Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

Sungai citarum yang berada di provinsi jawa barat, memiliki bagian hulu sungai yang
bermula di gunung wayang hingga daerah waduk saguling. Kerusakan lingkungan di bagian
hulu sungai Citarum tersebut boleh dikatakan sudah dalam taraf yang mengkhawatirkan. Hal
tersebut dapat dilihat dari perilaku masyarakat di bagian hulu sungai Citarum dan bencana
yang sering terjadi di daerah tersebut. Berkurangnya daerah konservasi lahan, padatnya
pemukiman penduduk, pencemaran sungai oleh limbah domestik dan industri, dan lainnya
menyebabkan banjir, kekeringan, dan longsor kerap terjadi di bagian hulu sungai Citarum.
Sumber permasalahan yang terjadi di bagian hulu sungai Citarum didominasi oleh
rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah sekitar terhadap kelestarian alam.
Beberapa permasalahan dapat dirumuskan sebagai: 1) beralihnya daerah kawasan lindung
(hutan dan nonhutan) menjadi kawasan permukiman, pertanian, peternakan dan industri. 2)
Bertambahnya jumlah luasan kritis akibat perencanaan dan pengawasan yang kurang baik 3)
pencemaran terhadap sungai oleh limbah domestik yaitu air limbah yang berasal dari
permukiman, pertanian, peternakan dan industri 4) Tingkat pengambilan air tanah di luar
kendali (tereksploitasi secara berlebihan) menyebabkan penurunan muka tanah dan
memperbesar potensi daerah rawan banjir.
Permaslaahan yang tak kalah pentingnya adalah kebijakan pemerintah untuk
menangani permasalahan di bagian hulu sungai Citarum sering menjadikan masyarakat
sebagai objek bukan sebagai subjek, atau bahkan tidak mendukung masyarakat sama sekali
dan lebih mementingkan kepentingan bisnis semata.

KONDISI FISIK DAN SPASIAL SUNGAI CITARUM


Secara Geografis Wilayah Sungai Citarum terletak pada 106° 51’36” - 107° 51’ BT
dan 7° 19’ - 6° 24’LS, dengan luas area ±11.323 Km². Wilayah Sungai Citarum seluas kurang
lebih 12.000 km2 mencakup 13 wilayah administrasi Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi
Jawa Barat, yaitu: Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bekasi,
Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang,
Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, Kota Bandung, Kota
Bekasi dan Kota Cimahi.

Wilayah Sungai Citarum mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa


2

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan sebagian Kabupaten Cianjur dan sebagian Kabupaten
Bandung
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Garut, sebagian Kabupaten Indramayu dan
sebagian Kabupaten Sumedang
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, sebagian Kabupaten Bogor dan
sebagian Kabupaten Bekasi

Topografi DAS Sungai Citarum digambarkan dalam bentuk lahan atau morfologi
yang dapat dikelompokkan dalam 3 bagian, yaitu bagian hulu, tengah dan hilir. (1) Wilayah
Sungai Citarum bagian hulu nampak seperti cekungan raksasa yang lebih dikenal sebagai
Cekungan Bandung, dengan elevasi berkisar antara 625-2.600 mdpl. DAS Citarum bagian
tengah morfologi bervariasi antara dataran (elevasi 250-400m dpl), perbukitan
bergelombang lemah (elevasi 200-800 mdpl), perbukitan terjal (elevasi 1.400 - 2400 mdpl)
dan morfologi tubuh gunung api. DAS Citarum bagian hilir lebih didominasi oleh dataran,
perbukitan bergelombang lemah dan terjal dengan variasi elevasi antara
200 - 1.200 m dpl. Seluruh sungai di WS Citarum mengalir dari selatan berhulu di Gn
Burangrang, Bukit Tunggul, dan Canggah ke arah utara yang bermuara di pantai utara (Laut
Jawa).

Morfologi yang terbentuk di DAS Citarum adalah hasil kegiatan tektonik dan
vulkanisme, dilanjutkan proses erosi dan sedimentasi. Kondisi morfologi DAS Citarum
terbagi atas Morfologi Gunung Api, Perbukitan, dan Dataran Daerah hulu anak-anak sungai
di DAS Citarum terbentuk dari morfologi gunung api yang memiliki kharakteristik relief
landai–bergunung, elevasi ketinggian 750 – 2300 m diatas permukaan air laut, kemiringan
lereng di kaki 5 – 15%, di tengah 15 – 30%, dan di puncak 30 – 90%. Pola aliran sungai
sejajar dan radier, umumnya merupakan daerah resapan utama air tanah dangkal dan dalam
serta tempat keluarnya mataair pada lokasi tekuk lereng. Batuan penyusun berupa endapan
gunung api muda dan tua, terdiri dari tufa, breksi, lahar, dan lava.

Kondisi Iklim WS Citarum, sebagaimana umumnya wilayah di Jawa Barat, memiliki


iklim tropis monsoon dengan suhu dan kelembaban udara yang relatif konstan sepanjang
tahun. Iklim tropis monsoon dicirikan dengan terjadinya dua musim, yaitu musim hujan dan
kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan-bulan Oktober – Maret dan musim kemarau terjadi
pada bulan-bulan Juni – September. Bulan-bulan lainya merupakan masa transisi atau Suhu
rata-rata di dataran rendah sekitar 27° C, sedangkan dibagian hulu sungai yang berada di
dataran tinggi/pegunungan, suhu udara minimum rata-rata 15,3°C.
3

Curah hujan tahunan rata-rata bervariasi dari 1000 mm di daerah pesisir dan 4000 mm
di daerah pegunungan di bagian atas dari DAS. Hampir 70% dari curah hujan tahunan terjadi
selama musim hujan. Distribusi curah hujan musiman terutama dipengaruhi oleh angin
musim. Efek dari orografis pegunungan selatan mendominasi curah hujan.
Formasi Geologi di Wilayah Sungai Citarum dibagi menjadi Citarum bagian hulu, tengah dan
hilir. Citarum bagian hulu sebagian besar tersusun dari tuff, lava, breccia dan lapilli.
Sedangkan Citarum bagian tengah, litologi penyusun satuan ini berupa endapan hasil erupsi
gunungapi dan dibeberapa tempat berupa endapan danau tua dan endapan alluvial sungai pada
lembah-lembah sempit sungai utama. Endapan vulkanik berupa batu pasir tufaan, serpih
tufaan, breksi tufaan dan aglomerat. Sedangkan endapan danau berupa lempung tufaan,
batupasir tufaan, kerikil tufaan dan konglomerat tufaan. Aluvium terdiri dari lempung, lanau,
pasir dan kerikil. Dan pada umumnya tersusun oleh sedimen tersier dan hasil erupsi gunung
api tua. Citarum bagian hilir pada umumnya tersusun oleh sedimen tersier dan hasil erupsi
gunung api tua.

Kondisi Geohidrologi WS Citarum terhadap ketersediaan air tanah di WS Citarum


berdasarkan Peta Cekungan Air Tanah diperkirakan sebesar 5.055 juta m3 /tahun.
Pemanfaatan air tanah selain untuk keperluan domestik, pengambilan air tanah
memerlukan izin, dan ketentuan tarif yang berlaku. Secara umum abstraksi air tanah masih
di bawah batas ideal pengambilan air tanah, yaitu masih 25%. Namun, untuk beberapa lokasi
misalnya di CAT Bekasi-Karawang, CAT Subang dan CAT Batujajar pengambilan air tanah
sudah melampaui batas ideal pengambilan air tanah. Walaupun saat ini pengambilan air tanah
di CAT Bandung-Soreang masih dibawah batas ideal pengambilan air tanah (masih 27%),
akan tetapi di beberapa tempat seperti di daerah Majalaya, Ranca Ekek, Dayeuh Kolot, Leuwi
Gajah dan sebagainya, pengambilan air tanah ini sudah melampaui batas ideal pengambilan
air tanah, dimana di daerah ini sudah terjadi penurunan muka air tanah dan juga penurunan
tanah yang cukup serius.

Sungai, jumlah sungai besar yang ada di Wilayah Sungai Citarum kurang lebih 19
sungai yang bermuara di laut utara maupun bergabung dengan sungai lainnya. Sungai utama
yang ada di WS Citarum adalah Sungai Citarum. Sungai Citarum sendiri berhulu dari Gunung
Wayang (Kabupaten Bandung) dan bermuara di Muara Gembong (Kabupaten
Bekasi). Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan
Wilayah Sungai, Wilayah Sungai Citarum terdiri dari 19 DAS.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA TRANSTHEORITICAL MODEL

A. Definisi dan Konsep


Dalam teori ini terdapat 4 konsep dasar yakni stages of change, process of
changes, decisional balance, dan self efficacy.
1. Stages of change
Stages of change merupakan aspek yang temporal dalam TTM. Teori ini
beranggapan bahwa perubahan merupakan proses yang akan terus terjadi
sepanjang waktu. Ada 6 tahapan perubahan, yakni:
a. Pre Contemplation
Tahap precontemplation terjadi ketika seseorang tidak memiliki niat
untuk mengganti perilakunya. Individu yang berada di tahap ini bisa
saja sudah mendapat informasi atau belum mendapat informasi
tentang konsekuensi perilakunya. Atau dia sudah pernah mencoba
untuk merubahnya dan menjadi tidak peduli tentang hal tersebut.
b. Contemplation
Tahap ini adalah tahap dimana individu telah memiliki kesadaran
akan problem yang dihadapinya dan mulai berpikir untuk itu.
Namun pada tahap ini, individu belum membentuk komitmen untuk
segera mengubah perilaku lamanya. Individu masih menimbang-
nimbang pro dan kontra dalam mengubah perilakunya agar menjadi
lebih sehat.
c. Preparation
Di tahap ini, individu mulai berniat untuk merubah perilakunya.
Rencana dibuat untuk mengurangi perilaku yang menjadi masalah
dimana individu dapat memilih beberapa solusi yang potensial.
Individu dapat lanjut pada tahap selanjutnya ketika individu telah
menetapkan rencananya dan yakin bahwa dia dapat mengikutinya.
d. Action
Merupakan tahap di mana individu membuat modifikasi spesifik
dalam perilakunya untuk menghadapi masalahnya dalam kata lain
untuk mencapai target behavior. Tindakan memerlukan komitmen
waktu dan energy untuk dapat benar-benar mengubah perilakunya.
Termasuk dalam menghentikan perilaku lama dan memodifikasi
5

gaya hidup serta lingkungan yang bisa membuatnya kembali ke


perilaku lamanya.
e. Maintenance
Tahap di mana individu telah membuat perubahan yang
terlihat/besar dalm gaya hidup mereka dan juga berusaha untuk
mencegah perilaku lamanya kembali, tetapi mereka tidak
mengaplikasikan proses sebanyak ketika tahapan action. Di tahapan
ini, individu akan kurang tergoda untuk kembali ke perilaku lamanya
dan kepercayaan diri merka akan bertambah untuk meneruskan
perubahan mereka.

f. Termination
Individu yang telah berada pada tahap ini memiliki kepercayaan diri
100% dan terhindar dari godaan. Sekalipun mereka depresi, cemas,
bosan, kesepian, marah, atau stress, individual pada tahapan ini
yakin bahwa mereka tidak akan kembali ke gaya hidup tidak sehat
sebagai salah satu cara coping. Seolah-olah, perilaku baru mereka
telah menjadi suatu kebiasaan.
2. Processes of Changes
Processes of Changes merupakan aktivitas yang dilakukan individu untuk
maju di tiap tahapnya. Hal ini penting sebagai panduan dalam program
intervensi seperti variabel yang perlu disiapkan individu dalam proses
berpindah dari satu tahap ke tahap yang lain. Ada 10 proses di dalamnya,
yakni:
a. Conciousness raising merupakan peningkatan kesadaran tentang
penyebab, konsekuensi, cara penanganan suatu perilaku.
b. Dramatic relief merupakan proses dimana individu diharapkan untuk
mengekspresikan perasaannya terhadap perilaku yang menjadi
masalah.
c. Self re-evaluation merupakan pandangan individu bagaimana dirinya
dengan perilaku yang menjadi masalahnya dan bagaimana jika tidak.
d. Enviromental re-evaluation merupakan pandangan individu melihat
lingkungan sekitarnya jika ia melakukan hal yang menjadi masalah
dan bagaimana jika tidak
e. Self liberation merupakan keyakinan individu bahwa dia mampu
berkomitmen dan bertindak merubah kebiasaan buruknya
6

f. Social liberation merupakan kebutuhan peningkatan sosial atau


alternatif khususnya untuk orang-orang yang tertindas (minoritas).
g. Counterconditioning merupakan kebutuhan individu untuk
mempelajari perilaku sehat yang bertujuan untuk mengganti perilaku
tidak sehat

h. Stimulus control menghapus petunjuk untuk perilaku/kebiasaan


yang tidak sehat dan menambah petunjuk untuk perilaku sehat
i. Contingency management merupakan reward atau punishment yang
diri kita berikan saat melakukan perilaku sehat maupun tidak sehat
j. Helping relationship merupakan dukungan yang diterima individu
dari orang lain ketika ia melakukan perilaku sehat
3. Decisional balance
Individu menimbang pro dan kontra dari perilakunya
4. Self efficacy
Keyakinan individu untuk dapat mengatasi masalahnya dan tidak kembali
pada hal tersebut
Framework Transtheoritical Model :
7

B. Sejarah The Transtheoretical Model

Transtheoretical model (TTM) atau yang biasa kita sebut dengan “the stages
of change model” merupakan model perubahan perilaku yang berfokus pada
kemampuan individu dalam mengambil keputusan daripada pengaruh sosial dan
biologis seperti pada pendekatan lain. TTM berusaha memasukkan dan
mengintegrasikan konsep dasar dari berbagai teori menjadi sebuah teori yang
komprehensif untuk dapat diaplikasikan pada berbagai macam perilaku, populasi
dan berbagai macam latar belakang.
Teori ini dikembangkan oleh Prochaska and DiClemente pada akhir 1970,
melalui penelitiannya tentang alasan mengapa beberapa orang mau berhenti
merokok dengan sendirinya. Dari penelitian itu dapat diketahui bahwa alasan orang
untuk berhenti merokok adalah karena terdapat kesiapan untuk berhenti merokok
pada dirinya. Dari penelitian awalnya tentang merokok tersebut, kemudian
berkembang dalam penyelidikan dan aplikasi dengan berbagai perilaku kesehatan
dan kesehatan mental, antara lain penggunaan dan penyalahgunaan alkohol, eating
disorder dan obesitas, pencegahan AIDS, dan lain sebagainya.
8

BAB III

Perubahan individu masyarakat di sekitar sungai Citarum sangat diperlukan terutama


dalam hal yang berdampak pada pelestarian sungai Citarum. Dalam hal ini, penulis ingin
mencoba berinovasi dengan cara merubah pola konsumsi individu dalam menggunakan
plastik, karena pada saat ini pembuangan limbah plastik masih sering dilakukan di sekitar
Sungai Citarum. Tahapan perubahan perilaku individu yang awalnya bergantung terhadap
penggunaan plastik menjadi tidak
1. Pada stage pre-contemplation, individu belum menyadari bahwa penggunaan
plastik memiliki dampak yang merugikan bagi alam dan sekitarnya. Atau ia sudah
menyadarinya namun tetap tidak menghiraukan hal tersebut. Seperti sebetulnya ia
sudah melihat campaign dengan istilah Go Green untuk melestarikan alam.
2. Pada stage contemplation, individu akhirnya menyadari tindakannya. Ia juga mulai
memikirkan kelebihan maupun kekurangan dari kebiasaan penggunaan plastik. Ia
memikirkan dampak buruk dari penggunaan bahan plastik bagi kerusakan alam
sungai Citarum. Ia memikirkan bahwa dengan penggunaan plastik akan
mengakibatkan sungai Citarum tercemar dan banjir
3. Pada stage preparation individu mulai mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan
untuk merubah kebiasaannya dalam penggunaan plastik, menyusun rencana untuk
merubah kebiasaan penggunaan plastik menjadi penggunaan bahan-bahan yang
bisa di reduce, reuse dan recycle
4.

REFERENSI
Irmansyah, Fadhil (2012). Studi umum permasalahan dan Solusi DAS Citarum serta analisis
Kebijakan Pemerintah. Fakultas Teknik sipil dan Lingkungan ITB: Bandung
Glanz, Karen, Rimer, Barbara K., & Viswanath, K., (2008). Health Behavior and Health

Education: Theory, Research, and Practice 4th Edition. San Fransisco: Jossey Bass
Lenio, James A. Analysis of the Transtheoretical Model of Behavior Change. Diakses pada
21 April 2019 pukul 19.00 WIB melalui
http://www2.uwstout.edu/content/rs/2006/14lenio.pdf
9

Prochaska, James O., & Velicer, Wayne F. (1997). The Transtheoretical Model of Health
Behavior Change. American Journal of Health Promotion, 12(1), 38-48. Diakses
dari http://luci.ics.uci.edu/websiteContent/weAreLuci/biographies/faculty/djp3/L
ocalCopy/prochaska.pdf
The Transtheoretical Model (http://www.prochange.com/transtheoretical-model- of-
behavior-change)
1
0
Bahan UTS Promkes

Anda mungkin juga menyukai