Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ terutama paru-pau. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi hingga kematian. (Depkes, 2016) Dalam laporan WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8.6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1.1 juta ocang (13%) di antaranya adalah pasien dengan HIV positif. Sekitar 75% dan pasien tersebut berada di wilayah Afrika, Pada tahun 2012 diperkirakan terdapat 450.000 orang yang menderita TB MDR dan 170.000 di antaranya meninggal dunia. Pada tahun 2012 diperkirakan proporsi kasus TB anak di antara seluruh kasus TB secara global mencapai 6% atau 530.000 pasien TB anak pertahun, atau sekitar 8% dan total kematlan yang disebabkan TB. Secara umum angka notifikasi kasus BTA positif baru dan semua kasus dan tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan. Angka notifikasi kasus (case notification rote/CNR) pada tahun 2015 untuk semua kasussebesar 117 per 100.00 penduduk. (Depkes, 2016) Sejak tahun 1993, WHO menyatakan bahwa TB merupakan kedaruratan global bagi kemanusiaan.Walaupun strategi DOTS telah terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi. Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang meninggal akibat TB di seluruh dunia, diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia.Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. (Kemenkes,2016) Tuberkulosis merupakan suatu penyakit kronik yang salah satu kunci keberhasilan pengobatannya adalah kepatuhan dari penderita (adherence). Kemungkinan ketidakpatuhan penderita selama pengobatan TB sangatlah besar. Ketidakpatuhan ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah pemakaian obat dalam jangka panjang, jumlah obat yang diminum cukup banyak serta kurangnya kesadaran dari penderita akan penyakitnya. Oleh karena itu perlu peran aktif dari tenaga kesehatan sehingga keberhasilan terapinya dapat dicapai. Untuk menanggulangi masalah TB di Indonesia, strategi DOTS yang direkomendasikan oleh WHO merupakan pendekatan yang paling tepat untuk saat ini, dan harus dilakukan secara sungguh-sungguh dimana salah satu komponen dari strategi DOTS tersebut adalah pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). (Binfar, 2005)
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah bagaimana karakteristik pasien Tuberkulosis di wilayah kerja Puskemas Mamboro periode Januari – Oktober 2018?
1.3 Tujuan Penelitian
A. Tujuan umum
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin
dicapai adalah untuk mengetahui gambaran pasien TB diwilayah kerja Puskesmas Mamboro periode Januari - Oktober 2018
B. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik pasien TB berdasarkan kelompok jenis
kelamin. 2. Untuk mengetahui karakteristik pasien TB berdasarkan kelompok umur. 3. Untuk mengetahui karakteristik pasien TB berdasarkan kelompok jarak rumah pasien TB ke Puskesmas. 4. Untuk mengetahui karakteristik pasien TB berdasarkan kelompok jenis penderita TB. 5. Untuk mengetahui karakteristik pasien TB berdasarkan kelompok kategori obat. 6. Untuk mengetahui karakteristik pasien TB berdasarkan kelompok sejak kapan pasien berobat. 7. Untuk mengetahui karakteristik pasien TB berdasarkan kelompok adanya PMO. 8. Untuk mengetahui karakteristik pasien TB berdasarkan kelompok efek samping obat.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti : 1. Aspek Pendidikan ( keilmuan ) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana guna mengaplikasikan berbagai konsep teori yang telah dipelajari. Hal ini berguna untuk mengembangkan pemahaman, penalaran dan pengalaman peneliti terkait gambaran pasien TB di wilayah kerja Puskesmas Mamboro. 2. Aspek Pengembangan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk penelitian selanjutnya. 3. Aspek Pelayanan Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam menetapkan serta menentukan kebijakan kesehatan khususnya pada penyakit terkait TB. 1.5 Keaslian Penelitian
Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang
mempunyai persamaan dengan penelitian ini. Laila (2015) dengan judul Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Tuminting Manado Penelitian dilakukan di Puskesmas Tuminting Manado pada bulan Oktober sampai Desember 2014 menggunakan metode deskriptif. Data yang dikumpulkan meliputi umur, jenis kelamin, pemeriksaan BTA sputum, tipe penderita, kategori pengobatan, keteraturan berobat dan hasil pengobatan. Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisa secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel. Hasil yang didapatkan yaitu pasien yang paling banyak ditemukan ialah pasien dewasa (26-45 tahun) yaitu sebanyak 78 pasien (39,8%). Jumlah pasien laki-laki ialah 108 pasien (55,1%). BTA sputum mayoritas memiliki hasil 3+ yaitu sebanyak 106 pasien (54,1%). Seluruh pasien TB paru merupakan tipe pasien kasus baru dan memperoleh pengobatan kategori I. Sebanyak 194 pasien telah berobat secara teratur (99%). Seluruh pasien mencapai pengobatan tahap awal dengan hasil BTA (-). Mayoritas hasil akhir pengobatan ialah sembuh yaitu sebanyak 187 pasien (95,4%).
Widhianasir (2017) dengan judul Karakteristik Penderita Tuberkulosis
Paru Di Kota Parepare Tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dengan total sampel 190 orang. Pengolahan dan analisis data menggunakan program SPSS. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Parepare pada bulan Oktober – Oktober 2017. Hasil yang didapatkan yaitu karakteristik penderita TB paru di Kota Parepare tahun 2016 yaitu berusia produktif, berjenis kelamin laki-laki, status gizi kurang, pekerjaan buruh, TB paru baru dan hasil pemeriksaan BTA positif.