Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN SAKIT KEPALA BERULANG TERHADAP TEKANAN

DARAH MANUSIA

USULAN PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi tugas Praktikum Farmakoterapi Gangguan
Hematologi, Pembuluh Darah, Kardiovaskular Ginjal dan Saluran Kemih pada
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

Shift C 2016
Kelompok 1
Nalia El Huda Ismail 260110160094
Luthfia Azzahra 260110160098
Wifaaq Ulima Putri 260110160100
Luthfi Hargo Siwi 260110160103
Lupita Churry Aini 260110160107
Ismi Chairunisa 260110160114
Gita Widi Setyowati 260110160117
Atikah Khairunnisa 260110160120

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat, karunia, serta hidayah-Nya kami dapat meyelesaikan proposal penelitian
berjudul “HUBUNGAN SAKIT KEPALA BERULANG TERHADAP
TEKANAN DARAH MANUSIA”. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas dari praktikum Praktikum Farmakoterapi Gangguan Hematologi,
Pembuluh Darah, Kardiovaskular Ginjal dan Saluran Kemih pada Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyumbangkan pikiran, tenaga dan waktu untuk menyelesaikan penyusunan
proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal penelitian ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis meminta maaf atas segala kekurangan
pada proposal penelitian ini, serta menerima kritik dan saran yang membangun serta
usulan perbaikan demi memperbaiki kekurangan tersebut dimasa yang akan datang.
Semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat, memberikan pengetahuan, dan
wawasan, khususnya bagi penulis, dan umumnya bagi pembaca.

Jatinangor, Maret 2019

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah ...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................2
1.4 Kegunaan Penelitian...........................................................................................2
1.5 Metode Penelitian...............................................................................................2
1.6 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Sakit Kepala .......................................................................................................3
2.2 Tekanan Darah ...................................................................................................6
2.3 Hubungan Sakit Kepala Terhadp Tekanan Darah ..............................................6
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................8
3.1 Alat dan Bahan ...................................................................................................8
3.2 Variabel Penelitian .............................................................................................8
3.3 Populasi Subjek ..................................................................................................8
3.4 Jenis Penelitian ...................................................................................................8
3.5 Alur Penelitian .................................................................................................12
3.6 Analisis Data ....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah
yang disebabkan satu atau beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana
mestinyadalam mempertahankan tekanan darah secara norma (Wijaya, 2013).
Menurut WHO dan The International Society of Hypertension (ISH), saat ini
terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, dan 3 juta di antaranya
meninggal setiaptahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut
tidakmendapatkan pengobatan secara adekuat (WHO, 2003). Di Indonesia masalah
hipertensi cenderung meningkat.8Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2001menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensidan
meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004 (DepKes RI, 2004).
Migrain adalah gangguan neurovaskuler yang umum, bersifat kronis dapat
ditandai dengan serangan sakit kepala parah dan terjadi disfungsi sistem saraf
otonom (Goadsby et al., 2002).
Berdasarkan penelitian Bigal et al (2001) sakit kepala adalah gejala yang
sangat umum dialami oleh mahasiswa. Sakit kepala juga dapat mempengaruhi
kinerja dalam produktivitas dan kualitas belajar.
Hubungan sakit kepala atau migrain dengan tekanan darah (TD) telah
dicurigai tetapi tidak diketahui secara pasti. Selama bertahun-tahun, menurut
Walker (1959) hipertensi diduga menjadi penyebab sakit kepala, studi ini juga
didukung dengan penelitian Badran et al (1970) yaitu pengenalan β-blocker sebagai
pengobatan profilaksis migrain. Namun, ada kemungkinan penelitian ini
merupakan bias dan sakit kepala merupakan gangguan medis yang umum. Karena,
berdasarkan Buring et al (1995) pun menunjukkan tidak adanya hubungan antara
sakit kepala atau migrain dengan tekanan darah (TD). Data terbaru berdasarkan
Tronvik et al (2008) menunjukkan hubungan terbalik antara sakit kepala dengan
tekanan darah sistolik (Tronvik et al., 2011).

1
Sedikit diketahui tentang hubungan ini di bagian populasi yang lebih muda
dan sedang menjalankan perkuliahan, dimana nilai TD biasanya berada dalam
kisaran yang normal. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk memastikan antara
hubungan antara TD dan sakit kepala yaitu migrain.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hal – hal yang diuraikan pada latar belakang diatas, maka
masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan
antara migrain dan nilai tekanan darah?

1.3. Tujuan Penelitian


Mengetahui hubungan antara migrain dan nilai tekanan darah

1.4. Kegunaan Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
hubungan antara migrain dan nilai tekanan darah.

1.5. Metode Penelitian


Metode penelitian yang dilakukan adalah observational analytic dengan
desain cross sectional, dimana metode ini dilakukan dengan tahapan pencarian
literatur dan pustaka yang mendasari dan menunjang penelitian, tahapan pra analitik
dengan pengajuan informed-consent form dan pendataan kuisionier subjek
penelitian, serta tahapan analitik yaitu pengukuran tekanan darah menggunakan
tensimeter.

1.6. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada April 2019 di Laboratorium Farmakologi dan
Farmasi Klinik Universitas Padjadjaran.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sakit Kepala


2.1.1 Tension-type headache (TTH)
TTH episodik adalah nyeri kepala primer yang paling umum terjadi, dengan
prevalensi 1-tahun sekitar 38–74%. Rata-rata prevalensi TTH 11-93%. Satu studi
menyebutkan prevalensi TTH sebesar 87%. Prevalensi TTH di Korea sebesar
16,2% sampai 30,8%, di Kanada sekitar 36%, di Jerman sebanyak 38,3%, di Brazil
hanya 13%. Insiden di Denmark sebesar 14,2 per 1000 orang per tahun. survei
populasi di USA menemukan prevalensi tahunan TTH episodik sebesar 38,3% dan
TTH kronis sebesar 2,2%. (Schwartz, 1998)

Tension-type Headache ( TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang menekan


(pressing/ squeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak
diperburuk oleh aktivitas fi sik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai (atau
minimal) mual dan/ atau muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia. TTH
dibedakan menjadi tiga subklasifikasi:

(1) TTH episodik yang jarang (infrequent episodic): 1 serangan per bulan atau
kurang dari 12 sakit kepala per tahun.
(2) TTH episodik yang sering (frequent episodic): 1-14 serangan per bulan atau
antara 12 dan 180 hari per tahun.
(3) TTH menahun (chronic): lebih dari 15 serangan atau sekurangnya 180 hari
per tahun. (Binder, 2009)
Karakteristik nyeri pada nyeri kepala tegang (TTH) adalah bilateral, rasa
menekan atau mengikat band-like atau holocephalic (seluruh kepala) dengan
intensitas ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktivitas fisik rutin,
tidak didapatkan mual tapi bisa ada fotofobia atau fonofobia. Durasi nyeri kepala
pada TTH adalah 30 menit sampai 7 hari. (Grosberg, 2013)
TTH dirasakan di kedua sisi kepala sebagai nyeri tumpul yang menetap atau
konstan, dengan intensitas bervariasi, juga melibatkan nyeri leher. Nyeri kepala ini

3
terkadang dideskripsikan sebagai ikatan kuat di sekitar kepala. Nyeri kepala dengan
intensitas ringan–sedang (nonprohibitive) dan kepala terasa kencang. Kualitas
nyerinya khas, yaitu: menekan (pressing), mengikat (tightening), tidak berdenyut
(nonpulsating). Rasa menekan, tidak enak, atau berat dirasakan di kedua sisi kepala
(bilateral), juga di leher, pelipis, dahi. Leher dapat terasa kaku. TTH tidak
dipengaruhi aktivitas fisik rutin. Dapat disertai anorexia, tanpa mual dan muntah.
Dapat disertai photophobia (sensasi nyeri/tidak nyaman di mata saat terpapar
cahaya) atau phonophobia (sensasi tak nyaman karena rangsang suara). TTH terjadi
dalam waktu relatif singkat, dengan durasi berubah-ubah (TTH episodik) atau terus-
menerus (TTH kronis). Disebut TTH episodik bila nyeri kepala berlangsung selama
30 menit hingga 7 hari, minimal 10 kali, dan kurang dari 180 kali dalam setahun.
Disebut TTH kronis bila nyeri kepala 15 hari dalam sebulan (atau 180 hari dalam
satu tahun), selama 6 bulan. Penderita TTH kronis sangat sensitif terhadap
rangsang. (Fernandez, 2010)
2.1.2 Migraine
Karakteristik nyeri pada nyeri kepala migren adalah unilateral (satu sisi
kepala), berdenyut atau menusuk, intensitas sedang atau berat, bertambah berat
dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan
fonofobia. Durasi nyeri kepala pada migren adalah 4–72 jam. Nyeri kepala migren
secara fungsional melumpuhkan. (Grosberg, 2013)
Migren merupakan ganguan yang bersifat familial dengan karakteristik
serangan nyeri kepala yang episodic (berulang-ulang) dengan intensitas, frekuensi
dan lamanya yang berbeda-beda. Nyeri kepala biasanya bersifat unilateral,
umumnya disertai anoreksia, mual dan muntah. (Solomon, 2013)
Nyeri pada migren bisa muncul di kanan mapupun di kiri. Daerah yang
terkena biasanya di daerah frontal dan temporal kepala, namun kadang juga
melibatkan daerah kepala lain dan leher. Tidak jarang nyeri kepala pada migren
juga muncul di daerah occipitonuchal dan frontotemporal. (Friedman, 2009)
Migren ada yang disertai aura dan ada yang tidak. Aura biasanya
mendahului nyeri kepala migren. Kadang-kadang aura terjadi bersamaan dengan
nyeri kepala migren. Durasi aura berkisar antara beberapa menit menit sampai satu

4
jam. Aura pada migren yang paling umum terjadi adalah aura visual dan sensorik.
Aura motorik dan gangguan berbahasa jarang terjadi. Aura visual dan sensorik
terdiri dari gejala positif atau negatif. Gejala visual positif berupa pola terang atau
kompleks, seperti skotoma zigzag yang gemilang, atau berupa bintik-bintik dan
seperti cahaya senter. Gejala visual negatif berupa gangguan lapang pandang,
skotoma kosong, atau kabur. Aura sensorik dapat berupa hipersensitivitas atau
parestesia. (Grosberg, 2013)
Nyeri kepala migren berhubungan dengan menstruasi, ovulasi, stres,
hormonal, kelelahan, kurang tidur, depresi, atau lapar. Demikian pula faktor
lingkungan seperti asap, cahaya silau atau cahaya berkelap-kelip, parfum atau bau
kimia juga dapat mencetuskan migren. Anggur merah merupakan penyebab klasik
migrain. (Friedman, 2009)
Secara garis besar migraine di klasifikasikan menjadi dua oleh International
Headache Society (IHS) 1988, yaitu migren tanpa aura atau common migraine dan
migren dengan aura atau classic migraine. Yang paling sering terjadi adalah migren
tanpa aura yaitu sekitar 80% dari semua pengidap migren.
1. Migrain dengan aura atau classic migraine diawali dengan adanya deficit
neurologi fokal atau gangguan fungsi saraf/aura, terutama visual dan
sensorik bebauan seperti melihat garis bergelombang, cahaya terang, bintik
gelap, diikuti nyeri kepala unilateral, mual dan kadang muntah kejadian ini
umumnya berurutan dan manifestasi nyeri biasanya tidak lebih dari 60
menit.
2. Migrain tanpa aura atau common migraine. Nyeri pada salah satu bagian
sisi kepala dan bersifat pulsatile dengan disertai mual, fotofobi dan
fonofobi, intensitas nyeri sedang sampai berat, nyeri diperparah saat
aktivitas dan berlangsung selama 4 sampai 72 jam.
(Price,2003)

5
2.2. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi (arteri).
Ketika jantung kita berdetak, lazimnya 60 hingga 70 kali dalam 1 menit pada
kondisi istirahat (duduk atau berbaring), darah dipompa menuju dan melalui arteri.
Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika jantung berdetak memompa darah. Ini
disebut tekanan sistolik. Tekanan darah menurun saat jantung relaks di antara dua
denyut nadi. Ini disebut tekanan diastolik. Tekanan darah ditulis sebagai tekanan
sistolik per tekanan diastolik, sebagai contoh : 120/80 (Kowalski, 2010).
Tekanan darah secara normal akan menurun ketika sedang tidur dalam
keadaan normal (sekitar 10-20% masih dianggap normal) dibandingkan
ketika kita sedang dalam keadaan sadar, hal ini dapat dihubungkan
karena penurunan aktifitas simpatis pada keadaan saat kita tidur
(Moniung, Rondonuwu, dan Bataha, 2014).
Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem kardiovaskular
bersamaan dengan pemeriksaaan nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur
dengan dua metode, yaitu metode langsung, metode yang menggunakan kanula atau
jarum yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan
manometer, dan yang kedua metode tak langsung, metode yang menggunakan
sfigmomanometer (Hidayat & Uliya, 2012).

2.3. Hubgungan sakit kepala terhadap tekanan darah.


Tekanan darah tinggi biasa ditemui pada pasien yang sudah berusia lanjut
(lansia). Hal ini erat hubungannya dengan proses menua pada seseorang. Di sini
terjadi perubahan berupa berkurangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi
kekakuan pembuluh darah.Tekanan darah tinggi pada lansia yang sering tampak
adalah bagian sistol, atau yang terekam paling atas dari alat pengukur tekanan
darah. Tekanan darah tinggi tidak memberikan gejala atau symptom pada tingkat
awal. Kebanyakkan orang menganggap bahwa nyeri kepala terutama pada pagi hari
merupakan gejala dari tekanan darah tinggi. Namun tanda tersebut sebenarnya
dapat terjadi pada tekanan darah normal bahkan sering kali tekanan darah relatif
tinggi tidak memiliki tanda-tanda atau gejala tersebut. Tekanan darah tinggi yang

6
sudah mencapai tahap lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun dapat
menyebabkan nyeri kepala. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan sakit kepala
sesekali, tetapi secara umum tidak menghasilkan sakit kepala berulang. Namun,
berulang atau memburuk sakit kepala sering membuat dokter menduga tekanan
darah tinggi. Menariknya, beberapa obat tekanan darah tinggi juga bisa
menyebabkan sakit kepala. Sakit kepala hipertensi sebagai penyebab umum atau
sakit tipe "hairband". Sakit kepala tipe ini paling parah pada pagi hari dan berkurang
serta menghilang menjelang hari. The Mayo Clinic melaporkan bahwa sakit kepala
karena tegang, jenis yang paling umum dari sakit kepala, menyebabkan nyeri ringan
sampai nyeri sedang yang terasa seperti tekanan atau berdenyut. Sakit kepala ini
mempengaruhi bagian depan, atas atau sisi kepala, mulai secara bertahap dan sering
terjadi pada tengah hari. Hal ini juga diketahui bahwa situasi stres dapat
meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu, banyak orang dengan tekanan darah
tinggi kemungkinan besar akan memiliki sakit kepala ketegangan pada beberapa
titik dalam hidup mereka (Hall, 2012).

7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
 Tensimeter Air Raksa / Jarum
 Stetoskop

3.2 Variabel Penelitian


3.2.1 Variabel Bebas
Variabel dalam penelitian ini adalah migraine, Tension-type headache, dan
non classifiable headache.
3.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah terukur.

3.3 Populasi, Subjek, dan Teknik Pengambilan Sampel


3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa fakultas farmasi universitas
padjadjaran angkatan 2016 sebanyak 150 mahasiswa.
3.3.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini praktikan Praktikum Farmakoterapi Gangguan
Hematologi, Pembuluh Darah, Kardiovaskular, Ginjal dan Saluran Kemih serta
Bioteknologi Farmasi Shift C Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.

3.4 Jenis Penelitian


3.4.1 Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah observational analytic dengan
desain cross sectional.
Tahap penelitian meliputi:
1. Pencarian literatur dan pustaka yang mendasari dan menunjang
penelitian.

8
2. Tahapan Pra Analitik dengan pengajuan informed-consent form dan
pendataaan kuisioner subjek penelitian.
3. Tahapan Analitik yaitu pengukuran tekanan darah menggunakan
tensimeter.

3.4.2. Jenis Penelitian


Penelitian dengan desain cross sectional merupakan penelitian yang
memfokuskan pada waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada
satu waktu yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel terikat dan
variabel bebas.
1. Tahapan Pra Analitik
1.1 Pengajuan informed-consent form*
1.2 Penyebaran, pendataan, dan pengumpulan kuisioner dari subjek penelitian*
(*terdapat di lampiran)

2. Tahapan Analitik dengan menggunakan Tensimeter


A. Tensimeter Air Raksa
a. Tahap Kalibrasi Tensimeter Air Raksa
 Cek kondisi fisik tensimeter
 Cek kondisi fisik DPM 2 Plus
 Cek fungsi manset
 Hubungkan selang manset ke DPM 2 plus
 Cek kebocoran:
- Siapkan stopwatch
- Pompa tensimeter sampai ke titik pengukuran 200 mmHg
- Tunggu selama 60 detik dan lihat penurunan air raksa
- Apabila dalam 60 detik air raksa turun lebih dari 2 mmHg
maka terdapat kebocoran dalam tensimeter.
- Laju penurunan air raksa tidak boleh lebih dari 1 detik
 Cek titik pengukuran:
- Tentukan titik pengukuran 120 mmHg

9
- Pasangkan manset pada kaleng
- Geser jarum ke arah ON
- Pompa hingga pada DPM 2 Plus menunjukkan angka 120
mmHg
- Setelah DPM 2 Plus menunjukkan angka 120 mmHg, lihat
pengukuran air raksa pada tensimeter dan catat hasilnya.
- Ulangi pengukuran pada titik yang sama sebanyak 5 kali dan
bandingkan pengukuran air raksa antara DPM 2 plus dengan
tensimeter
b. Tahap Pengukuran Tekanan Darah Menggunakan Tensimeter Air Raksa
 Siapkan alat tensimeter
 Geserlah jarum ke Arah ON agar air raksa naik.
 Raba nadi pasien kemudian pasang manset ke lengan atas kiri atau
di atas siku kanan sesuai dengan ukuran pasien.
 Tensimeter diletakkan sejajar dengan jantung, pengukuran
dilakukan dalam keadaan rileks.
 Tutup katup pengatur udara pada pompa karet manset tensimeter
dengan cara memutar ke kanan sampai habis.
 Pasang stetoskop pada telinga kemudian tempelkan pada bagian
lipatan siku di sebelah bawah lilitan manset.
 Pompa udara ke dalam manset dengan cara menekan pompa karet
berulang-ulang sampai tekanan menunjukkan angka 140 mmHg.
 Buka kembali katup pengatur udara dengan cara memutar ke kiri,
dengar dan amati suara dari stetoskop yang timbul ketika katup
manset dibuka kemudian sambil mengamati angkanya.
 Detakan yang didengar untuk pertama kali adalah sistolik,
sedangkan detakan yang terakhir sebelum suara benar-benar hilang
adalah suara diastolik.
B. Tensimeter Jarum
a. Kalibrasi dan Penggunaan Tensimeter Jarum
 Siapkan sfigmomanometer jarum yang ada.

10
 Siapkan stetoskop untuk memudahkan pendengaran.
 Pasang manset sfigmomanometer ke lengan subjek penelitian
yang ingin diukur dengan benar, baca petunjuk yang ada pada
manset tersebut.
 Kenakan stetoskop dan letakan pada lengan yang paling sensitif
untuk mendengar denyut nadi.
 Genggam bola tensi dengan tangan kanan. Jari telunjuk dan
jempol memegang pelepas katup.
 Posisikan pelepas katup pada posisi tertutup sebelum
memompa, kemudian pompa bola tensi hingga jarum
manometer menunjukan angka 180 mmHg atau sesuaikan
dengan keadaan subjek penelitian.
 Perhatikan baik-baik jarum manometer dan fokuskan
pendengaran. Buka katup pelepas udara secara perlahan. Amati
jarum manometer saat turun dan catat pada angka berapa ketika
pertama kali mendengar detak nadi secara keras (itulah angka
sistolik). Catat pula pada angka berapa sudah tidak mendengar
detak tersebut atau hampir terdengar seperti desir angin yang
hampir kabur (itulah angka diastolik).
 Hasil ukur tekanan darah : angka sistolik / angka diastolik
(mmHg).
3. Tahapan Pasca Analitik
Mengolah hasil data tekanan darah yang didapatkan dan analisis
hubungannya dengan durasi tidur.

11
3.5 Alur Penelitian

Subyek penelitian telah Disiapkan alat pengujian Tensimeter yang digunakan


tidur dengan durasi yang yaitu tensimeter (dapat harus dikalibrasi terlebih
biasa dilakukan subyek Subyek penelitian siap diuji berupa tensimeter raksa dahulu agar didapatkan
penelitian maupun tensimeter jarum) hasil yang akurat

Melakukan analisis data Tekanan darah yang Subyek penelitian diukur


menggunakan uji pearson didapatkan menggunakan tekanan darahnya
product moment tensimeter dicatat menggunakan tensimeter

3.6 Analisis Data


Data diolah menggunakan Spearman’s correlation coefficient untuk
menyelidiki hubungan antara sakit kepala dan tekanan darah. Selanjutnya analisis
statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 14.00 untuk windows.
 Rasio peluang prevalensi yang digunakan untuk hubungan antara sakit
kepala berulang dan tekanan darah adalah dengan regresi logistik berganda
(multiple logistic regression).
 Sakit kepala berulang yang dimaksud adalah variabel sakit kepala yang
diperoleh dari data kuesioner.

12
DAFTAR PUSTAKA

Badran R H, Weir RJ, McGuiness JB. 1970. Hypertension andheadache. Scott


Med J 15(2):48–514.
Bigal, M.E., Bigal, J.M., Betti, M., Bordini, C.A. and Speciali, J.G., 2001.
Evaluation ff The Impact of Migraine and Episodic Tension‐Type Headache
on The Quality of Life and Performance of a University Student Population.
Headache: The Journal of Head and Face Pain, 41(7), pp.710-719.
Binder MD, Hirokawa N, Windhorst U (Eds.). Encyclopedia of Neuroscience.
Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 2009:4052
Buring JE, Hebert P, Romero J, Kittross A, Cook N, Manson J,Peto R, Hennekens
C. 1995. Migraine and subsequent risk ofstroke in the physicians’ health
study. Arch Neurol 52(2):129–134
Departemen Kesehatan. 2004. Survei kesehatan nasional: Laporan Departemen
Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Fernandez-de-las-Penas C, Lars Arendt-Nielsen L, Robert D. Gerwin RD (Eds).
Tension-Type and Cervicogenic Headache: Pathophysiology, Diagnosis, and
Management. Jones and Bartlell Publishers. USA. 2010
Friedman BW, Grosberg. Diagnosis and Management of the Primary Headache
Disorders in the Emergency Department Setting. Emerg Med Clin N Am 2009
27: 71–87.
Goadsby, P.J., Lipton, R.B. and Ferrari, M.D., 2002. Migraine—current
understanding and treatment. New England journal of medicine, 346(4),
pp.257-270.
Grosberg BM, Friedman BW, Solomon S. Approach to the Patient with Headache
in Robbins MS, Grosberg BM, Lipton RB (Eds), Headache. Hong Kong,
Wiley Blackwell: 2013. p. 16-25.
Hall, G. (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hidayat, A. A. A & Uliyah, M. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.

13
Kowalski, R. E. (2010). Terapi Hipertensi : Program 8 Minggu Menurunkan
Tekanan Darah Tinggi dan Mengurangi Resiko Serangan Jantung
dan Stroke Secara Alami. Bandung : Qanita.
Moniung, Rondonuwu, dan Bataha. (2014). Hubungan Tekanan Darah Sistolik
Dengan Kualitas Tidur Pasien Hipertensi di Puskesmas Bahu. Universitas
Samratulangi. Tersedia online di
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/5266 [diakses tanggal
13 Maret 2019].
Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson. Patofisiologi edisi 6.Jakarta : EGC.2003.
Schwartz BS, Stewart WF, Simon D, Lipton RB. Epidemiology of tension-type
headache. JAMA 1998;279(5):381-3
Solomon S, Grosberg BM. Diagnosis and Subtypes of Migraine in Robbins MS,
Grosberg BM, Lipton RB (Eds), Headache. Hong Kong, Wiley Blackwell:
2013. p. 57-61
Tronvik E, Stovner LJ, Hagen K, Holmen J, Zwart JA. 2008. High pulse
pressure protects against headache: prospective andcross-sectional data
(HUNT study). Neurology 70(16):1329–1336
Tronvik, E., Zwart, J. A., Hagen, K., Dyb, G., Holmen, T. L., & Stovner, L. J. 2011.
Association between blood pressure measures and recurrent headache in
adolescents: cross-sectional data from the HUNT-Youth study. The journal of
headache and pain, 12(3), 347–353. doi:10.1007/s10194-011-0304-x
Walker CH. 1959. Migraine and its relationship to hypertension. Br Med J
2(5164):1430–14333.
WHO-ISH Hypertension Guideline Committee. 2003. Guidelines of
themanagement of hypertension. J Hypertension;21(11):1983-92
Wijaya, A S &Putri, Y M. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai