Anda di halaman 1dari 20

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Pengertian Suhu
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat.
Dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu benda.
Sedangkan dalam bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran
kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan tenaga secara spontan.
Dalam dunia kesehatan, suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas
yang diproduksi oleh panas tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan
luar. Pemeriksaan suhu tubuh termasuk dalam tolak ukur utama untuk
mengetahui keadaan pasien dan diagnosa. Sehingga, kemampuan pengukuran
suhu tubuh sangatlah penting bagi tenaga kesehatan dibidang apapun (Liana,
2012).
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi panas dan
kehilangan panas (MarieB dan Hoehn dalam McCallum: 2012 ). Jika
tingkat panas yang dihasilkan setara dengan tingkat panas yang hilang, suhu
tubuh inti akan stabil (Tortora dan Derrickson dalam McCallum: 2012). Suhu
tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia
dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia
diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat
pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus
mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme
umpan balik. Rata-rata suhu tubuh manusia normal adalah berkisar antara 36,5
sampai 37,5ºC, akan tetapi pada pagi hari akan berkurang sampai 36 ºC,
daripada saat latihan suhu tubuh dapat meningkat sampai mendekati 40 ºC
tanpa efek sakit, karena perubahan tersebut merupakan kondisi fisiologis yang
normal. Akan tetapi, suhu tubuh juga dapat meningkat akibat adanya perbedaan
suhu lingkungan dan kelembaban udara yang relatif tinggi.
2.1.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
Tubuh selalu mempertahankan suhu normalnya agar tidak terjadi
gangguan pada proses Homeostasis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
suhu tubuh (Eliasih: 2012)
2.1.2.1 Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan
suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap
lingkungan. Pastikan mereka mengenakan yang cukup dan hindari pajanan
terhadap suhu lingkungan. Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30 % panas
tubuh melalui kepala sehingga dia harus menggunakan tutup kepala untuk
mencegah kehilangan panas. Suhu tubuh bayi lahir berkisar antara 35,5˚C
sampai 37,5˚C. Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu
normal akan terus menerus menurun saat seseorang semakin tua. Para dewasa
tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih kecil dibandingkan dewasa muda.
2.1.2.2 Olahraga
Semakin berat olahraga maka suhunya akan meningkat 15X sedangkan
pada atlet dapat meningkatkan 20X dari suhu normal. Aktivitas otot
membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan karbonhidrat
dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat
meningkatkan produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh.
Olahraga berat yang lama seperti jalan jauh dapat meningkatkan suhu tubuh
sampai 41 C.
2.1.2.3 Kadar Hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal ini
dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron
naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Saat progesterion rendah suhu tubuh
dibawah suhu dasar, yaitu sekitar 1/10”nya. Suhu ini bertahan sampai terjadi
ovulasi. Saat ovulasi, kadar progesteron yang memasuki sirkulasi akan
meningkat dan menaikan suhu tubuh ke suhu dasar atau suhu yang lebih tinggi.
Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita.
Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka
biasanya mengalami periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selama 30
detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh sementara
sebanyak 4 C, yang sering disebut hotflases. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan
pengaturan fasomor.
2.1.2.4 Irama sircadian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,5℃ sampai 1 ℃ selama periode 24
jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari suhu
tubuh meningkat dan mencapai maximum pada pukul 6 sore, lalu menurun
kembali sampe pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu
yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3
minggu untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama suhu sircadian
tidak berubah seiring usia.
2.1.2.5 Stres
Stres fisik maupun emosianal meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi
hormonal dan syaraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang
akan meningkatkan produksi panas. Klien yang gelisah akan memiliki suhu
normal yang lebih tinggi.
2.1.2.6 Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi
yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu
lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-anak dan dewasa tua karena
mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
2.1.2.7 Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal akan mempengaruhi titik
pengaturan hypotalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas
berlebihan, kehilangan panas berlebihan, produksi panas minimal, kehilangan
panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan mempengaruhi
jenis masalah klinis yang dialami klien.
2.1.2.8 Asupan Makanan
Makanan dapat meningkatkan 10%-20% metabolisme.
2.1.3 Jenis Pengukuran Suhu Tubuh
Pada dasarnya, tubuh manusia memiliki suhu tubuh yang bervariasi dan
beragam tergantung dari banyaknya aktivitas yang dilakukan, serta kondisi cuaca
dan suhu yang terjadi pada lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini tentunya akan
berbeda – beda setiap manusia.

Tabel 2.1 Tabel Usia Dan Suhu Tubuh Standar

(Dikutip dari makalah suhu tubuh karya Sari Indah)

Suhu tubuh pada manusia ini ternyata dapat mengalami perubahan, baik
kenaikan atau penurunan suhu tubuh dalam satu hari. Secara umum, suhu
terendah pada tubuh manusia terjadi pada pagi hari ketika bangun tidur, dengan
kondisi cuaca yang juga bersuhu dingin. Ketika anda beraktivitas, terutama
aktivitas di bawah suhu panas, seperti berjalan di bawah terik matahari, maka
suhu tubuh anda akan mengalam kemungkinan untuk mengalami peningkatan
kurang lebih sebesar 0.6 derajat.
Dalam pengukuran suhu tubuh terdapat empat macam cara yang biasa
dugunakan dalam duni kesehatan untuk mengukur suhu tubuh, yaitu (Liana,
2012):
1. Peroral (sublingual), yaitu mengukur suhu melalui oral(mulut)
2. Peraxila, yaitu mengukur suhu melalui axila(ketiak)
3. Perrektal, yaitu mengukur suhu melalui rektum(dubur)
4. Peroftal, yaitu mengukur suhu melalui telinga
Ke empat macam cara ini dapat digunakan salah satunya saja. Karena
pada dasarnya memiliki tujuan yang sama. Namun, itu tergantung jenis bagian
suhu mana yang ingin kita ketahui. Ada dua macam jenis suhu tubuh yang kita
perlukan untuk tujuan pemeriksaan, yaitu (Liana, 2012):
2.1.2.1 Suhu Inti (Core Temperatur)
Yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam relatif konstan, seperti
kranial, toraks, rongga abdomen, rongga pelvis, rektum, membran
timpani,esophagus,arteri pulmoner, dan kandung kemih. Suhu ini biasanya
dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). Tempat pengukuran suhu inti yang
paling efektif : rectum, membrane timpani, esophagus, arteri pulmonel, kandung
kemih, rektal. Dalam hal ini, kita harus menggunakan cara pengukuran suhu
melalui rektum
2.1.2.2 Suhu Permukaan (Surface Temperatur)
Yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini
biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C. Tempat pengukuran
suhu permukaan yang paling efektif : kulit, aksila oral. Sehingga, kita bias
menggunakan cara pengukuran melalui oral, aksila, dan telinga.
Alat pengukur suhu adalah termometer. Namun dalam dunia kesehatan,
termometer yang digunakan adalah termometer suhu badan atau klinis, baik
yang terbuat dari air raksa (kaca) maupun digital.
2.1.4 Skala
Pengertian Skala suhu adalah suhu yang kita ukur dinyatakan dalam suatu
skala pengukuran. Setiap negara menggunakan skala pengukuran suhu yang
berbeda-beda, tetapi hasil pengukuran suhu tetap dinyatakan dalam derajat.
Skala pengukuran suhu yang telah dikenal ada empat, yaitu skala Celcius, skala
Kelvin, skala Fahrenheit, dan skala Reamur.
Skala Celcius adalah suatu skala yang didesain supaya titik beku air
berada pada 0°dan titik didih pada 100° ditekanan atmosfik standar. Skala
Celcius ini dikemukakan oleh Anders Celcius, seorang astronom Swedia. Anders
Celcius pertama kali mempresentasikan tentang skala Celcius yang
dirumuskannya pada 1742, dalam publikasinya “the origin of the Celsius
temperature scale”. Titik lebur es digunakan sebagai titik tetap bawah dan titik
didih air digunakan sebagai titik tetap atas. Es yang digunakan untuk
menetapkan titik tetap bawah skala Celcius haruslah es murni. Jika es tidak
berasal dari air murni, titik leburnya bisa lebih rendah daripada seharusnya.
Skala pengukuran suhu dengan skala Celcius dinyatakan dalam derajat Celcius
yang dilambangkan dengan °C. Skala Celcius merupakan skala pengukuran
yang biasa digunakan di Indonesia.
Skala Kelvin adalah skala suhu dimana 0 absolut, didefinisikan sebagai 0
K, satuan Kelvin merupakan slah satu dari 7 unit dasar SI(Standar Indonesia).
Skala Kelvin dikemukakan oleh Lord Kelvin, seorang ilmuwan fisika yang berasal
dari negara Inggris. Dengan meneliti energi kinetik suatu partikel yang
dihubungkan dengan kenaikan suhu, Kelvin menemukan bahwa pada suhu -
273°C, partikel berhenti bergerak. Akibatnya, tidak ada lagi suhu yang dapat
diukur karena energi kinetik partikel sama dengan nol. Berdasarkan penemuan
ini, Kelvin mengusulkan adanya nol mutlak, yaitu suhu terendah yang mungkin
dapat dimiliki oleh sebuah benda. Pengukuran suhu yang menggunakan skala
pengukuran Kelvin dinyatakan dalam derajat Kelvin dengan lambang K.
Skala Fahrenheit adalah skala suhu yang mempunyai titik beku air adalah
32℉ dan titik didih air adalah 212℉. Skala Fahrenheit dikemukakan oleh seorang
ilmuwan dari Jerman bernama Gabriel Fahrenheit. Skala pengukuran Fahrenheit
dinyatakan dalam derajat Fahrenheit yang dilambangkan dengan °F. Sama
halnya dengan skala Celcius, skala Fahrenheit juga menggunakan titik lebur es
untuk titik tetap bawah dan titik didih air untuk titik tetap atas. Skala Fahrenheit
biasa digunakan di negara Amerika Serikat.
Skala Reamur adalah skala yang mempunyai titik didih air 80° R dengan
titik bekunya 0°R. skala reamur dikemukakan oleh René Antoine Ferchault de
Réaumur, seorang ilmuwan dari Prancis, pada 1731. Dengan demikian, 1 °R
sama dengan 1,25°C atau K. Termometer skala Reamur pertama kali dibuat
menggunakan cairan alkohol. Dulunya, alat ini banyak digunakan di negara-
negara Eropa, terutama di Jerman dan Prancis. Sekarang, termometer Reamur
telah digantikan oleh termometer. Celcius sehingga termometer Reamur relatif
jarang ditemukan, kecuali di industri permen dan keju.
Skala yang paling sering digunakan saat ini adalah skala celsius dan skala
fahrenheit. Untuk skala celcius lebih sering digunakan dinegara-negara Asia
sedangkan untuk skala fahrenheit paling banyak digunakan di Amerika Serikat.
Skala suhu yang cukup penting dalam bidang sains-skala muthlak/Kelvin
(Halliday resniak 1978:705).
2.1.5 Termometer Suhu Badan (Termometer Klinis)

Gambar 2.1 Bagan Termometer

Beberapa sifat mutlak yang dibutuhkan oleh sebuah termometer adalah


skalanya mudah dibaca, aman untuk digunakan, mempunyai kepekaan
pengukurannya, dan lebar jangkauan suhu yang mampu diukur.
Termometer klinis biasa digunakan para dokter dan perawat untuk
mengukur suhu tubuh manusia. Skala pada termometer klinis antara 35°C
sampai dengan 42°C. Penampang kepalanya dibuat lebih kecil daripada
termometer biasa. Hal ini dimaksudkan agar perubahan suhu yang kecil pun
dapat dilihat dengan jelas. Untuk mengukur suhu badan, termometer diletakkan
di ketiak atau di bawah lidah kurang lebih 2 menit. Termometer klinis bisa
dibedakan menjadi dua, yaitu termometer klinis analog dan termometer klinis
digital (Valentina, 2013).
2.1.6 Termometer Klinis Analog

Gambar 2.1 Termometer Air Raksa

Termometer klinis analog adalah termometer yang digunakan untuk


mengukur suhu badan yang banyak dimanfaatkan di bidang kedokteran yang
mana nilai suhu ditampilkan oleh naiknya air raksa dan kita mengetahui nilainya
dengan melihat angka yang dicapai oleh air raksa pada pipa kapiler.
2.1.6.1 Cara Kerja Termometer Klinis Analog
Ketika suhu meningkat, alkohol atau air raksa yang berada di dalam
wadah akan memuai sehingga panjang kolom alkohol atau air raksa akan
bertambah. Sebaliknya, ketika suhu menurun, panjang kolom alkohol atau air
raksa akan berkurang. Pada bagian luar tabung kaca terdapat angka-angka yang
merupakan skala termometer tersebut. Angka yang ditunjukkan oleh ujung kolom
alkohol atau air raksa merupakan nilai suhu yang diukur (Rosalina, 2014).

2.1.6.2 Cara Baca Termometer Klinis Analog


Mula-mula,periksa terlebih dahulu apakah termometer sudah
menunjukkan suhu dibawah 35°C. Jika belum, termometer kita kibas-kibaskan
sehingga menunjukkan suhu kurang dari 35°C. Selanjutnya, pasang
thermometer itu di bawah ketiak atau lipatan tubuh selama kira-kira 5
menit.Setelah itu,ambil thermometer dari tubuh dan baca pada skala
termometer.Skala yang ditunjukkan termometer menunjukkan suhu tubuh pasien
pada keadaan itu (Valentina, 2013).
2.1.7 Termometer Klinis Digital

Gambar 2.1 Termometer Digital


Termometer klinis digital adalah termometer yang digunakan untuk
mengukur suhu badan yang banyak dimanfaatkan di bidang kedokteran yang
mana nilai suhunya ditampilkan dengan langsung dalam bentuk angka yang
tertera pada layar kecil termometer.
2.1.7.1 Cara Kerja Termometer Klinis Digital
Termometer digital, biasanya menggunakan termokopel sebagai
sensornya untuk membaca perubahan nilai tahanan. Secara sederhana
termokopel berupa dua buah kabel dari jenis logam yg berbeda yang ujungnya,
hanya ujungnya saja, disatukan (dilas). Titik penyatuan ini disebut hot junction.
Prinsip kerjanya memanfaatkan karakteristik hubungan antara tegangan (volt)
dengan temperatur. Setiap jenis logam, pada temperatur tertentu memiliki
tegangan tertentu pula.
Pada temperatur yang sama, logam A memiliki tegangan yang berbeda
dengan logam B, terjadilah beda tegangan (kecil sekali, miliVolt) yang dapat
dideteksi. Jadi dari input temperatur lingkungan setelah melalui termokopel
terdeteksi sebagai perbedaan tegangan (volt).
Beda tegangan ini kemudian dikonversikan kembali nilai arusnya melalui
pengkomparasian dengan nilai acuan dan nilai offset di bagian komparator,
fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan amper ke dalam satuan volt
kemudian dijadikan besaran temperatur yang ditampilkan melalui layar/monitor
berupa seven segmen yang menunjukkan temperatur yang dideteksi oleh
termokopel (Rosalina, 2014).

2.1.7.2 Cara Baca Termometer Klinis Digital


Mula-mula pasang termometer pada ketiak, setelah itu tunggu beberapa
saat hingga termometer klinis digital berbunyi. Setelah itu, ambil termometer dari
tubuh dan baca angka yang tertera pada layar termometer.
2.2 Hipotesis

Ada pengaruh pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer analog


dan termometer digital terhadap keakuratan hasil pengukuran.
BAB III

PERANCANGAN SISTEM

3.1 Cara Mengukur Suhu Tubuh Dengan Menggunakan Termometer


Mengukur suhu tubuh dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu yang
paling umum adalah dengan melakukan pengukuran di ketiak, mulut, dubur, dan
telinga. Termometer yang digunakan,sebaiknya termometer digital (elektronik)
untuk memberikan hasil yang tepat dan akurat.
Pengukuran suhu tubuh yang paling umum dan mudah adalah di ketiak.
Hal ini dikarenakan cara ini lebih aman dan non-invasif selain itu cara ini yang
lebih disukai pada bayi baru lahir dan pasien yang tidak kooperatif. Akan tetapi
kelemahannya waktu pengukuran lama dan memerlukan bantuan perawat untuk
mempertahankan posisi klien.
Langkah pengukuran pertama-tama menurunkan suhu termometer
dibawah antara 34℃ − 35℃ , kemudian ujung termometer dibersihkan setelah itu
diletakkan ujung termometer di ketiak yang juga telah dibersihkan, dan jepit
dengan erat kemudian tahan termometer 3-5 menit setelah itu hasil pengukuran
bisa segera dibaca. Untuk menjaga kebersihan maka setelah pemakaian
sebaiknya dibersihkan dengan tissue dan dicuci dengan air sabun atau
disinfektan kemudian termometer dapat disimpan.
Pengukuran suhu tubuh yang lainnya yaitu dengan menggunakan mulut.
Mengukur suhu tubuh yang paling mudah dan memberikan hasil yang cukup
akurat adalah melalui mulut. Hal ini dikarenakan mudah dijangkau dan tidak
membutuhkan perubahan posisi, nyaman bagi klien, dan memberikan
pembacaan suhu permukaan yang akurat
Akan tetapi pengukuran menggunakan mulut ini tidak boleh dilakukan pada
klien yang bernapas lewat mulut, selain itu tidak boleh dilakukan pada klien yang
mengalami bedah oral, trauma oral, riwayat epilepsi, atau gemetar akibat
kedinginan. Pada bayi, anak kecil, anak yang sedang menangis atau pasien
konfusi, tidak sadar atau tidak kooperatif hal ini juga tidak boleh dilakukan
dengan menggunakan pengukuran dengan oral(mulut). Adapun kerugian lain
dalam pengukuran menggunakan oral(mulut) adalah mempunyai risiko terpapar
cairan tubuh.
Untuk mengukur suhu tubuh ini pertama-tama dilakukan letakan ujung
termometer yang telah dibersihkan pada mulut setelah itu masukkan ujung
termometer ke bawah lidah kemudian tahan termometer dalam mulut minimal 1
menit kemudian keluarkan termometer dan hasil dapat dibaca. Untuk menjaga
kebersihan maka maka setelah pemakaian sebaiknya dibersihkan dengan tissue
dan dicuci dengan air sabun atau disinfektan kemudian termometer dapat
disimpan.
Adapun tempat lain untuk mengukur suhu tubuh adalah di dubur.
Pengukuran suhu tubuh lewat rektal atau dubur terbukti lebih dapat diandalkan
bila suhu oral tidak dapat diperoleh dan menunjukkan suhu inti
Namun pengukuran di tempat ini cukup merepotkan, terutama pada bayi
atau anak-anak. Pengukuran ditempat ini juga tidak boleh dilakukan pada pasien
yang mengalami bedah rektal, kelainan rektal, nyeri pada area rektal, atau
cenderung perdarahan. Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan
sumber rasa malu dan ansietas pasien.Selain itu risiko terpajan cairan tubuh,
memerlukan lubrikasi, dan dikontradiksikan pada bayi baru lahir.
Langkah pengukuran yang perlu dilakukan adalah dengan mengoleskan
pelumas (Aquagel) pada ujung termometer setelah itu posisikan pasien agar
posisi badan tengkurap kemudian mulai memasukkan 1,5-2,5 cm(anak-anak)
dan 3,5 cm(dewasa) ujung termometer ke dalam dubur dengan hati-hati. Tahan
posisi tersebut 30-60 detik, diusahakan agar posisi pasien harus ditahan tidak
bergerak, sebab jika bergerak, dapat menyebabkan termometer masuk lebih
dalam dan menyebabkan luka.Pengukuran suhu tubuh di dubur memberikan
hasil yang paling akurat. Sebagai catatan, termometer yang telah digunakan
pada dubur tidak boleh digunakan pada tempat lain, terutama di mulut.
Pengukuran ditempat lainnya yaitu pada membra timpani telinga
dikarenakan tempat ini mudah dicapai dengan perubahan posisi yang dibutuhkan
minimal. Selain itu memberi pembacaan inti yang akurat dengan waktu
pengukuran sangat cepat (2-5 detik) dan dapat dilakukan tanpa membangunkan
atau mengganggu klien. Untuk melakukan pengukuran ini alat bantu dengar
harus dikeluarkan sebelum pengukuran juga tidak boleh dilakukan pada pasien
yang mengalami bedah telinga atau membran timpani. Dalam hal ini impaksi
serumen dan otitis media dapat mengganggu pengukuran suhu. Selain itu
keakuratan pengukuran pada bayi baru lahir dan anak-anak dibawah 3 tahun
masih diragukan.
Penempatan termometer adalah pada lubang terlinga, masukan ujung
probe termometer secara perlahan-lahan ke dalam saluran telinga yang
mengarah ketitik tengah.Teknik yang benar adalah tergantung pada bagaimana
perangkat digunakan. Probe termometer pada beberapa model harus
dimasukkan hanya cukup sampai mencapai segel cahaya, sedangkan model
lainnya memerlukan segel penuh dan putaran dari termometer. Oleh karena itu
penting bahwa perawat dilatih dalam penggunaan yang benar dari termometer
timpani di area klinis.

3.2 Cara Mengukur Suhu Tubuh Dengan Menggunakan Termometer


Analog
Termometer air raksa merupakan jenis termometer yang paling mudah
ditemui dinegara ini walaupun nanti kedepannya termometer jenis ini akan
tergantikan dengan termometer jenis digital yang lebih mudah dipakai dan lebih
akurat. Termometer ini harganya cukup murah dan bisa didapatkan disetiap
apotik dan toko obat disekitar. Untuk menggunakan termometer jenis ini pertama
harus dilakukan perendaman termometer pada air dingin beberapa waktu
sebelum melakukan pengukuran, hal ini dilakukan agar air raksa yang tadinya
menunjukkan suhu ruangan dapat segera turun. Untuk mempercepat turunnya
suhu maka dapat mengocok-ngocok termometer dengan cara memegang
termometer pada ujung yang tidak berwarna silver(ujung kaca) dan kemudian
ayun-ayunkan kebawah untuk mempercepat turunnya suhu pada termometer.
Setelah suhunya turun maka dapat dilakukan pengukuran suhu dengan cara
meletakkan ujung termometer yang berwarna silver pada ketiak dan himpit
termometer tersebut selama 3 menit. Pengukuran juga bisa dilakukan dengan
meletakkan ujung termometer yang berwarna silver pada bagian bawah lidah
selama 3 menit. Jika melakukan hal ini maka harus dipastikan bahwa termometer
harus selalu bersih maka setelah pemakaian harus dibersihkan dengan air sabun
atau disinfektan. Pada beberapa kasus khusus dimana pengukuran dengan
kedua cara diatas dirasa tidak optimal maka juga bisa memberikan semacam
pelumas khusus diujung termometer dan dimasukkan sedikit ujungnya kedalam
dubur sekitar 3 menit. Setelah 3 menit kemudian segera angkat termometer ke
arah cahaya dan lihat ada berapa angkat yang ditunjukkan pada air raksa di
termometer. Ada beberapa versi mengenai pengukuran suhu tubuh normal
manusia. Menurut departemen RI, suhu tubuh normal adalah 36℃ − 47,5℃.
Sedangkan menurut WHO, suhu tubuh normal 37,2℃ − 37,5℃ . Lebih jelasnya
jika suhu tubuh yang diukur diatas 37℃ maka bisa dipastikan bahwa pasien
tersebut demam. Setelah menggunakan termometer analog tersebut, maka
pastikan untuk membersihkannya dengan alkohol, disinfektan atau pada air yang
mengalir menggunakan sabun yang tidak terlalu keras. Dengan menggunakan
lap keringkan termometer tersebut kemudian simpan pada wadah yang telah
disediakan. Hal ini menjaga agar termometer yang digunakan tetap bersih dan
steril untuk penggunaan selanjutnya.(Chandra Medika:2015)
3.3 Cara Mengukur Suhu Tubuh Dengan Menggunakan Termometer
Digital
Penggunaan termometer digital sangatlah mudah untuk digunakan.
Pertama-tama harus membaca petunjuk paduan pemakaian yang ada diberikan.
Akan tetapi apabila buku paduan sudah hilang, maka yang harus diketahui
bahwa kebanyakan termometer digital mengeluarkan bunyi ”bip” yang
menunjukkan bahwa pengukuran sudah selesai. Untuk itu sangat penting
mengetahui termometer apa yang digunakan. Untuk menggunakan termometer
digital harus menyalakan tombol on off terlebih dahulu kemudian memastikan
bahwa angka yang ditunjukkan adalah 0 atau tidak muncul suhu sama sekali.
Pada umumnya sama pengukuran dengan air raksa pada mulut, ketiak,
dubur, dan membran timpani. Jika termometer sudah mengeluarkan suara “bip”
atau petunjuk yang lain sesuai dengan petunjuk termometer yang digunakan
pada buku paduan maka segera mungkin untuk mengangkat termometer untuk
membaca suhu tubuh yang tertera pada layar. Setelah menggunakan
termometer analog tersebut, maka pastikan untuk membersihkannya dengan
alkohol, disinfektan atau pada air yang mengalir menggunakan sabun yang tidak
terlalu keras. Dengan menggunakan lap keringkan termometer tersebut
kemudian simpan pada wadah yang telah disediakan. Hal ini menjaga agar
termometer yang digunakan tetap bersih dan steril untuk penggunaan
selanjutnya.(Chandra Medika:2015)
3.4 Perbandingan Cara Pengukuran Suhu Tubuh Menggunakan
Termometer Digital dan Termometer Analog
Termometer digital lebih mudah dan cepat untuk digunakan. Termometer
digital akan memberikan sinyal bunyi ketika termometer telah siap untuk
dilakukan pengukuran suhu. Selain itu, hasil dari pengukuran tersebut lebih
mudah dibaca, dibandingkan dengan skala baca yang ada pada termometer air
raksa. Termometer digital tidak seperti termometer air raksa yang dapat
menumpahkan air raksa dan pecahan beling ketika jatuh/ pecah, sehingga
penggunaan termometer digital lebih aman. Selain itu termometer air raksa
memiliki kemungkinan pecah yang lebih besar, hal ini dikarenakan diperlukan
pengguncangan untuk menyesuaikan pengukuran sebelum termometer dipakai.
Hasil pengukurannya lebih lama dibandingkan dengan termometer digital
Tidak ada alarm penanda jika pengukuran suhu selesai Tidak dapat digunakan
untuk mengukur suhu yang rendah, Selain itu air raksa merupakan zat yang
berbahaya, sehingga kalau jatuh dan pecah ditakutkan membahayakan.
Pada termometer digital pembacaan pengukuran suhu selesai dengan
mengeluarkan suara alarm (dengan bunyi “bip”) jika terjadi demam, ditandai
dengan suhu lebih dari 37,5˚ C sedangkan pada termometer air raksa tidak
terdapat alarm sehingga lebih merepotkan. Dengan termometer digital jika kita
melakukan pengukuran suhu anak kita pada malam hari dengan penerangan
lampu yang kurang, pembacaan suhunya cukup jelas dibaca karena angka
tertulis jelas, besar, mudah dibaca, dan ada cahaya di latar belakang akan tetapi
berbeda dengan termometer air raksa yang pembacaannya perlu ketelitian
karena latar belakang berupa garis-garis sehingga menyulitkan pembacaan.
Tabel 3.4 Perbedaan Selisih Suhu Pada Termometer Analog dan Termometer Digital

(sumber : nursingbegin.com/regulasi-suhu-tubuh/)
3.5 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengukuran Suhu Tubuh

Pemeriksaan suhu tubuh melalui rectal, aksila, dan oral menilai


keseimbangan tubuh dapat membantu menentukan diagnosis suatu penyakit.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran suhu tubuh adalah
termometer harus dalam keadaan nol suhunya. Dalam penggunaan termometer
untuk tiap tempat pengukuran harus pisah. Cara menurunkan suhu harus
dilakukan hati-hati jangan sampai thermometer jatuh dan pecah. Sebelum
melakukan pengukuran harus dijelaskan dengan benar tentang tempat dan
tujuan pengukuran suhu. Fungsi thermometer harus menghadap keluar untuk
arah yang dibaca. Dan yang terakhir pembacaan thermometer harus ditempat
yang cukup cahaya
Dalam pengukuran suhu tubuh, terkadang terjadi kesalahan-kesalahan
dalam prosedurnya. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah kesalahan
pembacaan skala (kesalahan paralaks) kesalahan ini terjadi akibat salah dalam
mengidentifikasi skala atau pun dalam membaca skala pada termometer
sehingga pencatatan hasil pengukuran menjadi tidak benar. Untuk
meminimalkan kesalahan ini, diperlukan ketelitian dalam melihat skala
termometer dan jika perlu dilakukan pengulangan pengukuran suhu tubuh.
Kesalahan prosedur merupakan kesalahan yang misalnya adalah termometer
tidak diguncang terlebih dahulu sebelum dipakai sehingga indikator (air raksa)
tidak berada pada kondisi 0°C saat dipakai. Dalam hal ini, sebelum melakukan
pengukuran suhu tubuh, harus diperiksa terlebih dahulu apakah indikator
termometer sudah dalam keadaan nol atau belum. Selanjutnya kesalahan
pemakaian jenis termometer, kesalahan ini fatal, sebab kesalahan ini terjadi
akibat salah dalam memilih jenis termometer dan bagian tubuh yang akan diukur
suhunya.(Chandra Medika:2015)

Anda mungkin juga menyukai