Potensiometri adalah metode analisa kimia untuk menentukan potensial listrik dengan
menggunakan elektroda dan alat yang digunakan dalam potensiometri ini adalah
potensiometer. Potensiometri merupakan aplikasi langsung dari persamaan Nernst dengan
cara pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Persamaan
Nersnt memberikan hubungan antara potensial relative suatu elektroda dan konsentrasi
spesies ioniknya yang sesuai dengan larutan. Dengan pengukuran potensial reversible suatu
elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukuan.
E = Eo + K log (c)
K = RT log ( 10 ) / n F
T = suhu absolut
N = nomer dari elektron atau diambil dari satu molekul yang ditentukan
Tetapi dalam kenyataan ( n ) tidak diperlukan, itu terjadi jika ( n ) merupakan muatan yang
sama dan telah terbentuk menjadi ionic dari yang telah ditentukan. Sehingga kepekatan ion
dalam larutan dapat dihitung langsung dari harga potensial yang diukur itu.
Potensial suatu elektroda tidak dapat diukur tersendiri, tetapi dapat ditentukan dengan
menggunakan elektroda indikator dengan elektroda pembanding yang hanya memiliki harga
potensial yang tetap selama pengukuran. Elektroda pembanding yang diambil sebagai baku
international adalah elektroda hidrogen baku. Harga potensial elektroda ini ditetapkan nol
pada kesadahan baku ( H+ )= 1 M, tekanan gas H2 = 1 atm dan suhu 25o C, sedangkan gaya
gerak listrik ( GGL ) pasangan elektroda itu diukur dengan bantuan potensiometer yang
sesuai, dan sering digunakan peralatan elektronik ( volt meter ).
Titrasi potensiometri
Pada dasarnya setiap titrasi (asam–basa), kompleksiometri, ataupun titrasi redoks dapat
dilakukan secara potensiometri dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda
pembanding yang sesuai. Dengan demikian kurva titrasi yang diperoleh dengan
menggambarkan grafik potensial terhadap volume penitran yang ditambahkan mempunyai
kenaikan yang tajam disekitar titik kesetaraan, dari grafik tersebut dapat diperkirakan titik
akhir titrasi. Cara potensiometri cocok untuk menentukan titik akhir titrasi jika dalam
percobaan tidak ada indikator yang cocok, misalnya saja analisa untuk larutan yang keruh
atau bila daerah kesetaraannya sangat pendek.
Dalam suatu titrasi potensiometri titik akhir ditemukan dengan menentukan volume yang
menyebabkan perubahan relative besar dalam potensial apabila titran ditambahakan beberapa
metode menyalurkan beberapa data titrasi dapat digunakan untuk semua reaksi digunakan
untuk tujuan titrimetri asam basa, reaksi pengendapan dan pembentukan kompleks. Dipilih
suatu alat elektroda indicator yang tepat untuk suatu elektroda pembanding seperti kalomel
untuk melengkapi sel titrasi potensiometri dapat digunakan dengan tangan ataupun dengan
potensioautomatik penekanan kurva titrasi secara automatic pada titik akhir.
Meskipun kurva titrasi sudah tersedia suatu unsur subjektif masuk kedalam prosedur seorang
analisis harus menentukan tempat pada kurva yang paling curam, biasanya digunakan jenis
pemeriksaan suatu reaksi yang berlangsung lengkap dengan baik, maka kurva titrasi menjadi
demikian cuiramnya dekat dengan titik ekuivalen sehingga ketidaktentuannya adalah kecil,
ketelitian untuk membuat lagi titik akhirnya kemungkinannya lebih jelek.
Suatu alur arah lereng suatu kurva titrasi, yakni perubahan potensial dengan berubhanya
volume (DE/DV) terhadap volume titran. Kurva yang dihasilkan naik sampai suatu
maksimum pada titik ekivalen. Volume pada titik ekivalen ditentukan dengan menurunkan
garis vertikal dan puncak dengan sumbu volume. Ada sedikit ketidaktentuan dalam
menetapkan secara tepat puncak dari kurva semakin kompleks reaksinya semakin tajam
puncaknya dan dengan demikian makin teliti letak titik ekivalen.
Suatu alur dari perubahan arah lereng suatu kurva titrasi (DE2/DV2) terhadap volume titran.
Pada titik tempat kemiringan DE/DV merupakan suatu maksimum, turunan kemiringan
adalah nol. Titik akhir terletak pada penggambaran suatu garis vertikal dari tempat
D2E/DV2 adalah nol ke sumbu volume. Bagian kurva yang menghubungkan harga – harga
maksimum dan minimum dari D2E/DV2 adalah lebih curam semakin lengkap reaksi titrasi.
Untuk reaksi –reaksi demikian, titik tengah bagian curam dari kurva sesuai dengan titik
ekuivalen.
Maka titik ekuivalen tidak terletak pada titik tengh kurva. Potensial pada titik ekuivalen
dalam titrasi dari timah putih (II) (e01 ) dengan ion-ion serum (IV) (eo2) adalah (2eo1 + eo2 )/3.
Demikian pula, harga maksimal dari DE/DVuntuk suatu reaksi tidak simetrik tidak secara
tepat berhimpit dengan titik ekuivalen. Sekalipun demikian, maksimum biasanya diambil
sebagai titik akhir titrasi.kesalahan yang dibuat oleh prosedur ini adalah sangat kecil.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Ada kemungkinan untuk menentukan tempat titik akhir dengan cara yang sederhana yang
didasarkan pada data nyata tanpa menggunakan bantuan suatu grafik. Hanya pengamatan
potensial dekat dengan titik ekuivalen yang perlu direkam. Beberapa penambahan volume
tertentu misalkan 0,10 ml dipilih dan sejumlah pengamatan diambil, berjarak 0,10 ml dan tiap
sisi titik ekuivalen. Sebuah contoh diberikan pada tabel, yang juga memuat harga – harga
turunan ke – 1 dan ke – 2. Dapat dilihat dari harga – harga ke – 2 bahwa kemiringan berubah
tanda sehingga melewati nol, antara 25,00 dan 25,10 ml titran. Volume pada saat harga nol
dicapai terlebih dahulu dekat dengan 25,00 daripada 25,10 karena pembacaan sebesar + 120
adalah lebih dekat dengan nol dan pada – 224. Karena, 0,10 ml menyebabkan perubahan total
dalam turunan kedua dari 120 – (-224) = 344, bagian (120 /344)*0,10 ml adalah jumlah
perkiraan ml kelebihan dari 25,00 yang diperlukan untuk membuat turunan kedua mencapai
harga nol maka volume yang dihitung pada titik ekuivalen adalah :
Prosedur interpolasi linier ini memuaskan karena potongan pusat kurva itu praktis
linier dari dekat titik ekuivalen atau kesetaraan.
E DE/DV/0,1
Titran (ml) (mV) ml
DE2/DV2
24,7 210 12 -
24,8 222 18 +6
25,2 616 19 -7
25,3 625 - -
Apabila komposisi larutan didalam dan diluar pipa serba sama susunannya, tidak ada
perbedaan pada potensial diantara elektrode. Akan tetapi, apabila titran ditambahkan kepada
bagian utama larutan : suatu beda potensial timbul, karena larutan didalam tabung tidak lagi
mempunyai susunan yang sama seperti yang diluar. Beda potensial dicatat dan kemudian
larutan dikeluarkan dari pipa dengan cara memeras bola karet sehingga susunannya menjadi
sama atau serba sama lagi. Beda potensial turun ke nol jika larutan utama diserap masuk
kedalam pipa. Volume larutan dalam pipa tentunya harus dibuat kecil sebanding volume total
larutan yang dititrasi. Cara ini cepat dan hasilnya dapat menjadi lebih akurat.
Titrasi Redoks
Untuk titrasi redoks, biasanya digunakan elektroda platina sebagai elektroda indikator dan
elektroda kalomel jenuh (EKJ) sebagai elektroda pembanding. Dengan memakai pasangan
elektroda ini, kurva titrasi yang didapatkan dari percabangan akan bergeser sebanyak 0,24 V
dari kurva teoritis dan juga dalam titrasi redoks tidak menimbulkan masalah yang serius.
Titrasi Pengendapan
Pada titrasi pengendapan, elektroda perak sering digunakan sebagai elektroda indikator,
misalnya ion – ion klorida, bromida, iodida, sianida, tiosianat, sulfida dan senyawa – senyawa
organik yang mempunyai gugus sufhidril sehingga dapat dititrasi dengan larutan baku
AgNO3 dengan memakai elektroda perak sebagai elektron indikator dan sebagai elektron
pembanding dapat digunakan Hg/HgSO4, sebab dengan menggunakan elektron tersebut
kesalahan yang mungkin akan terjadi akan kecil jika dibandingkan dengan menggunakan
elktron pembanding EKJ, sebab elektroda ini mengandung larutan KCl jenuh serta ion – ion
chlorida.
USP XX menggunkan indikasi potensiometri pada titrasi pengendapan penentuan
kloroda dalam injeksi besi – dekstran. Larutan diasamkan dengan asam nitrast 0,1 molar.
Elektroda ukur adalah elektroda perak , elektroda pembanding adalah elektroda kalomel.
Pada titrasi ini pertama – tama ion perak diendapkan sebagai perak klorida dan konsentrasi
ion perak ditentujan melalui hasil kali kelarutan . Dalam hal i8ni potensial tetap konstan .
Pada titik ekuivalen potensialakan bertambah dengan bertambahnya konsentrasi ion perak.
Sampai saat ini banyak dikembangkan sebagai metode untuk analisis ion klorida seperti
kalorimetri, potensiometri dengan menggunakan elektroda selektif ion florida, elektrolilis
kapiler kapiler (CE), kromatografi ion 1910. elektroda selektif ion (EST) dan gc. Merupakan
metode yang paling banyak digunakan untuk ketentuan florida dalam berbagai matriks
disbanding GC ESI memiliki kelemahan dalam hal sansitivitasnya. Karena pada konsentrasi
rendah, GC lebih baik dari pada potensiometrik, menggunakan Esi florida metode ini
selanjutnya diaplikasikan untuk analisis florida dalam bahan baku obat, hal ini tergantung
dari produksi atau sintesanya. Penentuan kadar florida dalam bahan baku obat diperlukan
untuk mengontrol sejauh mana kandungan florida dalam sample tersebut, kadar – kadar yang
ditemukan melebihi kadar yang diijinkan seperti dalam formakope,kromatografi gas
merupakan metode yang sederhana, cepat dan memiliki presisi dan akurasi yang tinggi untuk
analisis kuantitatif florida dalam konsentrasi rendah. Metode ini dapat di terapkan untuk
analisis kuantitatif florida. Metode ini dapat diterapkan untuk analisis bahan baku obat seperti
kalsium askorbat,kalsium karbonat.
Potensial sel galvani bergantung pada aktivitas spesies ion tertentu dalam larutan se,
pengukuran potensial sel menjadi cukup penting dalam kimia analisis. Dalam banyak kasus
suatu sel dapat direka sehingga potensialnya bergantung pada aktivitas suatu spesies ion
tunggal dalam larutan itu. Salah satu elektroda sel haruslah sedemikian rupa sehingga
potensialnya bergantung pada aktivitas ion yang akan ditetapkan; elektroda itu disebut
elektroda indikator. Elektroda yang lain adalah pembanding seperti kaloel yang potensialnya
diketahui dan tetap konstan selama penetapan.
METODE POTENSIOMETRI
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri. Reaksinya harus
meliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion yang sesuai dengan jenis elektrodanya.
Potensial diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut – turut
atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel
konsentrasi.
1. Reaksi netralisasi
Titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas.
Potensiometri Langsung
Potensiometri langsung adalah penetapan pH dari larutan air. Istilah pH didefinisikan oleh
Sorensen pada tahun 1909 sebagai negative logaritma dari konsentrasi ion hydrogen. EMF
pada sel galvanic yang digunakan untuk mengukur pH lebih tergantung pada aktivitas ion
hydrogen daripada konsentrasi. Jadi, definisi pH didefinisikan sebagai :
pH = – log [H+]
Definisi ini memuaskan dari segi teoritis, namun kuantitas itu tidak dapat diukur
secara eksperimen. Tidak ada jalan untuk mengukur aktivitas spesies ion tunggal itu secara
tidak arti (dalam istilah termodinamika bahwa pH berbanding langsung dengan kerja yang
dibutuhkan untuk menstranfer ion hydrogen secara reversible dari suatu larutan yang sedang
diuji ke larutan yang aktivitas ion hidrogennya ditransfer tanpa sekaligus mentrasfer ion
negative).
Kuantitas yang diukur secara potensiometri sebanarnya bukanlah konsentrasi dan bukan pula
aktivitas ion hidrogen. Oleh karena itu, lebih disukai untuk mendefinisikan pH sebagai EMF
sel yang digunakan untuk pengukuran itu. Misalnya diandaikan bahwa sel semacam itu
terdiri dari elektroda pembanding yang sesuai dan dihubungkan oleh jembatan garam
kelarutan yang ditangani, dimana dicelupkan suatu elektroda hidrogen.
E – Emf – 0,095 pH
Sebenarnya persamaaan ini harus berisi suku Ej potensial pertemuan cairan, yang mungkin
kecil jika jembatan garamnya tetap, namun tidaklah nol. Jadi, persamaan tersebut diatas
seharusnya adalah :
E = Emf – 0,095 pH + Ej
Dengan Emf adalah potensial elektroda pembanding. Bila Eref + Ej disebut K, maka
persamaan ini menjadi :
E = K – 0,095 pH
Atau
pH -
Persamaan diatas mengandung dua pH dan K. Oleh karena itu,tidak dapat digunakan
untuk mencari nilai kedua kuantitas itu. Perlulah untuk secara sembarang memberi suatu nilai
pH bagi suatu buffer standart agar terpastikan suatu skala pH yang praktis.
Nasional Bureu of Standart menetapkan pH buffer – buffer tertentu dengan mengukur secara
seksama sel – sel pilihan dengan menggunakan pengandaian yang masuk akan mengenai
koefisien aktivitas. Tabel dibawah ini berisi beberapa contoh buffer yang direkomendasikan
oleh biro itu.
PH : PH : PH:
KOMPOSISI
25oC 30oC 40oC
Pengukuran potensiometri langsung dapat berguna untuk meneteapkan aktivitas suatu spesies
dalam suatu campuran kesetimbangan, karena kesetimbangan tidak dikacaukan oleh
pengukuran itu. Misalnya pH suatu larutan 0,1 F asam asetat mungkin diukur dan konsentrasi
ion hidrogen (diperkirakan dari aktivitasnya) dijumpai sebesar 0,0013 M. Dipihak lain, jika
larutan itu dititrasi, kita akan menjumpai konsentrasi sebesar 0,1 M. Titrasi menghasilkan
informasi stoikiometri mengenai jumlah total proton yang tersedia, sedangkan pengukuran
langsung memberikan aktivitas kesetimbangan proton dalam larutan itu pada saat kapanpun
saja.
Meskipun demikian ada permasalahan lain dengan potensiometri langsung. Untuk keperluan
tertentu (misalnya penentuan tetapan keseimbangan termodinamik) aktivitas suatu macam zat
elektroaktif mungkin diperlukan. Tetapi dalam pekerjaan analitik kita biasanya ingin
mengetahui konsentrasi. Kecuali jika susunan larutan terhadap semua ion terperinci, maka
pengubah aktivitas menjadi konsentrasi merupakan suatu permainan yang mengandung
resiko, dan bahkan kemudian seseorang dapat saja tidak mampu menemukan suatu koefisien
aktivitas yang cocok dalam kepustakaan dalam keadaan tertentu.
1. Selama reaksi pengosongan aki berlangsung ,H2SO4 diikat dan dihasilkan air. Dengan
demikian kadar H2SO4 berkurang dan rapatan larutan berkurang. Dalam praktek
rapatan larutan digunakan sebagai patokan untuk pengisian kembali aki. Aki yang baru
diisi mengandung larutan dengan rapatan sekitar 1,25 sampai 1,30 g/ml. Apabila
rapatan larutan turun sampai 1,2 g/ml,aki sudah perlu diisi kembali. Rapatan larutan
dapat ditentukan dengan suatu alat yang disebut hidrometer.
2. Anode dan katode berubah menjadi zat yang sama,yaitu PbSO4.Apabila
permukaan kedua elektrode sudah ditutupi zat yang sama,yaitu PbSO4,berarti tidak
lagi terdapat selisih potensial,aki perlu diisi kembali.
Aki dapat diisi kembali karena hasil-hasil reaksi penggosokan aki tetap melekat pada kedua
elektrode. Pengisian aki dilakukan dengan membalik arah aliran elektron pada kedua
elektrode. Pada penggosokan aki, anode (Pb) mengirim elektron pada katode. Sebaliknya
pada pengisian aki, elektrode Pb dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus sehingga
PbSO4 yang terdapat pada elektrode Pb itu direduksi. Sementara itu, PbSO4 yang terdapat
pada PbO2 mengalami oksidasi membentuk PbO2.
Reaksi pengisian aki adalah sebagai berikut :
PbSO4 + H+ + 2e ® Pb + HSO4-
- Elektrode PbO2 sebagai anoda :
Telah disebutkan bagaimana komposisi kaca mengecilkan galat ion Natrium dari elektrode
kaca biasa pada pH tinggi. Eisenmant dan pembantunya mempelajari pengaruh ion logam
alkali dan ion hidrogen terhadap potensial membran kaca sebagai fungsi komposisi kaca.
Misalnya mereka menjumpai bahwa suatu kaca yang terdiri dari Na2O 28%, Al2O3 5% dan
SiO2 68% menunjukkan suatu respon yang selektif terhadap ion kalium samapai serendah
aktivitas sama dengan 10-4. Suatu kaca dengan komposisi Li2O 15%, Al2O3 25% dan
SiO2 60% dapat digunakan untuk menetapkan litium dalam kehadiran baik ion natrium
maupun kalium.
Persamaan skala pH
Dengan menggunakan :
E – K – 0,059 pH
Dengan menggunakan buffer tunggal. Tetapi suku K tidaklah benar – benar konstan
sepanjang jangkauan pHnya yang lebar, terutama karena perubahan komposisi larut. Oleh
karena itu, direkomendasikan bahwa suatu standart pH dipilih yang dekat nilainya dengan pH
larutan.
Mungkin untuk mengukur kondisi eksperimen sehingga suku K konstan sampai kira- kira 1
mV sepanjang jangkauan pH 2 sampai dengan 10. Hal ini menimbulkan ketidaktentuan
dalam nilai pH sekitar 0,01 sampai 0,02 satuan. Jadi, tidaklah mungkin untuk memperoleh
bilangan pH yang lebih cermat dan pada pengukuran potensiometrinya.
Pengukuran potensiometri secara langsung adalah sangat berguna untuk menentukan aktivitas
suatu macam zat didalam suatu campuran yang berkesetimbangan, karena keseimbangan
tidak terganggu oleh pengukuran. Misal pH suatu larutan 0,1 F asam asetat dapat diukur dan
konsentrasi ion hidrogen (dapat diperkirakan dari aktivitas) ditemukan sejumlah 0,0013 M.
Sebaliknya jika larutan dititrasi kita akan menemukan bahwa konsentrasinya adalah 0,1 M.
Titrasi menghasilkan keterangan stoikiometri tentang jumlah proton yang tersedia, sedangkan
pengukuran langsung memberi aktivitas keseimbangan dari proton di dalam larutan setiap
saat.
Karena adanya hubungan logaritmik dari potensial terhadap aktivitas, penentuan dengan
potensiometrik secara langsung biasanya tidak sangat teliti kecuali kalau pengukuran
istimewa dilakukan. Dengan menggunakan angka-angka dalam persamaan NERST dengan
mudah terlihat bahwa kesalahan seetingkat beberapa persen dalam suatu aktivitas ion
mungkin terjadi dari suatu kesalahan 1 mV pada pengukuran potensial.
Terdapat permasalahan yang lain dengan potensiometrik langsung. Untuk keperluan tertentu
(misalnya penentuan tetapan keseimbangan termodinamik) aktivitas, suatu macam zat elektro
aktif mungkin diperlukan, tetapi dalam pekerjaan analitik kita biasanya ingin mengetahui
kosentrasi. Kecuali jika susunan larutan terhadap semua ion diperinci, maka pengubahan
aktivitas menjadi konsentrasi merupakan suatu permainan yang megandung resiko
bahkan seorang dapat saja tidak menemukan suatu koefisien aktivitas yang cocok dalam
kepustakaan untuk keadaan-keadaan tertentu. Persoalan ini dapat diimbangi dengan
penerapan jika semua contoh yang tidak diketahui mempunyai susunan kasar yang sama.
Suatu deret standart dibuat dengan ion yang ditentukan diubah-ubah, tetapi yang sedapat
mungkkin sama dengan yang tidak diketahu dalam setiap segi yang lain. Pengamatan
potensiometer kemudian diubah menjadi konsentrasi dengan menggunakan sebuah grafik dari
E terhadap log C yang digambarkan dari pengukuran terhadap standat. (Sebuah contoh dapat
dipakai dalam penentuan suatu ion logam yang kurang penting dalam air laut; standartnya
dapat merupakan air laut buatan yang sedapat mungkin mendekati hal yang sebenarnya
terhadap garam dan solute-solute utama yang lain, dibubuhi ion logam dengan kuantitas yang
diketahui).
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Jenis soal ini mempengaruhi susunan keseluruhan suatu contoh , terutama mengenai unsur –
unsur utamanya , terhadap tanggapan atas unsur yang ditentukan yang kadang disebut efek
matriks. Kita akan melihat contoh – contoh efek matriks dengan teknik – teknik lain dalam
bab- bab dikemudian, ini merupakan unsur yang penting dalam banyak keadaan praktikum
analitik. Kadanng – kadang jika suatu deret contoh terlalu beraneka ragam dalam susunan
kasarnya, maka analisis sebenarnya menciptakan matriksnya sendiri dengan menambahkan
suatu solud dalam jumlah yang sangat besar, yang dengan demikian menutupi perbedaan –
perbedaan yang lebih kecil diantara contoh – contoh.
Walaupun ada persoalan –persoalan demikian, potensiometri adalah menarik, karena cepat,
tidak sangat mahal, mudah dibuat , dan tidak merusak contoh. Apabila efek matriks dapat
diimbangi, dan apabila ketelitian yang tinggi tidak diperlukan maka cara –cara ini dapat
diterima secara luas.
Dalam bab ini kita akan membicarakan jenis elektroda indikator yang dapat diperoleh untuk
berbagai ion. Pengukuran pH deangan potensiometrri akan kita tieliti secara lebih mendalam.
Kemudian kita akan bicarakan penggunaan cara- cara potensiometri atas keempat jenis reaksi
yang dipakai dalam analisa titrimatrik.
Kebanyakan pengukuran pH dilakukan oleh ahli kimia analisis dan biokimia dengan
mengggunakan elektroda kaca yang dihubungkan ke elektroda pembanding kalomel oleh
suatu jembatan garam kalium klorida. Diandaikan bahwa salah satu buffer NB 5 digunakan
untuk menstandartkan pH meter. Sebenarnya bilangan pH terukur tidaklah eksak sama
dengan
log a H+, namun dalam kondisi biasa nilai tersebut hampir sama .
Penentuan simultan senyawa fosfat. Contohnya dalam penentuan kadar dan pemeriksaan
pemurnian natrium fosfat dalam pH juga natrium fosfat dan larutan oral dalam USP XX.
Cuplikan ditambah sejumlah asam klorida tertentu dan titrasi dengan natrium hidroksida
sampai titik akhir pertama dengan pH 4,4. Kemudian titrasi dilanjutkan sampai titik akhir
kedua. Dari jumlah asam klorida yang ditambahkan dan jumlah natrium hodroksida yang
digunakan pada kedua tahap, kasar natrium hidroksida fosfat dan natrium monohodropgen
fosfat dapat dihitung.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam melakukan pengukuran eksperimen. Pertama,
dilakukan pengukuran tunggal terhadap potensial itu, ini cukup untuk menetapkan aktifitas
ion yang diminati. Kedua, ion itu dapat dititrasi dan potensialnya dapat diukur sebagai fungsi
volume titran. Metode pertama disebut potensiometri langsung dan terutama telah digunakan
dalam pengukuran pH larutan air. Dewasa ini juga diterapkan secara meluas dalam penetapan
ion-ion lain lewat penggunaan elektroda selektif ion. Metode kedua, yang disebut titrasi
langsung ini, memanfaatkan pengukuran potensial untuk mendeteksi titik kesetaraan suatu
titrasi. Metode ini dapat diterapkan pada semua jenis reaksi yang ternyata sesuai untuk analisi
titrimetri.
Pengukuran potensiometri langsung dapat berguna untuk menetapkan aktifitas suatu spesies
dalam suatu campuran kesetimbangan, karena kesetimbangan tidak dikacaukan oleh
pengukuran itu. Misalna pH suatu larutan 0,1 M asam asetat mungkin diukur dan konsentrasi
ion hidrogen (diperkirakan dari aktifitasnya) dijumpai sebesar 0,0013 M. Dipihak lain, jika
larutan itu dititrasi, kita akan menjumpai konsentrasi sebesar 0,1 M. Titrasi menghasilkan
informasi stoikiometri mengenai jumlah total proton yang tersedia, sedangkan pengukuran
langsung memberikan aktifitas kesetimbangan proton dalam larutan itu pada saat kapanpun
saja.
Tahun-tahun terakhir ini telah dikembangkan membran kaca yang bersifat selektif
untuk suatu kation tertentu, tepat seperti elektrode kaca biasa yang selektif untuk ion
hidrogen. Misalnya elektrode kaca sekarang tersedia di pasar untuk ion natrium, kalium,
litium, dan perak. Elektrode ini tidaklah khas atau spesifik untuk suatu ion tertentu,
melainkan mereka mempunyai suatu selektivitas untuk suatu ion tertentu dan karena alasan
itulah disebut elektrode selektif ion atau ISE.
Telah disebutkan bagaimana komposisi kaca mengecilkan galat ion natrium dari elektrode
kaca biasa pada pH tinggi. Eisenmant dan pembantunya mempelajari pengaruh ion logam
alkali dan ion hidrogen terhadap potensial membran kaca sebagai fungsi komposisi kaca.
Misalnya mereka menjumpai bahwa suatu kaca yang terdiri dari Na2O 28 %, Al2O 5%, dan
SiO2 68% menunjukkan suatu respon yang selektif terhadap ion kalium sampai serendah
aktivitas sama dengan 10-4. Suatu kaca dengan komposisi Li2O 15%, Al2O3 25%, dan SiO2
60% dapat digunakan untuk menetapkan liotium dalam kehadiran baik ion natrium maupun
kalium. Potensial batas bergantung pada baik aktivitas ion natrium maupun hidrogen.
Disamping itu ion natrium mampu untuk menembus gel dan mempengaruhi potensial difusi.
Dalam hal ini potensial difusi tidak saling mematikan seperti kasus yang dibahas sebelumnya.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Elektrode kalsium kira-kira 3000 lebih selektif untuk kalsium daripada untuk natrium atau
kalium. Angka banding selektifitas untuk kalsium terhadap magnesium kira-kira 200, dan
untuk kalsium terhadap stronsium kira-kira 70. Dalam jangkauan 5,5 sampai dengan 11 tidak
bergantung pada pH dan dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi ion kalsium
serendah 10-5 M.
Beberapa elektrode membran yang selektif ion lainnya tersedia di pasar, termasuk membran
penukar anion untuk anion seperti nitrat, klorida, dan perklorat. Suatu elektroda yang
memberi respon pada beberapa kation divalen digunakan untuk mengukur kesadahan air.
Sebagai tambahan, sejumlah peneliti telah mengembangkan elektroda mereka sendiri untuk
studi khusus. Suatu contoh adalah suatu elektroda membran untuk ion etidium yang
dikembangkan untuk mempelajari pengikatan obat ini oleh DNA.
Bahan padat yang selektif terhadap anion, seperti kaca selektif terhadap kation, telah
digunakan dengan berhasil sebagai elektroda membran tahun-tahun terakhir ini. Suatu
elektroda zat padat mempunyai membran dalam bentuk kristal tunggal atau suatu butiran
senyawa yang mengandung anion yang dapat ditetapkan. Suatu elektrode endapan disiapkan
dengan mensuspensikan suatu garam tak larut yang tertumpuk halus dalam suatu matrik
setengah fleksibel yang lamban atau inert, dari mana membran itu dibuat.
Suatu elektroda zat padat yang sangat berhasil adalah yang pernah digunakan untuk
menetapkan ion florida. Sebuah kristal tunggal lantanum florida bertindak sebagai membran.
Kristal itu dikontaminasi oleh suatu unsur tanah langka, eurotium (II) untuk meningkatkan
daya hantar listriknya. Elektroda itu berespon terhadap ion florida sampai konsentrasi
serendah kira-kira 10-5 M. Selektifitasnya untuk florida 1000 kali lebih tinggi daripada untuk
anion-anion biasa lainnya. Ion hidroksida memang mengganggu dan elektroda itu terbatas
penggunaannya dalam jangkauan pH kira-kira 0 sampai dengan 8,5. Elektrode zat padat lain
yang berhasil, yang tersedia adalah untuk ion klorida, bromida, iodida, sulfida, sianida, dan
tiosianat. Dalam elektrode ini membrannya adalah suatu butiran garam tak larut dari masing-
masing anion, seperti misalnya perak klorida untuk ion klorida. Butiran itu dituang
(dilelehkan kemudian dibekukan tetes demi tetes).
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Elektroda Indikator
Elektroda indikator berfungsi sebagai pengukuran secara potensiometer yang terdiri atas dua
dua jenis yaitu :
Dalam hal ini yang dapat tereduksi adalah logam itu sendiri yang berada dalam keadaan
bakunya ( a=1 ), tetapi dalam pemeriksaan kimia yang sesungguhnya, keaktifan ion
Ag+ dapat diganti dengan kepekaan ion Ag, karena itu dapat ditulis sebagai berikut :
EAg+/Ag = EoAg+/Ag + 0,059 log ( Ag+ )
Persamaan diatas dapat digunakan untuk menghitung kepekaan ion perak dalam larutan,
dengan syarat potensial dalam elektroda perak dapat diketahui, misalnya, potensial elektroda
perak yang dicelupkan kedalam larutan ion perak telah diukur dan telah diketahui besarnya +
0,682 V terhadap elektroda hidrogen baku, untuk menghitung kepekatan ion perak tersebut
dalam larutan ( EoAg+/Ag = + 0,8 V ).
Selain itu menentukan kadar ion perak, persamaan diatas dapat pula digunakan untuk
menentukan apakah elektroda perak mengikuti persamaan nernst atau tidak, misalnya
potensial elektroda perak yang dicelupkan kedalam dalam larutan AgNO3 0,1 M telah diukur
dan telah diketahui besarnya + 0,741 V terhadap elektroda hidrogen baku. Selain terhadap ion
perak, elektroda perak juga mempunyai tanggapan yang sesuai dengan persamaan nernst
terhadap ion-ion yang membentuk senyawa-senyawa halida(kecuali fluorida)dan beberapa
senyawa lain. Hal ini dapat diterangkan denggan muda, karena kepekatan ion perak akan
dapat ditentukan ole hasil kali kelarutan senyawa perak yang sukar larut itu dan kepekatan
anion yang terlibat, misalnya, hasil kali kelarutan AgCl di rumuskan sebagai berikut :
Sistem Elektroda
Indikator Ion yang ditentukan
Ag – Ag+ Ag+
Au – Au3+ Au3+
Pd – Pd2+ Pd2+
Pb – Pb2+ Pb2+
Cd – Cd2+ Cd2+
Zn – Zn2+ Zn2+
Hg – HgCl – Cl- Cl-
Ag – AgI – I- I-
Ag – AgBr – Br- Br-
Ag – AgCl – Cl- Cl-
Elektroda indikator yang terbuat dari logam mulia (Pt, Pd) mempunyai tanggapan yang sesuai
dengan persamaan nernst terhadap beberapa pasangan redoks logam seperti Fe2+/Fe,
Ce4+/Ce2+, tetapi tidak dapat dijadikan pedoman karena potensial yang diukur bersesuaian
dengan pengaruh keseluruhan selektif redoks yang terjadi didalam system, beberapa contoh
elektroda indikator seperti dibawah ini.
Tabel 1.4 Beberapa contoh system elektroda indikator yang peka terhadap pasangan redoks
System
Elektroda Jumlah elektroda Pasangan
Indikator yang dipertukarkan redoks
Pt – H2(gas) – 1
H+ H+ H2 ½
2
Pt – I3 – I- I3 I- 3
2
Pt – Tl – Tl
3+
Tl3+ Tl+
1
Pt – Fe – Fe
3+ 2+
Fe3+ Fe2+
1
Pt – Ce3+– Ce2+ Ce4+ Ce3+
1
Pt – Co – Co
3+ 2+
Co3+ Co2+
Pt – Fe(CN)63-– 2 Fe(CN)63-
Fe(CN)64- /Fe(CN)64-
Sebenarnya, elektroda hidrogen juga merupakan elektroda indikator untuk ion hidrogen,
karena itu elektroda ini dapat digunakan untuk pengukuran kadar ion hidrogen, sehingga
dapat digunakan untuk pemeriksaan kimia sehari – hari. Elektroda ini hanya digunakan atau
dalam pembekuan elektroda lainnya.
Elektroda gelas ini terdiri dari sebuah bola gelas khusus berdinding tipis didalamnya terdapat
elektroda pembanding yang dicelupkan kedalam larutan penyangga,bila elektroda gelas ini
dicelupkan kedalam suatu larutan yang akan diuji, sehingga semakin besar kadar ion
hidrogen yang masuk kedalam lapisan gelas tadi dan makin besar kadar ion dalam larutan uji,
sehingga semakin banyak pengujian makin banyak ion hidrogen yang akan masuk kedalam
lapisan gelas tersebut dan makin besar muatan positif elektroda gelas itu secara keseluruhan.
Lapisan gelas tersebut bertindak sebagai selaput yang selektif – ion yang hanya memberikan
proton.
Sifat yang sangat penting dari elektroda gelas ini adalah bahwa potensialnya mengikuti
persamaan nernst sebagai berikut
Dalam pemeriksaan yang sesungguhnya, keaktifan ion hidrogen dapat diganti dengan
kepekatan ion hidrogen, sehingga persamaan diatas menjadi :
Kendati demikian, untuk pengukuran yang seksama harus digunakan kurva tera, dalam
persamaan diatas, Eo adalah potensial elektroda baku dari elektroda gelas, tetapi dari Eo ini
berbeda anatara satu elektroda dengan elektroda lainnya, sehingga nilai Eo tersebut juga
beragam dengan waktu, walaupun keragaman ini tidak begitu besar pengaruhnya. Ciri lain
dari elektroda adalah potensial yang hampir tidak sama, nilai potensial ini dapat diukur
dengan percobaan asalkan pH larutan dibagian dalam dan dibagian luar bola gelas bernilai
sama. Dalam hal demikian, potensial elektroda gelas itu sebenarnya sama dengan nol, namun
pada kenyataannya selalu diperoleh nilai potensial yang disebut potensial setangkup selaput
gelas tersebut, sehingga nilai tersebut dapat dimasukkan kedalam nilai potensial elektroda
baku jika nilainya tetap, sehingga tidak perlu ditentukan dalam pemeriksaan kimia yang
sesungguhnya.
Elektroda gelas merupakan salah satu elektroda selektif – ion yang baik karena tanggapannya
terhadap kepekaan ion hidrogen sama dengan tanggapan yang dihitung secara teoritis pada
rentang kepekaan hidrogen yang cukup luas, dengan demikian untuk setiap perubahan
keaktifan ion hidrogen dapat bernilai sepuluh kali lipat, potensialnya berubah 0,059 V,
sedangkan ion – ion lain seperti oksidator, koloid dan senyawa–senyawa organik tidak akan
mempengaruhi responnya.
Salah satu kelemahan elektroda gelas ini adalah, jika adanya kesalahan alkali, yakni
kesalahan timbul karena elektroda gelas juga memberi tanggapan terhadap kepekatan ion
alkali dalam larutan yang bersifat basa. Kesalahan alkali ini timbul pada harga pH yang tinggi
dan pada kepekaan ion logam alkali yang tinggi (terutama ion natrium). Dalam beberapa hal,
kesalahan alkali dapat mencapai beberapa persepuluhan satuan pH, namun sekarang sudah
tersedia elektroda gelas khusus yang kesalahan alkalinya tidak begitu tinggi.
Disamping elektroda gelas, beberapa elektroda dapat dipilih untuk ion yang lain dan sering
digunakan dalam analisa kimia. Serupa dengan elktroda gelas, elektroda – elektroda lain itu
mempunyai selaput yang selektif terhadap ion, yang terdiri dari garam yang sukar larut, dan
yang biasanya dimasukkan kedalam suatu acuan yang lembam secara kimia, atau terdiri dari
sebuah hablur garam yang sukar larut, misalnya, selaput hablur Ag2S2 yang bersifat untuk
menentukan ion S2-, sednagkan selaput Ag2S2 yang didalamnya terdapat hablur CuS bersifat
selektif terhadap ion Cu2+. Beberapa elektroda indikator selektif ion yang lazim dipakai
dalam pemeriksaan kimia disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1.5 Beberapa Elektroda Indikator untuk menentukan ion
Na+ pada pH
+
Gelas H 10
Ag2S S2-, Ag+ Hg2+
CuS dalam Ag2S Cu2+ Hg2+, Ag+
Hg2+, Ag+,
PbS dalam Ag2S Pb2+ Cu2+
AgI dalam Ag2S I- S2-, CN-
AgI dalam Ag2S CN- S2-, I-
AgBr dalam I-, S2-, CN-,
Ag2S Br- NH3-
AgSCN dalam Br-, I-, S2-, CN-
Ag2S SCN , NH3-
Elektroda Pembanding
Pada dasarnya, elektroda hidrogen baku merupakan elektroda pembanding yang
utama karena harga potensial elektroda ini dianggap nol, namun elektroda ini mempunyai
banyak kelemahan yang menyebabkan pemakaian alat ini tidak mudah dalam pemeriksaan
kimia yang sesungguhnya, kelemahan alat ini antara lain : Potensial elektrodanya mudah
terkontaminasi oleh senyawa – senyawa yang lainnya, sepeti oksidator, reduktor, koloid, ion
sulfida dan sebagainya, sert adiperlukan gas hidrogen yang sangat murni (bebas oksigen), dan
sulit dipertahankan dalam keadaan baku, karena itulah elektroda pembanding hanya untuk
pengukuran yang sangat teliti.
Dalam pemerikasaan kimia yang sebenarnya, lebih sering digunakan elektroda pembanding
yang lain, yaitu Kalomel Jenuh (EKJ). Elektroda ini lebih mudah digunakan untuk analisa
kimia tanggapan serta kemudahan perawatannya didalam laboratorium. Beberapa contoh
elektroda pembanding akan diuraikan berikut ini:
Elektroda kalomel jenuh (saturated calomel electrode, SCE) biasanya banyak digunakan oleh
pakar kimia analitik karena banyak tersedia di pasaran dan konsentrasi klorida tidak
mempengaruhi haraga potensial elektroda. Haraga potensial dari SCE adalah 0,244 V pada
25oC dibandingkan terhadap elektroda hydrogen standart.
Biasanya elektroda ini terbuat dari suatu larutan jenuh atau 3,5 M KCl yang harga
potensialnya adalah 0,199 V (jenuh) dan 0,205 V (3,5 M) pada 25oC. elektroda ini dapat
digunakan pada suhu yang lebih tinggi sedangkan elektroda kalomel tidak.
(Kimia Analitik Instrument, edisi ke satu; IKIP Semarang Press)
Dengan ketentuan (a1)aq dan (a2)aq adalah aktivitas ion kalsium dalamm larutan berair
dan (a1)Ex dan (a2)Ex adalah aktivitas dalam fase penukar. Maka potensial total:
Karena (a2)aq adalah tertentu, maka:
Elektroda kalsium lebih selektif untuk kalsium daripada natrium dan kalium. Perbandingan
selektivitas untuk kalsium terhadap magnesium kira-kira 200, dan untuk kalsium terhadap
strontium kira-kira 70. Oleh karena itu, ia tidak tergantung dari pH dalam batas-batas antara
5,5 – 11, dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi ion kalsium serendah 10-5 M.
Elektroda yang tanggap terhadap beberapa kation divalen digunakan untuk mengukur
kesadahan air.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Sebuah elektroda padat digunakan untuk penentuan ion fluorida. Sebuah kristal tunggal dari
lantanium klorida bekerja sebagai membran. Kristalnya disuntik dengan suatu unsur tanah
jarang, europium (II) untuk meningkatkan daya hantar listriknya. Elektroda ini tanggap
terhadap ion fluorida turun sampai kira-kira 10-5 M. Elektroda ini lebih selektif terhadap
fluorida daripada terhadap anion-anion biasa yang lain. Ion hidroksida elektrodanya terbatas
pemakaiannya, yaitu dalam jangkau pH sekitar 0 sampai 8,5. Elektroda-elektroda zadat lain
yang berhasil diperoleh untuk ion-ion klorida, bromida, iodida, sulfida, sianida dan
tiosulfanat. Pada elektroda ini membrannya merupakan butiran yang dituang dan terdiri dari
garam tak larut dari anionnya seperti perak klorida untuk ion klorida.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Suatu elektroda endapan yang selektif terhadap iodida dapat dibuat dengan polimerisasi karet
silikon dengan adanya perak iodida terbagi halus sebanyak berat yang sama. Setelah
campuran membeku, dilekatkan pada dasar suatu tabung gelas dengan rapat sekali. Di dalam
tabung ditempatkan sebuah elektroda perak-perak klorida yang terendam dalam sebuah
larutan kalium iodida. Barium sulfat yang disuspensikan dalam parafin digunakan dengan
cara yang sama untuk membuat suatu elektroda peka terhadap ion sulfat.
Jika kadar uji larutan kurang dari 1 M ( pH > 0 ), maka elektroda indikator akan bermuatan
negatif, sehingga langsung dari persamaan nernst, potensial sel ini akan menjadi sebagai
berikut :
E = E+ – E-
Sehingga potensial elektroda hidrogen baku sama dengan nol, E+ = EEHB = 0 dan pada 25 oC
E = Eind = Eoind + 0,059 log H+, sedangkan Eoind = EEHB = 0, maka :
Persamaan ini memperlihatkan bahwa potensial sel galvani ini bisa digunakan secara
langsung dari penentuan pH suatu larutan yang tidak diketahui aktivitas ion hidrogen. Cara
ini disebut cara potensiometri untuk penentuan pH, akan tetapi karena banyak kesulitan yang
ditemui, maka cara ini tidak digunakan lagi, meskipun demikian elektroda digunakan dalam
penelitian, seperti untuk pengukuran pH yang sangat teliti untuk penetapan sifat larutan
penyangga pH baku.
Sel yang sangat penting untuk pengukuran pH dalam pemeriksaan kimia yang sesungguhnya
dilaboratorium terdiri dari sebuah elektroda gelas dan sebuah elektroda kolomel bagan sel ini
dapat ditulis sebagai berikut :
Potensial sel ini sama dengan beda antara potensial positif dan potensial negatif seperti diatas.
Dalam sel EKJ selalu merupakan elektron positif (EKJ) mempunyai potensial elektroda baku
+ 0,24 V dan elektroda gelas bermuatan negatif.
PH = E – Eo / 0,059
Persamaan tersebut serupa dengan persamaan diatas, sehingga dapat digunakan untuk
perhitungan pH larutan uji dengan pengukuran potensiometri, namun nilai Eotidak diketahui,
seperti diperlihatkan dalam persamaan diatas dimana Eo adalah beda antara dua tetapan, yaitu
Eoge dan EoEKJ, sebagaimana telah ditegaskan dalam persamaan diatas.
Setiap elektroda gelas mempunyai harga potensial elektroda bakunya masing – masing,
sedangkan EKJ merupakan pembanding dalam laboratorium tidak digunakan sebagai acuan
karena mempunyai nilai potensial tetap (0,24 V), karena itu jelas bahwa masalah utama
dalam penentuan pH dengan elektroda gelas yang digabung dengan EKLJ adalah untuk
menentukan atau tidak menentukan harga Eo. Cara terbaik untuk memecahkan masalah ini
adalah dengan menggunakan penyangga pH baku, penyangga pH baku adalah larutan
penyangga pH yang diketahui susunannya secara pasti, dan pH yang akan ditentukan dengan
pengukuran yang sama secara pasti, harga pH beberapa penyangg baku pada berbagai suhu
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Penentuan pH dengan pasangan elektroda tersebut ddapat dilakukan dengan dua pengukuran
yang berurutan, pengukuran pertama pada penyangga kedua larutan uji, kemudian
diberlakukan persamaan berikut :
Es = Eo + 0,059 pHs
Ex = Eo + 0,059 pHx
Disini Es adalah potensial yang diukur pada penyangga baku dan Ex adalah potensial yang
diukur pada larutan zat uji, setelah persamaan tersebut diperkurangkan satu sama lain, maka
Eo hilang, sehingga diperoleh persamaan berikut yang dapat dipakai untuk menghitug pH
larutan uji :
Misalnya untuk penentuan pH suatu larutan, digunakan sel galvani yang tersusun dari
elektroda gelas dan elektroda kalomel jenuh ( EKJ ). Harga potensial + 0,22 V sehingga
diperoleh pada pengukuran larutan penyangga beraks dengan pHs = 9,18 ( 25 oC ), dan harga
potensial pada larutan uji adalah + 0,18, maka dapat dihitung dengan cara :
pH meter
Potensiometri biasa tidak dapat digunakan dengan elektroda pembanding gelas, karena
elektroda mempunyai ketahanan yang tinggi yaitu 1 – 100 MΩ. Yang disebut pH meter
adalah suatu peralatan pengukur voltase yang direncanakan untuk digunakan dengan sel –sel
dengan ketahanan yang tinggi. Ada dua jenis yaitu potensiometrik dan yang pembacaan
langsung. Yang pertama pada dasarnya suatu potensiometer, tetapi karena arus –arus yang
keluar seimbang adalah sedemikian sehingga memberikan bacaan meteran sebanding dengan
pH voltase dari pasangan elektroda –elektroda gelas pembanding dikenal pada suatu tahanan
yang sangat tinggi sehinggan arus yang diambil adalah yang sangat rendah.
1. Elektroda pembanding
2. Elektroda indikator
3. Alat pengukur potensial
1. Elektroda Pembanding
Didalam penggunaan analisis elektrokimia diperlukan suatu elektroda dengan harga potensial
setengah sel yanng diketahui, konstan dan sama sekali tidak peka dengan komposisi larutan
yang sedang diselidiki. Suatu elektroda yang memenuhi persyaratan diatas tersebut
dinamakan dengan elektroda pembanding. Pasangan elektroda pembanding adalah elektroda
indikator yang potensialnya tergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki.
Beberapa contoh elektroda pembanding akan diuraikan sebagai berikut :
· Elektroda Kalomel
Elektroda kalomel pada dasarnya adalah elektroda merkurium (raksa), yang potensial
elektrodanya bergantung semata – mata pada konsentrasi ion merkurium (I) (Hg22+) dalam
larutan yang bersentuhan. Konsentrasi ion merkurium (I) dijaga agar tetap (meskipun rendah)
dengan menambahkan endapan merkurium (I) klorida (Hg2Cl2, kalomel) kepada larutan, dan
dengan memakai konsentrasi kalium klorida yang besar. Dalam elektroda kalomel jenuh itu,
dipakai larutan kalium klorida yang jenuh, kejenuhan dipertahankan dengan menaruh kristal
– kristal KCl yang belum melarut dalam larutan. Pada suhu yang konstan, konsentrasi ion
klorida adalah konstan, ini berarti bahwa konsentrasi ion merkurium (I) tetap konstan, jadi
potensial elektroda tetap konstan pula. Selama kalomel dan kalium klorida ada, dalam bentuk
padat, konsentrasi ion merkurium (I) akan tetap konstan, bahkan sekalipun ada arus listrik
yang besar sekali melalui elektroda itu. Maka elektroda ini tak terpolarisasikan.
· Elektroda perak
Elektroda pembanding yang mirip dengan elektroda kalomel adalah terdiri dari suatu
elektroda perak yang dicelupkan ke dalam larutan KCl yang dijenuhkan dengan AgCl.
Biasanya elektroda ini terbuat dari suatu larutan jenuh.
Satu jenis titrator otomatik melakukan titrasi contohnya sampai pada suatu potensial yang
ditentukan sebelumnya. Perbedaan antara indikator dan elektroda pembanding pada titik
ekivalen ditentukan sebelumnya, dan alatnya kemudian diatur untuk menghentikan buret
pada potensial tersebut. Bahkan dengan pengadukan yang baik, pencampuran tidak seketika,
dan adalah perlu untuk mengambil tindakan lebih dulu dengan memulai kembali aliran titran,
jika buret berhenti terlalu cepat, akibat suatu konsentrasi setempat yang tinggi di sekitar
elektrod indikator. Titik akhir yang terjadi sebelum waktunya ditindak sebelumnya dengan
menempatkan ujung keluar buret sangat dekat dengan elektroda indikator. Maka larutan dekat
dengan elektroda ada pada tahap titrasi yang lebih maju daripada bagian utama larutan. Jadi
elektroda mencapai potensial ekivalen lebih dulu, dan pembubuhan titran berhenti terlalu
cepat. Akan tetapi setelah larutan menjadi serba sama konsentrasinya dengan pengadukan
lebih lanjut, maka potesial turun kembali dan buret dijalankan lagi. Proses ini diulangi
sehingga seluruh larutan mencapai potensial ekivalen. Dalam suatu titrasi visual seorang
pelaku mengerjakan hal sejenis, ketika ia menambahkan titran secara cepat pada tahap-tahap
permulaan dan kemudian tetes demi tetes jika perubahan warna yang berlalu dengan cepat
terlihat pada titik ekivalen.
Potensial sel yang dihasilkan oleh suatu elektroda (M) dengan elektroda hidrogen disebut
potensial elektroda dan dinyatakan dengan lambang E. Apabila pengukuran dilakukan dengan
kondisi standar yaitu pada suhu 25oC dengan konsentrasi ion –ion 1 M dan tekanan gas 1
atm disebut potensial elektroda standar dan disebut Eo. Harga potensial elektroda standar (Eo)
dari berbagai elektroda diberikan dibawah ini.
Tabel.1.7 Daftar Potensial Elektroda Standar
Potensial Standart
Reaksi Elektroda (Eo)
-3,04
+
Li (aq) Û Li(s)
-2,92
K+(aq) Û K(s)
-2,90
2+
Ba (aq) + 2e Û Ba(s)
Ca2+(aq) + -2,87
2e Û Ca(s0
Na2+(aq) + -2,72
2e Û Na(s)
Mg2+(aq) + -2,37
2e Û Mg(s)
-1,66
2+
Al (aq) + 2e Û Al(s)
Mn2+(aq) + -1,18
2e Û Mn(s)
Zn2+(aq) + -0,76
2e Û Zn(s)
-0,74
2+
Cr (aq) + 2e Û Cr(s)
-0,44
2+
Fe (aq) + 2e Û Fe(s)
-0,40
Cd2+(aq) + 2e Û Cd(s)
-0,28
2+
Ni (aq) + 2e Û Ni(s)
Co2+(aq) + -0,28
2e Û Co(s)
Sn2+(aq) + -0,14
2e Û Sn(s)
-0,13
2+
Pb (aq) + 2e Û Pb(s)
2H+(aq) + 0,00
2e Û H2(g)
Cu2+(aq) + 0,34
2e Û Cu(s)
Terdapat lapisan tengah dari gelas kering yang merupakan pertengahan antara dua lapisan gel
asam silikat. Gel-gel ini dibentuk oleh molekul air yang menembus ke dalam permukaan dari
kisi-kisi silikat. Dalam proses reaksi berikut terjadi :
E = Eo + K log (c)
K = RT log ( 10 ) / n F
Dimana: R = gas konstan
T = suhu absolut
N = nomer dari elektron atau diambil dari satu molekul yang ditentukan
Tetapi dalam kenyataan ( n ) tidak diperlukan, itu terjadi jika ( n ) merupakan muatan yang
sama dan telah terbentuk menjadi ionic dari yang telah ditentukan. Sehingga kepekatan ion
dalam larutan dapat dihitung langsung dari harga potensial yang diukur itu.
Potensial suatu elektroda tidak dapat diukur tersendiri, tetapi dapat ditentukan dengan
menggunakan elektroda indikator dengan elektroda pembanding yang hanya memiliki harga
potensial yang tetap selama pengukuran. Elektroda pembanding yang diambil sebagai baku
international adalah elektroda hidrogen baku. Harga potensial elektroda ini ditetapkan nol
pada kesadahan baku ( H+ )= 1 M, tekanan gas H2 = 1 atm dan suhu 25o C, sedangkan gaya
gerak listrik ( GGL ) pasangan elektroda itu diukur dengan bantuan potensiometer yang
sesuai, dan sering digunakan peralatan elektronik ( volt meter ).
Titrasi potensiometri
Pada dasarnya setiap titrasi (asam–basa), kompleksiometri, ataupun titrasi redoks dapat
dilakukan secara potensiometri dengan bantuan elektroda indikator dan elektroda
pembanding yang sesuai. Dengan demikian kurva titrasi yang diperoleh dengan
menggambarkan grafik potensial terhadap volume penitran yang ditambahkan mempunyai
kenaikan yang tajam disekitar titik kesetaraan, dari grafik tersebut dapat diperkirakan titik
akhir titrasi. Cara potensiometri cocok untuk menentukan titik akhir titrasi jika dalam
percobaan tidak ada indikator yang cocok, misalnya saja analisa untuk larutan yang keruh
atau bila daerah kesetaraannya sangat pendek.
Dalam suatu titrasi potensiometri titik akhir ditemukan dengan menentukan volume yang
menyebabkan perubahan relative besar dalam potensial apabila titran ditambahakan beberapa
metode menyalurkan beberapa data titrasi dapat digunakan untuk semua reaksi digunakan
untuk tujuan titrimetri asam basa, reaksi pengendapan dan pembentukan kompleks. Dipilih
suatu alat elektroda indicator yang tepat untuk suatu elektroda pembanding seperti kalomel
untuk melengkapi sel titrasi potensiometri dapat digunakan dengan tangan ataupun dengan
potensioautomatik penekanan kurva titrasi secara automatic pada titik akhir.
Meskipun kurva titrasi sudah tersedia suatu unsur subjektif masuk kedalam prosedur seorang
analisis harus menentukan tempat pada kurva yang paling curam, biasanya digunakan jenis
pemeriksaan suatu reaksi yang berlangsung lengkap dengan baik, maka kurva titrasi menjadi
demikian cuiramnya dekat dengan titik ekuivalen sehingga ketidaktentuannya adalah kecil,
ketelitian untuk membuat lagi titik akhirnya kemungkinannya lebih jelek.
Suatu alur arah lereng suatu kurva titrasi, yakni perubahan potensial dengan berubhanya
volume (DE/DV) terhadap volume titran. Kurva yang dihasilkan naik sampai suatu
maksimum pada titik ekivalen. Volume pada titik ekivalen ditentukan dengan menurunkan
garis vertikal dan puncak dengan sumbu volume. Ada sedikit ketidaktentuan dalam
menetapkan secara tepat puncak dari kurva semakin kompleks reaksinya semakin tajam
puncaknya dan dengan demikian makin teliti letak titik ekivalen.
Suatu alur dari perubahan arah lereng suatu kurva titrasi (DE2/DV2) terhadap volume titran.
Pada titik tempat kemiringan DE/DV merupakan suatu maksimum, turunan kemiringan
adalah nol. Titik akhir terletak pada penggambaran suatu garis vertikal dari tempat
D2E/DV2 adalah nol ke sumbu volume. Bagian kurva yang menghubungkan harga – harga
maksimum dan minimum dari D2E/DV2 adalah lebih curam semakin lengkap reaksi titrasi.
Untuk reaksi –reaksi demikian, titik tengah bagian curam dari kurva sesuai dengan titik
ekuivalen.
Prosedur interpolasi linier ini memuaskan karena potongan pusat kurva itu praktis
linier dari dekat titik ekuivalen atau kesetaraan.
E DE/DV/0,1
Titran (ml) (mV) ml
DE2/DV2
24,7 210 12 -
24,8 222 18 +6
25,3 625 - -
Apabila komposisi larutan didalam dan diluar pipa serba sama susunannya, tidak ada
perbedaan pada potensial diantara elektrode. Akan tetapi, apabila titran ditambahkan kepada
bagian utama larutan : suatu beda potensial timbul, karena larutan didalam tabung tidak lagi
mempunyai susunan yang sama seperti yang diluar. Beda potensial dicatat dan kemudian
larutan dikeluarkan dari pipa dengan cara memeras bola karet sehingga susunannya menjadi
sama atau serba sama lagi. Beda potensial turun ke nol jika larutan utama diserap masuk
kedalam pipa. Volume larutan dalam pipa tentunya harus dibuat kecil sebanding volume total
larutan yang dititrasi. Cara ini cepat dan hasilnya dapat menjadi lebih akurat.
Titrasi Redoks
Untuk titrasi redoks, biasanya digunakan elektroda platina sebagai elektroda indikator dan
elektroda kalomel jenuh (EKJ) sebagai elektroda pembanding. Dengan memakai pasangan
elektroda ini, kurva titrasi yang didapatkan dari percabangan akan bergeser sebanyak 0,24 V
dari kurva teoritis dan juga dalam titrasi redoks tidak menimbulkan masalah yang serius.
Titrasi Pengendapan
Pada titrasi pengendapan, elektroda perak sering digunakan sebagai elektroda indikator,
misalnya ion – ion klorida, bromida, iodida, sianida, tiosianat, sulfida dan senyawa – senyawa
organik yang mempunyai gugus sufhidril sehingga dapat dititrasi dengan larutan baku
AgNO3 dengan memakai elektroda perak sebagai elektron indikator dan sebagai elektron
pembanding dapat digunakan Hg/HgSO4, sebab dengan menggunakan elektron tersebut
kesalahan yang mungkin akan terjadi akan kecil jika dibandingkan dengan menggunakan
elktron pembanding EKJ, sebab elektroda ini mengandung larutan KCl jenuh serta ion – ion
chlorida.
USP XX menggunkan indikasi potensiometri pada titrasi pengendapan penentuan
kloroda dalam injeksi besi – dekstran. Larutan diasamkan dengan asam nitrast 0,1 molar.
Elektroda ukur adalah elektroda perak , elektroda pembanding adalah elektroda kalomel.
Pada titrasi ini pertama – tama ion perak diendapkan sebagai perak klorida dan konsentrasi
ion perak ditentujan melalui hasil kali kelarutan . Dalam hal i8ni potensial tetap konstan .
Pada titik ekuivalen potensialakan bertambah dengan bertambahnya konsentrasi ion perak.
Sampai saat ini banyak dikembangkan sebagai metode untuk analisis ion klorida seperti
kalorimetri, potensiometri dengan menggunakan elektroda selektif ion florida, elektrolilis
kapiler kapiler (CE), kromatografi ion 1910. elektroda selektif ion (EST) dan gc. Merupakan
metode yang paling banyak digunakan untuk ketentuan florida dalam berbagai matriks
disbanding GC ESI memiliki kelemahan dalam hal sansitivitasnya. Karena pada konsentrasi
rendah, GC lebih baik dari pada potensiometrik, menggunakan Esi florida metode ini
selanjutnya diaplikasikan untuk analisis florida dalam bahan baku obat, hal ini tergantung
dari produksi atau sintesanya. Penentuan kadar florida dalam bahan baku obat diperlukan
untuk mengontrol sejauh mana kandungan florida dalam sample tersebut, kadar – kadar yang
ditemukan melebihi kadar yang diijinkan seperti dalam formakope,kromatografi gas
merupakan metode yang sederhana, cepat dan memiliki presisi dan akurasi yang tinggi untuk
analisis kuantitatif florida dalam konsentrasi rendah. Metode ini dapat di terapkan untuk
analisis kuantitatif florida. Metode ini dapat diterapkan untuk analisis bahan baku obat seperti
kalsium askorbat,kalsium karbonat.
Potensial sel galvani bergantung pada aktivitas spesies ion tertentu dalam larutan se,
pengukuran potensial sel menjadi cukup penting dalam kimia analisis. Dalam banyak kasus
suatu sel dapat direka sehingga potensialnya bergantung pada aktivitas suatu spesies ion
tunggal dalam larutan itu. Salah satu elektroda sel haruslah sedemikian rupa sehingga
potensialnya bergantung pada aktivitas ion yang akan ditetapkan; elektroda itu disebut
elektroda indikator. Elektroda yang lain adalah pembanding seperti kaloel yang potensialnya
diketahui dan tetap konstan selama penetapan.
METODE POTENSIOMETRI
Bermacam reaksi titrasi dapat diikuti dengan pengukuran potensiometri. Reaksinya harus
meliputi penambahan atau pengurangan beberapa ion yang sesuai dengan jenis elektrodanya.
Potensial diukur sesudah penambahan sejumlah kecil volume titran secara berturut – turut
atau secara kontinu dengan perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel
konsentrasi.
1. Reaksi netralisasi
Titrasi asam basa dapat diikuti dengan elektroda indikatornya elektroda gelas.
1. Reaksi pembentukan kompleks dan pengendapan
2. Pembentukan endapan atau kompleks akan membebaskan ion terhidrasi dari larutan.
Biasanya digunakan elektroda Ag dan Hg. Berbagai logam dapat dittrasi dengan
EDTA.
3. Reaksi redoks
Elektroda Pt atau elektroda inert dapat digunakan pada titrasi redoks. Oksidator kuat
(KMnO4, K2Cr2O7, Co(NO3)3) membentuk lapisan logam oksida yang harus dibebaskan
dengan reduksi secara katoda dalam larutan encer.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam melakukan pengukuran eksperimen. Pertama,
dilakukan pengukuran tunggal terhadap potensial itu: ini cukup untuk menetapkan aktivitas
ion yang diminati. Kedua, ion itu dapat dititrasi dan potensialnya diukur sebagai fungsi
volume titran. Metode pertama disebut potensiometri langsung dan terutama telah digunakan
dalam pengukuran pH larutan air. Dewasa ini juga diterapkan secara meluas dalam penetapan
ion-ion lain lewat penggunakan elektrode selektif ion. Metode kedua, yang disebut titrasi
langsung ini, memanfaatkan pengukuran potensial untuk mendeteksi titik kesetaraan suatu
titrasi. Metode ini dapat diterapkan pada semua jenis reaksi yang ternyata sesuai untuk
analisis titrimetri.
Potensiometri Langsung
Potensiometri langsung adalah penetapan pH dari larutan air. Istilah pH didefinisikan oleh
Sorensen pada tahun 1909 sebagai negative logaritma dari konsentrasi ion hydrogen. EMF
pada sel galvanic yang digunakan untuk mengukur pH lebih tergantung pada aktivitas ion
hydrogen daripada konsentrasi. Jadi, definisi pH didefinisikan sebagai :
pH = – log [H+]
Definisi ini memuaskan dari segi teoritis, namun kuantitas itu tidak dapat diukur
secara eksperimen. Tidak ada jalan untuk mengukur aktivitas spesies ion tunggal itu secara
tidak arti (dalam istilah termodinamika bahwa pH berbanding langsung dengan kerja yang
dibutuhkan untuk menstranfer ion hydrogen secara reversible dari suatu larutan yang sedang
diuji ke larutan yang aktivitas ion hidrogennya ditransfer tanpa sekaligus mentrasfer ion
negative).
Kuantitas yang diukur secara potensiometri sebanarnya bukanlah konsentrasi dan bukan pula
aktivitas ion hidrogen. Oleh karena itu, lebih disukai untuk mendefinisikan pH sebagai EMF
sel yang digunakan untuk pengukuran itu. Misalnya diandaikan bahwa sel semacam itu
terdiri dari elektroda pembanding yang sesuai dan dihubungkan oleh jembatan garam
kelarutan yang ditangani, dimana dicelupkan suatu elektroda hidrogen.
E – Emf – 0,095 pH
Sebenarnya persamaaan ini harus berisi suku Ej potensial pertemuan cairan, yang mungkin
kecil jika jembatan garamnya tetap, namun tidaklah nol. Jadi, persamaan tersebut diatas
seharusnya adalah :
E = Emf – 0,095 pH + Ej
Dengan Emf adalah potensial elektroda pembanding. Bila Eref + Ej disebut K, maka
persamaan ini menjadi :
E = K – 0,095 pH
Atau
pH -
Persamaan diatas mengandung dua pH dan K. Oleh karena itu,tidak dapat digunakan
untuk mencari nilai kedua kuantitas itu. Perlulah untuk secara sembarang memberi suatu nilai
pH bagi suatu buffer standart agar terpastikan suatu skala pH yang praktis.
Nasional Bureu of Standart menetapkan pH buffer – buffer tertentu dengan mengukur secara
seksama sel – sel pilihan dengan menggunakan pengandaian yang masuk akan mengenai
koefisien aktivitas. Tabel dibawah ini berisi beberapa contoh buffer yang direkomendasikan
oleh biro itu.
Pengukuran potensiometri langsung dapat berguna untuk meneteapkan aktivitas suatu spesies
dalam suatu campuran kesetimbangan, karena kesetimbangan tidak dikacaukan oleh
pengukuran itu. Misalnya pH suatu larutan 0,1 F asam asetat mungkin diukur dan konsentrasi
ion hidrogen (diperkirakan dari aktivitasnya) dijumpai sebesar 0,0013 M. Dipihak lain, jika
larutan itu dititrasi, kita akan menjumpai konsentrasi sebesar 0,1 M. Titrasi menghasilkan
informasi stoikiometri mengenai jumlah total proton yang tersedia, sedangkan pengukuran
langsung memberikan aktivitas kesetimbangan proton dalam larutan itu pada saat kapanpun
saja.
Meskipun demikian ada permasalahan lain dengan potensiometri langsung. Untuk keperluan
tertentu (misalnya penentuan tetapan keseimbangan termodinamik) aktivitas suatu macam zat
elektroaktif mungkin diperlukan. Tetapi dalam pekerjaan analitik kita biasanya ingin
mengetahui konsentrasi. Kecuali jika susunan larutan terhadap semua ion terperinci, maka
pengubah aktivitas menjadi konsentrasi merupakan suatu permainan yang mengandung
resiko, dan bahkan kemudian seseorang dapat saja tidak mampu menemukan suatu koefisien
aktivitas yang cocok dalam kepustakaan dalam keadaan tertentu.
1. Selama reaksi pengosongan aki berlangsung ,H2SO4 diikat dan dihasilkan air. Dengan
demikian kadar H2SO4 berkurang dan rapatan larutan berkurang. Dalam praktek
rapatan larutan digunakan sebagai patokan untuk pengisian kembali aki. Aki yang baru
diisi mengandung larutan dengan rapatan sekitar 1,25 sampai 1,30 g/ml. Apabila
rapatan larutan turun sampai 1,2 g/ml,aki sudah perlu diisi kembali. Rapatan larutan
dapat ditentukan dengan suatu alat yang disebut hidrometer.
2. Anode dan katode berubah menjadi zat yang sama,yaitu PbSO4.Apabila
permukaan kedua elektrode sudah ditutupi zat yang sama,yaitu PbSO4,berarti tidak
lagi terdapat selisih potensial,aki perlu diisi kembali.
Aki dapat diisi kembali karena hasil-hasil reaksi penggosokan aki tetap melekat pada kedua
elektrode. Pengisian aki dilakukan dengan membalik arah aliran elektron pada kedua
elektrode. Pada penggosokan aki, anode (Pb) mengirim elektron pada katode. Sebaliknya
pada pengisian aki, elektrode Pb dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus sehingga
PbSO4 yang terdapat pada elektrode Pb itu direduksi. Sementara itu, PbSO4 yang terdapat
pada PbO2 mengalami oksidasi membentuk PbO2.
Reaksi pengisian aki adalah sebagai berikut :
PbSO4 + H+ + 2e ® Pb + HSO4-
- Elektrode PbO2 sebagai anoda :
Telah disebutkan bagaimana komposisi kaca mengecilkan galat ion Natrium dari elektrode
kaca biasa pada pH tinggi. Eisenmant dan pembantunya mempelajari pengaruh ion logam
alkali dan ion hidrogen terhadap potensial membran kaca sebagai fungsi komposisi kaca.
Misalnya mereka menjumpai bahwa suatu kaca yang terdiri dari Na2O 28%, Al2O3 5% dan
SiO2 68% menunjukkan suatu respon yang selektif terhadap ion kalium samapai serendah
aktivitas sama dengan 10-4. Suatu kaca dengan komposisi Li2O 15%, Al2O3 25% dan
SiO2 60% dapat digunakan untuk menetapkan litium dalam kehadiran baik ion natrium
maupun kalium.
Persamaan skala pH
Dengan menggunakan :
E – K – 0,059 pH
Dengan menggunakan buffer tunggal. Tetapi suku K tidaklah benar – benar konstan
sepanjang jangkauan pHnya yang lebar, terutama karena perubahan komposisi larut. Oleh
karena itu, direkomendasikan bahwa suatu standart pH dipilih yang dekat nilainya dengan pH
larutan.
Mungkin untuk mengukur kondisi eksperimen sehingga suku K konstan sampai kira- kira 1
mV sepanjang jangkauan pH 2 sampai dengan 10. Hal ini menimbulkan ketidaktentuan
dalam nilai pH sekitar 0,01 sampai 0,02 satuan. Jadi, tidaklah mungkin untuk memperoleh
bilangan pH yang lebih cermat dan pada pengukuran potensiometrinya.
Pengukuran potensiometri secara langsung adalah sangat berguna untuk menentukan aktivitas
suatu macam zat didalam suatu campuran yang berkesetimbangan, karena keseimbangan
tidak terganggu oleh pengukuran. Misal pH suatu larutan 0,1 F asam asetat dapat diukur dan
konsentrasi ion hidrogen (dapat diperkirakan dari aktivitas) ditemukan sejumlah 0,0013 M.
Sebaliknya jika larutan dititrasi kita akan menemukan bahwa konsentrasinya adalah 0,1 M.
Titrasi menghasilkan keterangan stoikiometri tentang jumlah proton yang tersedia, sedangkan
pengukuran langsung memberi aktivitas keseimbangan dari proton di dalam larutan setiap
saat.
Karena adanya hubungan logaritmik dari potensial terhadap aktivitas, penentuan dengan
potensiometrik secara langsung biasanya tidak sangat teliti kecuali kalau pengukuran
istimewa dilakukan. Dengan menggunakan angka-angka dalam persamaan NERST dengan
mudah terlihat bahwa kesalahan seetingkat beberapa persen dalam suatu aktivitas ion
mungkin terjadi dari suatu kesalahan 1 mV pada pengukuran potensial.
Terdapat permasalahan yang lain dengan potensiometrik langsung. Untuk keperluan tertentu
(misalnya penentuan tetapan keseimbangan termodinamik) aktivitas, suatu macam zat elektro
aktif mungkin diperlukan, tetapi dalam pekerjaan analitik kita biasanya ingin mengetahui
kosentrasi. Kecuali jika susunan larutan terhadap semua ion diperinci, maka pengubahan
aktivitas menjadi konsentrasi merupakan suatu permainan yang megandung resiko
bahkan seorang dapat saja tidak menemukan suatu koefisien aktivitas yang cocok dalam
kepustakaan untuk keadaan-keadaan tertentu. Persoalan ini dapat diimbangi dengan
penerapan jika semua contoh yang tidak diketahui mempunyai susunan kasar yang sama.
Suatu deret standart dibuat dengan ion yang ditentukan diubah-ubah, tetapi yang sedapat
mungkkin sama dengan yang tidak diketahu dalam setiap segi yang lain. Pengamatan
potensiometer kemudian diubah menjadi konsentrasi dengan menggunakan sebuah grafik dari
E terhadap log C yang digambarkan dari pengukuran terhadap standat. (Sebuah contoh dapat
dipakai dalam penentuan suatu ion logam yang kurang penting dalam air laut; standartnya
dapat merupakan air laut buatan yang sedapat mungkin mendekati hal yang sebenarnya
terhadap garam dan solute-solute utama yang lain, dibubuhi ion logam dengan kuantitas yang
diketahui).
Walaupun ada persoalan –persoalan demikian, potensiometri adalah menarik, karena cepat,
tidak sangat mahal, mudah dibuat , dan tidak merusak contoh. Apabila efek matriks dapat
diimbangi, dan apabila ketelitian yang tinggi tidak diperlukan maka cara –cara ini dapat
diterima secara luas.
Dalam bab ini kita akan membicarakan jenis elektroda indikator yang dapat diperoleh untuk
berbagai ion. Pengukuran pH deangan potensiometrri akan kita tieliti secara lebih mendalam.
Kemudian kita akan bicarakan penggunaan cara- cara potensiometri atas keempat jenis reaksi
yang dipakai dalam analisa titrimatrik.
Kebanyakan pengukuran pH dilakukan oleh ahli kimia analisis dan biokimia dengan
mengggunakan elektroda kaca yang dihubungkan ke elektroda pembanding kalomel oleh
suatu jembatan garam kalium klorida. Diandaikan bahwa salah satu buffer NB 5 digunakan
untuk menstandartkan pH meter. Sebenarnya bilangan pH terukur tidaklah eksak sama
dengan
log a H+, namun dalam kondisi biasa nilai tersebut hampir sama .
Jika nilai H+ diambil sama dengan satu dapat ditimbulkan galat yang sangat besar.,
bergantung pada kuat ion sebesar 0,16 yang sangat penting dalam kimia biologis besaran
galat dalam menentukan konsentrasi ion hidrogen adalah sekitar 25 % jika diandaikan [H+] –
a H+.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Penentuan simultan senyawa fosfat. Contohnya dalam penentuan kadar dan pemeriksaan
pemurnian natrium fosfat dalam pH juga natrium fosfat dan larutan oral dalam USP XX.
Cuplikan ditambah sejumlah asam klorida tertentu dan titrasi dengan natrium hidroksida
sampai titik akhir pertama dengan pH 4,4. Kemudian titrasi dilanjutkan sampai titik akhir
kedua. Dari jumlah asam klorida yang ditambahkan dan jumlah natrium hodroksida yang
digunakan pada kedua tahap, kasar natrium hidroksida fosfat dan natrium monohodropgen
fosfat dapat dihitung.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam melakukan pengukuran eksperimen. Pertama,
dilakukan pengukuran tunggal terhadap potensial itu, ini cukup untuk menetapkan aktifitas
ion yang diminati. Kedua, ion itu dapat dititrasi dan potensialnya dapat diukur sebagai fungsi
volume titran. Metode pertama disebut potensiometri langsung dan terutama telah digunakan
dalam pengukuran pH larutan air. Dewasa ini juga diterapkan secara meluas dalam penetapan
ion-ion lain lewat penggunaan elektroda selektif ion. Metode kedua, yang disebut titrasi
langsung ini, memanfaatkan pengukuran potensial untuk mendeteksi titik kesetaraan suatu
titrasi. Metode ini dapat diterapkan pada semua jenis reaksi yang ternyata sesuai untuk analisi
titrimetri.
Pengukuran potensiometri langsung dapat berguna untuk menetapkan aktifitas suatu spesies
dalam suatu campuran kesetimbangan, karena kesetimbangan tidak dikacaukan oleh
pengukuran itu. Misalna pH suatu larutan 0,1 M asam asetat mungkin diukur dan konsentrasi
ion hidrogen (diperkirakan dari aktifitasnya) dijumpai sebesar 0,0013 M. Dipihak lain, jika
larutan itu dititrasi, kita akan menjumpai konsentrasi sebesar 0,1 M. Titrasi menghasilkan
informasi stoikiometri mengenai jumlah total proton yang tersedia, sedangkan pengukuran
langsung memberikan aktifitas kesetimbangan proton dalam larutan itu pada saat kapanpun
saja.
Tahun-tahun terakhir ini telah dikembangkan membran kaca yang bersifat selektif
untuk suatu kation tertentu, tepat seperti elektrode kaca biasa yang selektif untuk ion
hidrogen. Misalnya elektrode kaca sekarang tersedia di pasar untuk ion natrium, kalium,
litium, dan perak. Elektrode ini tidaklah khas atau spesifik untuk suatu ion tertentu,
melainkan mereka mempunyai suatu selektivitas untuk suatu ion tertentu dan karena alasan
itulah disebut elektrode selektif ion atau ISE.
Telah disebutkan bagaimana komposisi kaca mengecilkan galat ion natrium dari elektrode
kaca biasa pada pH tinggi. Eisenmant dan pembantunya mempelajari pengaruh ion logam
alkali dan ion hidrogen terhadap potensial membran kaca sebagai fungsi komposisi kaca.
Misalnya mereka menjumpai bahwa suatu kaca yang terdiri dari Na2O 28 %, Al2O 5%, dan
SiO2 68% menunjukkan suatu respon yang selektif terhadap ion kalium sampai serendah
aktivitas sama dengan 10-4. Suatu kaca dengan komposisi Li2O 15%, Al2O3 25%, dan SiO2
60% dapat digunakan untuk menetapkan liotium dalam kehadiran baik ion natrium maupun
kalium. Potensial batas bergantung pada baik aktivitas ion natrium maupun hidrogen.
Disamping itu ion natrium mampu untuk menembus gel dan mempengaruhi potensial difusi.
Dalam hal ini potensial difusi tidak saling mematikan seperti kasus yang dibahas sebelumnya.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Elektrode kalsium kira-kira 3000 lebih selektif untuk kalsium daripada untuk natrium atau
kalium. Angka banding selektifitas untuk kalsium terhadap magnesium kira-kira 200, dan
untuk kalsium terhadap stronsium kira-kira 70. Dalam jangkauan 5,5 sampai dengan 11 tidak
bergantung pada pH dan dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi ion kalsium
serendah 10-5 M.
Beberapa elektrode membran yang selektif ion lainnya tersedia di pasar, termasuk membran
penukar anion untuk anion seperti nitrat, klorida, dan perklorat. Suatu elektroda yang
memberi respon pada beberapa kation divalen digunakan untuk mengukur kesadahan air.
Sebagai tambahan, sejumlah peneliti telah mengembangkan elektroda mereka sendiri untuk
studi khusus. Suatu contoh adalah suatu elektroda membran untuk ion etidium yang
dikembangkan untuk mempelajari pengikatan obat ini oleh DNA.
Bahan padat yang selektif terhadap anion, seperti kaca selektif terhadap kation, telah
digunakan dengan berhasil sebagai elektroda membran tahun-tahun terakhir ini. Suatu
elektroda zat padat mempunyai membran dalam bentuk kristal tunggal atau suatu butiran
senyawa yang mengandung anion yang dapat ditetapkan. Suatu elektrode endapan disiapkan
dengan mensuspensikan suatu garam tak larut yang tertumpuk halus dalam suatu matrik
setengah fleksibel yang lamban atau inert, dari mana membran itu dibuat.
Suatu elektroda zat padat yang sangat berhasil adalah yang pernah digunakan untuk
menetapkan ion florida. Sebuah kristal tunggal lantanum florida bertindak sebagai membran.
Kristal itu dikontaminasi oleh suatu unsur tanah langka, eurotium (II) untuk meningkatkan
daya hantar listriknya. Elektroda itu berespon terhadap ion florida sampai konsentrasi
serendah kira-kira 10-5 M. Selektifitasnya untuk florida 1000 kali lebih tinggi daripada untuk
anion-anion biasa lainnya. Ion hidroksida memang mengganggu dan elektroda itu terbatas
penggunaannya dalam jangkauan pH kira-kira 0 sampai dengan 8,5. Elektrode zat padat lain
yang berhasil, yang tersedia adalah untuk ion klorida, bromida, iodida, sulfida, sianida, dan
tiosianat. Dalam elektrode ini membrannya adalah suatu butiran garam tak larut dari masing-
masing anion, seperti misalnya perak klorida untuk ion klorida. Butiran itu dituang
(dilelehkan kemudian dibekukan tetes demi tetes).
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Elektroda Indikator
Elektroda indikator berfungsi sebagai pengukuran secara potensiometer yang terdiri atas dua
dua jenis yaitu :
Dalam hal ini yang dapat tereduksi adalah logam itu sendiri yang berada dalam keadaan
bakunya ( a=1 ), tetapi dalam pemeriksaan kimia yang sesungguhnya, keaktifan ion
Ag+ dapat diganti dengan kepekaan ion Ag, karena itu dapat ditulis sebagai berikut :
EAg+/Ag = EoAg+/Ag + 0,059 log ( Ag+ )
Persamaan diatas dapat digunakan untuk menghitung kepekaan ion perak dalam larutan,
dengan syarat potensial dalam elektroda perak dapat diketahui, misalnya, potensial elektroda
perak yang dicelupkan kedalam larutan ion perak telah diukur dan telah diketahui besarnya +
0,682 V terhadap elektroda hidrogen baku, untuk menghitung kepekatan ion perak tersebut
dalam larutan ( EoAg+/Ag = + 0,8 V ).
Selain itu menentukan kadar ion perak, persamaan diatas dapat pula digunakan untuk
menentukan apakah elektroda perak mengikuti persamaan nernst atau tidak, misalnya
potensial elektroda perak yang dicelupkan kedalam dalam larutan AgNO3 0,1 M telah diukur
dan telah diketahui besarnya + 0,741 V terhadap elektroda hidrogen baku. Selain terhadap ion
perak, elektroda perak juga mempunyai tanggapan yang sesuai dengan persamaan nernst
terhadap ion-ion yang membentuk senyawa-senyawa halida(kecuali fluorida)dan beberapa
senyawa lain. Hal ini dapat diterangkan denggan muda, karena kepekatan ion perak akan
dapat ditentukan ole hasil kali kelarutan senyawa perak yang sukar larut itu dan kepekatan
anion yang terlibat, misalnya, hasil kali kelarutan AgCl di rumuskan sebagai berikut :
Sistem Elektroda
Indikator Ion yang ditentukan
Ag – Ag+ Ag+
Au – Au3+ Au3+
Pd – Pd2+ Pd2+
Pb – Pb2+ Pb2+
Cd – Cd2+ Cd2+
Zn – Zn2+ Zn2+
Hg – HgCl – Cl- Cl-
Ag – AgI – I- I-
Ag – AgBr – Br- Br-
Ag – AgCl – Cl- Cl-
Elektroda indikator yang terbuat dari logam mulia (Pt, Pd) mempunyai tanggapan yang sesuai
dengan persamaan nernst terhadap beberapa pasangan redoks logam seperti Fe2+/Fe,
Ce4+/Ce2+, tetapi tidak dapat dijadikan pedoman karena potensial yang diukur bersesuaian
dengan pengaruh keseluruhan selektif redoks yang terjadi didalam system, beberapa contoh
elektroda indikator seperti dibawah ini.
Tabel 1.4 Beberapa contoh system elektroda indikator yang peka terhadap pasangan redoks
System
Elektroda Jumlah elektroda Pasangan
Indikator yang dipertukarkan redoks
Pt – H2(gas) – 1
H+ H+ H2 ½
2
Pt – I3 – I -
I3 I- 3
2
Pt – Tl – Tl
3+
Tl3+ Tl+
1
Pt – Fe – Fe
3+ 2+
Fe3+ Fe2+
1
Pt – Ce – Ce
3+ 2+
Ce4+ Ce3+
1
Pt – Co – Co
3+ 2+
Co3+ Co2+
Pt – Fe(CN)63-– 2 Fe(CN)63-
Fe(CN)64- /Fe(CN)64-
Sebenarnya, elektroda hidrogen juga merupakan elektroda indikator untuk ion hidrogen,
karena itu elektroda ini dapat digunakan untuk pengukuran kadar ion hidrogen, sehingga
dapat digunakan untuk pemeriksaan kimia sehari – hari. Elektroda ini hanya digunakan atau
dalam pembekuan elektroda lainnya.
Elektroda gelas ini terdiri dari sebuah bola gelas khusus berdinding tipis didalamnya terdapat
elektroda pembanding yang dicelupkan kedalam larutan penyangga,bila elektroda gelas ini
dicelupkan kedalam suatu larutan yang akan diuji, sehingga semakin besar kadar ion
hidrogen yang masuk kedalam lapisan gelas tadi dan makin besar kadar ion dalam larutan uji,
sehingga semakin banyak pengujian makin banyak ion hidrogen yang akan masuk kedalam
lapisan gelas tersebut dan makin besar muatan positif elektroda gelas itu secara keseluruhan.
Lapisan gelas tersebut bertindak sebagai selaput yang selektif – ion yang hanya memberikan
proton.
Sifat yang sangat penting dari elektroda gelas ini adalah bahwa potensialnya mengikuti
persamaan nernst sebagai berikut
Dalam pemeriksaan yang sesungguhnya, keaktifan ion hidrogen dapat diganti dengan
kepekatan ion hidrogen, sehingga persamaan diatas menjadi :
Kendati demikian, untuk pengukuran yang seksama harus digunakan kurva tera, dalam
persamaan diatas, Eo adalah potensial elektroda baku dari elektroda gelas, tetapi dari Eo ini
berbeda anatara satu elektroda dengan elektroda lainnya, sehingga nilai Eo tersebut juga
beragam dengan waktu, walaupun keragaman ini tidak begitu besar pengaruhnya. Ciri lain
dari elektroda adalah potensial yang hampir tidak sama, nilai potensial ini dapat diukur
dengan percobaan asalkan pH larutan dibagian dalam dan dibagian luar bola gelas bernilai
sama. Dalam hal demikian, potensial elektroda gelas itu sebenarnya sama dengan nol, namun
pada kenyataannya selalu diperoleh nilai potensial yang disebut potensial setangkup selaput
gelas tersebut, sehingga nilai tersebut dapat dimasukkan kedalam nilai potensial elektroda
baku jika nilainya tetap, sehingga tidak perlu ditentukan dalam pemeriksaan kimia yang
sesungguhnya.
Elektroda gelas merupakan salah satu elektroda selektif – ion yang baik karena tanggapannya
terhadap kepekaan ion hidrogen sama dengan tanggapan yang dihitung secara teoritis pada
rentang kepekaan hidrogen yang cukup luas, dengan demikian untuk setiap perubahan
keaktifan ion hidrogen dapat bernilai sepuluh kali lipat, potensialnya berubah 0,059 V,
sedangkan ion – ion lain seperti oksidator, koloid dan senyawa–senyawa organik tidak akan
mempengaruhi responnya.
Salah satu kelemahan elektroda gelas ini adalah, jika adanya kesalahan alkali, yakni
kesalahan timbul karena elektroda gelas juga memberi tanggapan terhadap kepekatan ion
alkali dalam larutan yang bersifat basa. Kesalahan alkali ini timbul pada harga pH yang tinggi
dan pada kepekaan ion logam alkali yang tinggi (terutama ion natrium). Dalam beberapa hal,
kesalahan alkali dapat mencapai beberapa persepuluhan satuan pH, namun sekarang sudah
tersedia elektroda gelas khusus yang kesalahan alkalinya tidak begitu tinggi.
Disamping elektroda gelas, beberapa elektroda dapat dipilih untuk ion yang lain dan sering
digunakan dalam analisa kimia. Serupa dengan elktroda gelas, elektroda – elektroda lain itu
mempunyai selaput yang selektif terhadap ion, yang terdiri dari garam yang sukar larut, dan
yang biasanya dimasukkan kedalam suatu acuan yang lembam secara kimia, atau terdiri dari
sebuah hablur garam yang sukar larut, misalnya, selaput hablur Ag2S2 yang bersifat untuk
menentukan ion S2-, sednagkan selaput Ag2S2 yang didalamnya terdapat hablur CuS bersifat
selektif terhadap ion Cu2+. Beberapa elektroda indikator selektif ion yang lazim dipakai
dalam pemeriksaan kimia disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1.5 Beberapa Elektroda Indikator untuk menentukan ion
Na+ pada pH
+
Gelas H 10
Ag2S S2-, Ag+ Hg2+
CuS dalam Ag2S Cu2+ Hg2+, Ag+
Hg2+, Ag+,
PbS dalam Ag2S Pb2+ Cu2+
AgI dalam Ag2S I- S2-, CN-
AgI dalam Ag2S CN- S2-, I-
AgBr dalam I-, S2-, CN-,
Ag2S Br- NH3-
AgSCN dalam Br-, I-, S2-, CN-
Ag2S SCN , NH3-
Elektroda Pembanding
Pada dasarnya, elektroda hidrogen baku merupakan elektroda pembanding yang
utama karena harga potensial elektroda ini dianggap nol, namun elektroda ini mempunyai
banyak kelemahan yang menyebabkan pemakaian alat ini tidak mudah dalam pemeriksaan
kimia yang sesungguhnya, kelemahan alat ini antara lain : Potensial elektrodanya mudah
terkontaminasi oleh senyawa – senyawa yang lainnya, sepeti oksidator, reduktor, koloid, ion
sulfida dan sebagainya, sert adiperlukan gas hidrogen yang sangat murni (bebas oksigen), dan
sulit dipertahankan dalam keadaan baku, karena itulah elektroda pembanding hanya untuk
pengukuran yang sangat teliti.
Dalam pemerikasaan kimia yang sebenarnya, lebih sering digunakan elektroda pembanding
yang lain, yaitu Kalomel Jenuh (EKJ). Elektroda ini lebih mudah digunakan untuk analisa
kimia tanggapan serta kemudahan perawatannya didalam laboratorium. Beberapa contoh
elektroda pembanding akan diuraikan berikut ini:
Potensial sel ini akan bergantung pada konsentrasi klorida x, dan harga konsentrasi ini harus
dituliskan untuk menjelaskan elktroda.
Elektroda kalomel jenuh (saturated calomel electrode, SCE) biasanya banyak digunakan oleh
pakar kimia analitik karena banyak tersedia di pasaran dan konsentrasi klorida tidak
mempengaruhi haraga potensial elektroda. Haraga potensial dari SCE adalah 0,244 V pada
25oC dibandingkan terhadap elektroda hydrogen standart.
Biasanya elektroda ini terbuat dari suatu larutan jenuh atau 3,5 M KCl yang harga
potensialnya adalah 0,199 V (jenuh) dan 0,205 V (3,5 M) pada 25oC. elektroda ini dapat
digunakan pada suhu yang lebih tinggi sedangkan elektroda kalomel tidak.
(Kimia Analitik Instrument, edisi ke satu; IKIP Semarang Press)
Dengan ketentuan (a1)aq dan (a2)aq adalah aktivitas ion kalsium dalamm larutan berair
dan (a1)Ex dan (a2)Ex adalah aktivitas dalam fase penukar. Maka potensial total:
Karena (a2)aq adalah tertentu, maka:
Elektroda kalsium lebih selektif untuk kalsium daripada natrium dan kalium. Perbandingan
selektivitas untuk kalsium terhadap magnesium kira-kira 200, dan untuk kalsium terhadap
strontium kira-kira 70. Oleh karena itu, ia tidak tergantung dari pH dalam batas-batas antara
5,5 – 11, dan dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi ion kalsium serendah 10-5 M.
Elektroda yang tanggap terhadap beberapa kation divalen digunakan untuk mengukur
kesadahan air.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Sebuah elektroda padat digunakan untuk penentuan ion fluorida. Sebuah kristal tunggal dari
lantanium klorida bekerja sebagai membran. Kristalnya disuntik dengan suatu unsur tanah
jarang, europium (II) untuk meningkatkan daya hantar listriknya. Elektroda ini tanggap
terhadap ion fluorida turun sampai kira-kira 10-5 M. Elektroda ini lebih selektif terhadap
fluorida daripada terhadap anion-anion biasa yang lain. Ion hidroksida elektrodanya terbatas
pemakaiannya, yaitu dalam jangkau pH sekitar 0 sampai 8,5. Elektroda-elektroda zadat lain
yang berhasil diperoleh untuk ion-ion klorida, bromida, iodida, sulfida, sianida dan
tiosulfanat. Pada elektroda ini membrannya merupakan butiran yang dituang dan terdiri dari
garam tak larut dari anionnya seperti perak klorida untuk ion klorida.
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )
Suatu elektroda endapan yang selektif terhadap iodida dapat dibuat dengan polimerisasi karet
silikon dengan adanya perak iodida terbagi halus sebanyak berat yang sama. Setelah
campuran membeku, dilekatkan pada dasar suatu tabung gelas dengan rapat sekali. Di dalam
tabung ditempatkan sebuah elektroda perak-perak klorida yang terendam dalam sebuah
larutan kalium iodida. Barium sulfat yang disuspensikan dalam parafin digunakan dengan
cara yang sama untuk membuat suatu elektroda peka terhadap ion sulfat.
Jika kadar uji larutan kurang dari 1 M ( pH > 0 ), maka elektroda indikator akan bermuatan
negatif, sehingga langsung dari persamaan nernst, potensial sel ini akan menjadi sebagai
berikut :
E = E+ – E-
Sehingga potensial elektroda hidrogen baku sama dengan nol, E+ = EEHB = 0 dan pada 25 oC
E = Eind = Eoind + 0,059 log H+, sedangkan Eoind = EEHB = 0, maka :
E = E- = – ( Eind + 0,059 log H+ ) = 0,059 atau pH = E/0,059
Persamaan ini memperlihatkan bahwa potensial sel galvani ini bisa digunakan secara
langsung dari penentuan pH suatu larutan yang tidak diketahui aktivitas ion hidrogen. Cara
ini disebut cara potensiometri untuk penentuan pH, akan tetapi karena banyak kesulitan yang
ditemui, maka cara ini tidak digunakan lagi, meskipun demikian elektroda digunakan dalam
penelitian, seperti untuk pengukuran pH yang sangat teliti untuk penetapan sifat larutan
penyangga pH baku.
Sel yang sangat penting untuk pengukuran pH dalam pemeriksaan kimia yang sesungguhnya
dilaboratorium terdiri dari sebuah elektroda gelas dan sebuah elektroda kolomel bagan sel ini
dapat ditulis sebagai berikut :
Potensial sel ini sama dengan beda antara potensial positif dan potensial negatif seperti diatas.
Dalam sel EKJ selalu merupakan elektron positif (EKJ) mempunyai potensial elektroda baku
+ 0,24 V dan elektroda gelas bermuatan negatif.
PH = E – Eo / 0,059
Persamaan tersebut serupa dengan persamaan diatas, sehingga dapat digunakan untuk
perhitungan pH larutan uji dengan pengukuran potensiometri, namun nilai Eotidak diketahui,
seperti diperlihatkan dalam persamaan diatas dimana Eo adalah beda antara dua tetapan, yaitu
Eoge dan EoEKJ, sebagaimana telah ditegaskan dalam persamaan diatas.
Setiap elektroda gelas mempunyai harga potensial elektroda bakunya masing – masing,
sedangkan EKJ merupakan pembanding dalam laboratorium tidak digunakan sebagai acuan
karena mempunyai nilai potensial tetap (0,24 V), karena itu jelas bahwa masalah utama
dalam penentuan pH dengan elektroda gelas yang digabung dengan EKLJ adalah untuk
menentukan atau tidak menentukan harga Eo. Cara terbaik untuk memecahkan masalah ini
adalah dengan menggunakan penyangga pH baku, penyangga pH baku adalah larutan
penyangga pH yang diketahui susunannya secara pasti, dan pH yang akan ditentukan dengan
pengukuran yang sama secara pasti, harga pH beberapa penyangg baku pada berbagai suhu
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Penentuan pH dengan pasangan elektroda tersebut ddapat dilakukan dengan dua pengukuran
yang berurutan, pengukuran pertama pada penyangga kedua larutan uji, kemudian
diberlakukan persamaan berikut :
Es = Eo + 0,059 pHs
Ex = Eo + 0,059 pHx
Disini Es adalah potensial yang diukur pada penyangga baku dan Ex adalah potensial yang
diukur pada larutan zat uji, setelah persamaan tersebut diperkurangkan satu sama lain, maka
Eo hilang, sehingga diperoleh persamaan berikut yang dapat dipakai untuk menghitug pH
larutan uji :
PHx =( Ex – Es / 0,059 ) + pHs
Misalnya untuk penentuan pH suatu larutan, digunakan sel galvani yang tersusun dari
elektroda gelas dan elektroda kalomel jenuh ( EKJ ). Harga potensial + 0,22 V sehingga
diperoleh pada pengukuran larutan penyangga beraks dengan pHs = 9,18 ( 25 oC ), dan harga
potensial pada larutan uji adalah + 0,18, maka dapat dihitung dengan cara :
pH meter
Potensiometri biasa tidak dapat digunakan dengan elektroda pembanding gelas, karena
elektroda mempunyai ketahanan yang tinggi yaitu 1 – 100 MΩ. Yang disebut pH meter
adalah suatu peralatan pengukur voltase yang direncanakan untuk digunakan dengan sel –sel
dengan ketahanan yang tinggi. Ada dua jenis yaitu potensiometrik dan yang pembacaan
langsung. Yang pertama pada dasarnya suatu potensiometer, tetapi karena arus –arus yang
keluar seimbang adalah sedemikian sehingga memberikan bacaan meteran sebanding dengan
pH voltase dari pasangan elektroda –elektroda gelas pembanding dikenal pada suatu tahanan
yang sangat tinggi sehinggan arus yang diambil adalah yang sangat rendah.
1. Elektroda pembanding
2. Elektroda indikator
3. Alat pengukur potensial
1. Elektroda Pembanding
Didalam penggunaan analisis elektrokimia diperlukan suatu elektroda dengan harga potensial
setengah sel yanng diketahui, konstan dan sama sekali tidak peka dengan komposisi larutan
yang sedang diselidiki. Suatu elektroda yang memenuhi persyaratan diatas tersebut
dinamakan dengan elektroda pembanding. Pasangan elektroda pembanding adalah elektroda
indikator yang potensialnya tergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki.
Beberapa contoh elektroda pembanding akan diuraikan sebagai berikut :
· Elektroda Kalomel
Elektroda kalomel pada dasarnya adalah elektroda merkurium (raksa), yang potensial
elektrodanya bergantung semata – mata pada konsentrasi ion merkurium (I) (Hg22+) dalam
larutan yang bersentuhan. Konsentrasi ion merkurium (I) dijaga agar tetap (meskipun rendah)
dengan menambahkan endapan merkurium (I) klorida (Hg2Cl2, kalomel) kepada larutan, dan
dengan memakai konsentrasi kalium klorida yang besar. Dalam elektroda kalomel jenuh itu,
dipakai larutan kalium klorida yang jenuh, kejenuhan dipertahankan dengan menaruh kristal
– kristal KCl yang belum melarut dalam larutan. Pada suhu yang konstan, konsentrasi ion
klorida adalah konstan, ini berarti bahwa konsentrasi ion merkurium (I) tetap konstan, jadi
potensial elektroda tetap konstan pula. Selama kalomel dan kalium klorida ada, dalam bentuk
padat, konsentrasi ion merkurium (I) akan tetap konstan, bahkan sekalipun ada arus listrik
yang besar sekali melalui elektroda itu. Maka elektroda ini tak terpolarisasikan.
· Elektroda perak
Elektroda pembanding yang mirip dengan elektroda kalomel adalah terdiri dari suatu
elektroda perak yang dicelupkan ke dalam larutan KCl yang dijenuhkan dengan AgCl.
Biasanya elektroda ini terbuat dari suatu larutan jenuh.
Satu jenis titrator otomatik melakukan titrasi contohnya sampai pada suatu potensial yang
ditentukan sebelumnya. Perbedaan antara indikator dan elektroda pembanding pada titik
ekivalen ditentukan sebelumnya, dan alatnya kemudian diatur untuk menghentikan buret
pada potensial tersebut. Bahkan dengan pengadukan yang baik, pencampuran tidak seketika,
dan adalah perlu untuk mengambil tindakan lebih dulu dengan memulai kembali aliran titran,
jika buret berhenti terlalu cepat, akibat suatu konsentrasi setempat yang tinggi di sekitar
elektrod indikator. Titik akhir yang terjadi sebelum waktunya ditindak sebelumnya dengan
menempatkan ujung keluar buret sangat dekat dengan elektroda indikator. Maka larutan dekat
dengan elektroda ada pada tahap titrasi yang lebih maju daripada bagian utama larutan. Jadi
elektroda mencapai potensial ekivalen lebih dulu, dan pembubuhan titran berhenti terlalu
cepat. Akan tetapi setelah larutan menjadi serba sama konsentrasinya dengan pengadukan
lebih lanjut, maka potesial turun kembali dan buret dijalankan lagi. Proses ini diulangi
sehingga seluruh larutan mencapai potensial ekivalen. Dalam suatu titrasi visual seorang
pelaku mengerjakan hal sejenis, ketika ia menambahkan titran secara cepat pada tahap-tahap
permulaan dan kemudian tetes demi tetes jika perubahan warna yang berlalu dengan cepat
terlihat pada titik ekivalen.
Potensial sel yang dihasilkan oleh suatu elektroda (M) dengan elektroda hidrogen disebut
potensial elektroda dan dinyatakan dengan lambang E. Apabila pengukuran dilakukan dengan
kondisi standar yaitu pada suhu 25oC dengan konsentrasi ion –ion 1 M dan tekanan gas 1
atm disebut potensial elektroda standar dan disebut Eo. Harga potensial elektroda standar (Eo)
dari berbagai elektroda diberikan dibawah ini.
Tabel.1.7 Daftar Potensial Elektroda Standar
Potensial Standart
Reaksi Elektroda (Eo)
-3,04
+
Li (aq) Û Li(s)
-2,92
+
K (aq) Û K(s)
-2,90
2+
Ba (aq) + 2e Û Ba(s)
Ca2+(aq) + -2,87
2e Û Ca(s0
Na2+(aq) + -2,72
2e Û Na(s)
Mg2+(aq) + -2,37
2e Û Mg(s)
-1,66
2+
Al (aq) + 2e Û Al(s)
Mn2+(aq) + -1,18
2e Û Mn(s)
Zn2+(aq) + -0,76
2e Û Zn(s)
-0,74
2+
Cr (aq) + 2e Û Cr(s)
-0,44
2+
Fe (aq) + 2e Û Fe(s)
-0,40
Cd2+(aq) + 2e Û Cd(s)
-0,28
2+
Ni (aq) + 2e Û Ni(s)
Co2+(aq) + -0,28
2e Û Co(s)
Sn2+(aq) + -0,14
2e Û Sn(s)
-0,13
2+
Pb (aq) + 2e Û Pb(s)
2H+(aq) + 0,00
2e Û H2(g)
Cu2+(aq) + 0,34
2e Û Cu(s)
Terdapat lapisan tengah dari gelas kering yang merupakan pertengahan antara dua lapisan gel
asam silikat. Gel-gel ini dibentuk oleh molekul air yang menembus ke dalam permukaan dari
kisi-kisi silikat. Dalam proses reaksi berikut terjadi :
Beda potensial juga ditimbulkan pada bidang batas antara lapisan gelas kering dengan
lapisan-lapisan gel dalam dan luar. Potensial ditimbulkan oleh kecenderungan ion-ion
natrium dan hidrogen untuk berpindah ke arah dengan aktivitas yang lebih sedikit. Ion
natrium tak terhidratasikan dan terikat tak terlalu erat di dalam lapisan gelas kering. Mereka
dapat bergerak dari rangka silikat ke arah lapisan gel. Pada waktu yang sama, ion hidrogen
lebih bergerak ke arah lapisan gelas kering. Karena ion-ion hidrogen dan natrium mempunyai
mobilitas yang berbeda, maka suatu beda potensial ditimbulkan. Diduga bahwa
potensial difusi ini, ditandai dengan Ed, sama dan berlawanan dalam tanda sehingga saling
menghapus. Potensial pada membran gelas karenanya tergantung hanya pada perbedaan
dalam aktivitas ion hidrogen di dalam larutan-larutan dalam dan luar :
E = k + 0,059 log a2
( Underwood A.L., Analisa Kimia Kuantitatif. )