BAB I
PENDAHULUAN
maka pencegahannya juga harus dilakukan dengan luar biasa pula. Hal ini
tindak pidana korupsi yang begitu kompleks dan jejaringnya yang begitu
tempat yang tegas dalam KUHAP atupun dengan cara-cara dan terobosan
terorganisir.2
1
Undang-udang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
2
Ulhaq, Elegi Dalam Penegakan Hukum Pidana Materill, (Kumpulan Tulisan Hukum
Tahun 2010).
2
tumbuh subur dan menjadi suatu rutinitas oknum penguasa atau pejabat
tindak pidana (status of the offender), dan yang kedua berkaitan dengan
subur selama decade orde baru hingga sekarang yang masih sangat eksis
dan popular dikalangan pejabat kita sering kali jabatan digunakan sebagai
jabatan pelaku tindak pidana hal ini memungkinkan apabila dalam suatu
3
Marwan Effendy, Peradilan In Absentia dan Koneksitas, PT. Timpani Publishing,
Jakarta, 2010, hal. 51.
3
kelas social yang rendah seperti maling ayam, tukang cabul dan kejahatan
maka kita menuju pada posisi transisi menuju sebuah Negara yang bersih
Negara, keseluruhan proses transisi tersebut dari masa B.J. Habibie hingga
4
Mahrus Ali, Kejahatan Korporasi, Arti Bumi Intaran, Yogyakarta, 2008, hal 22.
4
sering kali dinilai tidak efektif dan terjadi stagnantasi dalam penegakan
namun praktiknya terdakwa tidak bisa langsung dibui. Hal ini disebabkan
karena putusan bersalah tersebut tidak diikuti dengan perintah hakim untuk
5
Ulhaq, Renungan Tentang Tindak Pidana Korupsi dan Kejahatan Dalam Jabatan
(Kumpulan tulisan hukum Tahun 2010).
6
http://www.antikorupsi.org/id/content/mengambil-alih-kasus-korupsi, diakses tanggal 15
Oktober 2017.
5
penegak hukum dan semakin kreatif dalam mencari celah hukum yang
para pelaku tindak pidana Korupsi semakin percaya diri akan kemampuan
Pidana dengan cerdas dan lihai mereka membuat alasan yang nampak
logis dan menipu penegak hukum untuk lari dari jerat hukum atau
Singapura, Nunun Nurbaiti pelaku suap Trevel Cek terhadap anggota DPR
diri ke Singapura dengan alasan sakit setelah dipanggil KPK, kasus Alih
Fungsi Lahan PT. KAI di Medan dalam Putusan Kasasi Mahkamah Agung
uang pengganti korupsi Rp 185 miliar lebih pada saat hendak di eksekusi
sidang In Absentia, yaitu dalam Pasal 213 dan Pasal 214 Ayat (1)
6
perkara lalu lintas diterapkan prinsip peradilan cepat, singkat, dan biaya
diatur dalam Pasal 16 yaitu : jika sudah cukup alasan untuk menduga
putusan yang tak dapat di ubah lagi, telah melakukan suatu tindak pidana
untuk mengejar pelaku tindak pidana korupsi yang melarikan diri keluar
negeri dan pengembalian aset hasil tindak pidana korupsi dan terhadap
7
Undang-undang No.7/Drt/1955 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Peradilan Tindak
Pidana Ekonomi
7
196 dan Pasal 214 terdapat sedikit pengaturan tentang In Absentia yang
sifatnya terbatas.
8
Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsisebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Pasal 38 Ayat (1).
8
Rill atau sepihak sedangkan dalam hukum pidana materil adalah kongkret,
kongkret seperti hasil audit dll. Sedangkan hukum Pembuktian yang dianut
menyeret pelaku tindak pidana dan didukung oleh legalitas yang ada
menjerat terdakwa yang telah dipanggil secara sah namun tidak hadir
tanpa alasan yang sah dan terdakwa yang telah meninggal dunia namun
terbukti secara sah bersalah, sedangkan untuk yang sakit permanen atau
sakit buatan seakan tidak dapat terjamah oleh ketentuan tersebut yang
terhadapnya.
Absentia maka tidak ada lagi hak Imunitas yang dimiliki dengan melarikan
diri keluar negeri dan dengan demikian tidak ada lagi tempat berlindung
9
Sulistyohadi, Penerapan Peradilan In Absentia dalam rangka pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi Di Indonesia, Yogyakarta, Paper FH UII Press.
10
Riesa Susanti, Tesis, Peradilan In Absentia Dalam kaitannya dengan perlindungan hak
terdakwa tindak pidana korupsi, Jakarta, 2006, Pasca Sarjana Fakultas Hukum Univ.Indonesia,
Hal 72.
10
pengambilan harta kekayaan yang mereka peroleh dari hasil tindak Pidana
melarikan diri terhadap pelaku tindak pidana korupsi maka akan sia-sialah
berkeadilan.
“Dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah, dan tidak hadir
di sidang pengadilan tanpa alasan yang sah, maka perkara dapat
diperiksa dan diputus tanpa kehadirannya.
adalah satu kesatuan hukum yang terdiri dari tiga unsur yakni struktur
Pengadilan.
11
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan
Kejahatan, Citra Adtya Bakti, Bandung, 2001, hal. 28.
12
bangsa. Karena Kejaksaan berada di poros dan menjadi filter antara proses
diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah menurut
Absentia dalam kurun tahun 2010 s/d tahun 2017. Untuk lebih jelasnya
Tabel 1.1
penjara ratus
juta
rupiah)
subsida
ir 6
(enam)
bulan
kurung
an
2. TEUKU 75/Pid-Sus- Pidana Sebesa Membaya Kejari
MUH. TPK/2015/P 6 r r UP Dumai
NASIR N. PBR (enam) Rp.200 Rp.180.25
tahun . 0.
dan 6 000.00 000,-
(enam) 0,- (seratus
bulan (dua delapan
penjara ratus puluh
juta juta dua
rupiah ratus
) 6 lima
(enam) puluh
bulan ribu
kurun rupiah)
gan
3. ARNIS 41/Pid-Sus- Pidana 4 Sebesar --- Kejari
FEBRIAN TPK/2016/P (empat) Rp.200 Beng-kalis
A N. PBR tahun .
penjara 000.00
0,-
(dua
14
ratus
juta
rupiah)
2 (dua)
bulan
kurung
an
4. SUNARDI 88/Pid-Sus- Pidana 7 Sebesar Membayar Kejari
TPK/2016/ (tujuh) Rp.200 UP Indragiri
PN. PBR tahun . Rp.835.68 Hulu
penjara 000.00 4.
0,- 493,-
(dua (delapan
ratus ratus tiga
juta puluh lima
rupiah) juta enam
3 (tiga) ratus
bulan delapan
kurung puluh
an empat ribu
empat
ratus
Sembilan
puluh tiga
rupiah)
PIDANA KORUPSI”.
B. Masalah Pokok
TPK/2015/PN.PBR) ?
16
75/PID.SUS-TPK/2015/PN.PBR) ?
1. Tujuan
Korupsi.
17
Umum.
2. Kegunaan Penelitian
yaitu :
Korupsi.
Umum.
D. Kerangka Teori
maka pencegahannya juga harus dilakukan dengan luar biasa pula. Hal ini
selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara,
biasa”.
Salah satu cara yang dilakukan secara luar biasa adalah dapat
12
AzizSyamsuddin, Tindak Pidana Khusus. Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal. 175.
19
menyebutkan: “dalam hal terdakwa telah dipanggil secara sah, dan tidak
hadir disidang pengadilan tanpa alasan yang sah, maka perkara dapat
dan lisan. Menurut Andi Hamzah menyatakan pendapat yang sama, bahwa
artinya langsung kepada terdakwa dan para saksi. Ini berbeda dengan acara
terdakwa.13
(Penal Policy) yang termasuk salah satu bagian dari ilmu hukum
Indonesia.
13
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hal. 25.
20
14
Marwan Effendy, op. cit., hal. 27.
15
Soerjono Soekanto, Efektivitas Hukum dan Peraan Saksi, Remaja, Karyawa, Bandung,
1988, hal 68.
21
16
Ibid, hal 153.
22
17
Ibid, hal. 154.
18
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum di Indonesia, Falkutas Hukum UNDIP, Semarang:
1989, hal.36.
23
dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari pada efektifitas
dengan hukum.
(sanksi), yaitu :
21
Didik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan,
Antara Norma dan Realita, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal 21-22.
25
uraian Kerangka Teori tersebut, maka penulisan Tesis ini Penulis akan
E. Konsep Operasional
22
Siswanto, op.cit, hal.225.
23
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Widya Karya,
Semarang, 2011, hal. 281.
24
J.C.T Simorangkir, dkk, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hal. 136.
26
kehadiran pihak tergugat (dalam perkara perdata dan tata usaha negara)
Tindak Pidana Korupsi adalah setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
Negara.30
25
Team Penerbit Citra Umbara, Kamus Hukum, Citra Umbara, Bandung, 2008, hal. 331.
26
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Peradilan Agama, Kencana, Jakarta,
2012, hal. 173.
27
Suharso dan Ana Retnoningsih, op. cit., hal. 12.
28
Jonaedi Efendi, dkk, Kamus Istilah Hukum Populer, Kencana, Jakarta, 2016, hal. 319.
29
Team Penerbit Citra Umbara, op. cit., hal. 493.
30
Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsisebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Pasal 2 Ayat (1).
27
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
31
Rachmat Trijono, Kamus Hukum, Pustaka Kemang, Jakarta, 2016, hal. 125.
32
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dengan No.Des 52/1/44-25 tanggal 20 Januari
1959.
33
Muhammad Yusuf, Merampas Aset Koruptor, Kompas, Jakarta, 2013, hal. 163.
28
2. Objek Penelitian
Negeri Dumai.
3. Lokasi Penelitian
a. Populasi
(enam) orang;
orang;
b. Sampel
sebagai berikut :
a. Data Primair
b. Data Sekunder
34
Ediwarman, Monograf Metodologi Penelitian Hukum, Genta Publishing, Jakarta, 2016,
hal. 70.
32
pembahasan.
a. Wawancara
b. Kuisioner
7. Analisa Data
35
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia,
Jakarta: 1990,hal. 32.
34
8. Penarikan Kesimpulan