PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian dan definisi dari Konstitusi dan Rule of Law.
1.3.2. Untuk mengetahui hakikat dan fungsi dari Konstitusi.
1.3.3. Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan Konstitusi.
1.3.4. Untuk mengetahui mekanisme pembuatan Konstitusi dan Undang-Undang.
1.3.5. Untuk mengetahui Pengertian Rule of Law.
1.3.6. Untuk mengetahui latar belakang Rule of Law.
1.3.7. Untuk mengetahui fungsi Rule of Law.
1.3.8. Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan Rule of Law.
1
2
BAB II
ISI
3
3) Konstitusi merupakan cermin kehidupan politik sebagai Realita
dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini konstitusi mengandung arti
sosiologis dan politis.
d. E. C. S. Wade. Konstitusi yaitu sebuah naskah yang menjelaskan rangka dan
tugas pokok dari suatu badan pemerintahan di suatu negara juga menentukan
cara kerja dari badan pemerintahan tersebut.
e. Richard S. Kay. Konstitusi ialah pelaksanaan dari aturan-aturan hukum atau
rule of law dalam hubungan antara masyarakat dengan pemerintahan.
Konstitualisme menciptakan situasi yang bisa memupuk rasa aman karena
adanya batasan pada wewenang pemerintah yang sudah ditetapkan lebih
awal.
f. Cart J. Friedrich. Konstitusi merupakan sekumpulan kegiatan yang dibuat
oleh dan tas nama rakyat, akan tetapi dikenakan beberapa pembatasan dan
berharap dapat menjamin bahwa kekuasaan yang dibutuhkan untuk
pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang memperoleh
tugas untuk memerintah.
g. Cf. Strong. Konstitusi ialah sekumpulan asas yang mengatur, menetapkan
pemerintah dan kekuasaannya, hak-hak yang diperintah, dan juga hubungan
antara pemerintah dengan yang diperintah.
h. Chairul Anwar. Konstitusi merupakan fundamental laws mengenai
pemerintahan dalam suatu negara dengan nilai-nilai fundamentalnya.
i. Sri Soemantri. Menyamakan arti keduanya sesuai dengan praktik
ketatanegaraan di sebagian besar negara-negara dunia termasuk Indonesia.
4
2.2.2. Fungsi Konstitusi
Dalam kerangka kehidupan negara, konstitusi secara umum memiliki fungsi
sebagai:
a. Tata aturan dalam pendirian lembaga-lembaga yang permanen (lembaga
suprastruktur dan infrastruktur politik).
b. Tata aturan dalam hubungan negara dengan warga negara serta dengan
negara lain.
c. Sumber hukum dasar tertinggi. Artinya bahwa seluruh peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku harus mengacu pada konstitusi.
Secara khusus, fungsi konstitusi dalam negara demokrasi dan negara komunis
adalah:
a. Fungsi Konstitusi dalam Negara Demokrasi Konstitusional
1) Pembatasan Kekuasaan pemerintah.
2) Distribusi.
3) Taat hukum.
b. Fungsi Konstitusi dalam Negara Komunis
1) Cerminan kemenangan masyarakat komunis.
2) Catatan formal dan perjuangan yang telah dicapai.
3) Dasar hukum untuk perubahan.
5
1. Tentang MPR dimana anggotanya semua berasal dari hasil pemilu (tidak
ada yang diangkat).
2. Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
3. Keberadaan DPA dihapus.
4. Munculnya lembaga yudikatif yang baru yaitu MK.
5. Masa jabatan presiden maksimal hanya 2 periode.
6. Ada pembatasan-pembatasan tentang wewenang presiden.
7. Dimasukkannya pasal-pasal hak asasi manusia.
8. Pemerintah memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20% dari
APBN dan APBD dan lain lainnya.
6
tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam masa persidangan Dewan
perwakilan Rakyat masa itu.”
c. Pasal 22 “ (1) dalam hal ihwal kepentingan yang memaksa, Presiden
berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti undang-
undang. (2) Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam persidangan berikut. (3) jika tidak mendapat
persetujuan, maka Peraturan Pemerintah itu harus dicabut”
d. Pasal 22A” ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-
undang diatur dengan Undang-Undang.”
Sedang tingkat I dan II yang bertugas adalah masing-masing gubernur bersama
DPRD tingkat I dan Bupati/Walikota bersama DPRD tingkat II. Institusi lain di luar
kedua institusi di atas, baik yang bersifat infrastruktur maupun suprastruktur politik
memiliki tugas memberi dukungan sesuai dengan peran kompetensinya. Bentuk produk
peraturan perundang-undangan yang dihasilkan oleh institusi di atas adalah berupa
UUD, UU, PERPU dan PP, serta PERDA.
7
masyarakat/bangsa. Rule of law merupakan suatu legalisme yang mengandung gagasan
bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang
bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom.
8
2.8. Dinamika Pelaksanaan Rule of Law
Pelaksanaan Rule Of Law mengandung keinginan untuk terciptanya Negara
hukum, yang membawa keadilan bagi seluruh rakyat. Penegakan Rule Of Law harus
diartikan secara hakiki ( materil ) yaitu dalam arti pelaksanaan dari just law. Prinsip –
prinsip Rule Of Law secara hakiki sangat erat kaitannya dengan “the enofercement of the
rules of law “ dalam penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam hal penegakan
hukum dan implementasi prinsip – prinsip rule of law.
Secara kuantitatif peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Rule of
Law banyak dihasilkan Negara kita, namun implementasi atau penegakannya belum
mencapai hasil yang optimal, sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan
Rule of Law belum didasarkan sebagian besar masyarakat.
Hal-hal yang mengemukakan untuk dipertanyakan antara lain adalah bagaimana
komitmen pemerintah untuk melaksanakan Rule of Law. Proses penegakan hukum di
Indonesia dilakukan oleh lembaga penegak yang terdiri dari :
a. Kepolisian
Fungsi dan tujuan kepolisian semacam itu kemudian dijabarkan lebih
lanjut dalam tugas pokok kepolisian yang meliputi:
1. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
2. menegakkan hukum; dan
3. memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat.
b. Kejaksaan
Melaksanakan tugas dan wewenang serta fungsi Kejaksaan di daerah
hukum Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa serta
tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.
c. Komisi Pemberantasan Korupsi
Lembaga baru yang dibentuk karena tuntutan dan amanat reformasi agar
Negara bersih dari praktik KKN. Dibentuk berdasarkan UU no. 30 tahun 2002.
Tugas utamanya adalah menyelidiki dan memeriksa para pelaku korupsi yang
dilakukan oleh para pejabat Negara. KPK ini dalam menjalankan tugasnya
bertanggungjawab langsung kepada presiden.
d. Badan Peradilan
1. Mahkamah Agung
9
Mahkamah Agung adalah pengadilan negara tertinggi dari semua
lingkungan peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari
pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh yang lain. Susunan MA
terdiri dari Pimpinan, Hakim Anggota, dan Sekretaris MA. Pimpinan MA
terdiri dari seorang Ketua, dua Wakil Ketua, dan beberapa orang Ketua
Muda, yang ke semuanya ialah Hakim Agung dan jumlahnya paling
banyak 60 orang. Sedangkan beberapa direktur jendral dan kepala badan
2. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang
melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Susunan MK terdiri
dari seorang Ketua merangkap anggota, seorang Wakil Ketua merangkap
anggota, serta 7 orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan dengan
Keputusan Presiden. Hakim konstitusi harus memiliki syarat: memiliki
integritas dan kepribadian yang tidak tercela; adil; dan negarawan yang
menguasai konstitusi ketatanegaraan.
3. Pengadilan Tinggi
Pengadilan tinggi merupakan organ kekuasaan kehakiman dalam
lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di ibukota Provinsi, dan
memiliki daerah hukum mencakup wilayah Provinsi.
4. Pengadilan Negeri
Pengadilan negeri merupakan organ kekuasaan kehakiman dalam
lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di Ibukota Kabupaten/
Kota, dan memiliki daerah hukum mencakup wilayah Kabupaten/ Kota
tersebut.
Daftar Pustaka
10
2. Fokus Media. 2004. Undang-undang Kekuasaan Kehakiman dan Mahkamah Aging. Fokus
Media Bandung.
3. Herlia Tati. 2004. Fenomena Kultur dan Politik Indonesia. Jurnal Dephan. Jakarta.
4. ICCE UIN. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak Asasi Manusia,
Masyarakat Madani. UIN dan Prenada Media. Jakarta.
5. Kansil dan Kansil. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Pradnya
Paramita. Jakarta.
6. Kusnardi, M. Dan Bintan Saragih. 2000. Ilmu Negara. Gaya Media Pratama. Jakarta.
7. Manan, Bagir. 2005. DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 Baru. UII Press. Yogyakarta.
8. Oesman O., dan Alfiyan. 1993. Pancasila sebagai Ideologi. BP-7 Pusat. Jakarta
9. Sinar Grafika. 2005. UUD 1945 Hasil Amandemen. Sinar Grafika. Jakarta.
10. Syarbaini, Syahrial (editor). 2005. Materi Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Suscadoswar, dikti. Jakarta.
11