Disusun Oleh :
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Setiap hari, turn over (putaran) zat besi berjumlah 35 mg, tetapi tidak
semuanya didapatkan dari makanan. Sebagian besar yaitu sebanyak 34 mg di
dapat dari penghancuran eritrosit yang sudah tua, kemudian disaring oleh
tubuh untuk dapat dipergunakan lagi oleh sumsum tulang untuk pembentukan
eritrosit baru. Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran eritrosit tua yang
dikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, feses, dan urine. Jumlah zat besi yang
hilang ini disebut sebagai kehilangan basal (Muckenthaler, 2008).
Sedangkan menurut Bakta (2006) proses absorbsi besi dibagi menjadi tiga
fase, yaitu :
a. Fase Luminal
Besi dalam makanan terdapat dalam dua bentuk, yaitu besi heme dan
besi non-heme. Besi heme terdapat dalam daging dan ikan, tingkat
absorbsi dan bioavailabilitasnya tinggi. Besi non-heme berasal dari sumber
nabati, tingkat absorbsi dan bioavailabilitasnya rendah. Besi dalam
makanan diolah di lambung, karena pengaruh asam lambung maka besi
dilepaskan dari ikatannya dengan senyawa lain. Kemudian terjadi reduksi
dari besi bentuk feri (Fe3+) ke fero (Fe2+) yang dapat diserap di duodenum.
b. Fase Mukosal
Penyerapan besi terjadi terutama melalui mukosa duodenum dan jejunum
proksimal. Penyerapan terjadi secara aktif melalui proses yang sangat
kompleks. Dikenal adanya mucosal block (mekanisme yang dapat mengatur
penyerapan besi melalui mukosa usus)
c. Fase Korporeal
Meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh sel-
sel yang memerlukan, serta penyimpanan besi (storage) oleh tubuh. Besi
setelah diserap oleh enterosit (epitel usus), melewati bagian basal epitel usus,
memasuki kapiler usus, kemudian dalam darah diikat oleh apotransferin
menjadi transferin. Transferin akan melepaskan besi pada sel RES melalui
proses pinositosis.
Gambar 2.2. Absorbsi zat besi. Sumber: Andrews NC,New Engl J Med. 341:1986-1995,
Copyright © 1999 Massachusetts Medical Society.
Asam fitat dan faktor lain pada serealia serta asam oksalat di dalam
sayuran dapat menghambat penyerapan besi. Faktor-faktor ini mengikat
besi, sehingga mempersulit penyerapannya. Protein kedelai
menurunkan absorbsi besi karena nilai fitatnya yang tinggi. Vitamin C
dalam jumlah cukup dapat melawan sebagian pengaruh faktor-faktor
yang menghambat penyerapan besi ini.
2.3.8 Fosfat
Kelebihan fosfat di dalam usus dapat menyebabkan terbentuknya
kompleks besi fosfat yang tidak dapat diserap
3.1 Kesimpulan
1. Metabolisme besi terutama ditujukan untuk pembentukan
haemoglobin. Pada metabolisme besi perlu diketahui komposisi
dan distribusi besi dalam tubuh, cadangan besi tubuh, siklus besi,
absorbsi besi dan transportasi besi.
2. Penyerapan zat besi dimulai saat makanan berada pada lambung,
zat besi yang umumnya berbentuk ferri akan diubah menjadi ferro
(bentuk aktif zat besi).
3. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyerapan zat besi,
antara lain bentuk zat besi (heme dan non heme), asam organic,
kandungan antigizi, tingkat keasaman lambung.
DAFTAR PUSTAKA
Arman Saibi. 2003. Ion-Ion Anorganik Yang Berhubungan Dengan Metabolisme
Tubuh. Bagian Kimia Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara.
Bersamin A, Heneman K, Hathaway C, Zidenberg-Cherr S. 2008. Nutrition and
Health Info Sheet: Iron and Iron Deficiency Anemia. California: UCANR
Publications.
Camaschella C. 2017. New insights into iron deficiency and iron deficiency
anemia. Blood Reviews. Elsevier
Husaini, M. A. 1989. Study nutritional anemia an assesment of information
complication for supporting and formulating national policy and program.
Jakarta.
Muckenthaler, M. U., Galy, B., & Hentze, M. W. 2008. Systemic iron
homeostasis and the iron-responsive element/ iron-regulatory protein
(IRE/IRP) regulatory network. Annu Rev Nutr.
Sadler MJ. 2014. Foods, Nutrients and Food Ingredients with Authorised EU
Health Claims. Cambridge: Elsevier.
Saito Hiroshi. 2014. Metabolism Of Iron Stores. Nagoya Journal of Medical
Science [Internet]. Nagoya University; 76(3-4):235 - 254.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4345694/