Perpres Nomor 15 Tahun 2018 Tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran Dan Kerusakan DAS Citarum 1
Perpres Nomor 15 Tahun 2018 Tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran Dan Kerusakan DAS Citarum 1
BAB I
PENDAHULUAN
Sungai citarum yang berada di provinsi jawa barat, memiliki bagian hulu sungai yang
bermula di gunung wayang hingga daerah waduk saguling. Kerusakan lingkungan di bagian
hulu sungai Citarum tersebut boleh dikatakan sudah dalam taraf yang mengkhawatirkan. Hal
tersebut dapat dilihat dari perilaku masyarakat di bagian hulu sungai Citarum dan bencana
yang sering terjadi di daerah tersebut. Berkurangnya daerah konservasi lahan, padatnya
pemukiman penduduk, pencemaran sungai oleh limbah domestik dan industri, dan lainnya
menyebabkan banjir, kekeringan, dan longsor kerap terjadi di bagian hulu sungai Citarum.
Sumber permasalahan yang terjadi di bagian hulu sungai Citarum didominasi oleh
rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah sekitar terhadap kelestarian alam.
Beberapa permasalahan dapat dirumuskan sebagai: 1) beralihnya daerah kawasan lindung
(hutan dan nonhutan) menjadi kawasan permukiman, pertanian, peternakan dan industri. 2)
Bertambahnya jumlah luasan kritis akibat perencanaan dan pengawasan yang kurang baik 3)
pencemaran terhadap sungai oleh limbah domestik yaitu air limbah yang berasal dari
permukiman, pertanian, peternakan dan industri 4) Tingkat pengambilan air tanah di luar
kendali (tereksploitasi secara berlebihan) menyebabkan penurunan muka tanah dan
memperbesar potensi daerah rawan banjir.
Permaslaahan yang tak kalah pentingnya adalah kebijakan pemerintah untuk
menangani permasalahan di bagian hulu sungai Citarum sering menjadikan masyarakat
sebagai objek bukan sebagai subjek, atau bahkan tidak mendukung masyarakat sama sekali
dan lebih mementingkan kepentingan bisnis semata.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan sebagian Kabupaten Cianjur dan sebagian Kabupaten
Bandung
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Garut, sebagian Kabupaten Indramayu dan
sebagian Kabupaten Sumedang
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, sebagian Kabupaten Bogor dan
sebagian Kabupaten Bekasi
Topografi DAS Sungai Citarum digambarkan dalam bentuk lahan atau morfologi
yang dapat dikelompokkan dalam 3 bagian, yaitu bagian hulu, tengah dan hilir. (1) Wilayah
Sungai Citarum bagian hulu nampak seperti cekungan raksasa yang lebih dikenal sebagai
Cekungan Bandung, dengan elevasi berkisar antara 625-2.600 mdpl. DAS Citarum bagian
tengah morfologi bervariasi antara dataran (elevasi 250-400m dpl), perbukitan
bergelombang lemah (elevasi 200-800 mdpl), perbukitan terjal (elevasi 1.400 - 2400 mdpl)
dan morfologi tubuh gunung api. DAS Citarum bagian hilir lebih didominasi oleh dataran,
perbukitan bergelombang lemah dan terjal dengan variasi elevasi antara
200 - 1.200 m dpl. Seluruh sungai di WS Citarum mengalir dari selatan berhulu di Gn
Burangrang, Bukit Tunggul, dan Canggah ke arah utara yang bermuara di pantai utara (Laut
Jawa).
Morfologi yang terbentuk di DAS Citarum adalah hasil kegiatan tektonik dan
vulkanisme, dilanjutkan proses erosi dan sedimentasi. Kondisi morfologi DAS Citarum
terbagi atas Morfologi Gunung Api, Perbukitan, dan Dataran Daerah hulu anak-anak sungai
di DAS Citarum terbentuk dari morfologi gunung api yang memiliki kharakteristik relief
landai–bergunung, elevasi ketinggian 750 – 2300 m diatas permukaan air laut, kemiringan
lereng di kaki 5 – 15%, di tengah 15 – 30%, dan di puncak 30 – 90%. Pola aliran sungai
sejajar dan radier, umumnya merupakan daerah resapan utama air tanah dangkal dan dalam
serta tempat keluarnya mataair pada lokasi tekuk lereng. Batuan penyusun berupa endapan
gunung api muda dan tua, terdiri dari tufa, breksi, lahar, dan lava.
Curah hujan tahunan rata-rata bervariasi dari 1000 mm di daerah pesisir dan 4000 mm
di daerah pegunungan di bagian atas dari DAS. Hampir 70% dari curah hujan tahunan terjadi
selama musim hujan. Distribusi curah hujan musiman terutama dipengaruhi oleh angin
musim. Efek dari orografis pegunungan selatan mendominasi curah hujan.
Formasi Geologi di Wilayah Sungai Citarum dibagi menjadi Citarum bagian hulu, tengah dan
hilir. Citarum bagian hulu sebagian besar tersusun dari tuff, lava, breccia dan lapilli.
Sedangkan Citarum bagian tengah, litologi penyusun satuan ini berupa endapan hasil erupsi
gunungapi dan dibeberapa tempat berupa endapan danau tua dan endapan alluvial sungai pada
lembah-lembah sempit sungai utama. Endapan vulkanik berupa batu pasir tufaan, serpih
tufaan, breksi tufaan dan aglomerat. Sedangkan endapan danau berupa lempung tufaan,
batupasir tufaan, kerikil tufaan dan konglomerat tufaan. Aluvium terdiri dari lempung, lanau,
pasir dan kerikil. Dan pada umumnya tersusun oleh sedimen tersier dan hasil erupsi gunung
api tua. Citarum bagian hilir pada umumnya tersusun oleh sedimen tersier dan hasil erupsi
gunung api tua.
Sungai, jumlah sungai besar yang ada di Wilayah Sungai Citarum kurang lebih 19
sungai yang bermuara di laut utara maupun bergabung dengan sungai lainnya. Sungai utama
yang ada di WS Citarum adalah Sungai Citarum. Sungai Citarum sendiri berhulu dari Gunung
Wayang (Kabupaten Bandung) dan bermuara di Muara Gembong (Kabupaten
Bekasi). Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan
Wilayah Sungai, Wilayah Sungai Citarum terdiri dari 19 DAS.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA TRANSTHEORITICAL MODEL
f. Termination
Individu yang telah berada pada tahap ini memiliki kepercayaan diri
100% dan terhindar dari godaan. Sekalipun mereka depresi, cemas,
bosan, kesepian, marah, atau stress, individual pada tahapan ini
yakin bahwa mereka tidak akan kembali ke gaya hidup tidak sehat
sebagai salah satu cara coping. Seolah-olah, perilaku baru mereka
telah menjadi suatu kebiasaan.
2. Processes of Changes
Processes of Changes merupakan aktivitas yang dilakukan individu untuk
maju di tiap tahapnya. Hal ini penting sebagai panduan dalam program
intervensi seperti variabel yang perlu disiapkan individu dalam proses
berpindah dari satu tahap ke tahap yang lain. Ada 10 proses di dalamnya,
yakni:
a. Conciousness raising merupakan peningkatan kesadaran tentang
penyebab, konsekuensi, cara penanganan suatu perilaku.
b. Dramatic relief merupakan proses dimana individu diharapkan untuk
mengekspresikan perasaannya terhadap perilaku yang menjadi
masalah.
c. Self re-evaluation merupakan pandangan individu bagaimana dirinya
dengan perilaku yang menjadi masalahnya dan bagaimana jika tidak.
d. Enviromental re-evaluation merupakan pandangan individu melihat
lingkungan sekitarnya jika ia melakukan hal yang menjadi masalah
dan bagaimana jika tidak
e. Self liberation merupakan keyakinan individu bahwa dia mampu
berkomitmen dan bertindak merubah kebiasaan buruknya
6
Transtheoretical model (TTM) atau yang biasa kita sebut dengan “the stages
of change model” merupakan model perubahan perilaku yang berfokus pada
kemampuan individu dalam mengambil keputusan daripada pengaruh sosial dan
biologis seperti pada pendekatan lain. TTM berusaha memasukkan dan
mengintegrasikan konsep dasar dari berbagai teori menjadi sebuah teori yang
komprehensif untuk dapat diaplikasikan pada berbagai macam perilaku, populasi
dan berbagai macam latar belakang.
Teori ini dikembangkan oleh Prochaska and DiClemente pada akhir 1970,
melalui penelitiannya tentang alasan mengapa beberapa orang mau berhenti
merokok dengan sendirinya. Dari penelitian itu dapat diketahui bahwa alasan orang
untuk berhenti merokok adalah karena terdapat kesiapan untuk berhenti merokok
pada dirinya. Dari penelitian awalnya tentang merokok tersebut, kemudian
berkembang dalam penyelidikan dan aplikasi dengan berbagai perilaku kesehatan
dan kesehatan mental, antara lain penggunaan dan penyalahgunaan alkohol, eating
disorder dan obesitas, pencegahan AIDS, dan lain sebagainya.
8
BAB III
REFERENSI
Irmansyah, Fadhil (2012). Studi umum permasalahan dan Solusi DAS Citarum serta analisis
Kebijakan Pemerintah. Fakultas Teknik sipil dan Lingkungan ITB: Bandung
Glanz, Karen, Rimer, Barbara K., & Viswanath, K., (2008). Health Behavior and Health
Education: Theory, Research, and Practice 4th Edition. San Fransisco: Jossey Bass
Lenio, James A. Analysis of the Transtheoretical Model of Behavior Change. Diakses pada
21 April 2019 pukul 19.00 WIB melalui
http://www2.uwstout.edu/content/rs/2006/14lenio.pdf
9
Prochaska, James O., & Velicer, Wayne F. (1997). The Transtheoretical Model of Health
Behavior Change. American Journal of Health Promotion, 12(1), 38-48. Diakses
dari http://luci.ics.uci.edu/websiteContent/weAreLuci/biographies/faculty/djp3/L
ocalCopy/prochaska.pdf
The Transtheoretical Model (http://www.prochange.com/transtheoretical-model- of-
behavior-change)
1
0
Bahan UTS Promkes