PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, yang memiliki 17.504 pulau yang
membentang dari Sabang sampai Meraoke dengan panjang garis pantai kurang lebih
81.000 Km serta luas wilayah laut sekitar 5,9 juta Km². Sebagai negara kepulauan
berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan Negara Kepulauan
(Archipelago State) oleh konfrensi PBB yang diakui oleh dunia Internasional maka
lndonesia mempunyai kedaulatan atas keseluruhan wilayah laut lndonesia. Indonesia
terletak pada posisi silang yang sangat strategis di antara Benua Asia dan Benua
Australia. Peranan laut sangat penting sebagai pemersatu bangsa serta wilayah
lndonesia dan konsekwensinya Pemerintah berkewajiban atas penyelenggaraan
pemerintahan dibidang penegakan hukum baik terhadap ancaman
pelanggaran terhadap pemanfaatan perairan serta menjaga dan menciptakan
keselamatan dan keamanan pelayaran.
Keamanan dan Keselamatan Pelayaran merupakan faktor yang sangat penting untuk
menunjang kelancaran transportasi laut dan mencegah terjadinya kecelakaan dimana
penetapan alur pelayaran dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan
pelayaran melalui pemberian koridor bagi kapal-kapal berlayar melintasi perairan
yang diikuti dengan penandaan bagi bahaya kenavigasian. Penyelenggaraan alur
pelayaran yang meliputi kegiatan program, penataan, pembangunan, pengoperasian
dan pemeliharaannya ditujukan untuk mampu memberikan pelayanan dan arahan
kepada para pihak pengguna jasa transportasi laut untuk memperhatikan kapasitas
dan kemampuan alur dikaitkan dengan bobot kapal yang akan melalui alur tersebut
agar dapat berlayar dengan aman, lancar dan nyaman.
PEMANFAATAN PERAIRAN
Kedaulatan negara atas laut dapat diartikan sebagai hak bagi negara untuk
melakukan penguasaan dan pengelolaan atas laut guna dimanfaatkan sebesar-
besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Effektivitas kedaulatan negara
di laut sangat tergantung kepada kemampuan dan kapasitas pemerintah dalam
pemeliharaan dan pemanfaatan sumberdaya alam khususnya di laut untuk
selanjutnya mendukung aplikasi peran seluruh komponen bangsa dalam pengelolaan
laut.
Posisi geografi lndonesia yang berada dipersilangan jalur transportasi dunia yang
penting, memberikan kedudukan dan peranan strategis bagi bangsa lndonesia dalam
hubungan antar bangsa. Kondisi geografi ini mensyaratkan semakin
diintensifkannya peranan Perhubungan Laut dalam penyelenggaraan transportasi
dan komunikasi disamping untuk menjamin terwujudnya kesatuan dan keutuhan
yang kokoh bagi seluruh bangsa dan wilayah Republik lndonesia. Penegakan
kedaulatan di laut ditujukan untuk membela negara secara nyata. Penegakan hukum
merupakan upaya penegakan undang-undang serta peraturan-peraturan yang
menjadi instrumen pengaturan mengenai wilayah kedaulatan negara, penggunaan
laut sebagai sarana perhubungan laut, udara dan komunikasi serta mengatur tata
tertib pemanfaatan sumberdaya di laut maupun lingkungan hidup dan ekosistemnya.
PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI
Wilayah laut dan pesisir merupakan kawasan strategis untuk berbagai aktivitas serta
mempunyai karakteristik dan masalah yang unik dan kompleks yang ditandai dengan
keberadaan berbagai pengguna jasa melakukan aktivitas dalam memanfaatkan
sumberdaya alam menurut cara pandang yang berbeda. Keanekaragaman aktivitas
yang menghasilkan berbagai produktivitas sumber daya alam menjadi daya tarik
bagi pengguna jasa untuk melakukan pengelolaan dengan memanfaatkan
kemudahan dalam pengelolaannya. Kegiatan ini dapat menimbulkan berbagai
pemusatan pembangunan dan pengelolaan di wilayah tertentu yang memiliki skala
dan intensitas yang tinggi. Hal ini dapat diartikan bahwa pertumbuhan ekonomi
wilayah meningkat dan untuk mendukung aneka kegiatan angkutan lalu-lintas laut
maka perlu di alokasikan kawasan tertentu guna difungsikan sebagai alur pelayaran
yang terbebas dari segala aktivitas kelautan.
Mengaktifkan sebuah institusi secara menyeluruh yang dikaitkan dengan tugas dan
fungsi Kenavigasian sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 21 tahun 1992
tentang pelayaran bukanlah hal yang mudah bahkan tak semudah yang digambarkan
ataupun direncanakan diatas kertas. Hal inilah yang dirasakan oleh Direktorat
Kenavigasian yang sejak awal sudah menyadari beratnya tanggung jawab dan
harapan yang diamanatkan oleh ketentuan undang-undang ataupun kewajiban dari
mandatori dari hasil konvensi peraturan lnternasional serta rumitnya masalah bahkan
konflik yang dihadapi dilapangan.
Persoalannya kepercayaan publik kepada institusi itulah yang tidak ada selama ini.
Masyarakat hanya mengeluh dan melakukan kritik tentang adanya fasilitas
keselamatan pelayaran yang tidak optimal serta janji-janji pemerintah tentang
pembangunan dan perbaikan bila dalam kerusakan. Yang diperlukan masyarakat
adalah hasil dan bukti pelaksanaan dan juga banyak masyarakat belum mendukung
langkah-langkah yang dilakukan (SBNP hilang) namun pengelolaan keselamatan
pelayaran tidak boleh berhenti. Sepanjang laporan masyarakat masih ada yang
berarti keberadaan fasilitas masih dibutuhkan dan sangat mengganggu apabila tidak
berfungsi. Bahkan hingga saat ini setelah banyak langkah yang telah ditempuh masih
terus saja ada pihak yang mengecam kinerja Direktorat Kenavigasian diantaranya
tidak berfungsinya SBNP hingga terjadinya kapal tubrukan ataupun kandas.
Menurut tugas pokok dan fungsi Direktorat Kenavigasian maka langkah yang
dilaksanakan baru sebagian antara lain kegiatan penyelenggaraan SBNP dan
Telkompel dari tugas Kenavigasian (sesuai UU no 17). Apabila ditemukan berbagai
kendala maka perlu diambil langkah-langkah maksimum guna mengatasinya namun
sepanjang tidak didasari pertimbangan objektif perlu diambil langkah darurat.
Melaksanakan fungsi keselamatan pelayaran bukan hal yang mudah yang harus
diikuti oleh semua instansi dan ditunjang dana yang cukup serta kesadaran semua
pihak termasuk masyarakat pengguna serta pesisir dan kelautan. Untuk itu yang
perlu dilakukan adalah membangun menejemen dan aturannya, mendorong
pemerintah melakukan terobosan atau reformasi, mewujudkan fasilitas sarana dan
prasarana keselamatan pelayaran serta membangun kepercayaan ataupun kesadaran
masyarakat dan memacu pembentukan payung aturan. Keselamatan pelayaran
merupakan kebutuhan sehingga perlu segera diwujudkan dan mengaktifkan fungsi-
fungsi keselamatan pelayaran melalui pembentukan lembaga dan menejemen serta
fasilitas sarana dan prasarananya.
Guna mendapatkan perairan yang aman perlu dipersiapkan fasilitas prasarana dan
sarana yang sesuai dengan rencana dan persyaratan kapal yang melalui wilayah
perairan tersebut seperti panjang dan dimensi alur, banyak tikungan, kondisi alam
dan teknis perairan, bahaya navigasi dan cuaca serta sistem perambuan.
KENAVIGASIAN
Penyiaran berita disampaikan disiarkan secara luas melalui stasiun radio pantai
(SROP) dan/atau stasiun bumi pantai dalam jaringan telekomunikasi pelayaran
sesuai urutan prioritasnya dan wajib memenuhi ketentuan penyiaran berita antara
lain berita marabahaya, meteorologi dan siaran tanda waktu sandar bagi kapal yang
berlayar di perairan lndonesia.Pemasangan SBNP yaitu sarana yang dibangun atau
terbentuk secara alami yang berada diluar kapal dan berfungsi membantu navigator
dalam menentukan posisi dan/atau haluan kapal serta memberitahukan bahaya
dan/atau rintangan pelayaran untuk kepentingan keselamatan pelayaran dilakukan
guna memberi petunjuk terhadap zona terlarang yang tidak boleh dimasuki oleh
setiap kapal yang melewati daerah tersebut.
Guna ketertiban perairan serta keamanan dan keselamatan navigasi maka setiap
perencanaan kegiatan kelautan harus dikoordinasikan dengan Direktorat
Kenavigasian agar tidak terjadi tumpang tindih penempatan ataupun pembangunan
fasilitas kelautan yang dapat mengganggu kelancaran aktivitas pelayaran. Oleh
karenanya penyelenggaraan Kenavigasian perlu ditetapkan:
Pada awalnya tanda visual diwujudkan berupa nyala api diatas bukit yang tinggi
untuk malam hari sedangkan siang hari berupa asap yang mengepul. Dengan
berkembangnya teknologi dan informasi maka akan digunakan berbagai sumber
cahaya SBNP antara lain jaringan PLN, generator (mensu) ataupun solar cell dan
untuk dapat dilakukan pemantauan dan pengendalian dari jarak jauh diarahkan
kepada otomatisasi guna effisiensi.
Mengingat posisi lndonesia yang merupakan persilangan antara dua wilayah yang
menghubungkan Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia dan juga benua Asia
dengan Australia maka kehadiran kapal asing dalam rangka memperpendek jarak
pelayarannya dan ini merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Dengan tetap
mengutamakan kepentingan Nasional pemerintah tetap memberikan kelonggaran
tertentu bagi perlintasan kapal-kapal asing di perairan lndonesia dengan menentukan
alur laut kepulauan lndonesia (ALKI – PP 37 tahun 2002) dimaksudkan untuk
mengakomodasi kepentingan bangsa lain untuk yang akan dipergunakan sebagai
perlintasan pelayaran lnternasional.
Dengan ditentukannya alur pelayaran tersebut yang diikuti persyaratan berjalan terus
tanpa henti, langsung dan secepatnya dimaksudkan juga untuk mempermudah
pengawasan terhadap keberadaan kapal asing selama berada di wilayah lndonesia
serta tidak menimbulkan pencemaran lingkungan (limbah kapal) ataupun bahaya
penyalahgunaan oleh negara pengguna alur yang dapat mengganggu kestabilan
negara. Masalahnya alur pelayaran hanya tergambar di peta laut dan pemberian
beberapa SBNP sebagai tanda alur dimana masyarakat masih awam terhadap
pengertian dan penggunaan SBNP tersebut. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi
kepada masyarakat maritim tentang keberadaan alur tersebut agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam pemanfaatan perairan seperti kegiatan nelayan ataupun off
shore di alur yang dapat menimbulkan kecelakaan bagi kapal yang berlayar.
Tujuan penetapan alur adalah untuk memperoleh alur pelayaran yang ideal dan
memenuhi berbagai aspek kepentingan keselamatan dan kelancaran berlayar serta
effisien dalam penyelenggraannya.Kawasan alur pelayaran ditetapkan oleh batas-
batas yang ditentukan secara jelas berdasarkan koordinat geografis serta dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran.
Bangunan dan instalasi adalah instalasi yang berada pada suatu lokasi di perairan
Indonesia baik yang kelihatan di permukaan maupun bawah air dalam jangka waktu
sementara atau selamanya dapat membahayakan pelayaran. Pada area lokasi
bangunan dan instalasi perlu ditetapkan daerah terlarang maupun daerah aman
melalui penempatan SBNP, dipetakan dan diumumkan ke dunia pelayaran.
Dengan tumbuh dan berkembangnya bangunan lepas pantai (offshore) dan semakin
meningkatnya kegiatan lalu-lintas pelayaran di perairan Indonesia perlu dilakukan
pengaturan mengenai penyelenggaraan SBNP dalam rangka membantu keamanan
dan keselamatan berlayar. Tugas pengendalian dan pengawasan bangunan lepas
pantai dilakukan oleh BP Migas dan Ditjen Migas Departemen Energi dan
Sumberdaya Energi dan Mineral sedangkan terhadap pengawasan SBNP dilakukan
oleh DJPL Association of Lighthouse Authorities (IALA) yang telah menetapkan
“Recommendation for the making of Offshore Structure” dan Indonesia sebagai
salah satu negara anggota IALA menganggap perlu untuk mengatur lebih lanjut
ketentuan “Recommendation for the making of Offshore Structure”
Pasca operasi adalah masa dimana instalasi minyak dan gas bumi dinyatakan tidak
lagi operasi atau bermanfaat untuk keperluan produksi dan hal ini akan berdampak
terhadap kegiatan pemanfaatan laut lainnya apabila tidak segera dikendalikan yakni
melakukan pembongkaran instalasi atau program decomunisioning sesuai ketentuan
yang berlaku dan kewajiban yang telah diatur dalam kontrak kerja sama Technical
Assistance Contract (TAC).
PEMANDUAN
Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kapal dan kerugian lain
dalam pelayaran adalah dengan melaksanakan jasa pemanduan. Karena pandu
dianggap seorang navigator yang sangat mengetahui kondisi dan sifat perairan
setempat disamping keahliannya untuk mengendalikan kapal melalui saran atau
komando perintahnya kepada nakhoda sehingga kapal dapat melayari suatu perairan
dengan selamat.
Pada dasarnya pengelolaan alur dilakukan guna mendukung kelancaran lalu- lintas
laut dengan memperhatikan aspek keselamatan dan keamanan pelayaran serta aspek
lingkungan dimana setiap tahunnya terjadi peningkatan aktivitas traffik sesuai
dengan peningkatan kebutuhan akan angkutan laut.
Seperti data traffik alur pelabuhan Surabaya yang menunjukkan bahwa jumlah
kunjungan kapal petikemas lnternasional cenderung menurun namun sebaliknya
total GRT kapal cenderung meningkat yang berarti dimensi kapal yang
berkunjungan makin besar. namun untuk jenis pelayaran lainnya cenderung stabil.
Berbeda dengan data traffik selat Malaka yang menunjukkan jumlah traffik dan
dimensi kapal yang melintasi selat Malaka cenderung meningkat. Selat Malaka
dilalui oleh sekitar 300 unit kapal setiap bulannya termasuk diantaranya kapal super
tangker minyak dan gas alam cair (VLCC) serta super container dengan kapasiatas
hingga 5 juta ton. Jalur transportasi strategis tersebut disamping memberikan
manfaat secara ekonomi juga mengandung resiko terhadap bahaya kerugian dari
aspek keselamatan maupun ekologi. Perhitungan terhadap biaya pemeliharaan alur
pelayaran baik dari aspek perairan maupun perawatan fasilitas SBNP belum ada
kritarianya yang dapat dijadikan pedoman dalam mentukan klaim kerugian.
Pedoman tersebut merupakan dokumen yang memuat petunjuk praktis untuk
antisipasi terjadinya kerusakan dan perawatan serta pemeliharaan SBNP mulai dari
traffik, identifikasi kerusakan, rahabilitasi serta melakukan klaim.
Guna memenuhi kepentingan keselamatan pelayaran perlu ditetapkan alur laut dan
perlintasan yang keberadaanya diakui secara nasional maupun lnternasional dan
dituangkan dalam peta pelayaran dunia serta kawasannya dibebaskan dari aktivitas
kelautan lainnya. Untuk itu perlu di alokasikan kawasan tertentu guna difungsikan
sebagai alur pelayaran yang terbebas dari segala aktivitas kelautan serta memenuhi
persyaratan ukuran dan jumlah kapal yang melewati guna kelancaran dan
keselamatan berlayar serta effisien dalam penyelenggraannya.
Penentuan dan pengaturan alur pelayaran seperti di laut, sungai, danau serta
penyelenggaraannya dan juga pengaturan sistem rute dan tata cara berlalu lintas
perlu diprogramkan guna kelancaran dan keselamatan berlayar disamping mengatur
masalah bangunan atau instalasi di perairan khususnya di alur pelayaran. Penetapan
sistem rute dan tata cara berlalu lintas didasarkan kepada
PEMANFAATAN TEKNOLOGI DAN INFORMASI
Tuntutan terhadap jasa transportasi laut yang cepat, tepat, aman, nyaman, teratur dan
terjangkau oleh para pengguna jasa semakin meningkat namun hal tersebut kurang
diimbangi oleh pemberian pelayanan yang layak dari aparat yang bekerja
dilapangan. Peranan jasa transportasi laut yang effisien dan effektif sangat dominan
dalam memperlancar arus barang maupun penumpang dan oleh karena itu perlu
diperhatikan keseimbangan dalam penyediaan fasilitas sarana dan prasarana
transportasi laut.
Melalui perpaduan unsur teknologi dan informasi yang cukup canggih akan mampu
menghadirkan peralatan kenavigasian bukan hanya sekedar alat pengaman dan
komunikasi namun dapat juga sebagai alat transmisi data. Bagi para pengguna jasa
yang mobilitasnya tinggi hal ini sangat membantu dan dengan adanya perkembangan
teknologi dimana masalah jarak dan tarif sudah bukan merupakan penghalang.
Teknologi dan informasi dapat memberi peluang kepada pengguna jasa untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih baik yang dampak lanjutnya akan meningkatkan
kelancaran transportasi laut. Perkembangan demi perkembangan sangat diharapkan
dari teknologi dan informasi seperti munculnya AIS ataupun VTIS yang akan
memudahkan kegiatan pengamatan laut dalam memantau keamanan dan
keselamatan laut. Konvergensi teknologi merupakan hal yang tidak dapat dihindari
dan harus dapat diakomodsikan serta dimanfaatkan dan ditanggapi secara positif
dalam bentuk penyesuaian maupun peningkatan menejemen dan peralatan serta
SDM.
lnternasional Maritime Organization (IMO) dan Savety of Life at Sea (SOLAS)
chapter V regulation 19 tentang implementasi Automatic ldentification System
(AIS) menetapkan setiap kapal harus dilengkapi oleh peralatan AIS. Hal tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui identitas dan posisi kapal serta dapat menuntun
kapal apabila terjadi kondisi darurat (emergency).
KESIMPULAN
Dalam rangka mewujudkan Keselamatan Pelayaran maka fungsi kegiatan
Kenavigasian yang meliputi kegiatan yang berkaitan dengan Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran (SBNP), Telekomunikasi Pelayaran (Telkompel), Hidrografi, Alur dan
Pelintasan, Bangunan atau lnstalasi, Pemanduan, penanganan kerangka kapal dan
Salvage, dan atau Pekerjaan Bawah Air (PBA) untuk kepentingan Keselamatan
Pelayaran serta harus didukung dengan seperangkat hukum yang memadai
Keselamatan pelayaran
Keselamatan Pelayaran didefinisikan sebagai suatu keadaan
terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut
angkutan di perairan dan kepelabuhanan. Terdapat banyak penyebab
kecelakaan kapal laut; karena tidak diindahkannya keharusan tiap
kendaraan yang berada di atas kapal untuk diikat (lashing), hingga pada
persoalan penempatan barang yang tidak memperhitungkan titik berat
kapal dan gaya lengan stabil.[1] Dengan demikian penyebab kecelakaan
sebuah kapal tidak dapat disebutkan secara pasti, melainkan perlu
dilakukan pengkajian.
Kelaiklautan kapal
Sejak kapal dipesan untuk dibangun hingga kapal beroperasi, selalu ada
aturan yang harus dipatuhi, dan di dalam semua proses pelaksanaannya
selalu ada badan independen yang menjadi pengawasnya. Pada saat
kapal dirancang kemudian pemilihan bahan, dan selama proses
pembangunannya, selain pemilik kapal, pihak galangan kapal, dan
pihak pemerintah selaku administrator ada pihak Klasifikasi dalam hal ini
di Indonesia oleh Biro Klasifikasi Indonesia yang akan melakukan
pengawasan dan pemberian kelas bagi kapal yang telah selesai dibuat,
hingga nanti setelah kapal beroperasi mereka juga akan melakukan survey
dan audit atas pelaksanaan semua aturan keselamatan yang harus
dipenuhi.
[sunting]Penyebab kecelakaan pelayaran
Baju pelampung
Perahu sekoci
Rakit penolong
Perangkat komunikasi
Perangkat yang penting dalam komunikasi adalah sistem komunikasi yang
meliputi:
Bocor
Hanyut
Kandas
Kerusakan Konstruksi
Kerusakan Mesin
Meledak
Menabrak Dermaga
Menabrak Tiang Jembatan
Miring
Orang Jatuh ke Laut
Tenggelam
Terbakar
Terbalik
Tubrukan
Rujukan
Lihat pula
Kecelakaan
Sekoci
Baju pelampung
Daftar kecelakaan dan insiden kapal di Indonesia
Kecelakaan KM Digoel
International Safety Management Code
Pranala luar
A. JANGKAR
1.JENIS JANGKAR
Menurut bentuknya secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongan
:
1. Yang lengannya tak bergerak tetapi dilengkapi dengan tongkat
2. Yang lengannya bergerak tetapi tidak dilengkapi dengan tongkat (stick)
Disamping pembagian tersebut diatas terdapat jenis-jenis lain tetapi
pemakaiannya amat jarang dan untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu dan
untuk kapal khusus Misalnya :
Jangkar berlengan banyak
Jangkar special
Kapal-kapal niaga pelayaran besar pada umumnya dilengkapi dengan
jangkar-jangkar sebagai berikut :
3 (tiga) buah jangkar haluan (satu tidak dipergunakan, hanya sebagai
cadangan)
Sebuah jangkar arus
Sebuah jangkar cemat
Jangkar Haluan : adalah jangkar utama yang digunakan untuk menahan
kapal di dasar laut dan selalu siap terpasang pada lambung kiri dan kanan
haluan kapal, jangkar haluan ini beratnya sama. Jangkar haluan cadangan
merupakan jangkar yang selalu siap sebagai pengganti apabila salah satu
hilang, jangkar haluan cadangan ini ditempatkan di bagian muka dekat
haluan, agar selalu siap bilamana diperlukan.
Jangkar Arus : adalah jangkar ini ukurannya lebih kecil kira-kira 1/3 berat
jangkar haluan. Tempatnya dibagian buritan kapal digunakan seperti
halnya jangkar haluan yaitu menahan buritan kapal, supaya tidak berputar
terbawa arus. Pada kapal-kapal penumpang yang berukuran besar,
kadangkadang jangkar ini ditempatkan di geladak orlop (geladak pendek
yang terletak di bawah geladak menerus) apabila demikian halnya maka
jangkar tersebut dinamakan jangkar buritan dan beratnya sama dengan
angkar haluan. Oleh karena itu bila ada jangkar buritan, maka tidak perlu
ada jangkar haluan cadangan.
Jangkar Cemat : adalah jangkar ini ukurannya lebih kecil, beratnya 1/6 kali
jangkar haluan. Gunanya untuk memindahkan jangkar haluan apabila
kapal kandas (diangkat dengan sekoci).
2. GAYA YANG BEKERJA PADA JANGKAR
Pada waktu kapal berlabuh (membuang jangkar) pada kapal bekerja gaya-
gaya sebagai berikut :
Gaya tekanan angin yang ada pada batas di atas permukaan air, di sini
diperhitungkan super structure dan deck house
Gaya tekanan air pada bagian bawah
Gaya energi yang ditimbulkan oleh gelombang. System gaya dalam
keadaan setimbang bila jumlah gaya luar T yang terdapat pada lubang
rantai jangkar C akan sama besarnya dengan gaya tarik dari jangkar A
sebesar TO dengan catatan arah TO terletak di bidang horizontal.
Keseimbangan tidak akan terjadi kalau rantai di titik A membentuk sudut
dengan bidang horizontal.
3. UKURAN JANGKAR
Seperti dijelaskan di atas berat jangkar ditentukan oleh peraturan :
a) Dari peraturan BKI berat jangkar dapat ditentukan dari table 24 dengan
menentukannya angka petunjuk Z terlebih dahulu yang dibedakan menurut
jenis kapalnya :
1. Kapal barang, kapal penumpang dan kapal keruk : ==> Z = 0,75 L.B.H +
0,5 (volume ruang bangunan atas dan rumahrumah geladak)
2. Kapal Ikan : ==> Z = 0,65 L.B.H + 0,5 (volume ruang bangunan atas dan
rumahrumah geladak)
3. Kapal tunda : ==> Z = L.B.H + 0,5 (volume ruang bangunan atas dan
rumahrumah geladak)
Dengan catatan
Bila angka petunjuk tersebut ada diantara dua harga table yang
berdekatan, maka alat-alat perlengkapan tersebut ditentukan oleh harga
yang terbesar.
Untuk kapal-kapal di mana geladak lambung timbul adalah geladak
kedua maka untuk H dapat diambil tinggi sampai geladak kedua tersebut.
zaman dulu navigasi kapal atau arah tujuan kapal dilakukan dengan melihat
posisi benda-benda langit seperti matahari dan bintang-bintang dilangit, nah
lho kira-kira gimana ya klo langit langit mendung. pasti jadi susah
menentukan arah tujuan kapal untuk zaman sekarang lebih mudah dengan
alat-alat navigasi kapal modern.
nah sekarang kapal cargo mau membahas tentang alat navigasi kapal, ini
dia alat-alat navigasi kapal:
RADAR merupakan singkatan dari radio detection and ranging (ini bahasa
menurut bahasa daerah saya).radar merupakan suatu sistem yang
digunakan untuk mendeteksi, mengukur jarak dan membuat map benda-
benda seperti pesawat dan hujan. Istilah radar pertama kali digunakan pada
tahun 1941, menggantikan istilah dari singkatan Inggris RDF (Radio Directon
Finding). Gelombang radio kuat dikirim dan sebuah penerima mendengar
gema yang kembali. Dengan menganalisa sinyal yang dipantulkan,
pemantul gema dapat ditentukan lokasinya dan kadang-kadang ditentukan
jenisnya. Walaupun sinyal yang diterima kecil, tapi radio sinyal dapat dengan
mudah dideteksi dan diperkuat.(alat navigasi kapal)
sebagai pelaut kita dapat mengubah kekuatan Gelombang radio radar yang
diproduksi dan mendeteksi gelombang yang lemah, dan kemudian
diamplifikasi( diperkuat ) beberapa kali. Oleh karena itu radar digunakan
untuk mendeteksi objek jarak jauh yang tidak dapat dideteksi oleh suara atau
cahaya. Penggunaan radar sangat luas, alat ini bisa digunakan di bidang
meteorologi, pengaturan lalu lintas udara, deteksi kecepatan oleh polisi, dan
terutama oleh militer.
Marine radar dengan Automatic Radar Plotting Aid (ARPA) kemampuan
dapat membuat trek menggunakan kontak radar. Sistem ini dapat
menghitung saja tracking, kecepatan dan titik terdekat pendekatan (CPA),
sehingga tahu jika ada bahaya tabrakan dengan kapal lain atau daratan.
alat navigasi kapal ARPA khusus memberikan presentasi dari
situasi navigasi kapal pada saat iitu dan dapat memprediksi navigasi atu
ararah kapal beberapa saat kemudian dengan menggunakan teknologi
komputer. alat navigasi kapal ARPA dapat memperhitungkan risiko tabrakan
kapal, dan memungkinkan operator untuk melihat manuver kapal.berikut ini
adalah fungsi alat navigasi ARPA :
a. dapat menuntukan arah navigasi kapal dengan persentasi RADAR
KAPAL
b. Otomatis akuisisi target akuisisi ditambah manual. Digital membaca target
diakuisisi yang menyediakan course kapal speed atau kecepatan kapal,
range, bearing, closest point of approach (CPA, and time to CPA (TCPA).
c. Kemampuan untuk menampilkan informasi tabrakan penilaian langsung
pada PPI, dengan menggunakan vektor (benar atau relatif) atau Prediksi
grafis Luas Bahaya (PAD) layar.
d. Kemampuan untuk melakukan manuver kapal, termasuk perubahan.
Tentu saja, perubahan kecepatan, dan tentu saja gabungan / perubahan
kecepatan. Otomatis stabilisasi tanah untuk keperluan navigasi.
e. ARPA proses informasi radar jauh lebih cepat dari radar konvensional
namun masih tunduk pada keterbatasan yang sama.
f. data ARPA seakurat data yang berasal dari input seperti giro dan log
kecepatan kapal
.
Satelit alat navigasi kapal adalah satelit yang menggunakan sinyal radio
yang disalurkan ke penerima di permukaan tanah untuk menentukan lokasi
sebuah titik kapal dipermukaan bumi atau di lautan. Salah satu satelit
navigasi yang sangat populer adalah GPS milik Amerika Serikat selain itu
ada juga Glonass milik Rusia. Bila pandangan antara satelit navigasi
kapal dan penerima di tanah tidak ada gangguan, maka dengan sebuah alat
penerima sinyal satelit (penerima GPS), bisa diperoleh data posisi kapal di
suatu tempat dengan ketelitian beberapa meter dalam waktu nyata. Satelit
mata-mata adalah satelit pengamat Bumi atau satelit komunikasi yang
digunakan untuk tujuan militer atau mata-mata.
Salah satu perlengkapan modern untuk navigasi kapal adalah Global
Positioning Satelite/GPS kapal adalah perangkat yang dapat mengetahui
posisi koordinat bumi secara tepat yang dapat secara langsung menerima
sinyal dari satelit. Perangkat GPS kapal modern menggunakan peta
sehingga merupakan perangkat modern dalam navigasi di darat, kapal di
laut, sungai dan danau serta pesawat udara. kapal tanpa alat navigasi gps
bagaikan sayur tanpa garam..
ini dia gampar gps untuk alat navigasi kapal
dari penjelasan diatas kapal cargo telah membahas tentang alat navigasi
kapal, giliran selanjutnya alat komunikasi kapal.
jadi Navigasi adalah penentuan posisi dan arah perjalanan baik di medan
sebenarnya atau di peta, dan oleh sebab itulah pengetahuan tentang
kompas dan peta, radar, arpa, GMDSS, live saving equipment, dan buku
buku publikasi serta teknik penggunaannya haruslah dimiliki dan
dipahami.
Sebelum kompas ditemukan, navigasi dilakukan dengan melihat posisi
benda-benda langit seperti matahari dan bintang-bintang dilangit, yang
tentunya bermasalah kalau langit sedang mendung. kapal kapal sekarang
sudah canggig canggih baik dari system elektronik yg terus bermunculan
sehingga mempermudahkan kita dalam menentukan posisi kapal. tapi alat
alat tradisional yg di ajarkan Bpk. ML Palumian jgn di lupakan karena
suatu saat pasti kita harus mempergunakannya. banyak buku buku yg
terbit oleh Captain captain senior kita yg mengajarkan cara melayari
kapal dgn baik. salah satunya adalah perangakat navigasi, semua pelaut
harus mengenal dan dapat menggunakannya semaksimal mungkil agar
tercapai keselamatan dalam rute pelayarannya, apalagi adik adik kita yg
masi taruna mereka wajib hukumnya. salah satu alat alat tersebut sebagai
berikut
2. Kompas adalah alat penunjuk arah yang selalu menunjuk kearah Utara,
dengan melihat arah Utara-Selatan pada Kompas dan dengan
membandingkannya dengan arah Utara Peta kita sudah dapat
mengorientasikan posisi pada peta Kompas adalah alat navigasi untuk
mencari arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas
menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Kompas
memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam
bidang navigasi. Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan,
timur, dan barat. Apabila digunakan bersama-sama dengan jam dan
sekstan, maka kompas akan lebih akurat dalam menunjukkan arah. Alat
ini membantu perkembangan perdagangan maritim dengan membuat
perjalanan jauh lebih aman dan efisien dibandingkan saat manusia masih
berpedoman pada kedudukan bintang untuk menentukan arah.
Alat apa pun yang memiliki batang atau jarum magnetis yang bebas
bergerak menunjuk arah utara magnetis dari magnetosfer sebuah planet
sudah bisa dianggap sebagai kompas. Kompas jam adalah kompas yang
dilengkapi dengan jam matahari. Kompas variasi adalah alat khusus
berstruktur rapuh yang digunakan dengan cara mengamati variasi
pergerakan jarum. Girokompas digunakan untuk menentukan utara sejati.
Berikut ini adalah arah mata angin yang dapat ditentukan kompas.
Selatan (disingkat S)
f. ARPA data is only as accurate as the data that comes from inputs such
as the gyro and speed log.
Prinsip Kerja
The messages are coded with a header code identified by the using
alphabets to represent broadcasting stations, type of messages, and
followed by two figures indicating the serial number of the message.
10. Radio GMDSS Digital Selective Calling (DSC) on MF, HF and VHF
maritime radios as part of the GMDSS system. DSC is primarily intended
to initiate ship-to-ship, ship-to-shore and shore-to-ship radiotelephone
and MF/HF radiotelex calls. DSC calls can also be made to individual
stations, groups of stations, or "all stations" in one's reach. Each DSC-
equipped ship, shore station and group is assigned a unique 9-digit
Maritime Mobile Service Identity.
DSC distress alerts, which consist of a preformatted distress message,
are used to initiate emergency communications with ships and rescue
coordination centers. DSC was intended to eliminate the need for
persons on a ship's bridge or on shore to continuously guard radio
receivers on voice radio channels, including VHF channel 16 (156.8 MHz)
and 2182 kHz now used for distress, safety and calling. A listening watch
aboard GMDSS-equipped ships on 2182 kHz
The service offers data transfer; e-mail; SMS, crew calling; telex;
remote monitoring; tracking (position reporting); chart and weather
updates; maritime safety information (MSI); maritime security;
GMDSS; and SafetyNET and FleetNET services.
Ships outside AIS radio range can be tracked with the Long Range
Identification and Tracking system with less frequent transmission
16. Echo sounder is the technique of using sound pulses directed from
the surface or from a submarine vertically down to measure the distance
to the bottom by means of sound waves. Echo sounding can also refer to
hydroacoustic "echo sounders" defined as active sound in water (sonar)
,Distance is measured by multiplying half the time from the signal's
outgoing pulse to its return by the speed of sound in the water, which is
approximately 1.5 kilometres per second. Echo sounding is effectively a
special purpose application of sonar used to locate the bottom.As well as
an aid to navigation (most larger vessels will have at least a simple depth
sounder), echo sounding is commonly used for fishing. Variations in
elevation often represent places where fish congregate. Schools of fish
will also register. Most charted ocean depths use an average or standard
sound speed. Where greater accuracy is required average and even
seasonal standards may be applied to ocean regions. For high accuracy
depths, usually restricted to special purpose or scientific surveys, a
sensor may be lowered to observe the factors (temperature, pressure
and salinity) used to calculate sound speed and thus determine the actual
sound speed in the local water column
Dari rangkuman di atas seperti telegraf saat ini sudah tidak di gunakan
lagi. dan mengenai inmarsat masi ada inmarsat A dan M yg biasa di
gunakan. biasanya di kapal mengunakan 2 system inmarsat A dan C karena
biaya dan cost serta system lebih mudah. dalam pengiriman fax, email
dan call. perangkat navigasi yg traditional pun masi banyak yg belum
termasuk, seperti topdal merka, dan ssebagainya.ini hanya sebagian
semoga bermanfaat buat calon pelaut atau pelautnya sendiri yg ingin
mengingat lagi alat alat navigasi di atas kapal.