Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH GANGGUAN JIWA


“ HALUSINASI ”

OLEH :
ARIFUDDIN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. Masalah utama
Halusinasi

B. Proses Terajadinya Masalah


1. Pengertian
a. Halusinasi
Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana
terjadi pengalaman panca indera tanpa adanya
rangsangan sensorik (persepsi indra yang salah).
Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi
adalah persepsi sensorik tentang suatu objek,
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua system penginderaan (pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan atau
pengecapan), sedangkan menurut Wilson (1983),
halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi
panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat terjadi pada sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu
penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut
terjadi pada saat klien dapat menerima
rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan
kata lain klien berespon terhadap rangsangan
yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh
klien dan tidak dapat dibuktikan.
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa
jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu,
diantaranya :
1) Halusinasi pendengaran: karakteristik
ditandai dengan mendengar suara, teruatama
suara–suara orang, biasanya klien mendengar
suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan: karakteristik dengan
adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar
kartun dan / atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
3) Halusinasi penghidu: karakteristik ditandai
dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses.
Kadang–kadang terhidu bau harum. Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4) Halusinasi peraba: karakteristik ditandai
dengan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh:
merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
5) Halusinasi pengecap: karakteristik ditandai
dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan.
6) Halusinasi sinestetik: karakteristik ditandai
dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan
dicerna atau pembentukan urine.

2. Etiologi
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik
tidak diketahui namun banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti faktor biologis,
psikologis, sosial budaya,dan stressor pencetusnya
adalah stress lingkungan, biologis, pemicu masalah
sumber-sumber koping dan mekanisme koping.
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak,
susunan syaraf–syaraf pusat dapat
menimbulkan gangguan realita. Gejala yang
mungkin timbul adalah: hambatan dalam
belajar, berbicara, daya ingat dan muncul
perilaku menarik diri.
2) Psikologis
1) Keluarga pengasuh dan lingkungan klien
sangat mempengaruhi respons
2) Psikologis klien, sikap atau keadaan yang
dapat mempengaruhi gangguan
3) Orientasi realitas adalah: penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
3) Sosiobudaya
1) Kondisi sosial budaya mempengaruhi
gangguan orientasi realita
2) Kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam)
3) Kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi
timbul gangguan setelah adanya hubungan yang
bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya
3. Patopsikologi
Menurut Janice Clok (1962) dalam (Yosep,2007)
klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar
disertai halusinasi yang meliputi beberapa tahap
yaitu:
1) Tahap comforting
Timbul kecemasan ringan diserta gejala
kesepian, perasaan berdosa, klien biasanya
mengekspresikan stresornya dengan koping
imajinasi sehinga merasa senang dan terhindar
dari ancaman
2) Tahap condenting
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin
meninggi selanjutnya klien merasa mendengar
sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain
ikut mendengarkan apa yang ia rasakan sehingga
timbul perilaku kenarik diri
3) Tahap controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha
memerangi suara yang timbul tetapi suara
tersebut terus menerus mengikuti sehingga
menyebabkan klien susah berhubungan dengan
orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien
akan merasa sangat sedih
4) Tahap conguering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang
mengancam. Apabila tidak dikuti perilaku klien
dapat bersifat merusakatau dapat timbul
perilaku suicide.

4. Rentang respon konsep diri


R. Adaptif R. Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kesatuan Depersonalisasi


5.diri Pohon positif
Masalah rendah identitas

Risiko menciderai diri sendiri,dan


orang lain

Ketidak Gangguan
efektifan perubahan pemeliha-
penatalaksanaan sensori/persepsi : raan
program halusinasi penglihatan kesehatan
terapeutik

Isolasi sosial : menarik diri


Defisit
perawatan diri
Ketidak efektifan : mandi dan
koping keluarga : berhias
ketidak mampuan
keluarga merawat Gangguan konsep diri
klien di rumah : harga diri rendah
kronis
C. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Gangguan sensoripersepsi: halusinasi pendengaran
3. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
4. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
5. Ketidakefektifan penatalaksanaan program
terapeutik
6. Defisit perawatan diri: mandi dan berhias
7. Ketidakefektifan keluarga: ketidakmampuan keluarga
merawat klien dirumah
8. Gangguan pemeliharaan kesehatan

D. Diagnosa keperawatan dan prioritas


1. Resiko menciderai pada diri sendiri, orang lain
dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi
2. Perubahan persepsi sensorik: halusinasi
berhubungan dengan menarik diri
3. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan
harga diri rendah
4. Defisit perawatan diri: Mandi/kebersihan
berhubungan dengan ketidakmampuan dalam merawat
diri
5. Perubahan proses pikir: Waham berhubungan dengan
harga diri rendah kronis

E. Rencana tindakan keperawatan


1. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan halusinasi
a. Tujuan Umum : klien tidak menciderai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
a) Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat,
menunjukan rasa senang, ada kontak mata,
mau berjabat tangan, mau menyebutkan
nama, menjawab salam, duduk berdampingan
dengan perawat, dan mau mengutarakan
masalah yang dihadapinya.
b) Intervensi :
1) Bina Hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik
 Beriperhatian pada klien dan
perhatikan keSapa klien dengnramah
baik verbal maupun non verbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap dan nama
panggilan yang disukai klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Tunjukan sikap empati dan memerima
klien apa danya
 Berbutuhan dasar klien
2) Klien dapat mengenal halusinasinya
a) Kriteria hasil:
1. Klien dapat menyebutkan waktu, isi,
frekuensi timbulnya halusinasi
2. Klien dapat mengungkapkan perasaan
terhadap halusinasinya
b) Intervensi:
1. Adakan kontak sering dan singkat
2. Observasi perilaku (verbal/non verbal)
yang berhubungan dengan halusinasinya
3. Bantu klien mengenal halusinasinya
 Jika menemukan klien yang sedang
halusinasi, tanyakan apakah ada
suara yang terdengar
 Jika klien menjawab ada, lanjutkan
apa yang dikatakan oleh suara
tersebut
 Katakan bahwa perawat percaya klien
mendengar suara itu, namun perawat
tidak mendengar
 Katakan bahwa klien yang lain juga
ada yang seperti klien
 Katakan bahwa perawat akan membantu
klien
4. Diskusikan dengan klien
 Situasi yang menimbulkan dan tidak
menimbulkan halusinasi
 Waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, malam,
atau jika sendiri, jengkel atau
sedih)
 Diskusikan dengn klien apa yang
dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, sedih, senang) beri
kesemapatan mengungkapkan
perasaanya.
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya
Kriteria hasil:
a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang
bisa dilakukan untuk mengontrol
halusinasinya
b) Klin dapat menyebutkan cara baru
c) Klien dapat memilih cara untuk mengatasi
halusinasi seperti yang telah
didiskusikan dengan klien
d) Klien dapat melaksanakan cara yang
dipilih untuk mengendalikan
halusinasinya
e) Klien dapat mengikuti TAK
Intervensi:
a) Identifikasi bersama klien tindakan yng
bisa dilakukan untuk mengendalikan
halusinasinya
b) Diskusikan manfaat dan cara yang
digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian
c) Diskusikan cara baru untuk mengontrol
timbulnya halusinasi:
1. Katakan “saya tidak mau dengan kamu”
(nada saat halusiansi terjadi)
2. Menemui perawat atau teman dan
keluarga untuk bercakap-cakap dan
untuk mengatakan halusinasi yang
didengar
3. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
agar halusinasi tidak muncul
d) Bantu klien untuk memilih dan melatih
cara memutus halusinasi secara bertahap
e) Beri kesempatan untuk melakukan cara
yang telah dilatih, evaluasi hasilnya
dan beri pujian jika berhasil
f) Anjurkan klien mengikuti TAK
4) Klien mendapat dukungan keluarga dalam
mengontrol halusinasinya
Intervensi:
a) Anjurkan klien untuk memberitahu
keluarga ketika mengalami halusinasi
b) Lakukan kunjungan rumah: Diskusikan
dengan keluarga tentang:
1. Halusinasi klien
2. Cara memutuskan hausinasi
3. Cara merawat anggota keluarga
halusinasi
4. Cara memodifikasi lingkungan untuk
menurunkan kejadianhalusinasi
5. Cara memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan pada saat mengalami
halusinasi
DAFTAR PUSTAKA

Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes


R.I. 2000Keperawatan Jiwa. Teori dan Tindakan
Keperawatan Jiwa: Jakarta
Keliat Budi, Anna. 1995. Peran Serta Keluarga Dalam
Perawatan Klien Gangguan Jiwa. EGC: Jakarta
Maramis, W.F. 1990. Ilmu Kedokteran Jiwa.Erlangga
Universitas Press: Surabaya
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri
Terintegrasi dengan Keluarga. CV. Sagung Seto:
Jakarta.
STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

A. Pasien

SP 1 Pasien :

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien


2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menumbulkan
halusinasi
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap
halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik
dalam jadwal kegiatan harian

SP 2 Pasien :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain
3. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan bercakap-
cakap dengan orang lain dalam jadwal kegiatan
harian

SP 3 Pasien :

1.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2.Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan
pasien dirumah)
3.Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan kebiasaan
dirumah kedalam jadwal kegiatan harian

SP 4 Pasien :

1.Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


2.Memberikan pendidikan kesehatan mengenai
penggunaan obat secara teratur
3.Menganjurkan pasien memasukkan penggunaan obat
secara teratur kedalam jadwal kegiatan harian
B. Keluarga

SP 1 Keluarga :

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga


dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertiian,tanda dan gejala
halusinasi,jenis dan proses terjadi halusinasi
yang dialami pasien
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi

SP 2 Keluarga :

1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien


dengan halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
dihadapan pasien halusinasi

SP 3 Keluarga :

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah


termasuk minum obat (perencanaan pulang)
2. Menjelaskan tindakan tindak lanjut pasien setelah
pulang

Anda mungkin juga menyukai