dan maskapai pelayaran.
6
Ibid., hal.176.
6
Konosemen berupa formulir yang dikeluarkan oleh maskapai dan dilengkapi oleh
dan tanda terima barang. Konosemen mencakup dua hal kepentingan, yakni kepentingan
perniagaan, dan kepentingan pengangkutan barang yang disebut dalam konosemen yang
bersangkutan. Konosemen berfungsi sebagai tanda bukti penerimaan barang dan juga
sebagai surat berharga yang dapat diperjualbelikan. Setiap pemegang konosemen berhak
menuntut penyerahan barang dimanapun barang itu berada yang disebutkan di dalam
oleh pengangkut, tetapi dalam Pasal 505 KUHD, nakhoda juga berhak menerbitkan
konosemen.7
2. Dokumen kepemilikan
3. Kontrak pengangkutan
Penggunaan B/L sebagai bagian dari dokumen yang dibutuhkan dalam perdagangan
7
https://id.wikipedia.org/wiki/Konosemen , diakses pada tanggal 31 Mei 2017.
7
4. Carrier yaitu pihak pengangkutan atau perusahaan pelayaran8
Kepemilikan suatu B/L dapat didasarkan kepada beberapa hal antara lain:
Jenis B/L ini jarang digunakan. Yang dimaksud dengan “bearer” adalah pemegang
B/L dan karena itu setiap orang yang memegang atau memiliki B/L tersebut dapat
menagih barang-barang yang tersebut pada B/L. Jenis ini mencantumkan kata
Pada B/L ini akan tercantum kalimat “consigned to order of” di depan atau di
belakang nama consignee atau kepada notify address. Biasanya syarat B/L
demikian ini ditandai dengan mencantumkan kata order pada kotak consignee pada
B/L yang bersangkutan. Pemilikan B/L ini dapat dipindahkan oleh consignee
kepada orang lain dengan endorsement yaitu menandatangani bagian belakang B/L
tersebut.
(consignee) maka B/L tersebut disebut B/L atas nama (straight B/L). Pada straight
B/L menggunakan kata-kata “consigned to” atau “to” yang diletakkan diatas
alamat dari consignee tersebut. Apabila diinginkan pemindahan hak milik barang-
barang tersebut maka haruslah dengan cara membuat pernyataan pemindahan hak
8
http://anggaswangi.blogspot.co.id/2012/02/bill-of-lading-bl.html , diakses pada tanggal 31 Mei 2017.
8
D. Delivery Order / D.O
Penerbitan delivery order diatur dalam Pasal 510 ayat (2) KUHD yang berbunyi,
“surat-surat yang oleh pemegang konosemen telah diberikan kepada orang-orang ketiga
konosemen, tidak memberikan suatu hak tersendiri kepada para pemegangnya untuk
berharga yang mencantumkan kata “delivery order” di dalamnya dan merupakan surat
disebut dalam d/o, yang diambil dari konosemennya. Dengan pernyataan tersebut, maka
pemegang delivery order tidak mempunyai hak menuntut penyerahan barang pada
pengangkut. Jadi, jika pengangkut menolak memberikan barang yang dimaksud, maka
pemegang surat delivery order harus mengurus hal tersebut kepada pemegang
konosemen.9
dimaksud Pasal 510 ayat (2) KUHD, tetapi merupakan pengganti surat konosemen, dan
pembongkaran.
E. Polis
Polis adalah sebuah akta yang sengaja dibuat untuk tanda bukti adanya perjanjian
asuransi antara penanggung dengan tertanggung. Pasal 255 KUHD berbunyi, “suatu
pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis”. Dari
pasal ini dapat disimpulkan bahwa polis merupakan unsur mutlak dalam perjanjian
pertanggungan terjadi seketika setelah ditutup. Hak dan kewajiban bertimbal-balik antara
9
H.M.N. Purwosutjipto, Op.Cit, hal. 185.
9
si penanggung dan si tertanggung mulai berlaku sejak saat itu, bahkan sebelum polisnya
ditandatangani. Jadi, pada hakekatnya polis hanya merupakan suatu tanda bukti adanya
perjanjian pertanggungan saja, bukan suatu unsur mutlak. Tetapi meskipun demikian ada
beberapa jenis perjanjian pertanggungan yang polisnya merupakan unsur mutlak, yang
berarti bila tidak ada polis, maka perjanjian pertanggungan itu menjadi batal. Hal tersebut
diatur dalam Pasal 272, 280, 603, 606, dan 615 KUHD.10
Syarat umum diatur dalam Pasal 256 KUHD, setiap polis, kecuali mengenai asuransi
6. Saat bahaya/evenement mulai berjalan dan berakhir yang mungkin terjadi atas
beban penanggung.
7. Premi asuransi.
8. Keadaan umum yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala janji khusus
Selain syarat umum yang harus ada dalam setiap polis, ada juga syarat khusus atau
10
Ibid., hal. 187.
10
e. Asuransi pengangkutan darat dan sungai serta perairan dalam (Pasal 686 KUHD)
Menurut Pasal 256 KUHD menyatakan bahwa nama penutup pertanggungan harus
ditulis dalam polis, sedangkan kedudukan orang ini adalah sebagai tertanggung,
pemilik/pemegang polis. Dalam Pasal 304 KUHD menetapkan bahwa nama penutup
pertanggungan jiwa harus ditulis dalam polis. Jadi, nama pemilik/pemegang polis harus
disebut dalam polis. Dengan ini dapat dikatakan bahwa polis itu harus dibuat atas nama.
Dipandang dari surat berharga, maka polis termasuk jenis surat yang berharga, karena
polis itu sukar diserahkan kepada orang lain. Karena memang menjadi kehendak para
pihak, penanggung maupun tertanggung, bahwa polis itu disepakati tidak boleh
diperjualbelikan kepada orang lain, maka polis tidak ditulis kepada pengganti atau kepada
pembawa.11
11
Ibid., hal. 189.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Surat berharga menurut Puwosutjipto adalah surat bukti tuntutan utang, pembawa hak
dan mudah dijual-belikan. Sedangkan surat yang berharga adalah surat bukti tuntutan
utang yang sukar dijual-belikan. Surat berharga dan surat yang berharga menurut KUHD
antara lain : surat saham (pasal 40 – 43 KUHD dan UU No.8 Tahun 2007), carter partai
(pasal 454 – 457 KUHD), konosemen (pasal 504 – 506 KUHD), delivery order (pasal 510
Surat saham adalah surat berharga yang mencantumkan kata “saham” di dalamnya,
sebagai tanda bukti pemilikan sebagian dari modal perseroan. Carter partai adalah surat
berharga yang memuat “charter party”, yang membuktikan tentang adanya perjanjian
sebagian atau seluruh ruangan kapal kepada pencarter untuk dioperasikan, sedangkan
pencarter mengikatkan diri untuk membayar uang carter. Konosemen adalah surat
berharga yang memuat kata “Konosemen atau Bill of Lading”, yang merupakan tanda
bukti penerimaan barang dari pengirim, ditandatangi oleh pengangkut dan yang
disebut dalam konosemen itu. Delivery-order adalah surat berharga yang mencantumkan
kata “delivery order” di dalamnya dan merupakan surat perintah dari pemegang d/o
(delivery-order) diserahkan barang-barang sebagai yang disebut dalam d/o, yang diambil
dari konosemennya. Polis adalah sebuah akta yang sengaja dibuat untuk tanda bukti
12
DAFTAR PUSTAKA
Literatur :
Irawan, James Julianto. 2014. Surat Berharga Suatu Tinjauan Yuridis Dan Praktis. Kencana.
Jakarta.
Muhammad, Abdulkadir. 2013. Hukum Dagang tentang Surat-Surat Berharga. PT. Citra
Jakarta.
Perundang-Undangan :
Sumber Lain :
31 Mei 2017.
Mei 2017.
13