Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d
yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini
menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak
dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas
katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode
keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V),
Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan
Seng (Zn).
1. Mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu macam, meskipun ada juga yang hanya
mempunyai satu macam. Contoh : Fe2+ dan Fe3+, Co2+ dan Co3+
2. Mempuyai kecenderungan yang kuat membentuk ion kompleks.
3. Senyawanya ada yang bersifat paramagnetik, tetapi ada juga yang bersifat
diamagnetik.
[𝐶𝑜𝐹6 ]3− bersifat paramagnetic karena dalam ion 𝐶𝑜3+ terdapat 4 elektron yang
tidak berpasangan.
[𝐶𝑜(𝑁𝐻3 )6 ]3+ bersifat diamegnetik karena dalam ion 𝐶𝑜3+ tidak terdapat elektron
yang tidak berpasangan.
4. Kebanyakan ion atau senyawanya berwarna, berbeda dengan kebanyakan unsur-unsur
blok s dan p yangumumnya putih. Hal ini disebabkan subkulit d hanya terisi sebagian
elektron.
[𝐶𝑟(𝐻2 𝑂)6 ]3+ berwarna violet karena orbital 3d pada ion Cr3+
C. KI (Kompetensi Inti)
KI-3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
2
KI-4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
D. KD dan IPK
1. Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis kelimpahan, kecendrungan sifat fisika dan kimia, manfaat, dan proses
pembuatan unsur-unsur periode 3 dan golongan transisi (periode 4)
4.8 Menyajikan data hasil penelusuran informasi sifat dan pembuatan unsur-unsur
peride 3 dan unsur golongan transisi (periode 4)
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
Menjelaskan sifat-sifat unsur transisi periode keempat
Menjelaskan pembentukan ion kompleks
Menjelaskan kelimpahan unsur-unsur transisi periode keempat di alam
E. MATERI
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d
yang belum terisi penuh. Hal ini menyebabkan unsur transisi periode keempat memiliki
beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama, seperti sifat
magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan membentuk senyawa kompleks.
Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium
(Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni),
Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
1. Sifat-Sifat Unsur Transisi Periode Keempat
a. Konfigurasi Elektron
Semua unsur transisi periode keempat mempunyai susunan elektron pada kulit
terluar 4s2, kecuali unsur Cr dan Cu. Pada atom Cr dan atom Cu, untuk mencapai
keadaan yang lebih stabil, sebuah elektron pada orbita 4s akan berpindah ke orbital
3d.
(Sudarmo, 2006)
Menurut aturan Aufbau dan aturan Hund, seharusnya Cr mempunyai konfigurasi
4s2 3d4 menjadi 4s1 3d5 dan pada atom Cu yang seharusnya 4s2 3d9 menjadi 4s2 3d10.
3
Penyimpangan konfigurasi tersebut terjadi untuk mencapai keadaan yang lebih
stabil.
(Sudarmo, 2013)
(Sudarmo, 2013)
4
d. Keaktifan katalik
Salah satu sifat penting dari unsur transisi dan senyawanya adalah
kemampuannya untuk menjadi katalis pada reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh
ataupun di dalam industri. Kemampuan unsur transisi sebagai katalis suatu reaksi
diperkirakan karena unsur transisi mempunyai beberapa bilangan oksidasi.
(Sudarmo, 2013)
e. Sifat Kemagnetan
Sifat kemagnetan dibedakan menjadi dua, yaitu sifat paramagnetik dan
diamagnetik. Sifat paramagnetik terjadi jika pada orbital d terdapat elektron yang
belum berpasangan. Semakin banyak elektron yang belum berpasangan, semakin
kuat sifat paramagnetiknya.
(Sudarmo, 2013)
2. Ion Kompleks
a. Pengertian Ion Kompleks
Sifat unsur transisi yang paling penting adalah kemampuannya membentuk ion
kompleks. Ion kompleks tersusun dari ion logam sebagai ion pusat yang dikelilingi
oleh beberapa ligan (dapat berupa ion positif maupun molekul netral).
(Rahardjo, 2015)
Atom pusat umumnya merupakan atom atau ion yang mempunyai orbital kosong
yang dapat ditempati oleh pasangan elektron dari ligan. Ligan dari suatu ion
kompleks dapat berupa molekul netral atau anion yang mempunyai pasangan
5
elektron bebas yang digunakan untuk membentuk ikatan koordinasi dengan atom
pusat.
(Sudarmo, 2006)
Jika ligannya lebih dari satu macam, urutan penyebutannya dimulai sesuai
dengan urutan abad nama depan dari ligan tersebut.
Nama atom atau ion pusat :
6
1) Jika ion kompleksnya bermuatan negatif, nama atom pusat diberi akhiran –
at.
2) Jika ion kompleksnya tidak bermuatan atau bermuatan positif, tidak
diitambahkan akhiran.
Bilangan oksidasi atom pusat ditulis dengan angka romawi dalam kurung
setelah nama atom pusat.
Contohnya :
[Co(H2O)6]3+ : ion heksaaquokobalt(III)
[Ag(S2O3)2]3- : Ion ditiosulfatoargentat(I)
(Sudarmo, 2013)
7
Contoh :
1. [Ni(CN)4]2-
Hibridisasi atom pusat
Maka bentuk geometri dari ion kompleks tersebut adalah segiempat datar atau
segiempat planar dan bersifat diamagnetik.
2. [FeF6]3-
Maka bentuk geometri ion kompleks tersebut adalah oktahedral dan bersifat
paramagnetik.
(Yudhistira, 2006)
8
3. Kelimpahan Unsur-Unsur Transisi Periode Keempat di Alam
a. SKANDIUM (Sc)
Skandium merupakan logam mengkilap tetapi mudah memudar jika terkena
udara, muda terbakar, dan mudah bereaksi dengan air. Skandium mirip alumunium,
merupakan logam yang ringan dengan massa jenis 2,99 g/mL. campuran logam
scandium dan alumunium dimanfaatkan untuk pembuatan kerangka pesawat.
(Sudarmo, 2013)
b. TITANIUM (Ti)
Titanium merupakan logam yang mengkilap, keras, kuat, tetapi ringan. Titanium
banyak digunakan sebagai logam paduan dengan alumunium, molibdenum, dan
besi sebagai bahan rangka pesawat ruang angkasa karena tahan terhadap suhu yang
tinggi. Titanium merupakan logam yang tahan korosi, termasuk terhadap air laut
sehingga banyak digunakan pada peralatan mesin kapal.
(Sudarmo, 2013)
c. VANADIUM (V)
Vanadium merupakan logam mengkilap, keras, dan tahan korosi. Hampir 80%
produk logam vanadium digunakan sebagai bahan tambahan pada industry baja
untuk memberikan sifat yang khusus. Baja yang mengandung kurang dari 1%
vanadium dan krom sangat keras dan tahan terhadap keretakan. Biasanya, baja
jenis ini digunakan sebagai bahan konstruksi reaktor nuklir karena vanadium tidak
banyak menyerap neutron. Oleh karena sifatnya yang keras dan kuat, baja
vanadium dimanfaatkan untuk membuat roda gigi (gir) dan perangkat mesin
(mekanik).
9
Vanadium mempunyai bilangan oksidasi +2, +3, +4, dan +5. Vanadium (II)
merupakan reduktor, sedangkan vanadium (V) merupakan oksidator. Senyawa
vanadium yang banyak dimanfaatkan adalah vanadium pentaoksida (V2O5) yang
dimanfaatkan sebagai katalis pada industri asam sulfat dengan proses kontak.
(Sudarmo, 2013)
Selain itu, vanadium juga disebut sebagai katalis pada oksidasi seperti naftalena
menjadi asam ptalat dan toluen menjadi benzaldehida. Vanadium juga digunakan
sebagai katalis pada reduksi (hidrogenasi) alkena dan hidrokarbon aromatik.
(Rahardjo, 2006)
d. KROMIUM (Cr)
Kromium merupakan logam yang mengkilap, keras, dan berwarna agak kebiruan.
lapisan oksida tipis yang kuat melindungi kromium dari proses korosi sehingga
menjadikan kromium sebagai logam yang tahan korosi.
(Sudarmo, 2013)
Kromium dihasilkan dalam jumlah yang besar dan digunakan secara luas dalam
electroplating dan aliase (campuran/paduan logam), misalnya nikrom (15% Cr,
60% Ni, dan 25% Fe). Aliase ini banyak digunakan untuk tahanan kawat pada alat-
alat pemanas dan tidak termakan oleh asam dan udara. Stainless steel mengandung
baja agar ulet dan kuat. Kromiun sering digunakan sebagai pelapis logam untuk
melindungi terjadinya korosi dan memberikan tampilan yang berkilau. Kromium
bersifat tahan karat karena membentuk lapisan oksida yang dapat melindungi
oksidasi lebih lanjut. Kromium sebagai dikromat (Cr2O72-) atau kromat (CrO42-)
digunakan secara luas sebagai oksidator. Garam kalium dikromat (K2Cr2O7)
digunakan dalam analisis volumetric sebagai standar primer (tidak digunakan
garam natriumnya, Na2Cr2O7, karena bersifat higroskopis, sedangkan K2Cr2O7 tidak
higroskopis).
(Rahardjo, 2006)
Logam kromium dapat bersenyawa dengan oksigen, klorin, dan ion sulfat,
berturut-turut membentuk CrO, CrCl3, dan Cr2(SO4)3.
10
a. Kromium(II) Oksida (CrO)
Senyawa ini banyak digunakan sebagai pewarna dalam percetakan, industri
tekstil, dan keramik.
b. Kromium (III) Klorida (CrCl3)
Senyawa ini digunakan sebagai zat pewarna hijau dalam pembuatan keramik.
c. Kromium (III) Sulfat (Cr2(SO4)3)
Diigunakan untuk keperluan pelapisan atau penyepuhan logam. Misalnya,
penyepuhan logam untuk rangka atau mesin kendaraan bermotor. Senyawa ini
juga digunakan sebagai pewarna dalam industri tekstil dan keramik.
(Sutresna, 2006)
e. MANGAN (Mn)
Mangan merupakan logam mengkilap yang sangat keras, tetapi rapuh. Oleh
karena itu, logam mangan jarang digunakan dalam bentuk murni, tetapi dipadukan
dengan logam lain, misalnya besi atau kromium yang akan memberi sifat sangat
kuat. Baja mangan merupakan besi baja yang mengandung 8-15% mangan dan
digunakan sebagai rel kereta. Baja mangan juga tahan peluru sehingga
dimanfaatkan sebagai topi baja bagi tentara.
f. BESI (Fe)
Besi yang paling banyak mengandung besi adalah hematit (Fe2O3) atau magnetit
(Fe3O4). Proses pengolahan besi dengan tanur tiup terjadi melalui proses-proses
berikut:
Proses : Tanur tiup (blast furnace)
Bahan : Bauksit (Fe2O3 + pengotor) sebagai sumber Fe, kokas (C) sebagai reduktor,
dan batu kapur (CaCO3) untuk memisahkan pengotor.
Reaksi terbentuknya Fe:
1. Dari bagian paling atas: bijih bauksit, kokas, dan batu kapur dimasukkan
kedalam tanur, terjadi reaksi:
250°C : 3Fe2O3(s) + CO(g) → 2Fe3O4(s) + CO2(g), CO: reduktor
600°C : Fe3O4(s) + CO(g) → 3FeO(s) + CO2(g)
1000°C : FeO(s) + CO(g) → Fe(l) + CO2(g)
1300°C : CO2(g) + C(g) → 2CO(g)
2. Dalam dasar tanur:
2000°C : C(s) + O2(g) → CO2(g) + panas
3. Reaksi pemisahan pengotor SiO2 dan P2O5
800°C-900°C : CaCO3(S) → CaO(s) + CO2(g)
1200°C : CaO(s) + SiO2 → CaSiO3(l)
1200°C : CaO(s) + P2O5 → Ca3(PO4)2(l)
Besi yang diperoleh memiliki kadar 95%, sisanya adalah karbon (3-4%) dan Si,
Mn dan S. Untuk pembuatan baja:
12
1. Kadar C diturunkan menjadi 0-1,5%
2. Pengotor Si, Mn dan P dihilangkan
3. Ditambahkan logam lain, seperti Ni dan Cr, tergantung dari jenis baja yang
dibuat.
(Haris Watoni, 2013)
g. KOBALT (Co)
Kobalt merupakan logam yang mengkilap, berwarna kebiru-biruan, dan
mempunyai sifat kemagnetan yang kuat. Paduan logam Al, Ni, Co dikenal sebagai
alnico yang digunakan sebagai bahan untuk membuat magnet. Logam kobalt
merupakan logam yang tahan korosi karena oksidanya melekat kuat pada logamnya
sehingga dapat menjadi pelindung. Logam kobalt juga tahan pada suhu tinggi
sehingga digunakan sebagai bahan pembuat mesin turbin pesawat.
h. NIKEL (Ni)
Nikel merupakan logam yang lunak, mengkilap seperti perak, dan tahan korosi
walaupun pada suhu tinggi. Sebagian besar produksi nikel dimanfaatkan sebagai
baja stainless steel. Selain itu, paduan nikel dengan logam besi dan kromium
banyak dimanfaatkan untuk peralatan dapur (sendok, pisau), serta peralatan rumah
tangga lainnya (ornamen rumah dan teralis). Nikel juga digunakan sebagai bahan
untuk membuat baterai (sel elektrokimia) nikel-kadmium (baterai Ni-Cd). Sifat
13
katalisnya menyebaban nikel juga banyak dimanfaatkan untuk katalis dalam
industri kimia, misalnya untuk hidrogenasi minyak sawit menjadi margarin.
Proses untuk mendapatkan nikel dari bijih nikel dilakukan dengan mereduksi
pentlandit (Fe,Ni)9S8 melalui proses tanur tinggi. Proses ekstraksi berlangsung
dalam dua tahap, yaitu pemanggangan (roasting) dan reduksi. Prose pemanggangan
dilakukan dengan mereaksikan bijih besi dengan oksigen untuk membentuk oksida-
oksidanya.
(Fe,Ni)9S8(s) + 17O2(g) → 9FeO9(s) + 9NiO(s) + 8SO2(g)
Setelah dibersihkan dari oksida besi, NO yang terbentuk direduksi dengan
karbon.
NiO(s) + CO(g) → Ni(s) + CO2(g)
(Sudarmo, 2013)
14
Pemanggangan (roasting)
Pada proses ini, kalkopirit bereaksi dengan oksigen
4CuFeS2(s) + 9O2(g) → 2Cu2S(s) + 6SO2(g)
Dengan menambahkan SiO2, besi akan terpisah sebagai ampas (kerak).
Fe2O3(s) + 3SiO2(s) → Fe2(SiO3)3(s)
Pada proses pemanasan selanjutnya, Cu2S akan teroksidasi
2Cu2S(s) + 3O2(g) → 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
Reduksi
Proses reduksi terjadi antara Cu2O dengan Cu2S yang masih ada dalam proses
sebelumnya.
2Cu2O(s) + Cu2S(s) → 6Cu(s) + SO2(g)
Cu yang diperoleh pada proses ini mempunyai kemurniaan 99,99%.
Pemurnian
Proses pemurniaan dilakukan dengan cara elektrolisis larutan CuSO4 dengan
anode yang terbuat dari Cu kotor dan katode dari Cu murni. Reaksi yang
terjadi:
Di anode : Cu(s)kotor → Cu2+(aq) + 2e-
Di katode : Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s)bersih
Terdapat dua senyawa tembaga, yaitu tembaga (I) atau kupro dan tembaga (II)
atau kupri. Tembaga (I) oksida merupakan senyawa yang berwarna hitam dan Cu2+
umumnya berwana biru. Senyawa CuSO4.5H2O dikenal dengan nama terusi atau
prusi yang berwarna biru. Jika dipanaskan, H2O pada senyawa tersebut akan
menguap dan warnanya menjadi putih. Sifat ini sering digunakan untuk
menunjukkan adanya air atau hidrat pada suatu senyawa.
(Sudarmo, 2013)
15
Contoh senyawa yang dapat mengandung unsur tembaga beserta kegunaannya:
Tembaga(II) Oksida (CuO)
Senyawa ini digunakan debagai insektisida, bahan baterai, bahan penyepuh, dan
bahan pewarna hitam untuk keramik, bahan gelas, porselen, dan rayon.
Tembaga(II) Sulfat (CuSO4)
Senyawa ini digunakan sebagai antilumut dalam kolam renang dan memberikan
warna biru pada air, pengawet kayu, penyepuhan, dan zat aditif dalam radiator.
Tembaga(II) Klorida (CuCl2)
Senyawa ini digunakan sebagai pewarna keramik dan gelas, pabrik tinta dan
fotografi, serta pengawet kayu dan katalis.
(Sutresna, 2006)
j. SENG (Zn)
Seng merupakan logam mengkilap, bewarna biru, mudah menjadi buram diudara
terbuka karena membentuk ZnO dan ZnCO3. Unsur ini dikenal sebagai atap seng
galvanis karena digunakan untuk melapisi besi melalui elektroplating dan banyak
dimanfaatkan untuk atap rumah. Seng juga digunakan sebagai logam paduan,
misalnya kuningan (campran Zn dan Cu) yang digunakan untuk pembuatan alat
musik dan hiasan.
(Sudarmo, 2013)
Dalam jumlah besar, seng digunakan untuk melapisi besi agar tercegah dari
perkaratan dan untuk aliase (brass merupakan aliase Cu-Zn mengandung 20%-50%
Zn). Seng juga digunakan sebagai elektrode negatif pada sel Leclance, sel
merkurium, dan sel alkali. ZnO kadang-kadang digunakan sebagai bahan pewarna
putih pada cat.
(Rahardjo, 2006)
16