Anda di halaman 1dari 11

Friday, August 11, 2017

Makalah Perkembangan Motorik Anak Usia Dini


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling
pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Maka tepatlah bila dikatakan bahwa usia
dini adalah usia emas (golden age), di mana anak sangat berpotensi mempelajari banyak hal
dengan cepat. Penyelenggaraan sekolah Taman Kanak–kanak (TK) atau Raudhatul Athfal
(RA) menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004 berfokus pada peletakan
dasar–dasar pengembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan daya cipta sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak (Megawangi, 2005:82). Maka sebaiknya
pendidikan Taman Kanak–kanak (TK) janganlah dianggap sebagai pelengkap saja, karena
kedudukannya sama penting dengan pendidikan yang diberikan jauh di atasnya.
Masa kanak-kanak merupakan fase yang fundamental dalam mempengaruhi perkembangan
individu. Setiap individu mempunyai potensi yang dapat dikembangkan di dalam dirinya. Begitu pula
pada anak usia Taman Kanak-kanak yang merupakan usia yang sangat efektif untuk
mengembangkan berbagai macam potensi yang ada dalam diri anak. Salah satunya potensi yang
berhubungan dengan perkembangan motorik anak.
Pendidikan anak usia dini adalah usaha sadar dalam memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui penyediaan
pengalaman-pengalaman dan stimulus yang bersifat mengembangkan secara terpadu agar anak
dapat berkembang sehat optimal sesuai dengan norma dan harapan (UU No. 20 tahun 2003).
Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek pengembangan
perilaku dengan pembiasaan meliputi sosial, emosi, kemandirian, nilai moral dan agama, serta
pengembangan kemampuan dasar, yang meliputi pengembangan bahasa, kognitif, seni, dan fisik
motorik Usia dini merupakan masa keemasan (golden age). Oleh karena itu, pendidikan pada masa
ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan sangat menentukan perkembangan anak
selanjutnya.
Anak akan mempelajari sesuatu tidak dengan cara duduk tenang, mendengarkan
keterangan-keterangan dari orang tua maupun guru, tetapi anak akan mempelajari sesuatu hal
dengan cara bermain. Dalam kegiatannya saat bermain tersebut anak akan menemukan hal-hal baru
yang sebelumnya tidak dia ketahui. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif
melakukan berbagai kegiatan bermain, maka proses pembelajarannya adalah pada aktivitas anak
dalam bentuk belajar sambil bermain. Program belajar mengajar bagi anak usia dini dirancang dan
dilaksanakan sebagai suatu sistem yang dapat menciptakan dan memberi kemudahan bagi anak usia
dini untuk belajar sambil bermain melalui berbagai aktivitas dan sesuai dengan tingkat pertumbuhan
dan perkembangan serta kehidupan anak usia dini.
Setiap metode yang digunakan diharapkan dapat menjadikan situasi kegiatan belajar
mengajar yang efektif kepada anak. Guru memberikan pengalaman kepada para anak, sebagai
pengayom, sebagai tempat bertanya, sebagai pengarah, sebagai pembimbing, sebagai fasilitator dan
sebagai organisator dalam belajar. Guru harus memperlakukan anak didik dengan penuh kasih
sayang, membimbing anak didik ke arah selalu ingin tahu dan tidak lekas puas dengan hasil yang
dicapai. Guru harus memberikan kesempatan yang cukup kepada anak didik untuk belajar melakukan
sendiri, merasakan sendiri, berpikir bebas, mencari aturan-aturan dalam kegiatan bersama anak
(Moeschlihatoen, 2004:19).
Perkembangan anak usia dini sifatnya holistik, yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat
badannya, cukup gizinya dan didik secara baik dan benar. Anak berkembang dari berbagai aspek
yaitu berkembang fisiknya, baik motorik kasar maupun halus, berkembang aspek kognitif, aspek sosial
dan emosional. Keterampilan motorik kasar pada anak diperlukan untuk mengendalikan seluruh gerak
tubuhnya, sehingga anak mampu untuk melakukan gerak lari, jalan, melompat dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus merupakan kegiatan yang menggunakan bagian kecil dari tubuh terutama
tangan, seperti menulis, menggunting, meniru bentuk, meniru gerakan orang lain dan sebagainya.
Perkembangan motorik kasar pada anak perlu adanya bantuan dari para pendidik di lembaga
pendidikan usia dini yaitu dari sisi apa yang dibantu, bagaimana membantu yang tepat (appropriate),
bagaimana jenis latihan yang aman bagi anak sesuai dengan tahapan usia dan bagaimana kegiatan
fisik motorik kasar yang menyenangkan anak. Kemampuan melakukan gerakan dan tindakan fisik
untuk seorang anak terkait dengan rasa percaya diri dan pembentukan konsep diri. Oleh karena itu,
perkembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek perkembangan yang lain untuk anak
usia dini.
Pada umumnya pembelajaran di TK untuk aspek perkembangan fisik/motoriknya lebih banyak
difokuskan ke perkembangan motorik halus, sedangkan motorik kasar kurang diperhatikan. Padahal
pengembangan motorik kasar anak usia dini juga memerlukan bimbingan dari pendidik.
Perkembangan motorik kasar untuk anak usia TK antara lain melempar dan menangkap bola, berjalan
di atas papan titian (keseimbangan tubuh), berjalan dengan berbagai variasi (maju mundur di atas
satu garis), memanjat dan bergelantungan (berayun), melompati parit atau guling, dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang dapat diangkat dalam kajian ini
adalah: “Bagaimana Perkembangan Motorik yang terjadi pada anak usia dini?”, dengan rincian
rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Apa saja jenis perkembangan motorik yang terjadi pada anak usia dini ?
2. Apa prinsip dalam perkembangan motorik pada anak usia dini ?
3. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi perkembangan motorik pada anak usia dini ?
4. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam mempelajari keterampilan Motorik pada anak usia
dini ?
5. Apa fungsi keterampilan motorik pada anak usia dini ?
6. Apa saja bahaya dalam perkembangan motorik ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui perkembangan
motorik pada anak usia dini. Secara rinci tujuan dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui jenis perkembangan motorik yang terjadi pada anak usia dini.
2. Untuk mengetahui prinsip dalam perkembangan motorik pada anak usia dini.
3. Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi perkembangan motorik pada anak usia dini
4. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari keterampilanmotorik pada
anak usia dini
5. Untuk mengetahui fungsi keterampilan motorik pada anak usia dini
6. Untuk mengetahui bahaya dalam perkembangan motorik
BAB II

PEMBAHASAN

Usia 0-6 tahun merupakan masa keemasan (the golden age) bagi seorang anak dimana
perkembangan dan pertumbuhan anak dimasa depan sangat dipengaruhi oleh kehidupan pada usia
tersebut. Masa ini akan memberikan kontribusi besar pada perkembangan selanjutnya. Salah satu
yang sangat penting untuk diperhatikan adalah sejauh mana anak dalam menguasai keterampilan
motorik. Hal ini disebabkan karena penguasaan keterampilan motorik di masa anak-anak akan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya. Usia emas dalam perkembangan motorik
adalah middle childhood atau masa anak-anak.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak.
Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan
pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1978). Pengendalian berasal dari
perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Perkembangan motorik
meliputi motorik kasar dan halus. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah
yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan system
syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik
anak.

A. Jenis Perkembangan Motorik


Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua:
1. Motorik kasar
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar
atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Keterampilan motorik
kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga. Sekitar usia 3 tahun anak sudah dapat
berjalan secara otomatis, bahkan pada alas yang tidak rata anak sudah dapat berjalan tanpa
kesukaran. Sekitar 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Kesukaran yang ada
pada belajar berjalan berhubungan dengan kekuatan badannya, yaitu untuk dapat menyandarkan
seluruh berat badannya pada satu kaki. Bila anak sudah dapat berjalan maka ia akan mencoba untuk
berjalan dengan berbagai variasi, misalnya berjalan mundur (± sekitar 17 bulan) dan berjalan di atas
tumit (± sekitar 30 bulan). Sekitar bulan ke 18 anak mencoba untuk lari, tetapi gayanya masih
menyerupai gaya berjalan.
Pada usia 2 atau 3 tahun anak betul-betul dapat berlari, tetapi ia belum mampu untuk berhenti
dengan cepat atau untuk membalik. Pada usia 4 sampai 5 tahun anak sudah dapat lari, berhenti dan
berputar membalik. Sesudah dapat berjalan dengan baik, anak juga belajar untuk berjalan memanjat
dan menuruni tangga. Memanjat tangga berlangsung dengan setiap kali menapakkan sebelah kakinya
ke muka dan menarik kaki yang satunya disamping. Sekitar 2 atau 3 tahun anak juga belajar meloncat-
loncat, berjingkat-jingkat, dan berbagai variasi jalan. Sekitar 29 bulan anak dapat berdiri di atas
sebelah kaki. Anak usia 3 tahun masih mempunyai kesukaran untuk menangkap bola atau untuk
memukul bola dengan tongkat (Monks, 2004).
2. Motorik halus
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota
tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kedua kemampuan
tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Keterampilan motorik halus atau
keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola
serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Curtis,1998; Hurlock, 1957 dalam Yusuf 2005).
Pada usia 3 tahun, kemampuan anak-anak masih timbul dari kemampuan bayi untuk
menempatkan dan memegang benda-benda. Walaupun mereka telah mampu untuk memegang
benda-benda berukuran kecil di antara ibu jari dan jari telunjuk, tetapi mereka masih agak kikuk.
Mereka dapat secara mengejutkan membangun menara tinggi yang terbuat dari balok, setiap balok
disusun secara hati-hati walau seringkali tidak berada pada satu garis yang benar-benar lurus.
Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi
lebih tepat. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak semakin meningkat. Tangan,
lengan, dan tubuh bergerak bersama di bawah komando yang lebih baik dari mata (Santrock, 1995).

B. Prinsip Perkembangan Motorik


Menurut Hurlock (2001) terdapat lima prinsip perkembangan, yaitu:
1. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf
2. Belajar ketrampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang.
3. Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan.
4. Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik.
5. Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik.
Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic
System Theory yang dikembangkan Thelen & Whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa
untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang
memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk
bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak.
Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan
dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982 (dalam Yusuf, 2005) menyatakan bahwa
kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang
lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan ia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga
seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980 (Yusuf, 2005) bahwa kemampuan
motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem.

C. Hal-hal Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik


Hurlock (2001) menyatakan beberapa kondisi yang mempengaruhi laju perkembangan
motorik anak, antara lain:
1. Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempengaruhi laju perkembangan.
2. Awal kehidupan pascalahir tidak ada hambatan pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan,
semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak.
3. Kondisi pra lahir yang menyenangkan (gizi makanan sang ibu) lebih mendorong perkembangan
motorik yang lebih cepat pada masa pascalahir.
4. Kelahiran yang sukar, apabila ada kerusakan pada otak akan memperlambat perkembangan motorik.
5. Adanya rangsangan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan
mempercepat perkembangan motorik.
6. Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan persiapan berkembangnya kemampuan motorik.
7. Kelahiran sebelum waktunya biasanya memperlambat perkembangan motorik.
8. Cacat fisik, seperti buta akan memperlambat perkembangan motorik.
9. Dalam perkembangan motorik, perbedaan jenis kelamin, warna kulit, dan sosial ekonomi lebih
banyak disebabkan oleh perbedaan motivasi dan metode pelatihan anak ketimbang karena
perbedaan bawaan.

D. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Mempelajari Keterampilan Motorik


Beberapa hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik menurut Hurlock (2001),
meliputi:
1. Kesiapan belajar
2. Kesempatan belajar
3. Kesempatan berpraktek
4. Model yang baik
5. Bimbingan
6. Motivasi
7. Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secar individu
8. Keterampilan sebaiknya dipelajari satu persatu.
Masa kecil sering disebut sebagai “saat ideal” untuk mempelajari keterampilan motorik karena
beberapa alasan, antara lain:

1. Tubuh anak lentur dibanding tubuh remaja atau orang dewasa sehingga anak lebih mudah
menerima semua pelajaran.
2. Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang
baru dipelajarinya maka bagi anak mempelajari keterampilan yang baru lebih mudah.
3. Anak lebih berani pada waktu kecil ketimbang telah besar.
4. Para remaja dan orang dewasa merasa bosan mengalami pengulangan tetapi tidak untuk
anak, mereka malah menyenanginya.
5. Anak memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih kecil ketimbang yang akan mereka
miliki pada waktu mereka bertambah besar.

E. Fungsi Keterampilan Motorik


Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda pula dalam penyesuaian
sosial dan pribadi anak. Sebagai contoh, sebagian keterampilan berfungsi membantu anak dalam
kemandiriannya, sedangkan sebagian lainnya berfungsi untuk membantu mendapatkan penerimaan
sosial. Dikarenakan tidak mungkin mempelajari keterampilan motorik secara serempak, anak akan
memusatkan perhatian untuk mempelajari keterampilan yang akan membantu mereka memperoleh
bentuk penyesuaian yang penting pada sat itu. Misalnya, apabila anak merasa sangat ingin mandiri,
mereka akan memusatkan perhatian untuk menguasai keterampilan yang memungkinkan mereka
dapat mandiri.
Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap perkembangan individu dipaparkan oleh
Hurlock (1996) sebagai berikut:
1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan
senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka,
melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-
bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari
satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan
menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat
dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul
dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk
dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang
fringer (terpinggirkan).
5. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau
kepribadian anak.

Pada tahun 2001, Hurlock membagi fungsi keterampilan motorik menjadi 4 kategori, meliputi:
1. Keterampilan bantu diri (Self help)
Untuk mencapai kemandiriannya, anak harus mempelajari keterampilan motorik yang memungkinkan
mereka mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri. Keterampilan tersebut meliputi
keterampilan makan, berpakaian, merawat diri, dan mandi.
2. Keterampilan bantu sosial (Social help)
Untuk menjadi anggota kelompok sosial yang diterima di dalam keluarga, sekolah, dan tetangga, anak
harus menjadi anggota yang kooperatif. Contoh keterampilan agar dapat memperoleh peneriman
sosial antara lain membantu pekerjaan rumah atau mengerjakan pekerjaan sekolah.
3. Keterampilan bermain
Untuk dapat menikmati kegiatn kelompok sebaya atau untuk dapat menghibur diri di luar kelompok
sebaya, anak harus mempelajari keterampilan bermain bola, mengambar, melukis, dan memanipulasi
alat bermain.
4. Keterampilan sekolah
Pada tahun permulaaan sekolah, sebagian besar pekerjaan melibatkan keterampilan motorik seperti
melukis, menulis, menggambar, membuat keramik, menari, dan bertukang kayu. Semakin banyak dan
semakin baik keterampilan yang dimiliki, semakin baik pula penyesuaian sosial yang dilakukan
semakin baik prestasi sekolahnya, baik dalam prestasi akademis maupun dalam prestasi yang bukan
akademis

F. Bahaya dalam Perkembangan Motorik


Bahaya-bahaya yang perlu diperhatikan dalam perkembangan motorik, antara lain:
1. Terlambatnya Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik berada di bawah norma anak. Akibatnya pada umur tertentu anak tidak
menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Pengaruh
perkembangan motorik yang terlambat berbahaya bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak yang
baik. Alasannya karena hal itu dapat menimbulakan akibat yang tidak menguntungkan konsep diri
anak sehingga sering menimbulakan masalah perilaku dan emosi antara lain karena rasa putus asa
dan adanya perasaan rendah diri. Selain itu, keterlambatan perkembangan motorik berbahaya karena
tidak menyediakan landasan bagi keterampilan motorik sehingga mengalami kerugian pada sat
mereka mulai bermain dengan anak lainnya.
2. Harapan Keterampilan yang Tidak Realistik
Yaitu harapan yang lebih banyak didasarkan atas harapan dan keinginan ketimbang harapan atas
potensi anak sendiri. Dalam bidang perkembangan keterampilan motorik, anak diharapkan dapat
mengendalikan motorik dan mempelajari keterampilan tersebut sebelum mereka matang dan siap
melakukannya. Sebagian harapan yang tidak realistis timbul dari orang tua, sebagian dari guru, dan
sebagian lagi dari anak sendiri. Ketidakmampuan berbuat sesuai harapan, membuat anak merasa
rendah diri dan tidak terampil sehingga peraasan ini akan merongrong kepercayaan diri dan
melemahkan motivasi untuk mempelajari ketermapilan motorik yang lainnya. Selain itu, jika anak
dikritik dan ditegur mereka akan kecewa dan menentang.

3. Tidak dapat Mempelajari Keterampilan Motorik yang Penting


Kegagalan mempelajari keterampilan motorik yang penting bagi diri anak atau bagi kelompok sebaya
mereka, akan merugikan penyesuaian sosial dan pribadi anak.
4. Kekakuan
Dipandang sebagai kaku atau canggung hanya jika pengendalian gerakan tubuhnya berada di bawah
standar ynng diharapkan bagi tingkat umurnya. Sebagian anak mungkin kelihatan kaku karena dinilai
dengan standar yang tidak sesuai, misalnya anak yang berumur 2 tahun dinilai kaku bila standar
penilaian yang digunakan adalah standar untuk anak usia 3 tahun. Penyebab yang paling umum
adalah terlambat matang, kondisi fisik yang jelek melemahkan motivasi melakukan latihan yang
diperlukan untuk mengembangkan keterampilan motorik, bangun tubuh tertentu mempengaruhi
motivasi anak untuk memperoleh ketermapilan tanpa melakukan latihan yang cukup, IQ yang sangat
rendah disertai dengan keterlambatan perkembangan motorik, IQ yang sangat tinggi yeng lebih
mendorong minat intelektual dibanding perkembangan motorik, kurangnya kesempatan dan motivasi
untuk mengembangkan pengendalian otot, dan ketegangan emosional yang mengganggu kondisi
otot. Kekakuan pada anak mebawa dampak psikologis yang lebih besar daripada dampak fisik.
Terdapat beberapa perbedaan individu dalam kekakuan yaitu:
a. anak yang secara temporer tegang, gugup, dan terganggu emosionalnya lebih kaku ketimbang anak
yang normal.
b. selama periode pertumbuhan yang cepat dapat mengganggu terbentuknya pola koordinasi motorik.
c. dalam situasi yang berbeda tingkat pengendalian motorik yang dilakukan anak juga berbeda.

BAB III
KESIMPULAN

Motorik adalah terjemahan dari kata “motor” yang menurut Gallahue adalah suatu dasar
biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Motorik halus adalah gerakan yang
menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh
kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.
Kegiatan motorik kasar adalah menggerakkan berbagai bagian tubuh atas perintah otak dan
mengatur gerakan badan terhadap macam-macam pengaruh dari luar dan dalam. Motorik kasar
sangat penting dikuasai oleh seseorang karena bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tanpa
mempunyai gerak yang bagus akan ketinggalan dari orang lain, seperti: berlari, melompat,
mendorong, melempar, menangkap, menendang dan lain sebagainya, kegiatan itu memerlukan dan
menggunakan otot-otot besar pada tubuh seseorang.
Perkembangan fisik/motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan
pengendalian gerak tubuh. karena keterampilan motorik halus membutuhkan kemampuan yang lebih
sulit misalnya konsentrasi, kontrol, kehati-hatian, dan koordinasi otot tubuh yang satu dengan yang
lain.

Anda mungkin juga menyukai