Anda di halaman 1dari 4

www.muslim.or.

id

Fikih Jenazah (1) : Mentalqin Orang Yang Akan


Meninggal
muslim.or.id/24706-fikih-jenazah-1-mentalqin-orang-yang-akan-meninggal.html

Zaenuddin Abu Qushaiy February 27, 2015

Mentalqin adalah menuntun seseorang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan
kalimat syahadat Laa Ilaaha Illa Allah. Mentalqin seseorang yang akan meninggal dunia
disunnahkan bagi orang yang ada di sisi orang yang akan meninggal dunia, sebagaimana
sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam:

‫ﻟﻘ ﻨ ﻮا ﻣ ﻮ ﺗﺎ ﻛ ﻢ ﻻ إﻟ ﻪ إ ﻻ ا ﷲ‬

“Tuntunlah seseorang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat: ‘Laa ilaaha
illa Allah’” 1

Dalam riwayat yang lain:


1/4
‫ﻣ ﻦ ﻛﺎ ن آ ﺧ ﺮ ﻛ ﻼ ﻣ ﻪ ﻻ إﻟ ﻪ إ ﻻ ا ﷲ د ﺧ ﻞ اﻟ ﺠ ﻨ ﺔ‬

“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah “Laa ilaaha illa Allah” maka akan masuk
surga”2

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam masalah mentalqin diantaranya:

Apakah Faedah Mentalqin Orang Yang Akan Meninggal Dunia ?


Imam Al Qurthubiy berkata: “Para ulama’ kami mengatakan bahwasanya mentalqin orang
yang akan meninggal dunia adalah merupakan sunnah dari para pendahulu ummat ini,
yang kemudian diamalkan oleh kaum muslimin hingga saat ini. Tujuannya adalah agar
akhir ucapan yang keluar dari orang yang akan meninggal dunia adalah “Laa ilaaha illa
Allah”. Sehingga dia menjadi orang yang berbahagia karena termasuk dalam golongan
orang yang dikatakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam :

‫ﻣ ﻦ ﻛﺎ ن آ ﺧ ﺮ ﻛ ﻼ ﻣ ﻪ ﻻ إﻟ ﻪ إ ﻻ ا ﷲ د ﺧ ﻞ اﻟ ﺠ ﻨ ﺔ‬

“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah “Laa ilaaha illa Allah” maka akan masuk
surga”3

Selain itu untuk mengingatkan orang yang akan meninggal dunia terhadap sesuatu yang
dapat menolak gangguan setan karena setan akan mendatangi orang yang akan
meninggal dunia dalam rangka untuk merusak akidahnya”4.

Batasan Mentalqin Orang Yang Akan Meninggal Dunia


Mentalqin orang yang akan meninggal dunia cukup sekali saja, tidak perlu diulang-ulang
kecuali apabila setelah di-talqin dia mengucapkan kalimat yang lain maka hendaknya
diulang sekali lagi agar akhir ucapannya adalah kalimat syahadat.

Imam Al Qurthubiy berkata: “Apabila seorang yang akan meninggal dunia telah membaca
‘Laa Iaaha Illa Allah’ satu kali maka tidak perlu diulang lagi”.

Ibnu Al Mubarak berkata: ”Talqinlah orang yang akan meninggal dunia dengan kalimat L‘ aa
Ilaaha Illa Allah’ dan jika telah mengucapakannya maka jangan diulangi lagi”5.

Mengapa Tidak Disyari’atkan Mengulang-ulang Talqin?

Imam al Qurthubiy berkata: “ Telah mengatakan Abu Muhammad Abdul al Haq, hal
tersebut adalah dikarenakan jika orang yang akan meninggal dunia di-talqin secara
berulang-ulang ditakutkan ia merasa terusik dan bosan sehingga setan akan membuatnya
berat mengucapkan ‘Laa Ilaaha Illa Allah‘ dan kemudian akan menjadi sebab jeleknya akhir
hayatnya”.

Al Hasan bin Isa mengatakan: “Ibnu al Mubarak telah berkata kepadaku: Talqinlah dengan
kalimat syahadat dan janganlah kamu mengulangnya kecuali jika ia mengucapkan kalimat
yang lain.Tujuan talqin adalah agar seseorang meninggal dunia sedangkan di hatinya
tidaklah ada kecuali Allah,karena pusara hal ini adalah hati. Amalan hati yang akan dilihat
dan amalan hati yang merupakan sebab keselamatan. Adapun amalan lisan yang bukan
merupakan terjemah apa yang ada di dalam hati maka tidaklah berfaedah”.
2/4
Diriwayatkan dari Abdullah bin Syubrumah ia mengatakan, “Aku bersama Amir bin asy
Sya’biy mendatangi seorang laki-laki yang sakit dan kami menjumpainya akan meninggal
dunia dan seorang laki-laki mentalqinkan kalimat syahadat kepadanya. Laki-laki yang
mentalqin tadi mengatakan, ucapkanlah ‘laa ilaaha illa Allah‘ dan terus-menerus
mengulanginya.Melihat hal itu maka asy Sya’biy mengatakan: “Bersikap lembutlah kepada
saudaramu”. Orang yang sakit tadi lantas berbicara: ‘Baik engkau mentalqinkanku atau
tidak, aku tidaklah akan meninggalkannya’. Lalu ia membaca firman Allah ta’ala:

‫َوأَْﻟَﺰَﻣُﻬْﻢ َﻛﻠَِﻤَﺔ اﻟﱠﺘْﻘَﻮى َوَﻛﺎُﻧﻮا أََﺣﱠﻖ ِﺑَﻬﺎ َوأَْﻫﻠََﻬﺎ‬

“Dan Allah mewajibkan mereka kalimat taqwa dan mereka berhak terhadap kalimat
tersebut dan patut memilikinya”6.

Asy Sya’biy mengatakan: ‘Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan sahabat kami
ini’“7 .

Kekeliruan Dalam Mentalqin


Bukanlah yang dinamakan mentalqin dengan menyebut-nyebut kalimat syahadat di depan
orang orang akan meninggal dunia dan memperdengarkannya, akan tetapi dengan
memerintahkan seseorang yang akan meninggal dunia agar mengucapkannya. Dalilnya
adalah Hadits Anas radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjenguk salah seorang sahabat dari kalangan Anshar lalu mengatakan:

:‫ ﻻ إﻟ ﻪ إ ﻻ ا ﷲ ؟ ﻓ ﻘﺎ ل اﻟ ﻨ ﺒ ﻲ ﺻﻠ ﻰ ا ﷲ ﻋﻠ ﯿ ﻪ و ﺳﻠ ﻢ‬:‫ ﻓ ﺨ ﯿ ﺮ ﻟ ﻲ أ ن أ ﻗ ﻮ ل‬:‫ ﻓ ﻘﺎ ل‬، ‫ ﺑ ﻞ ﺧﺎ ل‬:‫ أ ﺧﺎ ل أ م ﻋ ﻢ ؟ ﻓ ﻘﺎ ل‬:‫ ﻓ ﻘﺎ ل‬، ‫ ﻻ إﻟ ﻪ إ ﻻ ا ﷲ‬:‫ﯾﺎ ﺧﺎ ل! ﻗ ﻞ‬


‫ﻧﻌﻢ‬

“Wahai paman, ucapkanlah: “Laa ilaaha illa Allah.” Beliau bertanya: “Apakah paman dari
pihak ibu atau bapak? Jawabnya: “Dari pihak ibu”. Maka ia berkata: “Apakah lebih baik
bagi diriku untuk mengucapkan: “Laa ilaaha illa Allah?” . Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab : “Ya”8.

Mentalqin dengan mengingatkan hadits tentang talqin

Imam al Qurthubiy mengatakan: “Dan kadang kala talqin dilakukan dengan menyebutkan
hadits tentang talqin di sisi seorang yang alim sebagaimana disebutkan oleh Abu Nu’aim
bahwasanya Abu Zur’ah sedang dalam keadaan akan meninggal dunia dan di sisinya ada
Abu Hatim, Muhammad bin Salamah, Mundzir bin Syaadzaan dan sekelompok ulama’ yang
lainnya. Lalu mereka menyebutkan hadits talqin namun merasa malu terhadap Abu Zur’ah.
Lantas mereka mengatakan, wahai sahabat- sahabat kami marilah kita mengingat-ingat
kembali hadits tentang talqin. Abu Maslamah berkata: ‘Telah menceritakan kepada kami
Adh Dhahak bin Makhlad,telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ashim, ia berkata telah
menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Ja’far dari Shalih bin Abi Gharib…. dan Abu
Masalamah tidak melanjutkan sementara yang lain diam. Berkata Abu Zur’ah sedangkan
beliau dalam keadaan akan meninggal dunia: Telah menceritakan kepada kami Abu
‘Ashim dari Abdul Hamid bin Ja’far dari Shalih bin Abi Gharib dari Katsir bin Murrah al
Hadhramiy dari Mu’ad bin Jabal berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

‫ﻣ ﻦ ﻛﺎ ن آ ﺧ ﺮ ﻛ ﻼ ﻣ ﻪ ﻻ إﻟ ﻪ إ ﻻ ا ﷲ د ﺧ ﻞ اﻟ ﺠ ﻨ ﺔ‬

3/4
“Barangsiapa yang ucapan terakhirnya adalah ‘Laa ilaaha illa Allah’ maka akan masuk
surga”.

Dan dalam riwayat lain:

‫ﺣ ﺮ ﻣ ﻪ ا ﷲ ﻋﻠ ﻰ اﻟ ﻨﺎ ر‬

“Allah mengharamkannya dari api neraka”

Dan akhirnya beliau rahimahullah meninggal dunia” 9.

Demikian, semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab.

***

Catatan kaki
1 H.R.Muslim:916
2 HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albaniy dalam Irwa’ul Ghalil, no. 679,
Maktabah Syamilah.
3 HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh syaikh Al-Albaniy dalam Irwa’ul Ghalil, no. 679,
Maktabah Syamilah.
4 Tadzkirah fi ahwalil mautaa wa umuril akhirah: 30, Imam Al Qurthubiy, cet:Daarul ‘Aqidah
5 Tadzkirah fi ahwalil mautaa wa umuril akhirah: 30,imam Al Qurthubiy, cet:Daarul ‘Aqidah
6 Q.S. Al Fath: 26.
7 Lihat At Tadzkirah: 30-31, Imam Al Qurthubiy, cet: Darul Aqidah
8 HR. Ahmad, Syaikh Al-Albaniy mengatakan: “Sanadnya shahih sesuai dengan syarat
Imam Muslim”, Ahkamul Janaiz, hal. 20 sebagaimana disebutkan dalam al Mausu’ah al
Fiqhiyah al Muyasarah:4/38, Cet: Dar Ibnu Hazm
9 Lihat At Tadzkirah: 31, Imam Al Qurthubiy, cet: Darul Aqidah

Penulis: Ustadz Abu Qushaiy Zaenuddin
Artikel Muslim.Or.Id
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira

4/4

Anda mungkin juga menyukai