Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan
gerak itu. Semua benda yang menpunyai massa dan elastisitas mampu bergetar. Sistem
yang berosilasi secara luas dapat digolongkan sebagai linier atau tidak-linier. Untuk
sistem linier prinsip superposissi berlaku dan teknik matematika yang ada untuk
melaksanakan hal itu dikembangkan dengan baik. Sebaliknya teknik utuk menganalisa
sistem tidak linier kurang dikenal dan sukar digunakan. Secara umum getaran dapat
dibedakan atas getaran bebas dan paksa.
Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada
dalam sistem itu sendiri dan tidak ada gaya luar yang bekerja. Sistem yang bergetar bebas
akan bergetar pada satu atau lebih frekuensi naturalnya, yang merupakan sifat sistem
dinamika yang dibentuk oleh distribusi massa dan kekakuannya.
Gataran yang terjadi karena rangsangan gaya luar disebut getaran paksa. Jika
rangsangan tersebut berosilasi, maka sistem dipaksa untuk bergetar pada frekuensi
rangsangan. Jika frekuensi rangsangan sama dengan salah satu frekuensi natural sistem,
akan didapat keadaaan resonansi dan osilasi besar yang berbahaya mungkin terjadi,
seperti kerusakan pada struktur besar seperti jembatan gedung atau sayap pesawat.
Semua sistem ynag bergetar mengalami redaman sampai derajat tertentu karena
energi didisipasi oleh gesekan dan tahanan lain. Jika redaman itu kecil, maka
pengaruhnya sangat kecil pada frekuensi natural sistem. Redaman sangat penting untuk
membatasi amplitudo osilasi pada saat resonansi.
Jumlah koordinat bebas yang dibutuhkan untuik menggambarkan gerak sistem
disebut derajat kebebasan sistem. Suatu partikel bebas yang bergerak akan mempunyai
tiga derajat kebebasan, sedangkan benda kaku akan memiliki enam derajat kebebasan.
Benda elastik kontinu akan membutuhkan jumlah koordinat yang tak berhingga.
1.1. Gerak Harmonik
Gerakan osilasi mungkin berulang sendirinya secra berkala, seperti dalam
keseimbangan roda, atau pertimbangan ketidak berkalaan, seperti dalam gempa bumi.
Ketika gerakan berulang dalam interval waktu yang sama. Waktu pengulangan τ
dinamakan perioda osilasi, dan resiprokalnya, f = 1 / τ, dinamakan frekuensi. Jika gerakan
dirancang oleh fungsi waktu x(t); kemudian setiap perioda gerakan harus memenuhi
hubungan x(t) = x(t + τ).
Bentuk mudah gerakan periodic adalah gerkan harmonic. Ini dapat
didemonstrasikan oleh sebuah massa yang dihubungkan dari pegas ringan, seperti yang
ditunjukkan dalam gamabar 1.1-1. Jika massa digeser dari posisi diam dan dilepasakan,
ini akan berosilasi keatas dan kebawah. Dengan menempatkan sumber cahaya pada
massa osilasi, gerakannya dapat direkam pada lembaran film sensitive cahaya, yang
dibuat untuk bergerak melintasinya pada laju yang tetap.
Fig 1.1-1
Fig 1.1-2
Gerak harmonic seringkali dinyatakan sebagai proyeksi pada sebuah garis lurus
suatu titik yang bergerak pada sebuah lingkaran pada laju konstan, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1.1-2. Dengan kelajuan sudut garis 0 – p dinyatakan dengan ω,
pergeseran x dapat ditulis sebagai
x A sin t (1.1-2)
Kuantitas ω secra umum diukur dalam radian persekon, dan direferansikan sebagai
frekuensi melingkar. Karena gerkan berulang itu sendiri dalam 2π radian, kita memiliki
hubungan
2
2f (1.1-3)
Dimana τ dan f adalah perioda dan frekuensi gerkan harmonic, biasanya diukur dalam
sekon dan siklus persekon, masing – masingya.
Kecepatan dan percepatan gerka harmonic dapat secra mudah ditentukan dengan
pendiferensialan persamaan (1.1-2). Menggunkan notasi dot untuk turunan, kita peroleh
x A cos t A sin t / 2 (1.1-4)
x 2 A sin t 2 A sin t (1.1-5)
Kemusian, kecepatan dan percepatan juga harmonic dengan frekuensi osilasi yang sama,
tetapi mendahului pergeseran sebesar π/2 dan π, masing – masingnya. Gambar 1.1-3
menunjukkan variasi wakru dan hubungan fase vector antara pergeseran, kecepatan dan
percepatan dalam gerak harmonic.
Ujikan persamaan (1.1-2) dan (1.1-5) diperoleh
x 2 x (1.1-6)
Juga adalah gerak harmonic, percepatan adalah sebanding dengan pergeseran dan
diarahkan terhadap asal. Karena hukum Newton kedua tentang keadaan gerakan
menyatakan bahwa peercepatan adalah sebanding dengan gaya, gerka harmonic dapat
diharapkan untuk system dengan pegas linear dengan gaya yang berubah sebagai kx.
Bentuk eksponensial. Fungsi trigonometri sinus dan kosinus dihubungkan
terhadap fungsi eksponensial oleh persamaan Euler
e i cos i sin (1.1-7)
Sebuah vector amplitude A berotasi pada kelajuan sudut yang konstan ω dapat dinyatakan
sebagai kuantitas kompleks z dalam diagram Argand, seperti yang ditunjukkan dalam
gambar 1.1-4.
z Ae it
A cos t iA sin t (1.1-8)
x iy
Fig 1.1-4
Gambar 1.1-5 menunjukkan z dan konyugatenya z* Ae it , yang berotasi
dalam arah negative dengan kelajuan sudut –ω. Ini terlihat jelas dari diagram, bahwa
komponen x dinyatakan dalam bentuk z dan z* oleh persamaan
x z z* Acost Re Ae
1
2
i t (1.1-9)
Dimana Re menyatakan bagian real dari kuantitas z. Kita akan menemukan bahwa bentuk
eksponensial gerak harmonic sering menawarkan keuntungan matematika dibandingkan
bentuk trigonometri.
Beberapa aturan operasi eksponensial antara z1 A1e i1 dan z 2 A2 e i 21 adalah
mengikuti:
Perlkalian z1 z 2 A1 A2 e i (1 2 )
z1 A1 i (1 2 )
Pembagian e (1.1-10)
z 2 A2
Pangkat z n A n e in
1 1 i
z n A ne n
Untuk menentukan koefisien a n dan bn , kita kalikan kedua sisi persamaan (1.2-1)
dengan cos n t atau sin n t dan mengintegrasikan setiap sukunya melalui perioda τ.
Dengan menyusun menurut hubungan berikut,
2 if , m n
0
cos n t cos m tdt
2 / 2 if , m n
2 if , m n
0
sin
2
n t sin m tdt
/ 2 if , m n
(1.2-2)
2 if , m n
0
cos
2
n t sin m tdt
0 if , m n
semua suku kecuali satu pada sisi kanan persamaan adalah nol, dan kita peroleh hasil
/2
2
/ 2
an x (t ) cos n tdt
/2
(1.2-3)
2
/ 2
bn x(t ) sin n tdt
Deret Fourier dapat juga dinyatakan dalam suku – suku persamaan eksponensial.
Substitusikan
cos n t 12 e int e int
sin n t 12 e int e int
dalam persamaan (1.2-1), kita peroleh
2 n 1
a0
c n e i n t c n * e i n t (1.2-4)
2 n 1
c
n
n e i n t
dimana
c0 12 a0
(1.2-5)
cn 1
2 an ibn
Subtitusikan untuk a n dan bn dari persamaan (1.2-3), kita temukan c n menjadi
/2
1
x(t ) cos n t i sin n t dt
/ 2
cn
/2 (1.2-6)
1
/ 2
x(t )e int dt
Beberapa usaha perhitungan dapat meminimalisir ketika fungsi x(t) adalah dapat
diakui dalam suku – suku fungsi genap dan ganjil:
x (t ) E (t ) O (t ) (1.2-7)
Sebuah fungsi genap E(t) adalah simetri terhadap titik asalnya, sehingga E(t) = E(-t),
seperti cos t cos t . Sebuah fungsi ganjil memnuhi hubungan O(t) = -O(-t),
seperti sin t sin t . Integral berikut kemudian sangat membantu:
/2
E (t ) sin
/ 2
n tdt 0
/2
(1.2-8)
O(t ) cos
/ 2
n tdt 0
Ketika koefisien dari deret Fourier diplotkan terhadap frekuensi ωn, menghasilkan
sebuah deretan garis – garis diskrit yang dinamakan dengan spectrum Fourier. Secara
umum pemplotannya adalah nilai absolut 2c n a n2 bn2 dan fasanya n tan (bn a n )
1
,
1.3. Terminologi (Istilah) Getaran
Terminologi tertentu yang digunakan dalam getran membutuhkan pernyataan
disini. Termudah adalah adanya nilai puncak dan nilai rata – rata.
Nilai puncak secara umum mengindikasikan tegangan maksimum dari bagian
getran yang terjadi. Ini juga menenpatkan keterbatasan pada “ruang bunyi” yang
dibutuhkan.
Nilai rata – rata mengindikasikan nilai tunak atau static, seperti tingkatan dc
dalam arus listrik. Ini dapat ditemukan oleh integral waktu
T
1
x lim
T T x(t )dt
0
(1.3-1)
Sebagai contoh, nilai rata – rata untuk satu lingkaran penuh gelombang sinus, A sin t ,
adalah nol, dimana nilai rata – ratanya untuk setengah siklus adalah
A 2A
x
0
sin tdt
0.637 A
Ini adalah jelas bahwa ini juga adalah nilai rata – rata gelombang sinus yang diralat.
Kuadrat pergeseran secara umum diasosiasikan dengan energi getaran dimana nilai
kuadrat yang diukur. Nilai kuadrat rata – rata dari suatu fungsi waktu x(t) ditentukan dari
kuadrat nilai – nilai, diintegrasikan melalui interval waktu T:
T
1
x 2 lim x
2
(t )dt (1.3-2)
T T
0
Untuk contoh, jika x(t) = A sin ωt, nilai kuadrat rata – ratanya adalah
T
A2 1
x lim 1 cos 2t dt 2 A
2 1 2
2
T T
0
Nilai akar kuadrat rata – rata (rms) adalah akar kuadrat dari nilai kuadrat rata –
rata. Dari contoh sebelumnya, rms gelombang sinus dengan amplitude A adalah A 2
Karena decibel adalah satuan logaritmik, ini dapat ditekan atau dikembangkan skalanya.