Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Konstitusi merupakan hukum dasar suatu negara yang berisi aturan dan ketentuan
tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara. Jadi segala praktik-
praktik dalam penyelenggaraan negara harus didasarkan pada konstitusi dan tidak boleh
bertentangan dengan konstitusi tersebut. Gagasan ini memiliki fungsi untuk mengatur
dan membatasi kekuasaan. Selain itu, Negara yang berdasarkan konstitusi dan sering
disebut sebagai Negara hukum juga haruslah menyesuaikan kebutuhan untuk merespons
perkembangan relatif kekuasaan umum dalam suatu kehidupan umat manusia, sehingga
dalam praktiknya, konstitusi pastilah mengalami dinamika dalam penyesuaian
perkembangan zaman. Pengertian Negara hukum sebenarnya juga sangat sulit
dipisahkan dengan istilah Rule of Law, dimana banyak hal yang saling berhubungan di
sini. Negara hukum haruslah senantiasa menegakkan Rule of Law yang isinya sangat
berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu Negara.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apakah pengertian dan definisi dari Konstitusi?
1.2.2. Apakah hakikat dan fungsi dari Konstitusi?
1.2.3. Bagaimana dinamika pelaksanaan Konstitusi?
1.2.4. Bagaimana mekanisme pembuatan Konstitusi dan Undang-Undang?
1.2.5. Apakah Pengertian Rule of Law?
1.2.6. Bagaimana latar belakang Rule of Law?
1.2.7. Apakah fungsi Rule of Law?
1.2.8. Bagaimana dinamika pelaksanaan Rule of Law?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian dan definisi dari Konstitusi dan Rule of Law.
1.3.2. Untuk mengetahui hakikat dan fungsi dari Konstitusi.
1.3.3. Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan Konstitusi.
1.3.4. Untuk mengetahui mekanisme pembuatan Konstitusi dan Undang-Undang.
1.3.5. Untuk mengetahui Pengertian Rule of Law.
1.3.6. Untuk mengetahui latar belakang Rule of Law.
1.3.7. Untuk mengetahui fungsi Rule of Law.
1.3.8. Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan Rule of Law.

1
2
BAB II
ISI

2.1. Pengertian dan definisi dari Konstitusi


2.1.1. Pengertian Konstitusi
Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis (constituer) yang berarti
membentuk. Pemakaian istilah konstitusi yang dimaksud ialah pembentukan suatu
negara atau menyusun dan menyatakan aturan suatu negara. Sedangkan istilah
Undang-Undang Dasar (UUD) terjemahan dari bahasa istilah Belanda Grondwet.
Wet yang artinya Undang-Undang dan Grond berarti tanah atau dasar.
Dalam bahasa Latin, kata konstitusi merupakan gabungan dari dua kata, yaitu
cume dan statuere. Cume berarti “bersama-sama dengan…,” sedangkan statuere
artinya berdiri atas dasar itu, kata statuere mempunyai arti “membuat sesuatu agar
berdiri atau mendirikan/menetapkan. Dengan demikian bentuk tunggal dari
konstitusi berarti segala yang ditetapkan
2.1.2. Definisi Konstitusi
Para ahli hukum ada yang membedakan arti konstitusi dengan undang-undang
dasar dan ada juga yang menyamakan arti keduanya. Persamaan dan perbedaan
adalah sebagai berikut:
a. L. J. Van Apeldoorn membedakan konstitusi dengan UUD. Beliau
menyatakan bahwa konstitusi merupakan sesuatu yang memuat peraturan
tertulis dan tidak tertulis. Dan UUD adalah bagian tertulis dari konstitusi.
b. Miriam Budiarjo. Konstitusi merupakan piagam yang menyatakan tentang
cita-cita suatu bangsa dan dasar organisasi suatu bangsa. Di dalamnya berisi
berbagai peraturan pokok dan utama yang berhubungan dengan pembagian
kekuasaan, cita-cita negara, ideologi negara, undang-undang, kedaulatan
masalah politik, ekonomi dan lain sebagainya.
c. Herman Heller
Membagi konstitusi ke dalam tiga pengertian, yaitu:
1) Konstitusi yang tertulis dalam sebuah naskah merupakan undang-
undang yang paling tinggi dan berlaku dalam suatu negara.
2) Konstitusi ialah satu kesatuan kaidah hidup dalam suatu masyarakat,
dimana konstitusi mengandung pengertian yuridis.

3
3) Konstitusi merupakan cermin kehidupan politik sebagai Realita
dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini konstitusi mengandung arti
sosiologis dan politis.
d. E. C. S. Wade. Konstitusi yaitu sebuah naskah yang menjelaskan rangka dan
tugas pokok dari suatu badan pemerintahan di suatu negara juga menentukan
cara kerja dari badan pemerintahan tersebut.
e. Richard S. Kay. Konstitusi ialah pelaksanaan dari aturan-aturan hukum atau
rule of law dalam hubungan antara masyarakat dengan pemerintahan.
Konstitualisme menciptakan situasi yang bisa memupuk rasa aman karena
adanya batasan pada wewenang pemerintah yang sudah ditetapkan lebih
awal.
f. Cart J. Friedrich. Konstitusi merupakan sekumpulan kegiatan yang dibuat
oleh dan tas nama rakyat, akan tetapi dikenakan beberapa pembatasan dan
berharap dapat menjamin bahwa kekuasaan yang dibutuhkan untuk
pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang memperoleh
tugas untuk memerintah.
g. Cf. Strong. Konstitusi ialah sekumpulan asas yang mengatur, menetapkan
pemerintah dan kekuasaannya, hak-hak yang diperintah, dan juga hubungan
antara pemerintah dengan yang diperintah.
h. Chairul Anwar. Konstitusi merupakan fundamental laws mengenai
pemerintahan dalam suatu negara dengan nilai-nilai fundamentalnya.
i. Sri Soemantri. Menyamakan arti keduanya sesuai dengan praktik
ketatanegaraan di sebagian besar negara-negara dunia termasuk Indonesia.

2.2. Hakikat dan Fungsi Konstitusi


2.2.1. Hakikat Isi Konstitusi
Pada hakikatnya konstitusi (UUD) itu berisi tiga hal pokok, yaitu:
a. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negaranya,
b. Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu negara yang bersifat
fundamental,
c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga
bersifat fundamental.
Menurut Budiardjo (1996):
a. Organisasi Negara
b. Hak dan Kewajiban Warga Negara, Hak dan Kewajiban Negara, dan
Hubungan Keduanya.
c. Prosedur Mengubah Undang-Undang Dasar.

4
2.2.2. Fungsi Konstitusi
Dalam kerangka kehidupan negara, konstitusi secara umum memiliki fungsi
sebagai:
a. Tata aturan dalam pendirian lembaga-lembaga yang permanen (lembaga
suprastruktur dan infrastruktur politik).
b. Tata aturan dalam hubungan negara dengan warga negara serta dengan
negara lain.
c. Sumber hukum dasar tertinggi. Artinya bahwa seluruh peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku harus mengacu pada konstitusi.
Secara khusus, fungsi konstitusi dalam negara demokrasi dan negara komunis
adalah:
a. Fungsi Konstitusi dalam Negara Demokrasi Konstitusional
1) Pembatasan Kekuasaan pemerintah.
2) Distribusi.
3) Taat hukum.
b. Fungsi Konstitusi dalam Negara Komunis
1) Cerminan kemenangan masyarakat komunis.
2) Catatan formal dan perjuangan yang telah dicapai.
3) Dasar hukum untuk perubahan.

2.3. Dinamika Pelaksanaan Konstitusi


Sebagai negara hukum, Indonesia memiliki konstitusi yang sering disebut sebagai
UUD 1945. UUD dirancang sejak 29 Mei 1945 sampai 16 Juli 1945 oleh BPUPKI. UUD
atau konstitusi negara Republik Indonesia disahkan dan ditetapkan oleh PPKI pada hari
Sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu Indonesia telah menjadi
suatu negara modern karena telah memiliki suatu sistem ketatanegaraan, yaitu Undang-
undang Dasar 1945 atau konstitusi negara yang memuat tata kerja konstitusi modern.
Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di
Indonesia telah berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat periode, yaitu:
a. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD
1945 terdiri dari bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4
pasal Aturan Peralihan, 2 ayat Aturan Tambahan dan bagian penjelasan.
b. Periode 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950 berlaku Konstitusi RIS.
Konstitusi RIS terdiri atas 6 bab, 197 pasal dan beberapa bagian.
c. Periode 15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 yang terdiri
atas 6 bab, 146 pasal dan beberapa bagian.
d. Periode 5 Juli 1959 – sekarang kembali berlaku UUD 1945.
Di antara hasil perubahan yang prinsipiil dari amandemen UUD 1945 antara lain:

5
1. Tentang MPR dimana anggotanya semua berasal dari hasil pemilu (tidak
ada yang diangkat).
2. Presiden dipilih langsung oleh rakyat.
3. Keberadaan DPA dihapus.
4. Munculnya lembaga yudikatif yang baru yaitu MK.
5. Masa jabatan presiden maksimal hanya 2 periode.
6. Ada pembatasan-pembatasan tentang wewenang presiden.
7. Dimasukkannya pasal-pasal hak asasi manusia.
8. Pemerintah memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20% dari
APBN dan APBD dan lain lainnya.

2.4. Mekanisme Pembuatan Konstitusi dan Undang-Undang


Institusi Legislasi Institusi (lembaga) yang bertugas untuk membuat konstitusi
dan peraturan perundang-undangan yang ada di bawahnya adalah meliputi dua institusi,
yaitu: Badan Legislatif (DPR) dan Badan Eksekutif (presiden). Kedua institusi ini
bertugas untuk membuat undang-undang. Dalam UUD 1945 pasal 20 sampai 22A
dijelaskan tentang kelembagaan serta mekanisme pembuatan konstitusi atau lebih
tepatnya pembuatan dasar-dasar Negara. Berikut adalah bunyi pasal 20, 20A, 21, 22, dan
22A:
a. Pasal 20 “(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk undang-undang. (2) setiap rancangan undang-undang dibahas
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama. (3) jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat
persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan
lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu. (4) presiden
mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama
untuk menjadi Undang-undang. (5) dalam ha rancangan undang-undang
yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh presiden dalam
waktu tiga puluh hari sejak rancangan undang-undang tersebut disetujui,
rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan.”
b. Pasal 21 “(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul
rancangan undang-udang. (2) jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, tidak disahkan oleh Presiden, maka rancangan

6
tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam masa persidangan Dewan
perwakilan Rakyat masa itu.”
c. Pasal 22 “ (1) dalam hal ihwal kepentingan yang memaksa, Presiden
berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti undang-
undang. (2) Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam persidangan berikut. (3) jika tidak mendapat
persetujuan, maka Peraturan Pemerintah itu harus dicabut”
d. Pasal 22A” ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-
undang diatur dengan Undang-Undang.”
Sedang tingkat I dan II yang bertugas adalah masing-masing gubernur bersama
DPRD tingkat I dan Bupati/Walikota bersama DPRD tingkat II. Institusi lain di luar
kedua institusi di atas, baik yang bersifat infrastruktur maupun suprastruktur politik
memiliki tugas memberi dukungan sesuai dengan peran kompetensinya. Bentuk produk
peraturan perundang-undangan yang dihasilkan oleh institusi di atas adalah berupa
UUD, UU, PERPU dan PP, serta PERDA.

2.5. Pengertian Rule of Law


Rule of Law adalah kekuasaan undang-undang yang terorganisir, merupakan
suatu doktrin dalam hukum yang mulai muncul pada abad ke-19, bersamaan dengan
kelahiran negara berdasar hukum (konstitusi) dan demokrasi. Kehadiran rule of law
boleh disebut sebagai reaksi dan koreksi terhadap negara absolut (kekuasaan di tangan
penguasa) yang telah berkembang sebelumnya.
Berdasarkan pengertiannya, Friedman (1959) membedakan rule of law menjadi 2
(dua), yaitu pengertian secara formal (in the formal sense) dan pengertian secara
hakiki/materiil (ideological sense). Secara formal, rule of law diartikan sebagai
kekuasaan umum yang terorganisasi (organized public power), hal ini dapat diartikan
bahwa setiap negara mempunyai aparat penegak hukum. Sedangkan secara hakiki, rule
of law terkait dengan penegakan hukum yang menyangkut ukuran hukum yaitu : baik
dan buruk(just and unjust law).
Rule of law tidak saja hanya memiliki sistem peradilan yang sempurna di atas
kertas belaka, akan tetapi ada tidaknya rule of law di dalam suatu negara ditentukan oleh
“kenyataan,” apakah rakyatnya benar-benar dapat menikmati keadilan, dalam arti
perlakuan yang adil dan baik dari sesama warga negaranya, maupun dari pemerintahnya,
sehingga inti dari rule of law adalah jaminan keadilan yang dirasakan oleh

7
masyarakat/bangsa. Rule of law merupakan suatu legalisme yang mengandung gagasan
bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang
bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom.

2.6. Latar Belakang Rule of Law


Rule of law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke-19,
bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan demokrasi. Rule of law merupakan
konsep tentang common law, dimana segenap lapisan masyarakat dan negara beserta
seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun di atas
prinsip keadilan dan egalitarian. Ia lahir mengambil alih dominasi yang dimiliki kaum
gereja, ningrat, dan kerajaan, menggeser negara kerajaan dan memunculkan negara
konstitusi yang pada gilirannya melahirkan doktrin rule of law.

2.7. Fungsi Rule of law


Fungsi rule of law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap
‘rasa keadilan’ bagi rakyat Indonesia dan juga ‘keadilan sosial’, sehingga diatur pada
pembukaan UUD 1945, bersifat tetap dan instruktif bagi penyelenggaraan negara.
Dengan demikian, inti dari Rule of Law adalah jaminan adanya keadilan bagi
masyarakat, terutama keadilan sosial.
Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat di dalam pasal –pasal
UUD 1945, yaitu :
a. Negara Indonesia adalah negara hukum (Pasal 1 ayat 3);
b. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24
ayat1);
c. Segenap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya (Pasal 27 ayat 1);
d. Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 pasal, antara lain bahwa
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal 28 ayat 1);
e. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja (Pasal 28 ayat 2)

8
2.8. Dinamika Pelaksanaan Rule of Law
Pelaksanaan Rule Of Law mengandung keinginan untuk terciptanya Negara
hukum, yang membawa keadilan bagi seluruh rakyat. Penegakan Rule Of Law harus
diartikan secara hakiki ( materil ) yaitu dalam arti pelaksanaan dari just law. Prinsip –
prinsip Rule Of Law secara hakiki sangat erat kaitannya dengan “the enofercement of the
rules of law “ dalam penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam hal penegakan
hukum dan implementasi prinsip – prinsip rule of law.
Secara kuantitatif peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Rule of
Law banyak dihasilkan Negara kita, namun implementasi atau penegakannya belum
mencapai hasil yang optimal, sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan pelaksanaan
Rule of Law belum didasarkan sebagian besar masyarakat.
Hal-hal yang mengemukakan untuk dipertanyakan antara lain adalah bagaimana
komitmen pemerintah untuk melaksanakan Rule of Law. Proses penegakan hukum di
Indonesia dilakukan oleh lembaga penegak yang terdiri dari :
a. Kepolisian
Fungsi dan tujuan kepolisian semacam itu kemudian dijabarkan lebih
lanjut dalam tugas pokok kepolisian yang meliputi:
1. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
2. menegakkan hukum; dan
3. memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat.
b. Kejaksaan
Melaksanakan tugas dan wewenang serta fungsi Kejaksaan di daerah
hukum Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa serta
tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.
c. Komisi Pemberantasan Korupsi
Lembaga baru yang dibentuk karena tuntutan dan amanat reformasi agar
Negara bersih dari praktik KKN. Dibentuk berdasarkan UU no. 30 tahun 2002.
Tugas utamanya adalah menyelidiki dan memeriksa para pelaku korupsi yang
dilakukan oleh para pejabat Negara. KPK ini dalam menjalankan tugasnya
bertanggungjawab langsung kepada presiden.
d. Badan Peradilan
1. Mahkamah Agung

9
Mahkamah Agung adalah pengadilan negara tertinggi dari semua
lingkungan peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari
pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh yang lain. Susunan MA
terdiri dari Pimpinan, Hakim Anggota, dan Sekretaris MA. Pimpinan MA
terdiri dari seorang Ketua, dua Wakil Ketua, dan beberapa orang Ketua
Muda, yang ke semuanya ialah Hakim Agung dan jumlahnya paling
banyak 60 orang. Sedangkan beberapa direktur jendral dan kepala badan
2. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang
melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Susunan MK terdiri
dari seorang Ketua merangkap anggota, seorang Wakil Ketua merangkap
anggota, serta 7 orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan dengan
Keputusan Presiden. Hakim konstitusi harus memiliki syarat: memiliki
integritas dan kepribadian yang tidak tercela; adil; dan negarawan yang
menguasai konstitusi ketatanegaraan.
3. Pengadilan Tinggi
Pengadilan tinggi merupakan organ kekuasaan kehakiman dalam
lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di ibukota Provinsi, dan
memiliki daerah hukum mencakup wilayah Provinsi.
4. Pengadilan Negeri
Pengadilan negeri merupakan organ kekuasaan kehakiman dalam
lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di Ibukota Kabupaten/
Kota, dan memiliki daerah hukum mencakup wilayah Kabupaten/ Kota
tersebut.

Daftar Pustaka

1. Asshiddiqie, Jimly. 2001. Kekuasaan Kehakiman di Masa Depan

10
2. Fokus Media. 2004. Undang-undang Kekuasaan Kehakiman dan Mahkamah Aging. Fokus
Media Bandung.
3. Herlia Tati. 2004. Fenomena Kultur dan Politik Indonesia. Jurnal Dephan. Jakarta.
4. ICCE UIN. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi, Hak Asasi Manusia,
Masyarakat Madani. UIN dan Prenada Media. Jakarta.
5. Kansil dan Kansil. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Pradnya
Paramita. Jakarta.
6. Kusnardi, M. Dan Bintan Saragih. 2000. Ilmu Negara. Gaya Media Pratama. Jakarta.
7. Manan, Bagir. 2005. DPR, DPD, dan MPR dalam UUD 1945 Baru. UII Press. Yogyakarta.
8. Oesman O., dan Alfiyan. 1993. Pancasila sebagai Ideologi. BP-7 Pusat. Jakarta
9. Sinar Grafika. 2005. UUD 1945 Hasil Amandemen. Sinar Grafika. Jakarta.
10. Syarbaini, Syahrial (editor). 2005. Materi Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Suscadoswar, dikti. Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai