Anda di halaman 1dari 7

DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI

BAB II RUANG LINGKUP

BAB III TATA LAKSANA

BAB IV DOKUMENTASI

BAB 1
DEFINISI
Budaya keselamatan dapat diartikan sebagai berikut : budaya keselamatan di rumah
sakit adalah sebuah lingkungan yang kolaboratif dimana staf klinis memperlukan satu sama
lain dengan hormat, dengan melibatkan dan keluarga. Pimpinan mendorong staf klinis
pemberi asuhan bekerja sama dalam tim yang efektif dan mendukung proses kolaborasi
interpersonal dalam asupan berfokus pada pasien.

Budaya keselamatan juga merupakan hasil dari nilai-nilai, sikap, persepsi


kompentensi dan pola perilaku dari individu maupun kelompok yang menentukan komitmen
terhadap keselamatan, serta kemampuan manajemen rumah skait, dicirikan dengan
komunikasi yang berdasarkan rasa saling percaya, dengan persepsi yang sama tentang
pentingnya keselamatan dan dengan keyakinan akan manfaat langkah-langkah
pencegahan.

Tim belajar dari kejadian tidak diharapkan dan kejadian syaris cedera. Staf klinis
pemberi asuhan menyadari keterbatasan kinerja manusia dalam system yang kompleks dan
ada proses yang terlihat dari belajar dan menjalankan perbaikan melalui briefing.

Keselamatan dan mutu berkembang dalam suatu lingkungan yang mendukung kerja
sama dan rasa hormat terhadap sesame, tanpa melihat jabatan mereka dalam rumah sakit.

Direktur RS menunjukan komitmenya tentang budaya keselamatan dan mendorong


budaya keselamatn untuk seluruh staf RS. Perilaku yang tidak mendukung budaya
keselamatan, seperti :

1. Perilaku yang tidak layak ( inappropriate), seperti kata kata atau Bahasa tubuh yang
merendahkan atau menyinggung perasaan sesame staf.
Misalnya mengumpat, memaki, menggunakan kata-kata kasar dan nama hewan.
2. Perilaku yang mengganggu (disruptive) antara lain :
a. Perilaku yang tidak layak dilakukan secara berulang
b. Bentuk tindakan verbal atau non verbal yang membahayakan atau
mengintimisadi staf lain.
c. “celetukan maut” adalah komentar sembrono di depan pasien yang berdampak
menurunkan kredibilitas staf klinis lain, contoh mengomteri negative hasil
tindakan atau pengobatan staf lain di depan pasien, misalnya,” obatnya ini salah,
tamatan mana dia… ?
d. Melarang perawat memberikan laporan tentang kejadian tidak diharapkan.
e. Memarahi staf klinis lainnya didepan pasien.
f. Kemarahan yang ditunjukan dengan melempar alat bedah di kamar operasi,
membuang rekam medis di ruang rawat
3. Perilaku melecehkan ( harassment) terkait dengan suku, agama, ras, termasuk
gender.
4. Pelecehan seksual.

A. Hal – hal penting menuju budaya Keselamatan :


1. Staf rumah sakit mengetahui bahwa kegiatan operasional rumah sakit berisiko
tinggi dan bertekad untuk melaksanakan tugas dengan konsisten dan aman.
2. Regulasi serta lingkung kerja mendorong staf tidak takut mendapat hukuman bila
membuat laporan tentang kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris cedara.
3. Direktur rumah sakit mendorong tim keselamatan pasien melaporkan insiden
keselamatan pasien ke tingkat nasional sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
4. Mendorong kolaborasi antar staf klinis dengan pimpinan untuk mencari
penyelesaian masalah keselamatan pasien.

BAB II

RUANG LINGKUP

TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT :

1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN


Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA.
Bangulah Komitmen dan focus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien di
RS
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO
Kembangkan system dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan
asesmen hal hal yang potensial bermasalah.
4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN
Pastikan staf anda agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden,
serta RS mengatur pelaporkan kepada KKPRS.
5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN
Kembang cara- cara kemunikasi yang terbuka dengan pasien
6. BELAJAR DAN BERBAGI PENGALAMAN TENTANG KESELAMATAN PASIEN.
Dorong staf anda untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.
7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN PASIEN.
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.

Direktur RS menunjukan Komitmenya tentang budaya keselamatan dan mendorong budaya


keselamatan seluruh staf RS. Perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan, seperti :

1. Perilaku yang tidak layak ( inappropriate ), seperti kata-kata atau Bahasa tubuh yang
merendakan atau menyinggung perasaan sesame staf, misalnya mengumpat,
memaki :
2. Perilaku yang mengganggu antara lain perilaku yang tidak layak yang dilakukan
secara berulang, bentuk tindakan verbal atau non verbal yang membahayakan atau
mengintimidasi staf lain.
3. Perilaku melecehkan (harassment) terkait dengan suku,agama,ras, termasuk
gender.
4. Pelecehan seksual.
BAB III

TATA LAKSANA

1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN


Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. Agar RS mampu belajar
tentang Keselamatan pasien. Pimpinan harus menciptakan budaya : staf berbagi
informasi secara bebas, dengan Cara :
a. Asesmen budaya RS apakah sudah ada budaya keterbukaan dan adil
b. Buat kebijakan dan prosedur yang kondustif untuk budaya di mana staf dapat
berbicara kepada staf dapat berbicara kepada rekam kerja para manajer tentang
inseden keselamatan pasien dimana.
c. Penelaahan IKP ( Insiden Keselamatan Pasien ) focus pada mengapa hal itu
terjadi, bukan sekedar siapa yang terlihat
d. Staf diperlukan secara adil dan mendapat dukungan bila terjadi IKP
e. Alat analisis digunakan untuk menentukan factor yang berpengaruh pada
kegiatan seseorang
f. Budaya keselamatan butuh kepemmpinan yang kuat serta kemauan untuk
mendengarkan
2. PIMPIN DAN DUKUNGAN STAF ANDA
Bangunlah komitmen dan focus yang kuat dan jelasi tentang keselamatan pasien dio
RS
A. Tiga kegiatan memberikan dampak yang besar:
1. Briefing tentang KP langsung oleh pimpinan atau kunjungan para eksekutif
yang teratur di RS, pertemuan staf & pasien untuk secara khusus
mendiskusikan hal-hal tentang budaya keselamatan
2. Mekanisme yang mendorong staf untuk memberikan gagasan – gagasan
peningkatan KP, pimpinan harus mendorong diskusi tentang IKP yang telah
terjadi, telah dicegah atau hampir terjadi (KNC)
3. Mengembangkan mekanisme komunikasi & umpan balik merupakan hal yang
vital, agar staf memahami kontribusi mereka dalam KP & mereka terdorong
untuk berpartisifasi.
B. Tambahan peran & tanggung jawab yang jelas juga sangat bermanfaat:
1. Tunjuklah penggerak KP untuk setiap unit / bagian & pastikan bahwa clinical
govermance
2. Calonkan suatu badan eksekutif untuk mengawasi manajemen resiko dan KP
3. TunjuklaH seseorang yang cukup senior, mempunyai akses kepimpinan yang
bertanggung jawab untuk manajemen resiko, & ideal adalah bagian dari
suatu tim sentral yang bisa melakukan pendekatan yang terintegrasi (langkah
3).
3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO
Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risko, serta lakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah.
a. Apakah KP tercapai dalam stergi, sturuktur, fungsi dan sitem di RS /
KP harus diintehrasikan dengan risko klinis, risiko non- klinis, kesehatan dan
kelematan, control internal, keluhan dan kelalaian klinis.
b. Apakah objek KP tergambar dalam startegi dan rencana clinical governance yang
dibuat ?
c. Apakah semua penelitian risko klinis untuk setiap bidang spesialistis diproses.
d. Apa age dewan direksi terstruktur untuk memastikan bahwa manajemen risko dan
KP sejalan dan setara dengan target keuangan dan kinerja ?

4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN


Pastikan staf anda agar dengan mudah melaporkan kejadian atau insiden, serta RS
mengatur pelaporan KPD KKP—RS. Pelaporan IKP adalah dasar untuk membangun
suatu sistem asuhan pasien yang lebih aman.
Tiga kegiatan yang penting adalah :
a. Mendorong seluruh staf untuk melaporkan masalah KP khusunya kelompok yang
tingkay pelaporanya rendah. Tingkatan pelaporan yang tinggi biasanya ada pada
suatu RS yang lebih aman
b. Pelaporan agar juga disalurkan ke tingkat nasional yaitu KKPRS untuk proses
pembelajaran bersama
c. Upaya kurangi tingkat keparahan insiden : manejar risiko harus melihat semua
laporan dari kematian KTD sebelum dikirim ke KKPRS. Pimpinan RS harus
menerima laporan dan rencana kegiatan dari semua kematian yang secara
langsung berhubungan dengan IKP.

5. LIBATKAN DAN BERKUMUNIKASI DENGAN PASIEN


Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien. RS yang terbuka
adalah RS yang lebih aman. Pasien dan staf perlu tahu bila mana telah terjadi suatu
yang merugikan dan mereka dilibatkan dalam penelitian inside.
Ini dapat dilakukan dengan :
a. Membuat suatu kebijakan keterbukaan yang aman.
b. Memperoleh dukungan dari tingkat dewasa direksi untuk kebijikan dan kemudian
memberikan pelatihan kepada staf.
c. Melibatkan para pasien dan bila memungkinkan keluarga mereka dan staf dalam
melakukan analis akar masalah (RCA) dari ikp yang menuju pada cedera yang
parah atau kematian.
d. Melibatkan para pasien, dan keluargha serta staf dalam membuat rekomendasi
dan solusi yang dikembangkan dari suatu IKP.
6. BELAJAR DAN BERBAGAI PENGALAMAN TENTANG KP
Dorong staf anda untuk melakukan analisa akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul. Pelayanan kesehatan bisa menjadi lebih aman bila
kita senantiasa belajar dari IPK baik secara loal maupun nasional. Hal ini dapat
dicapai dengan cara :
a. Gunakan teknik RCA atau audit kejadian yang signifikan untuk menginvestigasi
insiden secara efektif.
b. Memastikan beberapa staf ini termasuk manejer risko atau yang setara telah
menerima pelatihan KPRS, dan menajdi tim investigasi RS serta melatih yang
lain.
c. Pimpinan mengambil bagian dalam sekurang-kurangnya satu RCA review setiap
tahunnya

Anda mungkin juga menyukai