Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat allah yang senantiasa memberi kemudahan saya
dalam pengerjaan makalah yang berjudul BUDAYAPOLITIK DI INDONESIA dengan tepat
waktu. Kehidupan manusia didalam masyarakat memiliki peran penting dalam system politik
suatu Negara. Setiap warga Negara dalam kehidupan keseharianya hamper bersentuhan
dengan aspek – aspek politik.
Kehidupan politik yang merupakandalam interaksi antara wrga Negara dengan
pemerintahan, dan ipnstitutsi-institusi diluar pemerintahan (non- formal), telah menghasilkan
dan membentuk veriasipendapat, pandangan, dan pengetahuan tentang praktik-praktik politik
dalam semua system politik. Semoga makalah ini dapat dijadikan pembelajaran tentang
budaya politik diIndonesia dan dapat bermanfaat pula bagi semua pembaca

Leuwimunding, 15 februari 2015


PENGERTIAN BUDAYA POLITIK
Merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan benegara,
penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma
kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga
dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki
kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan
kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya..

DEFENISI BUDAYA POLITIK

Beberapa defenisi budaya politik menurut para ahli dapat kita lihat sebagai berikut :
a. Budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik
yang dihayati oleh anggota sistem politik.
b. Roy Macridis mengatakan bahwa Budaya politik sebagai tujuan bersama dan peraturan yang
harus diterima bersama.
c. Finer mengungkapkan bahwa Budaya politik lebih menekankan pada aspek legitimasi
peraturan-peraturan, lembaga politik serta prosedur.
Dari defenisi-defenisi diatas dapat ditarik garis besarnya bahwa budaya politik sebagai
hal yang berhubungan dengan lingkunagan, perasaan dsn sikap dimana sistem politik itu
berlangsung yang termasuk didalamnya sistem tradisi, kenangan sejarah,motif, norma
perasaan, dan sistem atau secara lebih tegas sebagaimana yang digambarkan Almond dan
Verba menyangkut aspek :
- Orientasi kognitif : pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik, peranan dan segala
kewajibannya serta input dan outputnya.
- Orientasi Afektif : kecenderungan emosi dan perasaan terhadap sistem politik, peranannya,
para aktor dan penampilanya.
- Orientasi evaluatif : pertimbangan terhadap sistem politik menyangkut keputusan dan
pendapat tentang obyek-obyek politik secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai
sistem dengan informasi dan perasaan.

BENTUK-BENTUK BUDAYA POLITIK :

1. Budaya Subjek Parochial (The Parochial Subject Culture)


Pada masyarakat dengan bentuk budaya subjek parochial terdapat sebagian besar yang
menolak tuntutan-tuntutan ekslusif masyarakat. Pada kegiatan politik hanyalah salah satu
bagian yang penting.
2. Budaya Subjek Partisipan (Subject Participant Culture)
Masyarakat yang memiliki bidang prioritas peralihan dari objek ke partisipan akan
cenderung mendukung pembangunan dan memberikan dukungan yang besar terhadap system
politik demokrasi.
3. Budaya Parochial Partisipan (The Parochial Participant Culture)
Budaya politik ini banyak didapati di negara-negara yang relative masih muda
(negara-negara yang berkembang). Pada tatanan ini terlihat negara-negara tersebut sedang
giat melakukan pembangunan,termasuk didalamnya ialah pembangunan kebudayaan.
Berdasarkan klasifikasi parochial, subjek, dan partisipan. Almond membuat tiga
model tentang kebudayaan politik dan disebut model orientasi terhadap pemerintahan dan
politik :
a. Masyarakat demokratis industrial
Kelompok ini selalu mengusulkan kebijaksanaan – kebijaksanaan baru dan
melindungi kepentingan khusus mereka.
b. System otoriter
Dalam model ini terdapat beberapa kelompok masyarakat yang memiliki sikap politik
berbeda. Mendiskusikan masalah-masalah pemerintahan dan aktif dalam lobbying.
c. System demokratis praindustriil
Dalam negara dengan model seperti ini hanya sedikit sekali partisipan yang terutama
dari professional terpelajar, usahawan dan tuan rumah.

2.4 TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK

a. Budaya Politik Parochial (parochial political culture)


Yang menonjol dalam budaya politik ini adalah kesadaran anggota masyarakat akan
adanya pusat kewenangan/kekuasaan politik dalam masyarakat.
b. Budaya Politik Kaula
Anggota masyarakat mempunyai minat perhatian, mungkin juga kesadaran terhadap
system sebagai keseluruhan terutama dalam aspek outputnya. Kesadaran masyarakat dalam
politik untuk memberikan input politik boleh dikatakan nol.
c. Budaya Politik Partisipan
Anggota masyarakat memiliki kesadaran secara utuh bahwa mereka adalah actor
politik
d. Budaya Politik Campuran (mixed political culture)
Gabungan karakteristik tipe-tipe kebudayaan politik yang murni.

Budaya Politik Dalam Masyarakat Indoneisa


Setiap daerah mempunyai budaya politik tersendiri yang menjadi karakteristik khas
bagi setiap perilaku atau tindakan politik yang ditampilkan oleh setiap warga masyarakatnya.
Budaya politik beberapa suku bangsa di Indonesia , antara lain sebagai berikut.
1. Budaya politik masyarakat Batak
Orang batak terkenal dengan karakter nya yang keras dalam menantang hidup. Dalam
mengemukakan pendapat, orang batak cenderung sopan, lugas, dan keras apa adanya.
Kejujuran adalah prinsip utama yang di pegang teguh oleh orang Batak dalam menjalani
hidup. Hal ini merupakan potensi yang harus di kembangkan untuk pemerintahan Indonesia.
2. Budaya politik masyarakat Minangakabau
Masayarakat minang memandang bahwa kekuasaan bahwa kekuasaan menyebar dalam
nagari-nagari karena berfungsi sebagai kesatuaan adat dan sekaligus politik.cara mengambil
keputusan adalah musyawarah antara seluruh nagari.
3. Budaya politik masyarakat Jawa
Masyarakt jawa pada dasarnya masih bersifat hierakis. Stratifikasi social bukan
berdasarkan pada atribut social yang bersifat materialistis, tetapi lebih kepada kepemilikan
kekuasaan. Bagi masyarakat jawa, kekuasaan itu pada dasarnya bersifat nyata , tetap
(konstan), sumbernya homogen, dan tidak berkaitan dengan persoalan sah atau tidaknya
kekuasaaan tersebut dimiliki oleh seseorang.
4. Budaya politik masyarakat Bali
Masyarakat adat bali memiliki wujud pemikiran yang mendasar dalam segala hal,
termasuk dalam kehidupan politiknya.
5. Budaya politik masyarakat Bugis-Makassar
Dalam kehidupan politik masyarakat bugis berlaku budaya Aljoareng-Joa.budaya ini
dalam istilah umum sering di sebut budaya patron-klien yang merupakan istilah bagi
hubungan hierarki antara kaum bangsawan (patron) dengan akyat biasa (klien).

BUDAYA POLITIK PARTISIPAN


Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang
sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan politik.
Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah
memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik. Mereka
memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum, tentang peran
pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam
proses politik yang berlangsung

Ciri-ciri :
 Pengetahuan tentang politik tinggi
 Kesadaran berpolitik tinggi
 Kontrol politik aktif
 Warga negara memiliki kepekaan terhadap masalah atau isu-isu mengenai kehidupan politik
 Warga mampu menilai terhadap masalah atau isu politik
 Warga menyadari adanya kewenangan atau kekuasaan pemerintah
 Warga memiliki kesadaran akan peran, hak, dan kewajiban, dan tanggung jawabnya
 Warga mampu dan berani memberikan masukan, gagasan, tuntutan, kritik terhadap
pemerintah
 Warga memiliki kesadaran untuk taat pada peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan tanpa
perasaan tertekan

Contoh budaya politik parokial yakni keaktifan masyarakat terhadap berbagai hal yang
berkaitan dengan politik seperti pemilu, demonstrasi, dan lain-lain

Sosialisasi politik
Sosialisasi politik adalah proses oleh pengaruh mana seorang individu bisa mengenali
sistem politik yang kemudian menentukan persepsi serta reaksinya terhadap gejala-gejala
politik. Sistem politik dapat saja berupa input politik, output politik, maupun orang-orang
yang menjalankan pemerintahan. Fungsi sosialisasi menurut Rush dan Althoff adalah:

1. Melatih Individu
2. Memelihara Sistem Politik

Sosialisasi politik melatih individu dalam memasukkan nilai-nilai politik yang berlaku di
dalam sebuah sistem politik. Misalnya di Indonesia menganut ideologi negara yaitu
Pancasila. Oleh sebab itu sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi diberlakukan pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Ini merupakan proses pelatihan yang dilakukan
negara terhadap warga negaranya. Pelatihan ini memungkinkan individu untuk menerima
atau melakukan suatu penolakan atas tindakan pemerintah, mematuhi hukum, melibatkan diri
dalam politik, ataupun memilih dalam pemilihan umum.

Selain itu, sosialisasi politik juga bertujuan untuk memelihara sistem politik dan
pemerintahan yang resmi. Apa jadinya suatu negara atau bangsa jika warga negaranya tidak
tahu warna bendera sendiri, lagu kebangsaan sendiri, bahasa sendiri, ataupun pemerintah
yang tengah memerintahnya sendiri ? Mereka akan menjadi warga negara tanpa identitas,
tentunya.

WAHANA POLITIK PRAKTIS


1. Sistem Pemilihan Umum (dari segi tujuan penyelenggaraannya) :

 Sistem Pemilihan Langsung : pemilihan yang para pemilihnya langsung memilih


anggota-anggota Badan Perwakilan Rakyat yang akan mewakilinya.
 Sistem Pemilihan Bertingkat : Pemilihan yang dalampemilihan tahap pertama
memilih wali pemilih, kemudian walim pemilih itu memilih anggota-anggota Dewan
Perwakilan Rakyat.

2. Sistem Pemilihan Umum (dari segi tujuan pandangan rakyat) :

 Sistem Pemilihan Mekanis : pemilihan yang melihat rakyat sebagai masa/kelompok


individu yang mempunyai hubungan yang sama, masing-masing individu dianggap
sebagai satu-satunya pengendalian hak pilih aktif, sama-sama mempunyai satu suara
dalam pemilihan.
 Sistem Pemilihan Organis : pemilihan yang menempatkan rakyat sebagai sejumlah
individu, seperti halnya kelompok keluarga, kelompok daerah/wilayah, kelompok
cendekiawan, buruh, tani, (lapisan sosial), lembaga-lembaga lainnya. Persekutuan
itulah yang diutamakan sebagai pengendali hak pilih.

Sistem pemilihan mekanis di tinjau dari rakyat pemilih pada umumnya berkisar pada dua
prinsip pokok yaitu distrik dimana satu daerah pemilihan memilih satu wakil, proporsional
berimbang yaitu satu daerah pemilihan beberapa wakil.
3. Sistem Distrik :
Dimana negara terbagi dalam dalam daerah-daerah bagian (distrik). Dalam sistem distrik
hanya diwakili oleh satu orang dengan suara mayoritas.
No Kelebihan sistem distrik No Kekurangan sistem distrik
1 Rakyat mengenal dengan baik orang 1 Suara dari eserta pemilu yang kalah akan
yang mewakili daerah (distriknya) hilang, tidak dapat digabungkan
2 Wakil setiap distrik sangat mengenal 2 Meskipun partai besar berkuasa, jika satu
daerah dan kepentingan rakyat distrik kalah dalam pemilu, maka
suaranya tidak terwakili di distrik itu
3 Adanya hubungan yang erat antara wakil 3 Wakil rakyat yang menang dalamsatu
distrik dengan rakyatnya distrik lebih memperhatikan distriknya,
terkadang mengabaikan kepentingan
nasional
4 Wakil distrik sangat memperhatikan dan 4 Golongan minoritas kurang terwakili
memperjuangkan distriknya
4. Sistem Proporsional :
Setiaporganisasi peserta pemilu akan memperoleh sejumlah kursi parlemen sesuai dengan
jumlah suara pemilu yang di peroleh di seluruh wilayah negara. Terbuka kemungkinan
terjadi penggabungan partai kecil (koalisi) untuk memperoleh kursi di parlemen.
No Kelebihan sistem prporsional No Kekurangan sistem proporsional
1 Lebih demokratis karena semua partai 1 Peranan pemimpin partai sangat
dapat terwakili di parlemen menentukan dalam penetapan daftar
calon Badan Perwakilan Rakyat
2 Tidak ada suara yang hilang karena 2 Calon-calon yang diikutsertakan
semua digabung secara nasional dalampemilu kurang atau tidak dikenal
oleh pemilih
3 Badan Perwakilan Rakyat benar-benar 3 Wakil-wakilrakyat yang duduk di pusat
menjadi wadah dan aspirasi seluruh kurang memahami dan memperhatikan
rakyat kepentingan daerah
MAKALAH BUDAYA POLITIK

DISUSUN OLEH :

RAYYEN BERLIAN GANASING

RAHMADINA .H

ROSINI

REGI

KELAS: XI IPS 3

Anda mungkin juga menyukai