KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Pemodelan Alokasi Air sebagai Materi Substansi
dalam Pelatihan Alokasi Air. Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan
kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang Sumber Daya Air.
Modul Pemodelan Alokasi Air Air disusun dalam 5 (lima) bab yang terbagi atas
Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami pemodelan
alokasi air dalam alokasi air. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih
menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat
bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 9 PEMODELAN ALOKASI AIR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Model alokasi air Sungai Cisadane di Bendung Pasarbaru dengan
Model WRMM ..........................................................................................9
Gambar 2.2. Model alokasi air Sungai Cisadane di Bendung Pasarbaru dengan
model Ms-Excel .....................................................................................10
Gambar 3.1. Contoh Model 2 Daerah Irigasi ..............................................................16
Gambar 3.2. Model 2 DI dan PDAM ...........................................................................17
Gambar 3.3. Model 2 DI, PDAM dan Aliran Pemeliharaan Sungai ............................18
Gambar 4.1. Contoh Skema untuk RAAT ...................................................................26
Gambar 4.2. Grafik Neraca Air terkait Form A-02.......................................................28
Gambar 4.3. Skematisasi Sistem Tata Air S.Cisadane ..............................................31
Gambar 4.4. Hasil Simulasi untuk Kondisi Saat Ini.....................................................32
Deskripsi
Modul Pemodelan Alokasi Air ini terdiri dari tiga kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan belajar pertama membahas Prinsip Dasar Pemodelan Alokasi Air.
Kegiatan belajar kedua membahas Pemodelan Untuk Rencana Alokasi Air Rinci.
Kegiatan belajar ketiga membahas Pemodelan Untuk Rencana Alokasi Air
Tahunan.
Persyaratan
Metode
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 9 PEMODELAN ALOKASI AIR
viii PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 9 PEMODELAN ALOKASI AIR
BAB I
PENDAHULUAN
Bentuk tindakan campur tangan Negara atas air, kita temukan di dalam Pasal
33 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa: “Bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat”.
Dengan pengelolaan air serta sumber air yang profesional diharapkan dapat
menjamin ketersediaan air pada jaringan sumber air (sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, dan cekungan air tanah) dan dapat mendayagunakan secara
adil, berkelanjutan, dan terkendali baik kuantitas maupun kualitasnya.
agar senantiasa dapat memenuhi jumlah dan mutu air yang sesuai dengan
hak yang dijamin oleh negara.
Model alokasi air merupakan alat bantu utama dalam penyusunan Rencana
Alokasi Air Tahunan (RAAT) dan Rencana Alokasi Air Rinci (RAAR), dengan
manfaat antara lain adalah: 1) memungkinkan dilakukannya perhitungan
alokasi air secara adil, efisien dan berkelanjutan, yang pada umumnya
melibatkan perhitungan yang rumit; 2) sebagai sarana untuk menyamakan
persepsi para pemilik kepentingan mengenai dampak yang akan terjadi untuk
suatu kebijakan alokasi air.
Modul pelatihan ini membahas berbagai materi terkait dengan: Prinsip Dasar
Pemodelan Alokasi Air; Pemodelan Untuk Rencana Alokasi Air Rinci; serta
Pemodelan Untuk Rencana Alokasi Air Tahunan.
BAB II
PRINSIP DASAR PEMODELAN ALOKASI AIR
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan prinsip dasar
pemodelan alokasi air
2.1 Umum
Data yang diperlukan untuk menunjang penyusunan model alokasi air adalah
sebagai berikut:
a) Peta topografi yang memuat garis kontur, sungai dan anak sungai, lokasi
bendung dan batas administrasi yaitu batas, desa, kecamatan dan
kabupaten/kota. Peta ini digunakan untuk menetapkan batas DAS atau
Sub-DAS
b) Peta hidrologi (pos hidrologi dan klimatologi)
c) Peta dan skema jaringan irigasi yang ada dan data daerah irigasi
d) Peta tata guna lahan (land use maps)
e) Data lokasi stasiun pengamat muka air (pos duga) debit air sungai
f) Data perijinan pengambilan air pada jaringan
g) Daftar lokasi pengambilan air yang sudah berijin dan yang belum ada ijin
di sepanjang jaringan
h) Data pengguna air di kanan dan kiri jaringan serta data debit bendung
Secara umum, tahapan penyusunan model alokasi air adalah sebagai berikut:
Langkah pertama dari setiap penyusunan model alokasi air adalah menyusun
skematisasi sistem tata air. Skematisasi sistem tata air perlu dibuat
sedemikian rupa sehingga cukup sederhana akan tetapi dapat
menggambarkan kondisi infrastruktur pengairan dalam kaitannya untuk
Simpul biasa merupakan unsur dalam tata air yang tidak mengatur aliran air,
terdiri atas simpul aliran, simpul akhir, simpul pertemuan, simpul pembangkit
listrik, dan simpul semu. Penjelasan singkat dari masing-masing simpul biasa
adalah sebagai berikut:
- Simpul akhir (terminal node): menyatakan batas akhir dari wilayah sungai,
biasanya berupa laut namun dapat juga berupa transfer ke wilayah sungai
lain;
- Simpul air bersih (public water supply node), menyatakan lokasi dimana
dilakukan pengambilan air untuk PDAM, industri dan rumah-tangga;
- Simpul aliran rendah (low flow node), menyatakan lokasi dimana suatu
besaran aliran rendah tertentu harus diadakan, misalnya untuk keperluan
Untuk lokasi air perencanaan pengelolaan sumber daya air di Indonesia, yaitu
dalam penyusunan Pola dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air, sampai
saat ini banyak digunakan model DSS-Ribasim yang cukup canggih dan relatif
mudah digunakan. Akan tetapi dalam menyusun alokasi air tahunan,
kenyataannya model alokasi air yang banyak digunakan oleh para pengelola
wilayah sungai di Indonesia adalah model alokasi air dengan lembar kerja
elektronik, yaitu dengan Microsoft-Excel. Kelebihan model simulasi sederhana
ini cukup mudah digunakan, terutama untuk Daerah Aliran Sungai yang sistem
tata airnya relatif tidak terlalu kompleks. Pada bab berikutnya dibahas model-
model dengan Ms-Excel.
0,05
PDAM Mauk
24,32
3,25
DI Cisadane Utara
3.255 ha
8,88
0,05
3,25
8,8
DI Cisadane Barat Laut 8
8.885 ha 0 0 0,05
PDAM Bojongrenged
0,05
S. Induk Barat Laut
1,82
ara
1.818 ha
Ut
24,32
Sek Kedaung
8,93
uk
nd
1,82
Bd. Pasarbaru
l. I
3,3
Sa
9,93 9,93 9,94 18,87 18,88 20,69 20,72
20,69
0,01 0,02
DI Cisadane Barat S. Induk Barat 01 Tng
0,02
0,
0
9.930 ha
0,02
0
0
0,03
0,01
4,16 0,86 0,86 0,84 0,82 0,8 0,79 0,79
0
Sal. Induk Timur DI Cisadane Timur
0,01
0,01
0,02
0,35 0,35
0,02
0
787 ha
PDAM Rajeg
0,01
0,21 0 0,02
0,21
PDAM Kota Tng
0,01
0,01
0,02
50
0
0,05
0,01
0,05
0,01
S. Cisadane
0,01
Penggelontoran
0,08 0,03 0,02 0,01
Mookervaart
0,14 0,14
Sal. Induk Tanah Tinggi
143 ha
50
18,401
18,825
Ganesha
0,007 m3/dt
2.6 Latihan
2.7 Rangkuman
Model alokasi air berfungsi membantu perencanaan alokasi air yang adil,
efisien dan berkelanjutan. Tahap penyusunan model alokasi air adalah: a)
penyusunan skematisasi sistem tata air, yang menunjukkan sumber air dan
penggunaan air; b) perhitungan ketersediaan air; c) perhitungan kebutuhan
air; d) penentuan prioritas; dan e) alokasikan air sesuai prioritas secara adil.
2.8 Evaluasi
BAB III
PEMODELAN UNTUK RENCANA ALOKASI AIR RINCI
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menyusun model komputer untuk
mendukung Rencana Alokasi Air Rinci.
Permasalahan alokasi air rinci, atau secara tepat waktu (real-time), adalah
bagaimana membagi air pada saat ini, pada berbagai pengguna air secara
adil, sesuai dengan prioritasnya.
Agar dapat melakukan alokasi pembagian air di bendung atau waduk, maka
terlebih dahulu harus diketahui berapa jumlah kebutuhan air di hilir bendung
atau waduk tersebut. Untuk itu perlu dijumlahkan semua kebutuhan air dari
hilir ke hulu sampai dengan bangunan pembagi air tersebut, sehingga dapat
diketahui berapa jumlah kebutuhan air secara kumulatif dari hilir ke hulu.
Alokasi pembagian air dilakukan pada setiap bendung dan waduk. Untuk
setiap bendung dapat dilakukan berbagai kebijakan alokasi air, antara lain: a)
prioritas pada yang dibelokkan atau pengambilan air; b) proporsi yang konstan
antara yang diambil dengan yang mengalir ke hilir; dan c) proporsional dengan
air yang dibutuhkan.
Metode proporsi yang konstan adalah berdasarkan air yang tersedia, misalnya
air yang dibelokkan mendapat 60% dari air yang tersedia, dan 40% sisanya ke
hilir sungai. Cara sederhana ini dapat dilakukan antar pengguna air yang
sama, misalnya irigasi.
Metode proporsional dengan air yang dibutuhkan ini merupakan metode yang
paling adil dan sebaiknya digunakan bilamana memungkinkan. Metode ini
memerlukan perhitungan kebutuhan air di hilir bendung. Bentuk umum dari
rumus alokasi air secara proporsional dengan kebutuhannya ini adalah
sebagai berikut:
( )
Berikut ini diberikan beberapa contoh aplikasi lembar kerja Ms-Excel untuk
alokasi pembagian air, mulai dari yang sangat sederhana yaitu suatu sistem
tata air yang hanya terdiri atas dua buah daerah irigasi dan sebuah inflow.
Permasalahan
Pada Gambar 3.1 terdapat dua buah daerah irigasi, yaitu DI Hulu dan di
bagian hilirnya adalah DI Hilir. Kedua DI tersebut mendapat pasokan air dari
catchment area (CA) atau Daerah Tangkapan Air (DTA) di hulu yaitu pada
simpul Inflow. Bagaimana mengalokasikan air untuk DI Hulu dan Hilir secara
adil?
Langkah Pengerjaan
Perhitungan jumlah kebutuhan air dari hilir, dicatat pada setiap ruas sungai
dengan huruf miring (italics) berwarna merah. Terlihat bahwa kebutuhan air
dari DI Hilir sebesar 3 m3/detik; dan dijumlahkan dengan DI Hulu menjadi 4
m3/detik.
3
Alokasi pembagian air dari hulu, yang hanya sebesar m3/detik harus dibagi
pada bendung pengambilan air DI Hulu secara proporsional, yaitu:
Gambar berikut serupa dengan contoh 2 DI, akan tetapi ada sebuah
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang memasok air bersih untuk
penduduk, dengan kebutuhan 200 liter/detik. Dengan adanya PDAM yang
melayani kebutuhan pokok sehari-hari masyarakat, maka prioritasnya lebih
tinggi dibandingkan dengan irigasi. Dengan demikian, maka air jatah irigasi
yang harus dibagi antara DI Hulu dan DI Hilir menjadi (3 – 0,2) m3/s.
Akibatnya DI Hulu mendapat 0,7 m3/s, dan DI Hilir 2,1 m3/s. Kedua Daerah
Irigasi memiliki faktor-K yang sama, yaitu 70%.
Pada 2 model terdahulu, air yang ada dihabiskan tanpa sisa sehingga sungai
di bagian hilir tidak ada aliran sama sekali. Untuk menjaga keseimbangan
ekosistem, maka perlu adanya debit aliran pemeliharaan sungai, misalnya
pada model kita ini adalah 100 liter/detik. Akibatnya pada irigasi terjadi
pengurangan jatah, sehingga faktor-K untuk kedua daerah irigasi turun
menjadi 68%.
3.3 Latihan
3.4 Rangkuman
Model alokasi air rinci membantu mengalokasikan air saat ini secara adil,
efisien dan berkelanjutan. Yang dimaksudkan dengan adil adalah sesuai
prioritas, dan pengguna air dengan prioritas yang sama sebaiknya memiliki
tingkat pemenuhan kebutuhan air yang sama, yaitu rasio pasok dan
kebutuhan air faktor-K.
3.5 Evaluasi
BAB IV
PEMODELAN UNTUK RENCANA ALOKASI AIR TAHUNAN
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menyusun model komputer untuk
mendukung Rencana Alokasi Air Tahunan.
a) Penggambaran skematisasi;
e) Menjalankan simulasi;
Langkah 1. Skematisasi
Jika skematisasi tata air menyatakan ketersediaan dan kebutuhan air menurut
ruang atau secara spasial, maka untuk menyatakan data runtut waktu (time-
series) dari ketersediaan air pada simpul aliran dan kebutuhan air pada
Sebelum alokasi air direncanakan, jumlah kebutuhan air di hilir bendung atau
waduk harus diketahui terlebih dahulu. Untuk itu maka dilakukan penjumlahan
kebutuhan air dari hilir ke hulu, sehingga pada setiap titik dapat diketahui
kebutuhan airnya secara kumulatif dari hilir.
Pemberian air dimulai dengan melakukan penelusuran air yang tersedia dari
hulu ke hilir. Permasalahan pengendalian alokasi air muncul pada bangunan
air bendung dan waduk. Untuk membagi air pada bendung dapat digunakan
beberapa alternatif antara prioritas pada air yang dibelokkan, proporsi yang
konstan berdasarkan air yang tersedia, dan proporsional terhadap air yang
dibutuhkan.
Khususnya pada waduk, untuk setiap langkah waktu kita dihadapkan pada
permasalahan berapa air yang harus dikeluarkan. Hal ini bergantung pada
kebijakan pengoperasian waduk, dan persamaan neraca air waduk sebagai
berikut:
dimana:
S adalah tampungan waduk
I adalah air masuk waduk
O adalah air keluar dari waduk
P adalah curah hujan
E adalah evaporasi
A adalah areal waduk
Jika air di waduk mencukupi, keluarkan air dari waduk (outflow O) sesuai
dengan kebutuhan air di hilir (D)
Hitung neraca air waduk dari persamaan (1)
Perhatikan kondisi limpasan dan kekurangan air:
jika S(t+1) > Smax maka S(t+1) = Smax; dan O = D + S(t+1) – Smax
jika S(t+1) < Smin maka S(t+1) = Smin; O = D + S(t+1) – Smin
Cara operasi dengan kurva atur (rule curve) pada prinsipnya menggunakan
dua buah kurva atur, yaitu:
For Tengah_Bulan = 1 to 24
Next Tengah_Bulan
Alokasi air dilakukan pada jaringan tata air yang dinyatakan sebagai
skematisasi tata air, sedangkan kekurangan air untuk seluruh waktu simulasi
berada pada tabel. Untuk mengetahui kekurangan air, maka terlebih dahulu
harus diketahui realisasi pasokan air hasil simulasi dari skema tata air yang
dipindahkan ke dalam tabel dengan menggunakan makro yang disimpan
misalnya pada subprogram hitung sebagai berikut:
Sub hitung()
For i = 1 To 24
Cells(4, 3) = i
Cells(80, i - 1 + 6) = Cells(9, 4)
Cells(83, i - 1 + 6) = Cells(9, 6)
Cells(86, i - 1 + 6) = Cells(32, 6)
Cells(89, i - 1 + 6) = Cells(16, 6)
Next i
End Sub
Memberi nilai 1 sampai dengan 24 pada sel C4. Langkah ini mengakibatkan di
layar dapat disaksikan berubahnya angka pada sel C4 tersebut.
Memindahkan nilai realisasi pasokan air dari sel D9 ke dalam tabel, yaitu sel
F80, G80, sampai dengan S80
Memindahkan nilai dari sel F9, F32, dan F16 ke dalam tabel.
Hasil simulasi untuk setiap saat tertentu dapat dilihat pada gambar
skematisasi tata air. Untuk menyajikan hasil simulasi keseluruhan dapat
disajikan dalam gambar grafik antara kebutuhan air dan realisasi pasok air
selama periode simulasi, atau kriteria keandalan berupa persentase
terpenuhinya kebutuhan air untuk seluruh simpul kebutuhan air.
Neraca air pada Form A-02, merupakan neraca air dalam setahun, untuk
setiap bulan, tengah-bulan, atau 10-harian. Form ini pada prinsipnya memuat
ketersediaan air yang pada umumnya menggunakan debit andalan Q80%,
kebutuhan air untuk berbagai pengguna air, dan neraca air yang menyatakan
sisa air tersedia, yang dapat berupa “surplus” dan “defisit”.
Skema sistem tata air pada Gambar 4.1 mirip dengan skema untuk alokasi air
rinci. Perbedaannya adalah adanya penunjuk waktu bulan, yang jika diisi
angka tertentu, misalnya angka 9, maka skema menyatakan kondisi pada
bulan September. Dengan demikian untuk melihat skema alokasi air tahunan
pada langkah waktu bulanan, diperlukan 12 buah gambar mewakili masing-
masing bulan.
menyatakan contoh Form A-02 Neraca Air yang terpadu dengan skema yang
disajikan pada Tabel 4.1, dimana ada dua daerah irigasi, PDAM yang
melayani air rumah tangga, perkotaan dan industri (RKI), dan aliran
pemeliharaan sungai.
Kebutuhan Irigasi di sawah (l/s/ha) 0.9 0.9 0.1 1.1 1.1 0.7 0.7 0.7 0.1 0.3 1.3 1.3
Efisiensi saluran irigasi 60%
Kebutuhan Irigasi di bendung (l/s/ha) 1.4 1.4 0.2 1.9 1.9 1.2 1.2 1.2 0.2 0.4 2.1 2.1
DI Kanan (ha) 6,000
Keb. Irigasi DI Kanan (m3/s) 8.5 8.5 1.0 11.3 11.3 7.3 7.3 7.3 1.0 2.5 12.5 12.5
DI Kiri (ha) 22,000
Keb. Irigasi DI Kiri (m3/s) 31.2 31.2 3.7 41.3 41.3 26.6 26.6 26.6 3.7 9.2 45.8 45.8
Jumlah Kebutuhan Irigasi m3/s 39.7 39.7 4.7 52.5 52.5 33.8 33.8 33.8 4.7 11.7 58.3 58.3
PDAM m3/s 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Jumlah Kebutuhan Air Konsumtif m3/s 40.7 40.7 5.7 53.5 53.5 34.8 34.8 34.8 5.7 12.7 59.3 59.3
Neraca Air Kebutuhan Air Konsumtif 74.9 124.2 189.8 72.8 23.5 2.3 -29.8 -30.7 0.1 3.1 52.4 58.6
S S S S S S D D S S S S
Kebutuhan Aliran Pemeliharaan Sungai m3/s 79.0 127.4 76.9 65.0 74.7 13.5 2.8 3.3 2.1 1.6 12.8 23.4
Neraca Air Termasuk AP Sungai -4.0 -3.2 113.0 7.8 -51.1 -11.3 -32.6 -34.0 -2.0 1.5 39.7 35.2
D D S S D D D D D S S S
Tabel diatas pada umumnya menunjukkan kondisi surplus, kecuali pada bulan
Juli dan Agustus terjadi kondisi defisit untuk kebutuhan air yang konsumtif,
dan defisit hampir sepanjang tahun kecuali bulan Maret-April dan Oktober
sampai dengan Desember jika neraca memasukkan kebutuhan aliran
pemeliharaan sungai.
250.0
200.0
150.0
m3/s
100.0
50.0
0.0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Pemeliharaan Sungai 79.0 127.4 76.9 65.0 74.7 13.5 2.8 3.3 2.1 1.6 12.8 23.4
Irigasi 39.7 39.7 4.7 52.5 52.5 33.8 33.8 33.8 4.7 11.7 58.3 58.3
RKI 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Q80% 115.6 164.9 195.5 126.3 77.0 37.1 5.0 4.1 5.7 15.8 111.8 117.9
Form A-02A Alokasi Air berfungsi untuk menyatakan alokasi air tahunan dari
berbagai pengguna air. Form ini serupa dan merupakan lanjutan dari Form A-
02 Neraca Air. Jika Form A-02 menyatakan kondisi neraca air surplus atau
defisit, maka Form A-02A mengalokasikan air yang ada. Jika terjadi kondisi
defisit maka alokasi air dilaksanakan sesuai prioritasnya. Pada contoh tabel
berikut prioritas pertama adalah air untuk rumah-tangga perkotaan dan
industri (RKI), yang selalu kebutuhannya dipenuhi. Prioritas kedua adalah
irigasi, yang jika terjadi defisit maka hanya diberikan air seadanya, secara adil
antar pengguna irigasi, yang dinyatakan dengan faktor-K (rasio pasok dan
kebutuhan) yang sama. Jika masih ada sisa maka air yang ada digunakan
sebagai aliran pemeliharaan sungai.
Kebutuhan Irigasi di sawah (l/s/ha) 0.9 0.9 0.1 1.1 1.1 0.7 0.7 0.7 0.1 0.3 1.3 1.3
Efisiensi saluran irigasi 60%
Kebutuhan Irigasi di bendung (l/s/ha) 1.4 1.4 0.2 1.9 1.9 1.2 1.2 1.2 0.2 0.4 2.1 2.1
DI Kanan (ha) 6,000
Keb. Irigasi DI Kanan (m3/s) 8.5 8.5 1.0 11.3 11.3 7.3 7.3 7.3 1.0 2.5 12.5 12.5
DI Kiri (ha) 22,000
Keb. Irigasi DI Kiri (m3/s) 31.2 31.2 3.7 41.3 41.3 26.6 26.6 26.6 3.7 9.2 45.8 45.8
Jumlah Kebutuhan Irigasi m3/s 39.7 39.7 4.7 52.5 52.5 33.8 33.8 33.8 4.7 11.7 58.3 58.3
RKI m3/s 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Jumlah Kebutuhan Air Konsumtif m3/s 40.7 40.7 5.7 53.5 53.5 34.8 34.8 34.8 5.7 12.7 59.3 59.3
Neraca Air Kebutuhan Air Konsumtif 74.9 124.2 189.8 72.8 23.5 2.3 -29.8 -30.7 0.1 3.1 52.4 58.6
S S S S S S D D S S S S
Kebutuhan Aliran Pemeliharaan Sungai m3/s 79.0 127.4 76.9 65.0 74.7 13.5 2.8 3.3 2.1 1.6 12.8 23.4
Neraca Air Termasuk AP Sungai -4.0 -3.2 113.0 7.8 -51.1 -11.3 -32.6 -34.0 -2.0 1.5 39.7 35.2
D D S S D D D D D S S S
Alokasi Air
Jatah Irigasi 39.7 39.7 4.7 52.5 52.5 33.8 4.0 3.1 4.7 11.7 58.3 58.3
Faktor-K 100% 100% 100% 100% 100% 100% 12% 9% 100% 100% 100% 100%
Alokasi DI Kanan 8.5 8.5 1.0 11.3 11.3 7.3 0.9 0.7 1.0 2.5 12.5 12.5
Alokasi DI Kiri 31.2 31.2 3.7 41.3 41.3 26.6 3.2 2.5 3.7 9.2 45.8 45.8
Alokasi RKI 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Alokasi Aliran Pemeliharaan Sungai 74.9 124.2 189.8 72.8 23.5 2.3 0.0 0.0 0.1 3.1 52.4 58.6
Besarnya alokasi masing-masing pengguna air, yaitu RKI, irigasi dan aliran
pemeliharaan sungai juga sesuai dengan Gambar 4.2 yang meletakkan
diagram batang bertumpuk (stacked) sesuai urutan prioritasnya.
Sebagai contoh aplikasi model simulasi alokasi air dengan MS-Excel dan
makro, diterapkan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane. Pada DAS
Cisadane ini terdapat bendung Empang yang mengairi 6.661 hektar sawah
dan bendung Pasarbaru yang mengairi Daerah Irigasi Pasarbaru Barat seluas
21.783 hektar dan Daerah Irigasi Pasarbaru Timur seluas 9.143 hektar. Untuk
menunjang kebutuhan air minum kawasan Serpong dan sekitarnya, maka
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI 29
MODUL 9 PEMODELAN ALOKASI AIR
Pada contoh kasus ini dikaji sampai seberapa jauh pengambilan air baku
dapat dilakukan tanpa mengganggu air irigasi untuk produksi padi. Simulasi
dengan debit andalan Q80% pada 24 tengah bulanan menunjukkan bahwa
pengambilan air bersih ternyata berpengaruh terhadap pasokan air untuk
irigasi. Gambar bagian bawah menunjukkan terjadinya kekurangan air yang
cukup serius di Daerah Irigasi Pasarbaru Barat dan Pasarbaru Timur pada
bulan Juni sampai dengan Oktober. Untuk itu perlu dikaji upaya-upaya
penanggulangannya, misalnya dengan pembuatan waduk.
10.0
Q (m3/det)
Q (m3/det)
25.0
8.0
20.0
6.0
15.0
10.0 4.0
5.0 2.0
0.0 0.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Bulan Demand Supply Bulan Demand Supply
10.0 9.0
8.0
8.0
7.0
Q (m3/det)
Q (m3/det)
6.0
6.0
5.0
4.0
4.0
3.0
2.0
2.0
1.0
0.0 0.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Bulan Demand Supply Bulan Demand Supply
For Tengah_Bulan = 1 to 24
(perhitungan-perhitungan simulasi alokasi air)
Next Tengah_Bulan
Alokasi air dilakukan pada jaringan tata air yang dinyatakan sebagai
skematisasi sistem tata air, sedangkan kekurangan air untuk seluruh waktu
simulasi berada pada tabel. Untuk dapat mengetahui kekurangan air, maka
terlebih dahulu harus diketahui realisasi pasokan air hasil simulasi dari skema
tata air yang dipindahkan ke dalam tabel dengan menggunakan makro yang
disimpan pada sub-program hitung sebagai berikut:
Sub hitung()
For i = 1 To 24
Cells(4, 3) = i
Cells(80, i - 1 + 6) = Cells(9, 4)
Cells(83, i - 1 + 6) = Cells(9, 6)
Cells(86, i - 1 + 6) = Cells(32, 6)
Cells(89, i - 1 + 6) = Cells(16, 6)
Next i
End Sub
Hasil simulasi untuk setiap saat tertentu dapat dilihat pada gambar
skematisasi tata air. Untuk menyajikan hasil simulasi keseluruhan dapat
disajikan dalam gambar grafik antara kebutuhan air dan realisasi pasok air
selama periode simulasi, atau kriteria keandalan berupa persentase
terpenuhinya kebutuhan air untuk seluruh simpul kebutuhan air.
4.3 Latihan
1. Jelaskan perbedaan mendasar antara model alokasi air rinci dan model
alokasi air tahunan!
2. Jelaskan fungsi Form A-02!
3. Jelaskan fungsi Form A-02A!
4.4 Rangkuman
Model alokasi air tahunan merupakan rangkaian dari model alokasi air rinci
selama setahun, dalam langkah-waktu bulanan, tengah-bulanan atau sepuluh
harian. Model alokasi air tahunan diwujudkan sebagai neraca air pada Form
A-02, dan alokasi air pada Form A-02A. Neraca air menyatakan kondisi
ketersediaan air dibandingkan dengan kebutuhan air, yang hasilnya dapat
“surplus” atau “defisit”. Jika “surplus” maka alokasi atau penyediaan air sesuai
dengan kebutuhannya, sedangkan jika “defisit” maka alokasi air secara adil,
artinya sesuai prioritas, dan faktor-K yang sama untuk pengguna air yang
sama.
4.5 Evaluasi
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Sumber Daya Air, 2012. Surat Edaran Dirjen Sumber Daya Air tentang
Penyusunan Neraca Air dan Penyelenggaraan Alokasi Air.
Delft Hydraulics, 1993. Ribasim, River Basin Simulation Model, User Manual.
Hatmoko, W., 1997. Model Simulasi Alokasi Air dengan Lotus 123. Prosiding
Pertemuan Ilmiah Tahunan HATHI, Medan.
Hatmoko, W., 2006. Alokasi Air pada Sumber Air, Sosialisasi NSPM, Badan Litbang
Pekerjaan Umum.
Pusat Litbang Pengairan and Delft Hydraulics, 1989. Cisadane Cimanuk Integrated
Water Resources Development (BTA-155), Vol XIII WRD Analysis Cisadane-
Jakarta-Bekasi Area, Ministry of Public Works, Indonesia.
Savenije, H. H. G., 1992. Water Resources Management Concept and Tools, Lecture
Notes IHE Delft, Netherlands.
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN